Anda di halaman 1dari 63

ASUHAN KEPERAWATAN PADA By. Ny.

M DENGAN ASFIKSIA
SEDANG DI RUANG MELATI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH KRATON PEKALONGAN

Disusun oleh:
Wasis Joko Budi Utomo, S. Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2012
HALAMAN PENGESAHAN

Asuhan keperawatan ini saya buat dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN


PADA By. Ny. M DENGAN ASFIKSIA SEDANG DI RUANG MELATI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KRATON PEKALONGAN” telah di
terima dan disetujui oleh pembimbing akademik Universitas Muhammadiyah
Semarang dan pembimbing klinik Rumah Sakit Umum Daerah Kraton
Pekalongan

Telah disahkan pada tanggal, Januari 2012 oleh :

Mengetahui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Ns. Dera Alfianti, S. Kep., M. Kep Farida Suryani, S. kep


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
asuhan keperawatan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Pada By. Ny. M
Dengan Asfiksia Sedang Di Ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah
Kraton Pekalongan“ ini dengan sebaik-baiknya. Asuhan keperawatan ini disusun
guna memenuhi tugas Stase Keperawatan Anak.
Asuhan keperawatan ini terselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak,
oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Hj. Halimah Yuwanti, Amd. Keb selaku Kepala Ruang Melati RSUD
Kraton Pekalongan yang memberikan motivasi dan arahan.
2. Farida Suryani, S. Kep selaku pembimbing klinik yang memberikan
motivasi, bimbingan serta arahan.
3. Ns. Dera Alfianti, S. Kep., M. Kep selaku pembimbing akademik yang
memberikan motivasi, bimbingan serta arahan.
4. Teman-teman yang telah membantu penyusunan Asuhan Keperawatan ini.
5. Kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan Asuhan
Keperawatan ini.
Menurut penulis Asuhan Keperawatan ini masih jauh dari kesempurnaan
ibarat ”Tiada Gading Yang Tak Retak” oleh karena itu saran dan kritik yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan.

Pekalongan, Februari 2012

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul ...................................................................................... i


Halaman Pengesahan............................................................................... ii
Kata Pengantar ...................................................................................... iii
Daftar Isi ................................................................................................. iv
BAB. I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................
B. Tujuan ......................................................................................
C. Ruang Lingkup ........................................................................
D. Metode .....................................................................................
E. Manfaat Penulisan....................................................................
F.Sistematika Penulisan .................................................................
BAB. II. KONSEP TEORI
A.Konsep Dasar Penyakit ..............................................................
1. Pengertian .............................................................................
2. Klasifikasi .............................................................................
3. Etiologi .................................................................................
4. Manifestasi Klinis ................................................................
5. Patofisiologi..........................................................................
6. Pemeriksaan Penunjang ........................................................
7. Komplikasi............................................................................
8. Penatalaksanaan ...................................................................
B.Konsep Asuhan Keperawatan .....................................................
1. Pengkajian ............................................................................
2. Diagnosa Keperawatan .........................................................
3. Intervensi Keperawatan ........................................................
BAB. III. ASUHAN KEPERAWATAN
A.Pengkajian ..................................................................................
1. Identitas ...............................................................................
2. Riwayat Kesehatan ...............................................................
3. Pengkajian Pola Fungsi dan Pemeriksaan Fisik....................
4. Pemeriksaan Penunjang ........................................................
B.Diagnosa Keperawatan ...............................................................
C.Intervensi Keperawatan ..............................................................
D.Implementasi Keperawatan ........................................................
E. Evaluasi Keperawatan ................................................................
BAB. IV. PEMBAHASAN
BAB. V. PENUTUP
A.Kesimpulan .................................................................................
B.Saran ...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Periode setelah lahir merupakan awal kehidupan yang tidak
menyenangkan bagi bayi. Hal itu disebabkan oleh lingkungan kehidupan
sebelumnya (intrauterus) dengan kehidupan sekarang (ekstrauterus) yang
sangat berbeda. Bayi yang dilahirkan prematur ataupun bayi yang dilahirkan
dengan penyulit/komplikasi, tentu proses adaptasi kehidupan tersebut menjadi
lebih sulit untuk dilaluinya. Bahkan sering kali menjadi pemicu timbulnya
komplikasi lain yang menyebabkan bayi tersebut tidak mampu melanjutkan
kehidupan ke fase berikutnya (meninggal). Bayi seperti ini yang disebut
dengan istilah bayi resiko tinggi (Mansjoer, 2000).
Data dari WHO memperlihatkan bahwa angka kematian neonatal di
negara berkembang berkisar 4-9 juta/tahun disebabkan oleh asfixia,
prosentasenya berkisar 20% (Laberge, 2006). Menurut Straight (2004), dari
total NMR (Neonatal Mortality Rate) tahun 2005 yaitu 22/1000 kelahiran
hidup, 27% kematian neonatal disebabkan oleh asfiksia. Angka kejadian yang
cukup besar ini perlu mendapatkan perhatian serius.
Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah. Keadaan ini disertai dengan
hipoksia, hiperkapnia, dan berakhir dengan asidosis. Hipoksia yang terdapat
pada penderita Asfiksia ini merupakan fackor terpenting yang dapat
menghambat adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan ekstrauterin.
Penilaian statistik dan pengalaman klinis atau patologi anatomis menunjukkan
bahwa keadaan ini merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas bayi
baru lahir. Hal ini dibuktikan oleh Drage dan Berendes (1966) yang
mendapatkan bahwa skor APGAR yang rendah sebagai manifestasi hipoksia
berat pada bayi saat lahir akan memperlihatkan angka kematian yang tinggi.
Asidosis, gangguan kardiovaskuler serta komplikasinya sebagai akibat
langsung dari hipoksia yang merupakan penyebab utama kegagalan, ini akan
sering berlanjut menjadi sindrom gangguan pernafasan pada hari-hari pertama
setelah lahir (Staff Pengajar FKUI, 2005).

B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Tujuan umum
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk menggambarkan
Asuhan Keperawatan pada By. Ny. M dengan Asfiksia Sedang di Ruang
Melati Rumah Sakit Umum Daerah Kraton Pekalongan.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah agar penulis mampu:
a. Menjelaskan pengertian Asfiksia.
b. Menjelaskan etiologi Asfiksia.
c. Menjelaskan manifestasi klinis Asfiksia.
d. Menjelaskan patofisiologi Asfiksia.
e. Menjelaskan pemeriksaan penunjang Asfiksia.
f. Menjelaskan komplikasi Asfiksia.
g. Menjelaskan penatalaksanaan Asfiksia.
h. Menjelaskan pengkajian Asfiksia.
i. Menjelaskan diagnosa keperawatan yang kemungkinan muncul.
j. Menjelaskan intervensi keperawatan.
k. Melakukan pengkajian keperawatan pada By. Ny. M dengan Asfiksia
Sedang di Ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Kraton
Pekalongan.
l. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada By. Ny. M dengan
Asfiksia Sedang di Ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Kraton
Pekalongan.
m. Mampu membuat intervensi keperawatan pada By. Ny. M dengan
Asfiksia Sedang di Ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Kraton
Pekalongan.
n. Mampu mengangkat implementasi keperawatan dan mengetahui respon
hasil pada By. Ny. M dengan Asfiksia Sedang di Ruang Melati Rumah
Sakit Umum Daerah Kraton Pekalongan.
o. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada By. Ny. M dengan
Asfiksia Sedang di Ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Kraton
Pekalongan.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penulisan makalah ini adalah “Asuhan Keperawatan
pada Klien dengan Asfiksia Sedang”.

D. Metode
Data penulisan makalah ini menggunakan metode deskriptif dalam
bentuk studi kasus dengan pendekatan proses keperawatan yang meliputi
pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Sedangkan teknik
pengumpulan data dengan:
1. Observasi
Yaitu dengan mengadakan pengawasan langsung terhadap keadaan umum
pasien serta perkembangan sambil melakukan asuhan keperawatan selama
observasi.
2. Wawancara
Yaitu dengan tanya jawab dengan keluarga pasien, bidan dan tenaga
kesehatan yang ikut menangani.
3. Studi dokumentasi
Yaitu dengan mempelajari catatan medik pasien, buku laporan serta
dokumen lainnya.
4. Studi kepustakaan
Yaitu dengan mempelajari buku-buku literatur yang berkaitan dengan
gangguan sistem pernapasan terutama tentang Asfiksia Sedang.

E. Manfaat Penulisan
1. Bagi penulis
a. Menambah pengetahuan tentang asfiksia sedang dan keterampilan dalam
memberikan asuhan keperawatan.
b. Dapat memperoleh pengalaman yang nyata dan dapat memberikan
asuhan keperawatan yang tepat pada pasian asfiksia sedang yang sesuai
kewenangan, kompentensi dan standart pelayanan keperawatan.
c. Penulis dapat membandingkan antara teori dan praktek tentang asfiksia
sedang.
2. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada
umumnya dan meningkatkan mutu pelayanan pada penderita asfiksia sedang
pada khususnya.
3. Bagi Institusi
a. Dapat menambah ilmu pengetahuan dibidang pendidikan dalam
meningkatkan kualitas pendidikan yang akan datang.
b. Dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dan
pengetahuan mahasiswanya dalam melakukan asuhan keperawatan pada
penderita asfiksia sedang.

F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan terdiri dari : latar belakang masalah, tujuan
penulisan, ruang lingkup, metode, manfaat penulisan, sistematika
penulisan.
BAB II : Konsep dasar terdiri dari konsep medis yang berisi pengertian,
klasifikasi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan
penunjang, komplikasi dan penatalaksanaan, pengakajian data
dasar clinical pathway dan fokus intervensi
BAB III : Tinjauan kasus yang berisi tentang pengkajian data, diagnosa
keperawatan berdasarkan prioritas, rencana intervensi,
implementasi, dan evaluasi.
BAB IV : Pembahasan yang berisi tentang pembahasan yang mampu
memberikan solusi dengan alasan-alasan yang dapat di
pertanggungjawabkan (acaountility) dan berorientasi pada
problem solving (pemecahan masalah) dengan argumentasi
ilmiah logis terhadap permasalahan yang timbul pada kenyataan
lapangangan dengan pandangan secara teoritis.
BAB V : Penutup berisi kesimpulan dan saran-saran yag lebih menekankan
pada usulan yang sifatnya lebih operasional/aplikatif
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Teori


1. Pengertian
Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat
bernafas secara spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir
(Mansjoer, 2000).
Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan
asidosis, bila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan
kerusakan otak atau kematian. Asfiksia juga dapat mempengaruhi fungsi
organ vital lainnya (Saifudin, 2001).
Asfiksia Neonatus adalah suatu keadaan dimana saat bayi lahir
mengalami gangguan pertukaran gas dan transport O 2 dan kesulitan
mengeluarkan CO2 (Wiknjosastro, 2002).
2. Klasifikasi
Asfiksia dibedakan menjadi 2 macam yaitu asfiksia livida (biru) dan
asfiksia palida (putih), antara lain (Wong, 2003):
ASFIKSIA
No PERBEDAAN ASFIKSIA PALIDA
LIVIDA
1. Warna kulit Pucat Kebiru-biruan
2. Tonus otot Sudah kurang Masih baik
3. Reaksi rangsangan Negatif Positif
4. Bunyi jantung Tidak teratur Masih teratur
5. Prognosis Jelak Lebih baik
Penentuan keadaan asfiksia neonatus biasanya menggunakan APGAR
SCORE dengan kriteria :
APGAR SCORE
Score 0 1 2
A: Appearance Biru, pucat Badan merah muda Seluruhnya
(warna kulit) Ekstremitas biru merah muda
P : Pulse (denyut Tidak ada Lambat (dibawah Diatas 100
nadi) 100 x/mnt) x/mnt
G : Grimace (refleks)
1. Respon terhadap Tidak ada respon Menyeringai Batuk atau
kateter dalam bersin
lubang hidung
(dicoba setelah
orofaring
dibersihkan)
2. Tangensial foot Tidak ada respon Menyeringai Menangis
siap dan menarik
kaki
A : Activity (tonus Pincang Beberapa Fleksi
otot) ekstremitas pincang dengan baik
R : Respiration Tidak ada Tangisan lemah Tangisan
(usaha bernafas) Hipoventilasi kuat

Klasifikasi klinik nilai APGAR:


a. Asfiksia berat ( nilai APGAR 0-3)
Memerlukan resusitasi segera secara aktif, dan pemberian oksigen
terkendali. Karena selalu disertai asidosis, maka perlu diberikan natrikus
bikarbonat 7,5% dengan dosis 2,4 ml per kg berat badan, dan cairan
glucose 40%1-2 ml/kg berat badan, diberikan via vena umbilikalis.
Asfiksia berat dengan henti jantung, dengan keadaan bunyi jantung
menghilang setelah lahir, pemeriksaan fisik yang lain sama dengan
asfiksia berat.
b. Asfiksia sedang (nilai APGAR 4-6).
Memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai bayi dapat
bernafas kembali.
c. Bayi normal atau asfiksia ringan ( nilai APGAR 7-9).
d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10
Sedangkan untuk janin asfiksia dapat ditegakkan dengan menggunakan
Aminoskopi, Kardiotonografi, dan Ultrasonografi.
3. Etiologi
Hipoksia janin yang menyebabkan asfiksia neonatorum terjadi
karena gangguan pertukaran gas transport O2 dari ibu ke janin sehingga
terdapat gangguan dalam persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO2.
Gangguan ini dapat berlangsung secara menahun akibat kondisi atau
kelainan pada ibu selama kehamilan, atau secara mendadak karena hal-hal
yang diderita ibu dalam persalinan (Wong, 2003).
Faktor resiko tinggi kehamilan yang menimbulkan asfiksia
neonatorum menurut Straight (2004), adalah:
a. Usia ibu kurang dari 16 tahun dan lebih dari 40 tahun
b. Status ekonomi sosial yang rendah
c. Penyakit pada ibu seperti: diabetes melitus, hipertensi, anemia, PPOK,
CHF, kelainan hemoglobin
d. Riwayat kehamilan dulu yang jelek: aborsi, prematur, preeklampsia
e. Letak bayi sungsang
f. Pemakaian obat-obatan, alkohol dan rokok
g. Tidak ada pemeriksaan selama kehamilan
Penyebab kegagalan pernapasan pada bayi atau asfixia terdiri dari :
a. Faktor ibu
1) Hipoksia ibu
Dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat
analgetik atau anestesi dalam, dan kondisi ini akan menimbulkan
hipoksia janin dengan segala akibatnya.

2) Gangguan aliran darah uterus


Berkurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan
berkurangnya aliran oksigen ke plasenta dan juga ke janin, kondisi
ini sering ditemukan pada gangguan kontraksi uterus, hipotensi
mendadak pada ibu karena perdarahan, hipertensi pada penyakit
eklamsi.
b. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan
kondisi plasenta, asfiksis janin dapat terjadi bila terdapat gangguan
mendadak pada plasenta, misalnya perdarahan plasenta, solusio plasenta
dsb.
c. Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran
darah dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran
gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan
pada keadaan tali pusat memumbung, melilit leher, kompresi tali pusat
antara jalan lahir dan janin.
d. Faktor neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi
karena beberapa hal yaitu pemakaian obat anestesi yang berlebihan pada
ibu, trauma yang terjadi saat persalinan misalnya perdarahan intra
kranial, kelainan kongenital pada bayi misalnya hernia diafragmatika,
atresia atau stenosis saluran pernapasan, hipoplasia paru.
4. Manifestasi Klinik
Asfiksia pada bayi adalah merupakan kelanjutan dari hipoxia janin,
dalam persalinan ditemukan tanda gawat janin, yaitu (Mansjoer, 2000):
a. Denyut jantung janin lebih dari 160 x/menit dan tidak teratur
b. Masa henti nafas (fase henti
nafas primer)
c. Jika asfiksia berlanjut akan
terjadi dalam beberapa fase yaitu :
1) Janin bernafas megap-megap (gasping).
2) Masa henti nafas (fase henti nafas primer).
3) Jika asfiksia berlanjut akan munculkan periode gasping kedua
selama 4-5 menit.
4) Masa henti nafas kedua (fase henti nafas sekunder).
Selain itu tanda gejala yang dapat ditunjukkan pasien dengan
asfiksia adalah sebagai berikut
a. Pernafasan cuping hidung.
b. Pernafasan cepat.
c. Nadi cepat.
d. Cyanosis.
e. Nilai APGAR kurang dari 6.
5. Patofisiologi
Oksigen sangat penting untuk kehidupan. Selama proses kehamilan
janin mendapatkan oksigen dan nutrien dari ibu melalui mekanisme difusi.
Proses ini terjadi melalui plasenta ibu dan diberikan kepada janin melalui
darah (Wong, 2003).

Diagram 2.1. Keterlibatan tiga sistem organ dalam awal kehidupan bayi
Sebelum lahir alveoli paru bayi menguncup dan terisi oleh cairan.
Paru janin tidak berfungsi sebagai sumber oksigen atau jalan untuk
mengeluarkan CO2 (karbon dioksida) sehingga paru tidak perlu di perfusi atau
dialiri darah dalam jumlah besar (Wong, 2003).
Setelah lahir, bayi tidak berhubungan lagi dengan plasenta dan
akan segera bergantung dengan paru sebagai sumber utama oksigen. Oleh
karena itu, maka beberapa saat sesudah lahir paru harus segera terisi oksigen
dan pembuluh darah paru harus berelaksasi untuk memberikan perfusi pada
alveoli dan menyerap oksigen untuk diedarkan keseluruh tubuh (Wong, 2003).

Gambar 2.1 Atresia saluran pernapasan (Straight, 2004)


Menurut James (1958) dalam FKUI (1997), Pernafasan spontan
pada bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada masa kehamilan
dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkan asfiksia ringan
yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia transien). Proses ini dianggap
sangat perlu untuk merangsang kemoresptor pusat pernafasan agar terjadi
“primary gasping” yang kemudian akan berlanjut dengan pernafasan teratur,
sifat asfiksia ini mempunyai pengaruh buruk karena reaksi adaptasi bayi dapat
mengatasinya.
Menurut Harris (2003), bila terdapat gangguan pertukaran gas atau
pengangkutan oksigen yang lama pada kehamilan atau persalinan, akan terjadi
asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh
dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan
fungsi tubuh ini dapat reversibel atau tidak tergantung kepada berat dan
lamanya asfiksia.
Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode apnu (“primary
apnoe”) disertai dengan penurunan frekuensi jantung. Selanjutnya bayi akan
memperlihatkan usaha bernafas (gasping) yang kemudian akan diikuti oleh
pernafasan teratur (Harris, 2003).
Pada tingkat asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak tampak dan
bayi selanjutnya berada dalam periode apnu kedua (“secondary apnoe”). Pada
tingkat ini disamping bradikardi ditemukan pula penurunan darah. Disamping
adanya perubahan klinis, akan terjadi pula gangguan metabolisme dan
perubahan asam- basa pada tubuh bayi (Harris, 2003).
Pada tingkat pertama gangguan pertukaran gas mungkin hanya
akan menimbulkan asidosis respiratorik, Bila gangguan berlanjut, dalam tubuh
bayi akan terjadi proses metabolisme anaerob yang berupa glikolisis glikogen
tubuh, sehingga sumber glikogen tubuh, terutama pada jantung dan hati akan
berkurang (Ward, 2008).
Menurut Wong (2003), asam anorganik yang terjadi akibat
metabolisme ini akan menyebabkan timbulnya asidosis metabolik. Pada
tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskuler yang disebabkan
oleh beberapa keadaan diantaranya :
a. Hilangnya sumber glikogen dalam jantung dan akan mempengaruhi fungsi
jantung
b. Terjadinya asidosis metabolik akan mengakibatkan menurunnya sel
jaringan, ternasuk otot jantung, sehingga menimbulkan kelemahan jantung
c. Pengisian udara pada alveoli yang kurang adekuat akan menyebabkan
tingginya resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru
dan sistem sirkulasi lain akan mengalami gangguan asidosis dan gangguan
kardiovaskuler yang terjadi dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel otak.
Kerusakan sel otak yang terjadinya menimbulkan kematian atau gejala sisa
pada kehidupan bayi selanjutnya.
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosa asfiksia adalah
sebagai berikut (Wiknjosastro, 2002):
a. Pemeriksaan pH janin
Dengan menggunakan amnioskopi yang dimasukkan lewat
serviks dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin dan diambil contoh
darah janin. Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan
turunnya pH. Apabila pH itu sampai turun dibawah 7,2 hal itu dianggap
sebagai tanda bahaya (Wiknjosastro, 2007).
1) pH (normal 7,36-7,44). Kadar pH cenderung turun terjadi asidosis
metabolik.
2) PCO2 (normal 35-45 mmHg) kadar PCO2 pada bayi post asfiksia
cenderung naik sering terjadi hiperapnea.
3) PO2 (normal 75-100 mmHg), kadar PO2 pada bayi post asfiksia
cenderung turun karena terjadi hipoksia progresif.
4) HCO3 (normal 24-28 mEq/L)
b. Analisa gas darah
Analisa dilakukan pada darah arteri, penting untuk mengetahui
adanya asidosis dan alkalosis respiratorik/metabolik. Hal ini diketahui
dengan tingkat saturasi SaO2 dan PaO2. Pemeriksaan ini juga dilakukan
untuk mengetahui oksigenasi, evaluasi tingkat kemajuan terapi
(Wiknjosastro, 2007).
c. Pemeriksaan radiologik
Pemeriksaan radiologik seperti ultrasonografi (USG),computed
tomography scan (CT-Scan) dan magnetic resonance imaging (MRI)
mempunyai nilai yang tinggi dalam menegakkan diagnosis.
Gambar 2.2 Bagian kiri, otak neonatus sehat. Bagian kanan neonatus
dengan asfiksia (Straight, 2004).
d. Pemeriksaan darah
1) Hb (normal 15-19 gr%) biasanya pada bayi dengan asfiksia Hb
cenderung turun karena O2 dalam darah sedikit.
2) Leukositnya lebih dari 10,3 x 10 gr/ct (normal 4,3-10,3 x 10 gr/ct)
karena bayi preterm imunitas masih rendah sehingga resiko tinggi.
3) Trombosit (normal 350 x 10 gr/ct)
4) Distrosfiks pada bayi preterm dengan post asfiksi cenderung turun
karena sering terjadi hipoglikemi.
e. Elektrolit darah
Komplikasi metabolisme terjadi di dalam tubuh akibatnya
persediaan garam-garam elektrolit sebagai buffer juga terganggu
kesetimbangannya. Timbul asidosis laktat, hipokalsemi, hiponatremia,
hiperkalemi. Pemeriksaan elektrolit darah dilakukan uji laboratorium
dengan test urine untuk kandungan ureum, natrium, keton atau protein
(Harris, 2003).
1) Natrium (normal 134-150 mEq/L)
2) Kalium (normal 3,6-5,8 mEq/L)
3) Kalsium (normal 8,1-10,4 mEq/L)
f. Gula darah
Pemeriksaan gula darah dilakukan uji laboratorium dengan test
urine untuk kandungan glukosa. Menurut Harris (2003), penderita
asfiksia umumnya mengalami hipoglikemi.

7. Komplikasi
Komplikasi dari asfiksia adalah sebagi berikut (Wong, 2003)
a. Sembab Otak
b. Pendarahan Otak
c. Anuria atau Oliguria
d. Hyperbilirubinemia
e. Obstruksi usus yang fungsional
f. Kejang sampai koma
g. Untuk komplikasi akibat resusitasinya sendiri adalah Pneumonthorax
8. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan asfiksia adalah mempertahankan
kelangsungan hidup bayi dan membatasi gejala sisa yang mungkin muncul.
sedangkan prinsip penatalaksanaannya adalah (Mansjoer, 2000):
a. Memelihara jalan nafas, merangsang/membantu jalan nafas
b. Memelihara sirkulasi
c. Memperbaiki asidosis
d. Mengusahakan suhu lingkungan yang tepat
e. Pada asfiksia berat diberikan O2 dengan tekanan positif dan intermitten
melalui pipa ET, jika belum berhasil lakukan resusitasi jantung paru dan
jika tetap belum timbul nafas spontan (waspadai adanya kelainan
bawaan)
f. Pada asfiksia ringan-sedang, rangsang nafas (isap lendir dan rangsang
nyeri) selama 30-60 detik, jika gagal lakukan pernafasan kodok selama
1-2 menit, jika gagal maka perlakukan klien kedalam penatalaksanaan
asfiksia berat.
g. Jika ada perdarahan otak berikan injeksi vitamin K 1-2 mg
h. Berikan cairan glukosa melalui umbilikus (tali pusat) (Wong, 2003)
1) Kebutuhan parenteral bayi dengan asfiksia
a) Bayi BBLR < 1500 gram menggunakan D5%
b) Bayi BBLR > 1500 gram menggunakan D10%

2) Kebutuhan nutrisi enteral


a) BB < 1250 gram = 24 kali per 24 jam
b) BB 1250-< 2000 gram = 12 kali per 24 jam
c) BB > 2000 gram = 8 kali per 24 jam
3) Kebutuhan minum pada neonatus :
a) Hari ke 1 = 50-60 cc/kg BB/hari
b) Hari ke 2 = 90 cc/kg BB/hari
c) Hari ke 3 = 120 cc/kg BB/hari
d) Hari ke 4 = 150 cc/kg BB/hari
i. Pemberian Obat-Obatan Penunjang
Obat-obatan diperlukan apabila frekuensi jantung bayi tetap 80
per menit walaupun telah dilakukan ventilasi adekuat (dengan oksigen
100%) dan kompresi dada untuk paling sedikit 30 detik atau frekuensi
jantung nol.
Obat-obatan yang diperlukan pada bayi asfiksiaa :
1) Beri adrenalin (larutan 1 : 10.000) dengan dosis 0,1-0,3 ml/kg berat
badan, apabila bayi mengalami bradikardia menetap diberikan
sublingual atau diberikan intravena, sementara NaHCO3 tetap
diberikan, disertai pernafasan buatan.
2) Natrium bicarbonat (NaHCO3) diberikan dengan dosis 2 ml/kg berat
badan (cairan 7,5%) dilarutkan dengan Dextrose 10% dalam
perbandingan 1 : 1 disuntikkan perlahan-lahan kedalam Vena
umbilikus dalam waktu 5 menit.
3) Infus NaCL 0,9% atau Ringer laktat 10 ml/kg berat badan.
Tindakan yang dilaksanakan dapat dibagi menjadi 2 macam yaitu (Wong,
2003):
b.
Tindakan umum
1) Mencegah kehilangan panas
Mengurangi kehilangan panas badan bayi dengan membungkus,
memandikan dengan air hangat, mengeringkan dan menghangatkan
tubuh bayi.

2) Pembersihan jalan nafas


Gunakan penghisap lendir untuk menghisap lendir dimulut dan
tenggorokan, saluran nafas bagian atas kemudian di hidung bayi
secara halus dan lembut hisap mulut terlebih dahulu untuk
memasalahkan tidak ada sesuatu yang sesuatu yang dapat teraspirasi
oleh bayi saat hidungnya dihisap.
3) Memberikan rangsangan untuk menimbulkan pernafasan.
Pengeringan dan penghisapan lendir biasanya cukup untuk
merangsang pernafasan pada bayi baru lahir dengan asfiksia ringan.
Jika tidak mampu mengembangkan pernafasan spontan secara
menandai berikan rangsangan taktik secara singat.
4) Memberikan rangsangan taktil
Rangsangan taktaktil harus diperhatikan secara lembut dan hati-
hati:
a) Dengan lembut, gosok punggung, tubuh, kaki atau tangan
(ekstermitas) satu atau dua kali
b) Dengan lembut, tepuk atau sentil telapak kaki bayi satu atau dua
kali
5) Posisikan bayi dengan baik
Posisikan bayi untuk berbaring pada punggungnya atau miring
dengan kepala/leher sedikit diekstensikan untuk membuka jalan
nafasnya dan memudahkan aliran darah
6) Lakukan resusitasi
a) Asfiksia berat
Resusitasi aktif harus segera dilaksanakan, langkah
utama memperbaiki ventilasi paru dengan pemberian O2 dengan
tekanan dan intermiten, cara terbaik dengan intubasi endotrakeal
lalu diberikan O2 tidak lebih dari 30 mmHg.
Asfiksia berat hampir selalu disertai asidosis, koreksi
dengan bikarbonat natrium 2-4 mEq/kgBB, diberikan pula
dextrose 15-20 % dengan dosis 2-4ml/kgBB. Kedua obat ini
disuntikan kedalam intra vena perlahan melalui vena
umbilikalis, reaksi obat ini akan terlihat jelas jika ventilasi paru
sedikit banyak telah berlangsung.
Usaha pernapasan biasanya mulai timbul setelah tekanan
positif diberikan 1-3 kali, bila tidak didapatkan perbaikan
pernapasan atau frekuensi jantung, maka masase jantung
eksternal dikerjakan dengan frekuensi 80-100/menit.
Tindakan ini diselingi ventilasi tekanan dalam
perbandingan 1:3 yaitu setiap kali satu ventilasi tekanan diikuti
oleh 3 kali kompresi dinding toraks, jika tindakan ini tidak
berhasil bayi harus dinilai kembali, mungkin hal ini disebabkan
oleh ketidakseimbangan asam dan basa yang belum dikoreksi
atau gangguan organik seperti hernia diafragmatika atau stenosis
jalan nafas.
b) Asfiksia sedang
Proses stimulasi penting untuk menimbulkan reflek
pernapasan, bila dalam waktu 30-60 detik tidak timbul
pernapasan spontan. Stimulasi harus dilakukan dengan hati-hati.
Bayi dengan indikasi tetanus tidak dianjurkan pemberian
rangsang.
Pemberian ventilasi aktif harus segera dilakukan.
Ventilasi sederhana dengan kateter O2 intranasal dengan aliran 1-
2 lt/mnt, bayi diletakkan dalam posisi dorsofleksi kepala.
Gambar 2.2 Metode resusitasi two-finger (Straight, 2004)
Kemudian dilakukan gerakan membuka dan menutup
nares dan mulut disertai gerakan dagu keatas dan kebawah
dengan frekuensi 20 kali/menit, sambil diperhatikan gerakan
dinding toraks dan abdomen. Bila bayi memperlihatkan gerakan
pernapasan spontan, usahakan mengikuti gerakan tersebut,
ventilasi dihentikan jika hasil tidak dicapai dalam 1-2 menit,
sehingga ventilasi paru dengan tekanan positif secara tidak
langsung segera dilakukan, ventilasi dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu dengan dari mulut ke mulut atau dari ventilasi ke
kantong masker.

Gambar I.7. Metode resusitasi thumb technique (Straight, 2004)


Pada ventilasi dari mulut ke mulut, sebelumnya mulut
penolong diisi dulu dengan O2, ventilasi dilakukan dengan
frekuensi 20-30 kali permenit dan perhatikan gerakan nafas
spontan yang mungkin timbul. Tindakan dinyatakan tidak
berhasil jika terjadi penurunan frekuensi jantung atau
perburukan tonus otot, intubasi endotrakheal harus segera
dilakukan.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan
menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan
bagi klien. Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :
a. Anamnesis
Identitas klien yang harus diketahui adalah nama, umur, jenis
kelamin, alamat rumah, agama atau kepercayan orang tua, suku bangsa,
bahasa yang dipakai, status pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua,
sosial ekonomi, asuransi kesehatan, riwayat penyakit saat ini.
Klien dengan asfiksia neonatorum akan mengalami aspirasi
meconium, kesulitan bernapas, kelemahan kekuatan otot, warna kulit
pucat, kemungkinan prematur.
Perlu ditanyakan apakah kelahiran sebelumnya berakhir dengan
kematian neonatal, riwayat ibu mengalami penyakit DM, hipertensi,
tetani uteri atau malnutrisi, riwayat konsumsi alkohol, obat dan rokok.
b. Pengkajian Psikososial
Pengkajian ini meliputi: validasi perasaan orang tua klien
terhadap penyakit bayinya, cara orang tua klien mengatasi penyakit,
perilaku orang tua klien/tindakan yang diambil ketika menghadapi
penyakitnya.
c. Pemeriksaan Fisik
1) Breathing/B1
a) Inspeksi
Bentuk dada (barrel atau cembung), kesimetrisan, adanya
insisi, selang dada atau penyimpangan lain. Pada klien dengan
asfiksia akan mengalami usaha bernapas yang lambat sehingga
gerakan cuping hidung mudah terlihat. Terkadang pernapsannya
tak teratur bahkan henti napas
b) Palpasi
Palpasi dilakukan untuk mengetahui perkembangan paru
yang adekuat. Bayi dengan penyakit congenital/bawaan
perkembangan paru tidak baik atau hipoplasia. Sering terjadi di
paru bagian kiri.
c) Perkusi
Suara perkusi di area dada kiri terdengar lebih redup dan pekak.

Gambar 2.1 Hipoplasia paru akibat hernia diafagmatika (Wong,


2004)
d) Auskultasi
Suara napas menurun sampai menghilang. Bunyi napas
tak teratur bahkan lambat.
2) Blood/B2
a) Inspeksi
Pada saat dilakukan inspeksi, perlu diperhatikan letak
ictus cordis normal yang berada pada ICS 5 pada linea medio
calviculaus kiri selebar 1 cm. Pemeriksaan ini bertujuan untuk
mengetahui ada/tidaknya pergeseran jantung.
b) Palpasi
Palpasi dilakukan dengan menghitung denyut jantung
(heart rate) dan harus memperhatikan kedalaman dan teratur atau
tidaknya denyut jantung. Selain itu, perlu juga memperhatikan
adanya thrill (getaran ictus cordis). Memeriksa nadi lengan
dengan meletakkan telunjuk dan jari tengah anda di bagian
dalam siku bayi di sisi yang paling dekat dengan tubuh.

Gambar II.1. Palpasi Nadi (Wong, 2004)


c) Perkusi
Tindakan perkusi dilakukan untuk menentukan batas
jantung (area yang bersuara pekak). Hal ini untuk menentukan
adanya pergeseran jantung karena desakan diafragma bila terjadi
kasus hernia diafragmatika.
d) Auskultasi
Auskultasi dilakukan dengan menentukan bunyi jantung
I dan II tunggal atau gallop, bunyi jantung III merupakan gejala
payah jantung, murmur yang menunjukkan adanya peningkatan
arus turbulensi darah. Penderita asfiksia neonatal denyut jantung
kurang dari 100/menit atau tidak terdengar sama sekali.
Tabel 2.1 Nilai rata-rata denyut jantung normal per menit saat
istirahat (Wong, 2004)
3) Brain/B3
Ketika melakukan inspeksi, tingkat kesadaran perlu dikaji
dengan skala GCS. Fungsi sensorik seperti pendengaran,
penglihatan, penciuman, perabaan dan pengecapan. Penderita
asfiksia berat tidak akan menunjukkan respon GCS (Taslim, 2000).
4) Bladder/B4
Pengukuran volume input/output urine dilakukan dalam
hubungannya dengan intake cairan. Oleh karena itu perlu ditinjau
adanya oliguria atau tidak karena dapat menjadi pertanda awal
adanya syok.
5) Bowel /B5
Ketika inspeksi dilihat bentuk abdomen yang
membuncit/datar, tepi perut menonjol/tidak, umbilicus
menonjol/tidak, ada benjolan massa/tidak. Pada klien biasanya
didapatkan indikasi mual, muntah, penurunan nafsu makan,
penurunan berat badan.

6) Bone/ B6
Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya edema peritibial,
pemeriksaan capillary refill time, feel pada kedua ekstremitas untuk
mengetahui tingkat perfusi perifer. Selanjutnya dilakukan
pemeriksaan kekuatan otot untuk dibandingkan antara bagian kiri
dan kanan.
7) Antropometri
Pengukuran dengan antropometri untuk mengetahui tanda
kegawatan/abnormalitas utama. Berat bayi yang kurang dari normal
dapat menjadi faktor resiko pada penderita asfiksia.

2. Patways
Terlampir
3. Diagnosa Keperwatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan
asfiksia sedang adalah sebagai berikut (NANDA, 2009-2011):
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d Obstruksi jalan nafas: banyaknya
mucus.
b. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi.
c. Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi.
d. Ketidakefektifan pola makan bayi b/d gangguan neurologi
e. Ketidakefektifan termoregulasi b.d faktor usia : bayi baru lahir.

4. Intervensi Keperwatan
Intervensi keperawatan yang dibuat berdasarkan diagnosa
keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut (Johnson et al, 2004):
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan jalan nafas lancar.
NOC I : Respiratory Status: Airway Patency
Kriteria Hasil :
1) Tidak menunjukkan demam.
2) Tidak menunjukkan cemas.
3) Rata-rata repirasi dalam batas normal.
4) Pengeluaran sputum melalui jalan nafas.
5) Tidak ada suara nafas tambahan.
Keterangan skala :
1 : Selalu Menunjukkan
2 : Sering Menunjukkan
3 : Kadang Menunjukkan
4 : Jarang Menunjukkan
5 : Tidak Menunjukkan
NIC I : Respiratory Monitoring
Intevensi :
1) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
R/ : Untuk memaksimalkan ventilasi
2) Monitor respirasi dan status O2
R/ : Mengetahui status respirasi
3) Auskultasi suara nafas sebelum suction
R/ : Mengetahui bunyi suara tambahan sebelum suction
4) Lakukan suction setiap lendir banyak
R/ : untuk mengurangi lendir
5) Auskultasi suara sesudah suction
R/ : Mengetahui bunyi suara tambahan sesudah suction
6) Berikan O2 kanul dengan konsentrasi 1 ltr/mnt
R/ : Mencegah hipoksia
b. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan pola nafas menjadi efektif.
NOC : Respiration status : Ventilation
Kriteria hasil :
1) Pasien menunjukkan pola nafas yang
efektif.
2) Ekspansi dada simetris.
3) Tidak ada bunyi nafas tambahan.
4) Kecepatan dan irama respirasi dalam
batas normal.
Keterangan skala :
1 : Selalu Menunjukkan
2 : Sering Menunjukkan
3 : Kadang Menunjukkan
4 : Jarang Menunjukkan
5 : Tidak Menunjukkan
NIC : airway manajement
Intervensi :
1) Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan melakukan pengisapan
lender.
R/: untuk mempertahankan kepatenan jalan napas
2) Pantau status pernafasan dan oksigenasi sesuai dengan kebutuhan.
R/: untuk mengetahui status pernapasan
3) Auskultasi jalan nafas
R/: untuk mengetahui adanya penurunan ventilasi.
4) Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan AGD dan pemakaian
alan bantu nafas
R/: untuk mengetahui adanya penurunan pernapasan.
5) Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan.
R/: memenuhi kebutuhan oksigen dan mencegah hipoksia
c. Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan pertukaran gas teratasi.
NOC : Status respiratorius : Pertukaran gas
Kriteria hasil :
1) Tidak sesak nafas
2) Fungsi paru dalam batas normal
Keterangan skala :
1 : Selalu Menunjukkan
2 : Sering Menunjukkan
3 : Kadang Menunjukkan
4 : Jarang Menunjukkan
5 : Tidak Menunjukkan
NIC : Manajemen asam basa
Intervensi :
1) Kaji bunyi paru, frekuensi nafas, kedalaman nafas dan produksi
sputum.
R/: mengetahui status pernapasan
2) Pantau saturasi O2 dengan oksimetri
R/: mengetahui penurunan tekanan O2
3) Pantau hasil Analisa Gas Darah
R/: mengetahui tekanan dalam paru-paru
d. Ketidakefektifan pola makan bayi b/d gangguan neurologi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan pola makan bayi menjadi efektif.
NOC : Nutrition status
Kriteria hasil :
1) Kemampuan untuk mengoordinasikan mengisap, menelan, dan
bernapas.
2) Kemampuan untuk memulai mengisap yang efektif.
3) Kemampuan untuk mempertahankan mengisap yang efektif.
Keterangan skala :
1 : Selalu Menunjukkan
2 : Sering Menunjukkan
3 : Kadang Menunjukkan
4 : Jarang Menunjukkan
5 : Tidak Menunjukkan
NIC : Nonnutritive Sucking
Intervensi :
1) Kaji keadaan umum bayi
R/: Mengetahui keadaan secara umum bayi
2) Kaji reflek menghisap bayi
R/: Mengetahui reflek bayi dalam menghisap
3) Timbang BB setiap hari
R/: Mengetahui status nutrisi
4) Beri ASI/PASI sesuai kebutuhan
R/: Meningkatkan status nutrisi

e. Ketidakefektifan termoregulasi b.d faktor usia : bayi baru lahir.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan termoregulasi menjadi efektif.
NOC : Thermoregulation: Newborn
Kriteria hasil :
1) Kulit tidak dingin
2) Frekuensi pernapasan normal
3) suhu tubuh normal
Keterangan skala :
1 : Selalu Menunjukkan
2 : Sering Menunjukkan
3 : Kadang Menunjukkan
4 : Jarang Menunjukkan
5 : Tidak Menunjukkan
NIC : Temperature Regulation
Intervensi :
1) Tempatkan bayi dalam inkubator dengan suhu 36,5 0C
R/: untuk memberikan kehangatan pada bayi dan mencegah
hipotermia
2) Kaji warna kulit
R/: untuk mengetahui dini sianosis
3) Ukur temperatur tubuh bayi setiap 2 jam
R/: untuk mengetahui temperatur bayi
4) Ukur nadi setiap 2 jam
R/: untuk mengetahui nadi bayi
5) Mengukur RR
R/: untuk mengetahui RR bayi
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian
Pengkajian ini dilakukan pada hari senin tanggal 06 Februari 2012 jam
19.45 WIB di ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Kraton Pekalongan
secara alloanamnesa
1. Identitas
a. Identitas Klien
1) Nama : By. Ny. M
2) Umur : BBL
3) Jenis Kelamin : Laki-laki
4) Lahir hari/tanggal/jam: Senin, 06 Februari
2012 pukul 19.50 WIB
5) Alamat : Warukidul 7/4
Wiradesa Pekalongan
6) Agama : Islam
7) No. Reg : 646664
8) Diagnosa Medis : Asfiksia sedang
b. Identitas Penanggungjawab
1) Nama : Tn. M
2) Umur : 25 th
3) Hub. Dg klien : Ayah
4) Pendidikan : SLTA
5) Pekerjaan : Wiraswasta
6) Alamat : Warukidul 7/4
Wiradesa Pekalongan
7) Agama : Islam
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
By. Ny. M belum menangis setelah lahir

b. Riwayat penyakit sekarang


Ny. M mengatakan sejak tanggal 05 Februari 2012 pukul 22.00 WIB,
Ny. M mengeluh perutnya kenceng-kenceng dan hamil 40 minggu dan
dibawa ke bidan setempat untuk mendapatkan pertolongan. Kemudian
bidan menyarankan agar Ny. M dibawa ke rumah sakit. Bersama bidan
dan keluarga, Ny. M dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Kraton
Pekalongan. Kemudian Ny. M dibawa ke Ruang Dahlia Rumah Sakit
Umum Daerah Kraton Pekalongan dengan keluhan merasa kenceng-
kenceng, hamil 40 minggu, ketuban pecah dini, dan air ketuban
berwarna keruh. Pada tanggal 06 Februari 2012 pukul 19.45 WIB Ny.
M melahirkan dengan cara spontan dengan anak yang dilahirkan
berjenis kelamin laki-laki dengan berat badan 2950 gram, panjang
badan 48 cm, lingkar dada 33 cm, lingkar kepala 34 cm dengan nilai
APGAR Score dengan nilai 1’ dengan nilai 3, 5’ dengan nilai 4, dan
10’ dengan nilai 5. Saat setelah lahir By. Ny. M belum menangis,
ekstremitas berwarna biru dan badan berwarna merah dan dilakukan
penghisapan lendir menggunakan Mucus Ekstraktor namun masih
belum bisa menangis. Kemudian dilakukan pemberian ventilasi dengan
Ambu Bag dan rangsangan taktil dan bayi baru bisa menangis.
Kemudian klien dibawa ke Ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah
Kraton Pekalongan untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
c. Riwayat penyakit dahulu
Ny. M mengatakan klien baru pertama kali hamil dan pada saat hamil
klien tidak memiliki penyakit kehamilan serta selalu memeriksakan
kehamilannya ke tempat bidan swasta.
d. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga klien mengatakan bahwa dari anggota keluarga tidak ada
yang mempunyai penyakit menurun seperti hipertensi, DM, dan Asma.
Keluarga juga tidak mempunyai penyakit menular, seperti TBC,
hepatitis, HIV/AIDS.

e. Riwayat kehamilan dan persalinan


1) Pre natal
Ny. M mengatakan bahwa selama kehamilan, Ny. M dalam
keadaan sehat, tidak mempunyai penyakit selama hamil dan ibu
selama hamil selalu memeriksakan kehamilannya ke bidan
setempat dengan intensitas pada trimester pertama 1 bulan sekali,
trimester kedua 1 bulan sekali dan trimester ke tiga 1 bulan 3 kali
serta Ny. M tidak mempunyai kebiasaan merokok dan minum
alkohol.
2) Intra natal
Ny. M mengatakan mulai merasa kenceng-kenceng sejak tanggal
05 Februari 2012 pukul 22.00 WIB, dan melahirkan pada tanggal
06 Februari 2012 pukul 19.45 WIB ditolong oleh bidan dengan
cara lahir spontan pada usia kehamilan 40 minggu dengan anak
yang dilahirkan berjenis kelamin laki-laki dengan berat badan anak
2950 gram, panjang badan 48 cm, lingkar dada 33 cm, lingkar
kepala 34 cm dengan nilai APGAR Score dengan nilai 1’ dengan
nilai 3, 5’ dengan nilai 4, dan 10’ dengan nilai 5.
3) Post natal
Ny. M mengatakan setelah melahirkan merasa lemas. Ny. M akan
mengasuh bayinya sendiri tetapi karena By. Ny. M masih
menjalani perawatan intensif di Ruang Melati maka Ny. M
mempercayakan perawat untuk merawatnya. Sampai hari
pengkajian klien belum bisa memberikan ASI pada bayinya
dikarenakan bayinya masih menjalani perawatan intensif.
f. Riwayat imunisasi
By. Ny. M belum mendapatkan imunisasi apapun dikarenakan masih
menjalani perawatan intensif.

3. Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir


Tanggal 06 Februari 2012
a. Keadaan Umum
1) Penampilan umum: lemah
b. TTV
1) RR : 65 x/mnt
2) N : 180 x/mnt
3) T : 35,8 0C
c. Antropometri
1) BB : 2950 gr
2) TB : 48 cm
3) LILA : 11 cm
4) Lingkar dada : 33 cm
5) Lingkar kepala : 34 cm
d. Kepala
1) Bentuk kepala
Terdapat caput succadeneum, tidak terdapat caput hematom, bentuk
lonjong.
2) Mata
Konjungtiva tidak anemis, tidak ada bleeding konjungtiva, sklera
tidak ikterik, pupil isokor, reflek pupil mengecil terhadap cahaya,
mata kanan simetris dengan mata kiri, serta diameter pupil 2 mm.
3) Hidung
Terdapat penumpukan lendir, septum hidung utuh, dan pernapasan
cuping hidung, menggunakan alat bantu pernapasan dengan kanul
O2 1 ltr/menit.
4) Telinga
Bentuk telinga simetris, tidak terdapat penumpukan serumen, dan
tidak ada fistula.

5) Mulut
Bibir berwarna pucat, terdapat lendir, tidak labioskitis, tidak
labiospalatoskisis.
6) Leher
Tidak terdapat pembengkakan.
e. Dada (jantung dan paru)
Terdapat bunyi tambahan Ronchi, terdapat tarikan intercostals, RR: 65
x/menit, denyut jantung 180 x/menit, tak tampak kelainan, dan bentuk
simetris.
f. Punggung
Tidak terdapat lesi dan hematom, tulang punggung fleksibel, dan tak
tampak kelainan.
g. Abdomen
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm dibawah arcus costaae
pada garis papila mamae, lien tidak teraba, perut datar, belum
terdengar bising usus.
h. Umbilicus
Tali pusat layu, tidak terdapat perdarahan pada tali pusat, tidak terdapat
tanda – tanda infeksi pada tali pusat.
i. Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, vernik
caseosa dapat terlihat pada sebagian tubuh misalnya di kulit tangan,
serta Lanugo dapat terlihat pada pipi dan dahi.
j. Genetalia
Testis sudah turun, tak tampak kelainan pada letak muara uretra, tidak
terjadi perdarahan.
k. Anus
Tak tampak darah pada tinja, warna feses kehitaman.
l. Ekstermitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah
tulang atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan tak
tampak kelainan seperti polidaktili, serta jumlah jari-jari tangan dan
kaki masing-masing kanan dan kiri adalah 5.
m. Status neurologi
1) Reflek tendon
Reflek tendon baik, ditandai dengan reflek ketika tendon dipukul
atau diketuk.
2) Reflek morro (terkejut)
Reflek morro baik, ditandai dengan reflek lengan dan tangan
terbuka bila diberi rangsangan kaget/terkejut.
3) Reflek Rooting (reflek mencari)
Reflek rooting baik, ditandai dengan bayi menolehkan kepalanya
kekiri ketika pipi kiri disentuh.
4) Reflek sucking (reflek menghisap)
Reflek sucking lemah, ditandai dengan bayi belum mampu
menghisap ketika sesuatu dimasukkan ke dalam mulut.
5) Reflek Babinskie
Reflek babinskie baik, ditandai dengan bayi tampak geli ketika
bolpoint diusapkan pada telapak kaki bayi.
6) Reflek palmer graps (reflek menggenggam)
Reflek menggenggam baik, ditandai dengan ketika pada tangan
bayi disentuhkan tangan pemeriksa, tangan bayi bisa
menggenggam.
7) Reflek menangis
Reflek menangis kurang, ditandai bayi tampak belum bisa
menangis ketika lahir hanya bisa merintih.
8) Reflek stapping (reflek berjalan)
Reflek berjalan baik, ditandai dengan bayi tampak seperti berjalan
ketika badannya diangkat.
9) Tonus leher
Tonus leher sedang.

4. Pengkajian Pola Kesehatan


Pengkajian Pola Fungsional Menurut Gordon
a. Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Selama sakit : Ny. M mengatakan bahwa telah mengetahui jika
anaknya sedang sakit maka dari itu Ny. M
mempercayakan semua kepada perawat untuk
merawat anaknya.
b. Pola pernapasan adekuat
Selama sakit : Pasien sesak napas, bernapas dengan irama tidak teratur,
menggunakan alat bantu pernapasan dengan kanul O2
1 ltr/menit, RR : 65 x/menit.

c. Pola nutrisi dan metabolik


Selama sakit : Klien tidak muntah, klien mengalami kelemahan
dalam menghisap, serta ibu klien mengatakan
anaknya belum mendapat ASI karena masih dalam
perawatan intensif.
d. Kebutuhan eliminasi
Selama sakit : Klien BAB sebanyak 2 x/hari, dengan konsistensi
kental, berwarna kehitaman, tidak terdapat lendir atau
darah pada feses, klien BAK 2 x/hari dengan jumlah
urine sekitar ± 40 cc/24 jam, warna urine jernih, bau
khas amoniak.
e. Pola aktivitas dan latihan
Selama sakit : Gerakan klien masih kurang aktif.
f. Kebutuhan istirahat tidur
Selama sakit : Klien tidur selama 10 jam sehari dan terbangun ketika
sedang BAB ataupun BAK.
g. Pola persepsi sensori dan kognitif
Belum dapat dikaji

h. Pola hubungan sosial


Selama sakit : Klien hanya bisa menangis ketika ada petugas yang
menyentuhnya.
i. Pola seksualitas dan reproduksi
Selama sakit : By. Ny. M adalah seorang laki-laki dan tidak
mengalami gangguan organ reproduksi.
j. Pola konsep diri
Orang tua klien berharap agar anaknya cepat sembuh dan dapat
berkumpul lagi dengan keluarga dan kelak menjadi anak yang sholeh
dan pintar.
k. Pola mekanisme koping
By. Ny. M hanya bisa menangis merintih.
l. Pola nilai kepercayaan dan keyakinan
By. Ny. M beragama islam, orang tua yakin bahwa semua adalah
kehendak Allah dan akan kembali pada Allah SWT pula. Sebagai
orang tua hanya bisa selalu menjalankann serta berdo’a untuk
kesembuhan anaknya.

5. Pengkajian Pertumbuhan
By. Ny. M baru lahir pada pukul 19.45 WIB
1) Berat badan : 2950 gram
2) Panjang badan : 48 cm
3) Lingkar kepala : 34 cm
4) Lingkar dada : 33 cm
5) Lingkar lengan atas : 11 cm
6) Status nutrisi :
2,95  3,3  0,35
a) WAZ :   0,88 (gizi normal)
0,40 0,40

48  50,5  2,5
b) HAZ :   1,09 (normal)
2,30 2,30
2,95  3,1  0,15
c) WHZ :   0,5 (normal)
0,3 0,3

6. Pengkajian perkembangan
By. Ny. M belum bisa dilakukan pegakajian perkembangan karena belum
berumur 1 bulan.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Tanggal 06 Februari 2012
No Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
1 Gol darah B Rh+ -

b. APGAR score
APGAR-SCORE 1 menit 5 menit 10 menit
Denyut jantung 1 1 1
Pernapasan 1 1 1
Tonus otot 1 1 1
Peka rangsang 0 1 1
Warna 0 0 1
Total 3 4 5

c. Therapi
Tanggal 06 Februari 2012
1) Injeksi
Vit K 1 mg
Taxegram 2 x 150 mg
Cortidex 1/5
II. ANALISA DATA

Nama Pasien : By. Ny. M No. Registrasi : 922213


Umur : BBL Diagnosa Medis : Asfiksia Sedang
NO HARI/TANGGAL DATA FOKUS PROBLEM ETIOLOGI TTD

1 Senin, Data Subyektif Ketidakefektifan bersihan Obstruksi jalan nafas:


06 Februari 2012 - jalan nafas banyaknya mucus
20.00 WIB Data Obyektif
 Klien menangis lambat pada
penilaian APGAR khususnya
Respiratory (Pernapasan/usaha
nafas) dengan nilai 1 pada menit
pertama dan ketiga dan 2 pada
menit kelima
 Klien sianosis
 Pernafasan irregular
 Terdapat lendir pada hidung dan
mulut ditandai dengan warna
keruh pada mucus ekstraktor
 Klien sesak nafas
 RR : 65 x/menit
2 Senin, Data Subyektif Ketidakefektifan pola makan Gangguan Neurologis
06 Februari 2012 - bayi
20.00 WIB Data Obyektif
 Keadaan umum lemah
 BB : 2950 gr
 Klien tidak mampu memulai
menghisap yang efektif (reflek
sucking lemah)

3 Senin, Data Subyektif Ketidakefektifan Factor usia: bayi baru lahir


06 Februari 2012 - termoregulasi
20.00 WIB Data Obyektif
 Keadaan umum lemah
 Klien sianosis
 Suhu : 35,8 0C
 Nadi : 180x/menit
 RR : 65 x/menit
 Akral dingin
III. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama Pasien : By. Ny. M No. Registrasi : 922213


Umur : BBL Diagnosa Medis : Asfiksia Sedang
NO HARI/TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL TANGGAL TTD
DITEMUKAN TERATASI
1 Senin, Ketidakefektifan bersihan jalan nafas (00031) b/d 06 Februari 2012
06 Februari 2012 Obstruksi jalan nafas: banyaknya mucus
20.00 WIB
2 Senin, Ketidakefektifan pola makan bayi (00107) b/d 06 Februari 2012
06 Februari 2012 Gangguan Neurologis
20.00 WIB
3 Senin, Ketidakefektifan termoregulasi (00006) b/d 06 Februari 2012
06 Februari 2012 Factor usia: bayi baru lahir
20.00 WIB
IV. INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama Pasien : By. Ny. M No. Registrasi : 922213


Umur : BBL Diagnosa Medis : Asfiksia Sedang
NO. DP HARI/TANGGAL TUJUAN/NOC NIC TTD
INTERVENSI MAYOR INTERVENSI
DISARANKAN
1 Senin, Setelah dilakukan tindakan Respiratory Monitoring 1. Posisikan pasien untuk
06 Februari 2012 keperawatan selama 3 x 24 (3350) memaksimalkan
20.00 WIB jam diharapkan jalan napas ventilasi
kembali efektif dengan 2. Monitor respirasi dan
kriteria hasil : status O2
Respiratory Status: Airway 3. Auskultasi suara nafas
Patency (0410) sebelum suction
 Menunjukkan Irama nafas 4. Lakukan suction setiap
teratur (041001) lendir banyak
 Menunjukkan Frekuensi 5. Auskultasi suara
pernafasan dalam rentang sesudah suction
normal RR 40 – 65 x/menit 6. berikan O2 kanul dengan
(041002) konsentrasi 1 ltr/mnt
 Menunjukkan tidak sesak
(041003)
 Menunjukkan tidak
sianosis (041004)
 Menunjukkan lendir
berkurang (041005)
Skala :
1. Selalu ditunjukkan
2. Sering ditunjukkan
3. Kadang ditunjukkan
4. Jarang ditunjukkan
5. Tidak ditunjukkan
2 Senin, Setelah dilakukan tindakan Nonnutritive Sucking (6900) 1. Kaji keadaan umum
06 Februari 2012 keperawatan selama 3 x 24 bayi
20.00 WIB jam diharapkan pola makan 2. Kaji reflek menghisap
bayi efektif dengan kriteria bayi
hasil: 3. Timbang BB setiap hari
Nutrition status (1004) 4. Beri ASI/PASI sesuai
 Menunjukkan reflek kebutuhan
menghisap kuat (100401)
 Menunjukkan peningkatan
berat badan 100 gr
(100402)
Skala :
1. Selalu ditunjukkan
2. Sering ditunjukkan
3. Kadang ditunjukkan
4. Jarang ditunjukkan
5. Tidak ditunjukkan
3 Senin, Setelah dilakukan tindakan Temperature Regulation 1. Tempatkan bayi dalam
06 Februari 2012 keperawatan selama 3 x 24 (3900) inkubator dengan suhu
20.00 WIB jam diharapkan termoregulasi 36,5 0C
kembali efektif dengan 2. Kaji warna kulit
kriteria hasil: 3. Ukur temperature tubuh
Thermoregulation: Newborn 4. Ukur nadi setiap 2 jam
(0801) 5. Ukur RR setiap 2 jam
 Menunjukkan tidak
sianosis (080101)
 Menunjukkan suhu, RR
dan Nadi dalam batas
normal (080102)
- Suhu : 36,5 0C – 37 0C
- RR : 40 – 60 x/menit
- Nadi : 90 – 170 x/menit
 Menunjukkan akral hangat
(080103)
Skala :
1. Selalu ditunjukkan
2. Sering ditunjukkan
3. Kadang ditunjukkan
4. Jarang ditunjukkan
5. Tidak ditunjukkan
V. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
(HARI 1)
Nama Pasien : By. Ny. M No. Registrasi : 922213
Umur : BBL Diagnosa Medis : Asfiksia Sedang
NO. DP HARI/TGL/JAM TINDAKAN RESPON HASIL TTD
1 Senin, Memonitor respirasi dan status O2 S:-
06 Februari 2012 O : - Klien sesak napas dan pernapasan irreguler
20.00 WIB dan dipasang kanul O2 kanul
- RR : 65 x/menit
Memposisikan kepala pasien ekstensi S : -
(Head tilt chin lift) O : Klien masih tampak sesak
Mengauskultasi suara nafassebelum S : -
suction O : Terdapat suara tambahan bunyi nafas yaitu
ronkhi
Melakukan suction S:-
O : Lendir banyak yang terhisap oleh suction
berwarna kehitaman, volume ± 5 cc, bau khas
dan klien menangis keras
Mengauskultasi suara nafas sesudah S : -
suction O : Bunyi suara napas tambahan Ronkhi agak
berkurang
Memberikan O2 kanul dengan konsentrasi S : -
1 ltr/mnt O : O2 kanul terpasang dengan konsentrasi 1 ltr/mnt
- RR : 65 x/menit
2 Mengkaji reflek menghisap bayi S:-
O : Reflek sucking lemah, ditandai dengan bayi
belum mampu menghisap ketika sesuatu
dimasukkan ke dalam mulut
Mengkaji keadaan umum bayi S:-
O : Keadaan umum klien lemah
08.55 WIB Menimbang BB S:-
O : BB klien 2950 kg

3 08.30 WIB Menempatkan bayi dalam inkubator S:-


O : Bayi dalam inkubator dengan suhu 36,5 0C,
akral dingin

09.10 WIB Mengkaji warna kulit S:-


O : Warna kulit kebiruan atau sianosis

09.15 WIB Mengukur temperatur tubuh bayi S:-


O : Suhu tubuh bayi 35,8 0C

09.20 WIB Mengukur nadi S:-


O: Nadi bayi 180x/menit

09.25 WIB Mengukur RR S:-


O : RR bayi 65 x/menit
VI. EVALUASI KEPERAWATAN
(HARI 1)
Nama Pasien : By. Ny. M No. Registrasi : 922213
Umur : BBL Diagnosa Medis : Asfiksia Sedang
NO. DP HARI/TGL/JAM EVALUASI TTD
1 Senin, S:-
06 Februari 2012 O:
21.00 WIB  Klien masih sianosis
 Pernafasan irregular
 Terdapat lendir pada hidung dan mulut ditandai dengan warna keruh pada mucus
ekstraktor
 Klien sesak nafas
 RR : 65 x/menit

A : Masalah belum teratasi


1. Respiratory Status: Airway Patency (0410)
 Klien menunjukkan irama nafas teratur (041001) : 5 (Tidak ditunjukkan)
 Klien menunjukkan Frekuensi pernafasan dalam rentang normal RR 40 – 65
x/menit (041002) : 5 (Tidak ditunjukkan)
 Klien menunjukkan tidak sesak (041003) : 5 (Tidak ditunjukkan)
 Klien menunjukkan tidak sianosis (041004) : 5 (Tidak ditunjukkan)
 Klien menunjukkan lendir berkurang (041005) : 3 (kadang ditunjukkan)
P : Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4, dan 5
2 Senin, S:-
06 Februari 2012 O:
21.00 WIB  Keadaan umum lemah
 BB : 2950 gr
 Klien tidak mampu memulai menghisap yang efektif (reflek sucking lemah)
A : Masalah belum teratasi
1. Nutrition status (1004)
 Klien menunjukkan reflek menghisap kuat (100401) : 5 (Tidak ditunjukkan)
 Klien menunjukkan peningkatan berat badan 100 gr (100402) : 5 (Tidak
ditunjukkan)
P : Lanjutkan Intervensi 1, 2, 3, dan 4
3 Senin, S:-
06 Februari 2012 O:
21.00 WIB  Keadaan umum lemah
 Klien sianosis
 Suhu : 35,8 0C
 Nadi : 180x/menit
 RR : 65 x/menit
 Akral dingin
A : Masalah belum teratasi
1. Thermoregulation: Newborn (0801)
 Menunjukkan tidak sianosis (080101) : 5 (Tidak ditunjukkan)
 Menunjukkan suhu, RR dan nadi dalam batas normal (080102):
- Suhu : 36,5 0C – 37 0C : 5 (Tidak ditunjukkan)
- RR : 40 – 60 x/menit : 5 (Tidak ditunjukkan)
- Nadi : 90 – 170 x/menit : 5 (Tidak ditunjukkan)
 Menunjukkan akral hangat (080103) : 5 (Tidak ditunjukkan)
P : Lanjutkan intervensi 2, 3, 4, dan 5
V. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
(HARI 2)
Nama Pasien : By. Ny. M No. Registrasi : 922213
Umur : BBL Diagnosa Medis : Asfiksia Sedang
NO. DP HARI/TGL/JAM TINDAKAN RESPON HASIL TTD
1 Selasa, Memonitor respirasi dan status O2 S:-
07 Februari 2012 O : - Klien tidak sesak napas dan pernapasan
20.00 WIB reguler dan kanul O2 dilepas
- RR : 50 x/menit
Memposisikan kepala pasien ekstensi S : -
(Head tilt chin lift) O : Klien tampak tidak sesak
Mengauskultasi suara nafas sebelum S : -
suction O : Sudah tidak terdengar suara ronkhi
Melakukan suction S:-
O : Lendir sudah berkurang

2 Selasa, Mengkaji reflek menghisap bayi S:-


07 Februari 2012 O : Reflek sucking sedang, ditandai dengan bayi
20.00 WIB mampu menghisap ketika areola ibu diberikan
pada bayi
Menganjurkan ibu memberi ASI S:-
O : ASI baru sedikit yang keluar

Mengkaji keadaan umum bayi S:-


O : Keadaan umum klien sedang
08.55 WIB Menimbang BB S:-
O : BB klien 2900 kg

3 Selasa, Mengkaji warna kulit S:-


07 Februari 2012 O : warna kulit kemerah-merahan
20.00 WIB
09.10 WIB
09.15 WIB Mengukur temperatur tubuh bayi S:-
O : Suhu tubuh bayi 36,9 0C

09.20 WIB Mengukur nadi S:-


O: Nadi bayi 160 x/menit

09.25 WIB Mengukur RR S:-


O : RR bayi 50 x/menit
VI. EVALUASI KEPERAWATAN
(HARI 2)
Nama Pasien : By. Ny. M No. Registrasi : 922213
Umur : BBL Diagnosa Medis : Asfiksia Sedang
NO. DP HARI/TGL/JAM EVALUASI TTD
1 Rabu, S:-
08 Februari 2012 O:
07.00 WIB  Klien tidak sianosis
 Pernafasan regular
 Terdapat lendir pada hidung dan mulut ditandai dengan warna keruh pada mucus
ekstraktor
 Klien tidak sesak nafas
 RR : 50 x/menit

A : Masalah teratasi
1. Respiratory Status: Airway Patency (0410)
 Klien menunjukkan irama nafas teratur (041001) : 1 (Ditunjukkan)
 Klien menunjukkan Frekuensi pernafasan dalam rentang normal RR 40 – 65
x/menit (041002) : 1 (Ditunjukkan)
 Klien menunjukkan tidak sesak (041003) : 1 (Ditunjukkan)
 Klien menunjukkan tidak sianosis (041004) : 1 (Ditunjukkan)
 Klien menunjukkan lendir berkurang (041005) : 1 (Ditunjukkan)
P : Pertahankan intervensi 1
2 Rabu, S:-
08 Februari 2012 O:
07.00 WIB  Keadaan umum sedang
 BB : 2900 gr
 Reflek sucking sedang, ditandai dengan bayi mampu menghisap ketika areola ibu
diberikan pada bayi
A : Masalah belum teratasi
1. Nutrition status (1004)
 Klien menunjukkan reflek menghisap kuat (100401) : 3 (Kadang ditunjukkan)
 Klien menunjukkan peningkatan berat badan 100 gr (100402) : 5 (Tidak
ditunjukkan)
P : Lanjutkan Intervensi 1, 2, 3, dan 4
3 Rabu, S:-
08 Februari 2012 O:
07.00 WIB  Keadaan umum sedang
 Klien tidak sianosis (warna kulit klien kemerah-merahan)
 Suhu : 36,9 0C
 Nadi : 160x/menit
 RR : 50 x/menit
 Akral hangat
A : Masalah teratasi
1. Thermoregulation: Newborn (0801)
 Menunjukkan tidak sianosis (080101) : 1 (ditunjukkan)
 Menunjukkan suhu, RR dan nadi dalam batas normal (080102):
- Suhu : 36,5 0C – 37 0C : 1 (ditunjukkan)
- RR : 40 – 60 x/menit : 1 (ditunjukkan)
- Nadi : 90 – 170 x/menit : 1 (ditunjukkan)
 Menunjukkan akral hangat (080103) : 1 (ditunjukkan)
P : Pertahankan intervensi 2, 3, 4, dan 5
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang diagnosa keperawatan. Alasan
prioritas, rencana tindakan, implementasi, dan evaluasi. Dalam bab ini juga akan dibahas
tentang kesenjangan antara konsep pada teori dengan kenyataan yang ada di lapangan.
Dari hasil pengkajian pada tanggal 06 Februari 2012 pada By. Ny. M dengan Asfiksia
sedang, penulis memperoleh data yang digunakan untuk menegakkan diagnosa
keperawatan.
Diantaranya pada, pola pernapasan adekuat, klien menangis lambat pada penilaian
APGAR khususnya Respiratory (Pernapasan/usaha nafas) dengan nilai 1 pada menit
pertama dan ketiga dan 2 pada menit kelima, klien sianosis, pernafasan irregular, terdapat
lendir pada hidung dan mulut ditandai dengan warna keruh pada mucus ekstraktor, klien
sesak nafas, RR : 65 x/menit. Pola nutrisi dan metabolik, keadaan umum lemah, BB :
2950 gr, klien tidak mampu memulai menghisap yang efektif (reflek sucking lemah). Pola
nutrisi dan metabolik, keadaan umum lemah, klien sianosis, suhu : 35,8 0C, nadi :
180x/menit, RR : 65 x/menit, akral dingin.
Dari pemeriksaan fisik diperoleh data keadaan umum pasien lemah, vital sign
suhu : 35,8 0C, nadi : 180x/menit, RR : 65 x/menit. Dari data-data diatas penulis
mengangkat diagnosa keperawatan sebagai berikut :
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas (00031) b/d Obstruksi jalan nafas: banyaknya
mucus
Menurut NANDA 2009 – 2011, Ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah
ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk
mempertahankan bersihan jalan napas. Menurut NANDA 2009 – 2011, batasan
karakteristik diagnosa ini ditandai dengan suara napas tambahan, perubahan frekuensi
napas, perubahan irama napas, sianosis, sesak napas, kesulitan berbicara, penurunan
bunyi napas, dispnea, sputum dalam jumlah yang berlebihan, batuk yang tidak efektif,
ortopnea, gelisah, dan mata terbuka lebar. Data yang didapat dari pasien yaitu klien
menangis lambat pada penilaian APGAR khususnya Respiratory (Pernapasan/usaha
nafas) dengan nilai 1 pada menit pertama dan ketiga dan 2 pada menit kelima, klien
sianosis, pernafasan irregular, terdapat lendir pada hidung dan mulut ditandai dengan
warna keruh pada mucus ekstraktor, klien sesak nafas, RR : 65 x/menit. Dari data
teori dan yang ada di lapangan sudah sesuai yaitu adanya sesak napas, perubahan
frekuensi napas, perubahan irama napas, sputum dalam jumlah yang berlebihan,
sianosis. Dari data diatas penulis memprioritaskan masalah yang pertama karena
karena bersifat segera yaitu suatu keadaan yang mengancam dan memerlukan
perawatan yang tepat dan apabila tidak segera diatasi akan mengancam kehidupan
(Effendy, 1995).
Untuk mengatasi masalah diatas penulis membuat rencana keperawatan (NIC)
yang bertujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
jalan napas kembali efektif dengan kriteria hasil : Respiratory Status: Airway Patency
(0410), menunjukkan Irama nafas teratur (041001), menunjukkan Frekuensi
pernafasan dalam rentang normal RR 40 – 65 x/menit (041002), menunjukkan tidak
sesak (041003), menunjukkan tidak sianosis (041004), menunjukkan lendir berkurang
(041005), dengan skala : 1. Selalu ditunjukkan, 2. Sering ditunjukkan, 3. Kadang
ditunjukkan, 4. Jarang ditunjukkan, 5. Tidak ditunjukkan. Antara lain posisikan pasien
untuk memaksimalkan ventilasi, monitor respirasi dan status O 2, auskultasi suara
nafas sebelum suction, lakukan suction setiap lendir banyak, auskultasi suara sesudah
suction, berikan O2 kanul dengan konsentrasi 1 ltr/mnt.
Adapun tindakan yang dilakukan selama 3x24 jam diantaranya memposisikan
pasien untuk memaksimalkan ventilasi, memonitor respirasi dan status O 2,
mengauskultasi suara nafas sebelum suction, melakukan suction setiap lendir banyak,
mengauskultasi suara sesudah suction, memberikan O2 kanul dengan konsentrasi 1
ltr/mnt.
Evaluasi yang diperoleh setelah 3x24 jam didapat tanggal 06 Februari 2012
pukul 21.00 WIB, S : -, O : Klien masih sianosis, pernafasan irregular, terdapat lendir
pada hidung dan mulut ditandai dengan warna keruh pada mucus ekstraktor, klien
sesak nafas, RR : 65 x/menit, A : masalah belum teratasi, Respiratory Monitoring
(3350), klien menunjukkan irama nafas teratur (041001) : 5 (Tidak ditunjukkan), klien
menunjukkan Frekuensi pernafasan dalam rentang normal RR 40 – 65 x/menit
(041002) : 5 (Tidak ditunjukkan), klien menunjukkan tidak sesak (041003) : 5 (Tidak
ditunjukkan), klien menunjukkan tidak sianosis (041004) : 5 (Tidak ditunjukkan),
klien menunjukkan lendir berkurang (041005) : 3 (kadang ditunjukkan), P :
Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4, dan 5.
Evaluasi yang diperoleh setelah 3x24 jam didapat tanggal 08 Februari 2012
pukul 07.00 WIB, S : -, O : klien tidak sianosis, pernafasan regular, terdapat lendir
pada hidung dan mulut ditandai dengan warna keruh pada mucus ekstraktor, klien
tidak sesak nafas, RR : 50 x/menit, A : masalah teratasi, Respiratory Monitoring
(3350), klien menunjukkan irama nafas teratur (041001) : 1 (Ditunjukkan), klien
menunjukkan frekuensi pernafasan dalam rentang normal RR 40 – 65 x/menit
(041002) : 1 (Ditunjukkan), klien menunjukkan tidak sesak (041003) : 1
(Ditunjukkan), klien menunjukkan tidak sianosis (041004) : 1 (Ditunjukkan), klien
menunjukkan lendir berkurang (041005) : 1 (Ditunjukkan), P : Pertahankan
intervensi 1.
2. Ketidakefektifan pola makan bayi (00107) b/d Gangguan Neurologis
Menurut NANDA 2009 – 2011, ketidakefektifan pola makan bayi adalah
gangguan kemampuan bayi untuk menghisap atau mengoordinasi respons
menghisap/menelan yang mengakibatkan ketidakadekuatan nutrisi oral untuk
kebutuhan metabolik. Menurut NANDA 2009 – 2011, batasan karakteristik diagnosa
ini ditandai dengan ketidakmampuan untuk mengoordinasikan mengisap, menelan,
dan bernapas, ketidakmampuan untuk memulai mengisap yang efektif,
ketidakmampuan untuk mempertahankan mengisap yang efektif. Data yang didapat
dari pasien yaitu keadaan umum lemah, BB : 2950 gr, klien tidak mampu memulai
menghisap yang efektif (reflek sucking lemah). Dari data teori dan yang ada di
lapangan sudah sesuai yaitu adanya ketidakmampuan untuk memulai mengisap yang
efektif. Dari data diatas penulis memprioritaskan masalah yang kedua karena bersifat
urgen yaitu masalah pasien memerlukan pelayanan yang tepat terhadap suatu keadaan
yang tidak mengandung resiko tinggi (Effendy, 1995).
Untuk mengatasi masalah diatas penulis membuat rencana keperawatan
(NIC) yang bertujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan pola makan bayi efektif dengan kriteria hasil: Nutrition status (1004),
menunjukkan reflek menghisap kuat (100401), menunjukkan peningkatan berat badan
100 gr (100402), dengan skala : 1. Selalu ditunjukkan, 2. Sering ditunjukkan, 3.
Kadang ditunjukkan, 4. Jarang ditunjukkan, 5. Tidak ditunjukkan. Antara lain kaji
keadaan umum bayi, kaji reflek menghisap bayi, timbang BB setiap hari, beri
ASI/PASI sesuai kebutuhan.
Adapun tindakan yang dilakukan selama 3x24 jam diantaranya mengkaji
reflek menghisap bayi, menganjurkan ibu memberi ASI, mengkaji keadaan umum
bayi, menimbang BB.
Evaluasi yang didapat setelah 3x24 jam diperoleh tanggal 06 Februari 2012
pukul 21.00 WIB, S: -, O: keadaan umum lemah, BB : 2950 gr, klien tidak mampu
memulai menghisap yang efektif (reflek sucking lemah), A : masalah belum teratasi:
Nonnutritive Sucking (6900), klien menunjukkan reflek menghisap kuat (100401) : 3
(Kadang ditunjukkan), klien menunjukkan peningkatan berat badan 100 gr (100402) :
5 (Tidak ditunjukkan), P : Lanjutkan Intervensi 1, 2, 3, dan 4.
Evaluasi yang didapat setelah 3x24 jam diperoleh tanggal 08 Februari 2012
pukul 07.00 WIB, S: -, O: keadaan umum sedang, BB : 2900 gr, reflek sucking
sedang, ditandai dengan bayi mampu menghisap ketika areola ibu diberikan pada
bayi, A : masalah belum teratasi: Nonnutritive Sucking (6900), klien menunjukkan
reflek menghisap kuat (100401) : 3 (Kadang ditunjukkan), klien menunjukkan
peningkatan berat badan 100 gr (100402) : 5 (Tidak ditunjukkan), P : Lanjutkan
Intervensi 1, 2, 3, dan 4.
3. Ketidakefektifan termoregulasi (00006) b/d Faktor usia: bayi baru lahir
Menurut NANDA 2009 – 2011, ketidakefektifan termoregulasi adalah
fluktuasi suhu diantara hipotermia dan hipertermia. Menurut NANDA 2009 – 2011,
batasan karakteristik diagnosa ini ditandai dengan kulit dingin, dasar kuku sianotik,
fluktuasi suhu tubuh diatas dan dibawah kisaran normal, kulit kemerahan, hipertensi,
peningkatan frekuensi pernapasan, peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal,
sedikit menggigil, pucat sedang, piloereksi, penurunan suhu tubuh dibawah kisaran
normal, kejang, pengisian ulang kapiler yang lambat, takikardia, kulit terasa hangat
saat disentuh. Sedangkan data yang ditemukan dari pasien adalah keadaan umum
lemah, klien sianosis, suhu : 35,8 0C, nadi : 180x/menit, RR : 65 x/menit, akral dingin.
Dari data teori dan data lapangan sudah sesuai yaitu dengan adanya kulit dingin, dasar
kuku sianotik, penurunan suhu tubuh dibawah kisaran normal, takikardia. Untuk
diagnosa ini penulis memprioritaskan masalah yang ketiga karena masalah pasien
tidak mengandung resiko tinggi (Effendy, 1995).
Untuk mengatasi masalah diatas penulis membuat rencana keperawatan yang
bertujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
termoregulasi kembali efektif dengan kriteria hasil: Thermoregulation: Newborn
(0801), menunjukkan tidak sianosis (080101), menunjukkan suhu, RR dan nadi dalam
batas normal (080102): Suhu : 36,5 0C – 37 0C, RR : 40 – 60 x/menit, nadi : 90 – 170
x/menit, menunjukkan akral hangat (080103), dengan skala : 1. Selalu ditunjukkan, 2.
Sering ditunjukkan, 3. Kadang ditunjukkan, 4. Jarang ditunjukkan, 5. Tidak
ditunjukkan. Antara lain tempatkan bayi dalam inkubator, kaji warna kulit, ukur
temperatur tubuh bayi, ukur nadi, ukur RR.
Adapun tindakan yang dilakukan selama 3x24 jam diantaranya, meliputi
menempatkan bayi dalam inkubator, mengkaji warna kulit, mengukur temperatur
tubuh bayi, mengukur nadi, mengukur RR.
Evaluasi yang didapat setelah 3x24 jam didapat pada tanggal 06 Februari
2012 pukul 21.00 WIB, S:-, O: keadaan umum lemah, klien sianosis, suhu : 35,8 0C,
nadi : 180x/menit, RR : 65 x/menit, akral dingin, A: Masalah teratasi :
Thermoregulation: Newborn (0801), Menunjukkan tidak sianosis (080101) : 5 (Tidak
ditunjukkan), Menunjukkan suhu, RR dan nadi dalam batas normal (080102): Suhu :
36,5 0C – 37 0C : 5 (Tidak ditunjukkan), RR : 40 – 60 x/menit : 5 (Tidak ditunjukkan),
Nadi : 90 – 170 x/menit : 5 (Tidak ditunjukkan), Menunjukkan akral hangat
(080103) : 5 (Tidak ditunjukkan), P : Lanjutkan intervensi 2, 3, 4, dan 5.
Evaluasi yang didapat setelah 3x24 jam didapat pada tanggal 08 Februari
2012 pukul 07.00 WIB, S:-, O: keadaan umum sedang, klien tidak sianosis (warna
kulit klien kemerah-merahan), suhu : 36,9 0C, nadi : 160 x/menit, RR : 50 x/menit,
akral hangat, A: Masalah teratasi : Thermoregulation: Newborn (0801), Menunjukkan
tidak sianosis (080101) : 1 (ditunjukkan), Menunjukkan suhu, RR dan nadi dalam
batas normal (080102): Suhu : 36,5 0C – 37 0C : 1 (ditunjukkan), RR : 40 – 60 x/menit
: 1 (ditunjukkan), Nadi : 90 – 170 x/menit : 1 (ditunjukkan), Menunjukkan akral
hangat (080103) : 1 (ditunjukkan), P : Pertahankan intervensi 2, 3, 4, dan 5.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas secara
spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir
2. Hal-hal yang menyebabkan asfiksia salah satunya adalah hipoksia janin yang
terjadi karena gangguan pertukaran gas transport O2 dari ibu ke janin sehingga
terdapat gangguan dalam persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO2.
3. Manifestasi klinis Pernafasan cuping hidung, Pernafasan cepat., Nadi cepat,
Cyanosis, Nilai APGAR kurang dari 6 dan apabila berlanjut akan terjadi
pernapasan megap-megap (gasping).
4. Patofisiologis asfiksia yang disebabkan karena gangguan pertukaran gas oksigen
dari ibu ke janin.
5. Pemeriksaan penunjang asfiksia salah satunya adalah dengan Pemeriksaan darah
yaitu HB, leukosit, trombosit
6. Komplikasi asfiksia adalah salah satunya terjadi pada Sembab Otak
7. Penatalaksanaan keperawatan asfiksia salah satunya adalah Memelihara jalan
nafas, merangsang/membantu jalan nafas dengan pemberian O2 dengan tekanan
positif
8. Pengkajian abortus incompletus difokuskan pada riwayat kesehatan yang meliputi
riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan masa lalu, riwayat penyakit yang
pernah dialami, riwayat kesehatan keluarga, riwayat kesehatan reproduksi, riwayat
kehamilan, riwayat seksual, riwayat pemakaian obat. Selain itu pada pola
fungsional yang harus diperhatikan adalah kebutuhan nutrisi adekuat, kebutuhan
eliminasi, kebutuhan keamanan dan kenyamanan, dan kebutuhan belajar.
9. Kemungkinan diagnosa yang muncul adalah Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
b/d Obstruksi jalan nafas: banyaknya mucus
10. Intervensi yang dibuat harus berdasarkan pada prinsip SMART (Spesifik,
Measurable, Achivable, Reality, and Time).
B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit.
Diharapkan bagi rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan laboratorium
untuk hasil PO2 dan PCO2 untuk mengetahui tekanan dalam paru-paru sehingga
terapi yang diberikan sesuai dengan kondisi bayi yang mengalami asfiksia.
2. Bagi Pasien dan Keluarga
Diharapkan keluarga dapat memahami penyebab dari asfiksia sehingga pada
saat hamil ibu diharapkan bisa mencegah hal-hal yang dapat memicu terjadinya
asfiksia.
DAFTAR PUSTAKA

Diagnosa aplikasi. Diagnosa Nanda (NIC-NOC). 2009-2011

Effendy, Nasrul. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. Jakarta: EGC

Harris, R dkk. 2003. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 3. Jakarta : Informedika
Jakarta
Johnson, Marion, dkk. 2004. IOWA OUTCOMES PROJECT Nursing Outcomes
Classification (NOC). Mosby

Mc.Closkey, Joannc C.dkk. 2004. IOWA OUTCOMES PROJECT Nursing Interventions


Classification (NIC). Mosby

Saifudin. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2005. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta:
Infomedika Jakarta.
Straight. 2004. Keperawatan Bayi Baru Lahir Edisi 3. Jakarta : EGC
Taslim, Soetomargolo. 2000. Neurologi Anak. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Winkjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan Cetakan Ketujuh Ed. 3. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Wiknjosastro, Hanifa. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo.
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Perawatan Pediatric Edisi 4. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai