A. KELENJAR TIROID
Kelenjar tiroid merupakan salah satu kelenjar terbesar, yang normalnya memiliki
berat 15 sampai 20 gram. Tiroid mengsekresikan tiga macam hormon, yaitu tiroksin (T4),
triiodotironin (T3) dan kalsitonin.
Secara Anatomi
Tiroid merupakan kelenjar endokrin (tidak mempunyai duktus) dan bilobular (kanan
dan kiri), dihubungkan oleh isthmus (jembatan) yang terletak di depan trakhea tepat di bawah
cartilago cricoidea. Kadang juga terdapat lobus tambahan yang membentang ke atas (ventral
tubuh), yaitu lobus piramida.
Secara Embriologi
Kelenjar tiroid mulanya merupakan dua buah tonjolan dari dinding depan bagian tengah
faring, yang terbentuk pada usia kelahiran 4 minggu. Tonjolan pertama disebut
pharyngeal pouch, yaitu antara arcus brachialis 1 dan 2. Tonjolan kedua pada foramen
caecum, yang berada ventral di bawah cabang faring I.
Pada minggu ke 7, tonjolan dari foramen caecum akan menuju pharyngeal pouch melalui
saluran yang disebut ductus thyroglossus.
Kelenjar tiroid akan mencapai kematangan pada akhir bulan ke 3, dan ductus
thyroglossus akan menghilang. Posisi akhir kelenjar tiroid terletak di depan vertebra
cervikalis 5, 6, dan 7.
Namun pada kelainan klinis, sisa kelenjar tiroid ini juga masih sering ditemukan di
pangkal lidah (ductus thyroglossus/lingua thyroid) dan pada bagian leher yang lain.
Kedua jalinan ini akan mengeluarkan isinya ke limfonoduli pretracheal lalu menuju ke
kelenjar limfe yang dalam sekitar V. jugularis. Dari sekitar V. jugularis ini diteruskan ke
limfonoduli mediastinum superior.
Persarafan kelenjar tiroid :
N. laryngea superior dan inferior sering cidera waktu operasi, akibatnya pita suara
terganggu (stridor/serak).
TUJUAN
1. Untuk mendapatkan data objektif
2. Untuk mengetahui adanya kelainan kelenjar tiroid
INDIKASI
1. Pasien baru
2. Evaluasi perkembangan kondisi pasien
PERALATAN
1. Perawat
2. Corong membran stetoskop
PROSEDUR PELAKSANAAN
C. Tahap Kerja
1. Mengatur posisi pasien, dimana posisi pasien membelakangi pemeriksa
2. Menempatkan diri disebelah kanan pasien, bila mungkin
3. Melakukan inspeksi
Pemeriksa harus melakukan pemeriksaan bagian ini baik dari posisi anterior
maupun posterior. Palpasi kelenjar tiroid dapat dilakukan secara efektif apabila posisi
pasien membelakangi pemeriksa dan pemeriksa melakukan prosedur ini dengan
menggunakan kedua belah tangan melingkari leher pasien. Ibu jari tangan diletakkan
pada bagian posterior leher, sementara jari telunjuk dan jari tengah melakukan
palpasi untuk meraba istmus tiroid serta permukaan anterior lobus lateralis. Apabila
teraba, daerah istmus akan teraba sebagai bagian yang kenyal dengan konsistensi
yang menyerupai gelang karet.
Lobus kiri diperiksa dengan menempatkan pasien dalam posisi leher sedikit
fleksi kedepan dan kikiri. Kemudian kartilago tiroid didorong kekiri dengan jari-jari
tangan. Gerakan ini akan menggeser lobus kiri kedalam muskulus
sternokleidomastoideus sehingga mudah dipalpasi. Lobus kiri lalu dipalpasi dengan
meletakkan ibu jari tangan kiri kedalam bagian posterior muskulus
sternokleidomastoideus, sementara jari telunjuk dan jari tengah melakukan
penekanan yang berlawanan dari bagian anterior otot tersebut. Gerakan menelan,
pada saat dilakukan gerakan ini dapat membantu pemeriksa untuk menentukan lokasi
tiroid pada saat kelenjar tersebut bergerak naik dalam leher. Prosedur terhadap lobus
kanan dikerjakan secara terbalik. Istmus merupakan satu-satunya bagian tiroid yang
dalam keadaan normal dapat diraba. Jika pasien memiliki leher yang sangat kurus,
kadang-kadang dapat teraba pula dua buah lobus yang tipis, licin, dan tidak nyeri bila
ditekan.
D. Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
3. Berpamitan dengan klien
4. Membereskan alat-alat
5. Mencuci tangan
6. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, Arthur C dan John E Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, E/11.
Jakarta : EGC
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Kedokteran : Dari Sel Ke Sistem, E/2. Jakarta : EGC