M DENGAN ASFIKSIA
SEDANG DI RUANG MELATI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH KRATON PEKALONGAN
Disusun oleh:
Wasis Joko Budi Utomo, S. Kep
Mengetahui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik
Penulis
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Periode setelah lahir merupakan awal kehidupan yang tidak
menyenangkan bagi bayi. Hal itu disebabkan oleh lingkungan kehidupan
sebelumnya (intrauterus) dengan kehidupan sekarang (ekstrauterus) yang
sangat berbeda. Bayi yang dilahirkan prematur ataupun bayi yang dilahirkan
dengan penyulit/komplikasi, tentu proses adaptasi kehidupan tersebut menjadi
lebih sulit untuk dilaluinya. Bahkan sering kali menjadi pemicu timbulnya
komplikasi lain yang menyebabkan bayi tersebut tidak mampu melanjutkan
kehidupan ke fase berikutnya (meninggal). Bayi seperti ini yang disebut
dengan istilah bayi resiko tinggi (Mansjoer, 2000).
Data dari WHO memperlihatkan bahwa angka kematian neonatal di
negara berkembang berkisar 4-9 juta/tahun disebabkan oleh asfixia,
prosentasenya berkisar 20% (Laberge, 2006). Menurut Straight (2004), dari
total NMR (Neonatal Mortality Rate) tahun 2005 yaitu 22/1000 kelahiran
hidup, 27% kematian neonatal disebabkan oleh asfiksia. Angka kejadian yang
cukup besar ini perlu mendapatkan perhatian serius.
Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah. Keadaan ini disertai dengan
hipoksia, hiperkapnia, dan berakhir dengan asidosis. Hipoksia yang terdapat
pada penderita Asfiksia ini merupakan fackor terpenting yang dapat
menghambat adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan ekstrauterin.
Penilaian statistik dan pengalaman klinis atau patologi anatomis menunjukkan
bahwa keadaan ini merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas bayi
baru lahir. Hal ini dibuktikan oleh Drage dan Berendes (1966) yang
mendapatkan bahwa skor APGAR yang rendah sebagai manifestasi hipoksia
berat pada bayi saat lahir akan memperlihatkan angka kematian yang tinggi.
Asidosis, gangguan kardiovaskuler serta komplikasinya sebagai akibat
langsung dari hipoksia yang merupakan penyebab utama kegagalan, ini akan
sering berlanjut menjadi sindrom gangguan pernafasan pada hari-hari pertama
setelah lahir (Staff Pengajar FKUI, 2005).
B. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Tujuan umum
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah untuk menggambarkan
Asuhan Keperawatan pada By. Ny. M dengan Asfiksia Sedang di Ruang
Melati Rumah Sakit Umum Daerah Kraton Pekalongan.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah agar penulis mampu:
a. Menjelaskan pengertian Asfiksia.
b. Menjelaskan etiologi Asfiksia.
c. Menjelaskan manifestasi klinis Asfiksia.
d. Menjelaskan patofisiologi Asfiksia.
e. Menjelaskan pemeriksaan penunjang Asfiksia.
f. Menjelaskan komplikasi Asfiksia.
g. Menjelaskan penatalaksanaan Asfiksia.
h. Menjelaskan pengkajian Asfiksia.
i. Menjelaskan diagnosa keperawatan yang kemungkinan muncul.
j. Menjelaskan intervensi keperawatan.
k. Melakukan pengkajian keperawatan pada By. Ny. M dengan Asfiksia
Sedang di Ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Kraton
Pekalongan.
l. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada By. Ny. M dengan
Asfiksia Sedang di Ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Kraton
Pekalongan.
m. Mampu membuat intervensi keperawatan pada By. Ny. M dengan
Asfiksia Sedang di Ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Kraton
Pekalongan.
n. Mampu mengangkat implementasi keperawatan dan mengetahui respon
hasil pada By. Ny. M dengan Asfiksia Sedang di Ruang Melati Rumah
Sakit Umum Daerah Kraton Pekalongan.
o. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada By. Ny. M dengan
Asfiksia Sedang di Ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Kraton
Pekalongan.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penulisan makalah ini adalah “Asuhan Keperawatan
pada Klien dengan Asfiksia Sedang”.
D. Metode
Data penulisan makalah ini menggunakan metode deskriptif dalam
bentuk studi kasus dengan pendekatan proses keperawatan yang meliputi
pengkajian, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Sedangkan teknik
pengumpulan data dengan:
1. Observasi
Yaitu dengan mengadakan pengawasan langsung terhadap keadaan umum
pasien serta perkembangan sambil melakukan asuhan keperawatan selama
observasi.
2. Wawancara
Yaitu dengan tanya jawab dengan keluarga pasien, bidan dan tenaga
kesehatan yang ikut menangani.
3. Studi dokumentasi
Yaitu dengan mempelajari catatan medik pasien, buku laporan serta
dokumen lainnya.
4. Studi kepustakaan
Yaitu dengan mempelajari buku-buku literatur yang berkaitan dengan
gangguan sistem pernapasan terutama tentang Asfiksia Sedang.
E. Manfaat Penulisan
1. Bagi penulis
a. Menambah pengetahuan tentang asfiksia sedang dan keterampilan dalam
memberikan asuhan keperawatan.
b. Dapat memperoleh pengalaman yang nyata dan dapat memberikan
asuhan keperawatan yang tepat pada pasian asfiksia sedang yang sesuai
kewenangan, kompentensi dan standart pelayanan keperawatan.
c. Penulis dapat membandingkan antara teori dan praktek tentang asfiksia
sedang.
2. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada
umumnya dan meningkatkan mutu pelayanan pada penderita asfiksia sedang
pada khususnya.
3. Bagi Institusi
a. Dapat menambah ilmu pengetahuan dibidang pendidikan dalam
meningkatkan kualitas pendidikan yang akan datang.
b. Dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dan
pengetahuan mahasiswanya dalam melakukan asuhan keperawatan pada
penderita asfiksia sedang.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan terdiri dari : latar belakang masalah, tujuan
penulisan, ruang lingkup, metode, manfaat penulisan, sistematika
penulisan.
BAB II : Konsep dasar terdiri dari konsep medis yang berisi pengertian,
klasifikasi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan
penunjang, komplikasi dan penatalaksanaan, pengakajian data
dasar clinical pathway dan fokus intervensi
BAB III : Tinjauan kasus yang berisi tentang pengkajian data, diagnosa
keperawatan berdasarkan prioritas, rencana intervensi,
implementasi, dan evaluasi.
BAB IV : Pembahasan yang berisi tentang pembahasan yang mampu
memberikan solusi dengan alasan-alasan yang dapat di
pertanggungjawabkan (acaountility) dan berorientasi pada
problem solving (pemecahan masalah) dengan argumentasi
ilmiah logis terhadap permasalahan yang timbul pada kenyataan
lapangangan dengan pandangan secara teoritis.
BAB V : Penutup berisi kesimpulan dan saran-saran yag lebih menekankan
pada usulan yang sifatnya lebih operasional/aplikatif
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Diagram 2.1. Keterlibatan tiga sistem organ dalam awal kehidupan bayi
Sebelum lahir alveoli paru bayi menguncup dan terisi oleh cairan.
Paru janin tidak berfungsi sebagai sumber oksigen atau jalan untuk
mengeluarkan CO2 (karbon dioksida) sehingga paru tidak perlu di perfusi atau
dialiri darah dalam jumlah besar (Wong, 2003).
Setelah lahir, bayi tidak berhubungan lagi dengan plasenta dan
akan segera bergantung dengan paru sebagai sumber utama oksigen. Oleh
karena itu, maka beberapa saat sesudah lahir paru harus segera terisi oksigen
dan pembuluh darah paru harus berelaksasi untuk memberikan perfusi pada
alveoli dan menyerap oksigen untuk diedarkan keseluruh tubuh (Wong, 2003).
7. Komplikasi
Komplikasi dari asfiksia adalah sebagi berikut (Wong, 2003)
a. Sembab Otak
b. Pendarahan Otak
c. Anuria atau Oliguria
d. Hyperbilirubinemia
e. Obstruksi usus yang fungsional
f. Kejang sampai koma
g. Untuk komplikasi akibat resusitasinya sendiri adalah Pneumonthorax
8. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan asfiksia adalah mempertahankan
kelangsungan hidup bayi dan membatasi gejala sisa yang mungkin muncul.
sedangkan prinsip penatalaksanaannya adalah (Mansjoer, 2000):
a. Memelihara jalan nafas, merangsang/membantu jalan nafas
b. Memelihara sirkulasi
c. Memperbaiki asidosis
d. Mengusahakan suhu lingkungan yang tepat
e. Pada asfiksia berat diberikan O2 dengan tekanan positif dan intermitten
melalui pipa ET, jika belum berhasil lakukan resusitasi jantung paru dan
jika tetap belum timbul nafas spontan (waspadai adanya kelainan
bawaan)
f. Pada asfiksia ringan-sedang, rangsang nafas (isap lendir dan rangsang
nyeri) selama 30-60 detik, jika gagal lakukan pernafasan kodok selama
1-2 menit, jika gagal maka perlakukan klien kedalam penatalaksanaan
asfiksia berat.
g. Jika ada perdarahan otak berikan injeksi vitamin K 1-2 mg
h. Berikan cairan glukosa melalui umbilikus (tali pusat) (Wong, 2003)
1) Kebutuhan parenteral bayi dengan asfiksia
a) Bayi BBLR < 1500 gram menggunakan D5%
b) Bayi BBLR > 1500 gram menggunakan D10%
6) Bone/ B6
Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya edema peritibial,
pemeriksaan capillary refill time, feel pada kedua ekstremitas untuk
mengetahui tingkat perfusi perifer. Selanjutnya dilakukan
pemeriksaan kekuatan otot untuk dibandingkan antara bagian kiri
dan kanan.
7) Antropometri
Pengukuran dengan antropometri untuk mengetahui tanda
kegawatan/abnormalitas utama. Berat bayi yang kurang dari normal
dapat menjadi faktor resiko pada penderita asfiksia.
2. Patways
Terlampir
3. Diagnosa Keperwatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan
asfiksia sedang adalah sebagai berikut (NANDA, 2009-2011):
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d Obstruksi jalan nafas: banyaknya
mucus.
b. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi.
c. Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi.
d. Ketidakefektifan pola makan bayi b/d gangguan neurologi
e. Ketidakefektifan termoregulasi b.d faktor usia : bayi baru lahir.
4. Intervensi Keperwatan
Intervensi keperawatan yang dibuat berdasarkan diagnosa
keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut (Johnson et al, 2004):
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan jalan nafas lancar.
NOC I : Respiratory Status: Airway Patency
Kriteria Hasil :
1) Tidak menunjukkan demam.
2) Tidak menunjukkan cemas.
3) Rata-rata repirasi dalam batas normal.
4) Pengeluaran sputum melalui jalan nafas.
5) Tidak ada suara nafas tambahan.
Keterangan skala :
1 : Selalu Menunjukkan
2 : Sering Menunjukkan
3 : Kadang Menunjukkan
4 : Jarang Menunjukkan
5 : Tidak Menunjukkan
NIC I : Respiratory Monitoring
Intevensi :
1) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
R/ : Untuk memaksimalkan ventilasi
2) Monitor respirasi dan status O2
R/ : Mengetahui status respirasi
3) Auskultasi suara nafas sebelum suction
R/ : Mengetahui bunyi suara tambahan sebelum suction
4) Lakukan suction setiap lendir banyak
R/ : untuk mengurangi lendir
5) Auskultasi suara sesudah suction
R/ : Mengetahui bunyi suara tambahan sesudah suction
6) Berikan O2 kanul dengan konsentrasi 1 ltr/mnt
R/ : Mencegah hipoksia
b. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan pola nafas menjadi efektif.
NOC : Respiration status : Ventilation
Kriteria hasil :
1) Pasien menunjukkan pola nafas yang
efektif.
2) Ekspansi dada simetris.
3) Tidak ada bunyi nafas tambahan.
4) Kecepatan dan irama respirasi dalam
batas normal.
Keterangan skala :
1 : Selalu Menunjukkan
2 : Sering Menunjukkan
3 : Kadang Menunjukkan
4 : Jarang Menunjukkan
5 : Tidak Menunjukkan
NIC : airway manajement
Intervensi :
1) Pertahankan kepatenan jalan nafas dengan melakukan pengisapan
lender.
R/: untuk mempertahankan kepatenan jalan napas
2) Pantau status pernafasan dan oksigenasi sesuai dengan kebutuhan.
R/: untuk mengetahui status pernapasan
3) Auskultasi jalan nafas
R/: untuk mengetahui adanya penurunan ventilasi.
4) Kolaborasi dengan dokter untuk pemeriksaan AGD dan pemakaian
alan bantu nafas
R/: untuk mengetahui adanya penurunan pernapasan.
5) Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan.
R/: memenuhi kebutuhan oksigen dan mencegah hipoksia
c. Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan pertukaran gas teratasi.
NOC : Status respiratorius : Pertukaran gas
Kriteria hasil :
1) Tidak sesak nafas
2) Fungsi paru dalam batas normal
Keterangan skala :
1 : Selalu Menunjukkan
2 : Sering Menunjukkan
3 : Kadang Menunjukkan
4 : Jarang Menunjukkan
5 : Tidak Menunjukkan
NIC : Manajemen asam basa
Intervensi :
1) Kaji bunyi paru, frekuensi nafas, kedalaman nafas dan produksi
sputum.
R/: mengetahui status pernapasan
2) Pantau saturasi O2 dengan oksimetri
R/: mengetahui penurunan tekanan O2
3) Pantau hasil Analisa Gas Darah
R/: mengetahui tekanan dalam paru-paru
d. Ketidakefektifan pola makan bayi b/d gangguan neurologi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses
keperawatan diharapkan pola makan bayi menjadi efektif.
NOC : Nutrition status
Kriteria hasil :
1) Kemampuan untuk mengoordinasikan mengisap, menelan, dan
bernapas.
2) Kemampuan untuk memulai mengisap yang efektif.
3) Kemampuan untuk mempertahankan mengisap yang efektif.
Keterangan skala :
1 : Selalu Menunjukkan
2 : Sering Menunjukkan
3 : Kadang Menunjukkan
4 : Jarang Menunjukkan
5 : Tidak Menunjukkan
NIC : Nonnutritive Sucking
Intervensi :
1) Kaji keadaan umum bayi
R/: Mengetahui keadaan secara umum bayi
2) Kaji reflek menghisap bayi
R/: Mengetahui reflek bayi dalam menghisap
3) Timbang BB setiap hari
R/: Mengetahui status nutrisi
4) Beri ASI/PASI sesuai kebutuhan
R/: Meningkatkan status nutrisi
A. Pengkajian
Pengkajian ini dilakukan pada hari senin tanggal 06 Februari 2012 jam
19.45 WIB di ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Kraton Pekalongan
secara alloanamnesa
1. Identitas
a. Identitas Klien
1) Nama : By. Ny. M
2) Umur : BBL
3) Jenis Kelamin : Laki-laki
4) Lahir hari/tanggal/jam: Senin, 06 Februari
2012 pukul 19.50 WIB
5) Alamat : Warukidul 7/4
Wiradesa Pekalongan
6) Agama : Islam
7) No. Reg : 646664
8) Diagnosa Medis : Asfiksia sedang
b. Identitas Penanggungjawab
1) Nama : Tn. M
2) Umur : 25 th
3) Hub. Dg klien : Ayah
4) Pendidikan : SLTA
5) Pekerjaan : Wiraswasta
6) Alamat : Warukidul 7/4
Wiradesa Pekalongan
7) Agama : Islam
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
By. Ny. M belum menangis setelah lahir
5) Mulut
Bibir berwarna pucat, terdapat lendir, tidak labioskitis, tidak
labiospalatoskisis.
6) Leher
Tidak terdapat pembengkakan.
e. Dada (jantung dan paru)
Terdapat bunyi tambahan Ronchi, terdapat tarikan intercostals, RR: 65
x/menit, denyut jantung 180 x/menit, tak tampak kelainan, dan bentuk
simetris.
f. Punggung
Tidak terdapat lesi dan hematom, tulang punggung fleksibel, dan tak
tampak kelainan.
g. Abdomen
Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 – 2 cm dibawah arcus costaae
pada garis papila mamae, lien tidak teraba, perut datar, belum
terdengar bising usus.
h. Umbilicus
Tali pusat layu, tidak terdapat perdarahan pada tali pusat, tidak terdapat
tanda – tanda infeksi pada tali pusat.
i. Kulit
Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru, vernik
caseosa dapat terlihat pada sebagian tubuh misalnya di kulit tangan,
serta Lanugo dapat terlihat pada pipi dan dahi.
j. Genetalia
Testis sudah turun, tak tampak kelainan pada letak muara uretra, tidak
terjadi perdarahan.
k. Anus
Tak tampak darah pada tinja, warna feses kehitaman.
l. Ekstermitas
Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah
tulang atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan tak
tampak kelainan seperti polidaktili, serta jumlah jari-jari tangan dan
kaki masing-masing kanan dan kiri adalah 5.
m. Status neurologi
1) Reflek tendon
Reflek tendon baik, ditandai dengan reflek ketika tendon dipukul
atau diketuk.
2) Reflek morro (terkejut)
Reflek morro baik, ditandai dengan reflek lengan dan tangan
terbuka bila diberi rangsangan kaget/terkejut.
3) Reflek Rooting (reflek mencari)
Reflek rooting baik, ditandai dengan bayi menolehkan kepalanya
kekiri ketika pipi kiri disentuh.
4) Reflek sucking (reflek menghisap)
Reflek sucking lemah, ditandai dengan bayi belum mampu
menghisap ketika sesuatu dimasukkan ke dalam mulut.
5) Reflek Babinskie
Reflek babinskie baik, ditandai dengan bayi tampak geli ketika
bolpoint diusapkan pada telapak kaki bayi.
6) Reflek palmer graps (reflek menggenggam)
Reflek menggenggam baik, ditandai dengan ketika pada tangan
bayi disentuhkan tangan pemeriksa, tangan bayi bisa
menggenggam.
7) Reflek menangis
Reflek menangis kurang, ditandai bayi tampak belum bisa
menangis ketika lahir hanya bisa merintih.
8) Reflek stapping (reflek berjalan)
Reflek berjalan baik, ditandai dengan bayi tampak seperti berjalan
ketika badannya diangkat.
9) Tonus leher
Tonus leher sedang.
5. Pengkajian Pertumbuhan
By. Ny. M baru lahir pada pukul 19.45 WIB
1) Berat badan : 2950 gram
2) Panjang badan : 48 cm
3) Lingkar kepala : 34 cm
4) Lingkar dada : 33 cm
5) Lingkar lengan atas : 11 cm
6) Status nutrisi :
2,95 3,3 0,35
a) WAZ : 0,88 (gizi normal)
0,40 0,40
48 50,5 2,5
b) HAZ : 1,09 (normal)
2,30 2,30
2,95 3,1 0,15
c) WHZ : 0,5 (normal)
0,3 0,3
6. Pengkajian perkembangan
By. Ny. M belum bisa dilakukan pegakajian perkembangan karena belum
berumur 1 bulan.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Tanggal 06 Februari 2012
No Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
1 Gol darah B Rh+ -
b. APGAR score
APGAR-SCORE 1 menit 5 menit 10 menit
Denyut jantung 1 1 1
Pernapasan 1 1 1
Tonus otot 1 1 1
Peka rangsang 0 1 1
Warna 0 0 1
Total 3 4 5
c. Therapi
Tanggal 06 Februari 2012
1) Injeksi
Vit K 1 mg
Taxegram 2 x 150 mg
Cortidex 1/5
II. ANALISA DATA
A : Masalah teratasi
1. Respiratory Status: Airway Patency (0410)
Klien menunjukkan irama nafas teratur (041001) : 1 (Ditunjukkan)
Klien menunjukkan Frekuensi pernafasan dalam rentang normal RR 40 – 65
x/menit (041002) : 1 (Ditunjukkan)
Klien menunjukkan tidak sesak (041003) : 1 (Ditunjukkan)
Klien menunjukkan tidak sianosis (041004) : 1 (Ditunjukkan)
Klien menunjukkan lendir berkurang (041005) : 1 (Ditunjukkan)
P : Pertahankan intervensi 1
2 Rabu, S:-
08 Februari 2012 O:
07.00 WIB Keadaan umum sedang
BB : 2900 gr
Reflek sucking sedang, ditandai dengan bayi mampu menghisap ketika areola ibu
diberikan pada bayi
A : Masalah belum teratasi
1. Nutrition status (1004)
Klien menunjukkan reflek menghisap kuat (100401) : 3 (Kadang ditunjukkan)
Klien menunjukkan peningkatan berat badan 100 gr (100402) : 5 (Tidak
ditunjukkan)
P : Lanjutkan Intervensi 1, 2, 3, dan 4
3 Rabu, S:-
08 Februari 2012 O:
07.00 WIB Keadaan umum sedang
Klien tidak sianosis (warna kulit klien kemerah-merahan)
Suhu : 36,9 0C
Nadi : 160x/menit
RR : 50 x/menit
Akral hangat
A : Masalah teratasi
1. Thermoregulation: Newborn (0801)
Menunjukkan tidak sianosis (080101) : 1 (ditunjukkan)
Menunjukkan suhu, RR dan nadi dalam batas normal (080102):
- Suhu : 36,5 0C – 37 0C : 1 (ditunjukkan)
- RR : 40 – 60 x/menit : 1 (ditunjukkan)
- Nadi : 90 – 170 x/menit : 1 (ditunjukkan)
Menunjukkan akral hangat (080103) : 1 (ditunjukkan)
P : Pertahankan intervensi 2, 3, 4, dan 5
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang diagnosa keperawatan. Alasan
prioritas, rencana tindakan, implementasi, dan evaluasi. Dalam bab ini juga akan dibahas
tentang kesenjangan antara konsep pada teori dengan kenyataan yang ada di lapangan.
Dari hasil pengkajian pada tanggal 06 Februari 2012 pada By. Ny. M dengan Asfiksia
sedang, penulis memperoleh data yang digunakan untuk menegakkan diagnosa
keperawatan.
Diantaranya pada, pola pernapasan adekuat, klien menangis lambat pada penilaian
APGAR khususnya Respiratory (Pernapasan/usaha nafas) dengan nilai 1 pada menit
pertama dan ketiga dan 2 pada menit kelima, klien sianosis, pernafasan irregular, terdapat
lendir pada hidung dan mulut ditandai dengan warna keruh pada mucus ekstraktor, klien
sesak nafas, RR : 65 x/menit. Pola nutrisi dan metabolik, keadaan umum lemah, BB :
2950 gr, klien tidak mampu memulai menghisap yang efektif (reflek sucking lemah). Pola
nutrisi dan metabolik, keadaan umum lemah, klien sianosis, suhu : 35,8 0C, nadi :
180x/menit, RR : 65 x/menit, akral dingin.
Dari pemeriksaan fisik diperoleh data keadaan umum pasien lemah, vital sign
suhu : 35,8 0C, nadi : 180x/menit, RR : 65 x/menit. Dari data-data diatas penulis
mengangkat diagnosa keperawatan sebagai berikut :
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas (00031) b/d Obstruksi jalan nafas: banyaknya
mucus
Menurut NANDA 2009 – 2011, Ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah
ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran napas untuk
mempertahankan bersihan jalan napas. Menurut NANDA 2009 – 2011, batasan
karakteristik diagnosa ini ditandai dengan suara napas tambahan, perubahan frekuensi
napas, perubahan irama napas, sianosis, sesak napas, kesulitan berbicara, penurunan
bunyi napas, dispnea, sputum dalam jumlah yang berlebihan, batuk yang tidak efektif,
ortopnea, gelisah, dan mata terbuka lebar. Data yang didapat dari pasien yaitu klien
menangis lambat pada penilaian APGAR khususnya Respiratory (Pernapasan/usaha
nafas) dengan nilai 1 pada menit pertama dan ketiga dan 2 pada menit kelima, klien
sianosis, pernafasan irregular, terdapat lendir pada hidung dan mulut ditandai dengan
warna keruh pada mucus ekstraktor, klien sesak nafas, RR : 65 x/menit. Dari data
teori dan yang ada di lapangan sudah sesuai yaitu adanya sesak napas, perubahan
frekuensi napas, perubahan irama napas, sputum dalam jumlah yang berlebihan,
sianosis. Dari data diatas penulis memprioritaskan masalah yang pertama karena
karena bersifat segera yaitu suatu keadaan yang mengancam dan memerlukan
perawatan yang tepat dan apabila tidak segera diatasi akan mengancam kehidupan
(Effendy, 1995).
Untuk mengatasi masalah diatas penulis membuat rencana keperawatan (NIC)
yang bertujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
jalan napas kembali efektif dengan kriteria hasil : Respiratory Status: Airway Patency
(0410), menunjukkan Irama nafas teratur (041001), menunjukkan Frekuensi
pernafasan dalam rentang normal RR 40 – 65 x/menit (041002), menunjukkan tidak
sesak (041003), menunjukkan tidak sianosis (041004), menunjukkan lendir berkurang
(041005), dengan skala : 1. Selalu ditunjukkan, 2. Sering ditunjukkan, 3. Kadang
ditunjukkan, 4. Jarang ditunjukkan, 5. Tidak ditunjukkan. Antara lain posisikan pasien
untuk memaksimalkan ventilasi, monitor respirasi dan status O 2, auskultasi suara
nafas sebelum suction, lakukan suction setiap lendir banyak, auskultasi suara sesudah
suction, berikan O2 kanul dengan konsentrasi 1 ltr/mnt.
Adapun tindakan yang dilakukan selama 3x24 jam diantaranya memposisikan
pasien untuk memaksimalkan ventilasi, memonitor respirasi dan status O 2,
mengauskultasi suara nafas sebelum suction, melakukan suction setiap lendir banyak,
mengauskultasi suara sesudah suction, memberikan O2 kanul dengan konsentrasi 1
ltr/mnt.
Evaluasi yang diperoleh setelah 3x24 jam didapat tanggal 06 Februari 2012
pukul 21.00 WIB, S : -, O : Klien masih sianosis, pernafasan irregular, terdapat lendir
pada hidung dan mulut ditandai dengan warna keruh pada mucus ekstraktor, klien
sesak nafas, RR : 65 x/menit, A : masalah belum teratasi, Respiratory Monitoring
(3350), klien menunjukkan irama nafas teratur (041001) : 5 (Tidak ditunjukkan), klien
menunjukkan Frekuensi pernafasan dalam rentang normal RR 40 – 65 x/menit
(041002) : 5 (Tidak ditunjukkan), klien menunjukkan tidak sesak (041003) : 5 (Tidak
ditunjukkan), klien menunjukkan tidak sianosis (041004) : 5 (Tidak ditunjukkan),
klien menunjukkan lendir berkurang (041005) : 3 (kadang ditunjukkan), P :
Lanjutkan intervensi 1, 2, 3, 4, dan 5.
Evaluasi yang diperoleh setelah 3x24 jam didapat tanggal 08 Februari 2012
pukul 07.00 WIB, S : -, O : klien tidak sianosis, pernafasan regular, terdapat lendir
pada hidung dan mulut ditandai dengan warna keruh pada mucus ekstraktor, klien
tidak sesak nafas, RR : 50 x/menit, A : masalah teratasi, Respiratory Monitoring
(3350), klien menunjukkan irama nafas teratur (041001) : 1 (Ditunjukkan), klien
menunjukkan frekuensi pernafasan dalam rentang normal RR 40 – 65 x/menit
(041002) : 1 (Ditunjukkan), klien menunjukkan tidak sesak (041003) : 1
(Ditunjukkan), klien menunjukkan tidak sianosis (041004) : 1 (Ditunjukkan), klien
menunjukkan lendir berkurang (041005) : 1 (Ditunjukkan), P : Pertahankan
intervensi 1.
2. Ketidakefektifan pola makan bayi (00107) b/d Gangguan Neurologis
Menurut NANDA 2009 – 2011, ketidakefektifan pola makan bayi adalah
gangguan kemampuan bayi untuk menghisap atau mengoordinasi respons
menghisap/menelan yang mengakibatkan ketidakadekuatan nutrisi oral untuk
kebutuhan metabolik. Menurut NANDA 2009 – 2011, batasan karakteristik diagnosa
ini ditandai dengan ketidakmampuan untuk mengoordinasikan mengisap, menelan,
dan bernapas, ketidakmampuan untuk memulai mengisap yang efektif,
ketidakmampuan untuk mempertahankan mengisap yang efektif. Data yang didapat
dari pasien yaitu keadaan umum lemah, BB : 2950 gr, klien tidak mampu memulai
menghisap yang efektif (reflek sucking lemah). Dari data teori dan yang ada di
lapangan sudah sesuai yaitu adanya ketidakmampuan untuk memulai mengisap yang
efektif. Dari data diatas penulis memprioritaskan masalah yang kedua karena bersifat
urgen yaitu masalah pasien memerlukan pelayanan yang tepat terhadap suatu keadaan
yang tidak mengandung resiko tinggi (Effendy, 1995).
Untuk mengatasi masalah diatas penulis membuat rencana keperawatan
(NIC) yang bertujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
diharapkan pola makan bayi efektif dengan kriteria hasil: Nutrition status (1004),
menunjukkan reflek menghisap kuat (100401), menunjukkan peningkatan berat badan
100 gr (100402), dengan skala : 1. Selalu ditunjukkan, 2. Sering ditunjukkan, 3.
Kadang ditunjukkan, 4. Jarang ditunjukkan, 5. Tidak ditunjukkan. Antara lain kaji
keadaan umum bayi, kaji reflek menghisap bayi, timbang BB setiap hari, beri
ASI/PASI sesuai kebutuhan.
Adapun tindakan yang dilakukan selama 3x24 jam diantaranya mengkaji
reflek menghisap bayi, menganjurkan ibu memberi ASI, mengkaji keadaan umum
bayi, menimbang BB.
Evaluasi yang didapat setelah 3x24 jam diperoleh tanggal 06 Februari 2012
pukul 21.00 WIB, S: -, O: keadaan umum lemah, BB : 2950 gr, klien tidak mampu
memulai menghisap yang efektif (reflek sucking lemah), A : masalah belum teratasi:
Nonnutritive Sucking (6900), klien menunjukkan reflek menghisap kuat (100401) : 3
(Kadang ditunjukkan), klien menunjukkan peningkatan berat badan 100 gr (100402) :
5 (Tidak ditunjukkan), P : Lanjutkan Intervensi 1, 2, 3, dan 4.
Evaluasi yang didapat setelah 3x24 jam diperoleh tanggal 08 Februari 2012
pukul 07.00 WIB, S: -, O: keadaan umum sedang, BB : 2900 gr, reflek sucking
sedang, ditandai dengan bayi mampu menghisap ketika areola ibu diberikan pada
bayi, A : masalah belum teratasi: Nonnutritive Sucking (6900), klien menunjukkan
reflek menghisap kuat (100401) : 3 (Kadang ditunjukkan), klien menunjukkan
peningkatan berat badan 100 gr (100402) : 5 (Tidak ditunjukkan), P : Lanjutkan
Intervensi 1, 2, 3, dan 4.
3. Ketidakefektifan termoregulasi (00006) b/d Faktor usia: bayi baru lahir
Menurut NANDA 2009 – 2011, ketidakefektifan termoregulasi adalah
fluktuasi suhu diantara hipotermia dan hipertermia. Menurut NANDA 2009 – 2011,
batasan karakteristik diagnosa ini ditandai dengan kulit dingin, dasar kuku sianotik,
fluktuasi suhu tubuh diatas dan dibawah kisaran normal, kulit kemerahan, hipertensi,
peningkatan frekuensi pernapasan, peningkatan suhu tubuh diatas kisaran normal,
sedikit menggigil, pucat sedang, piloereksi, penurunan suhu tubuh dibawah kisaran
normal, kejang, pengisian ulang kapiler yang lambat, takikardia, kulit terasa hangat
saat disentuh. Sedangkan data yang ditemukan dari pasien adalah keadaan umum
lemah, klien sianosis, suhu : 35,8 0C, nadi : 180x/menit, RR : 65 x/menit, akral dingin.
Dari data teori dan data lapangan sudah sesuai yaitu dengan adanya kulit dingin, dasar
kuku sianotik, penurunan suhu tubuh dibawah kisaran normal, takikardia. Untuk
diagnosa ini penulis memprioritaskan masalah yang ketiga karena masalah pasien
tidak mengandung resiko tinggi (Effendy, 1995).
Untuk mengatasi masalah diatas penulis membuat rencana keperawatan yang
bertujuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
termoregulasi kembali efektif dengan kriteria hasil: Thermoregulation: Newborn
(0801), menunjukkan tidak sianosis (080101), menunjukkan suhu, RR dan nadi dalam
batas normal (080102): Suhu : 36,5 0C – 37 0C, RR : 40 – 60 x/menit, nadi : 90 – 170
x/menit, menunjukkan akral hangat (080103), dengan skala : 1. Selalu ditunjukkan, 2.
Sering ditunjukkan, 3. Kadang ditunjukkan, 4. Jarang ditunjukkan, 5. Tidak
ditunjukkan. Antara lain tempatkan bayi dalam inkubator, kaji warna kulit, ukur
temperatur tubuh bayi, ukur nadi, ukur RR.
Adapun tindakan yang dilakukan selama 3x24 jam diantaranya, meliputi
menempatkan bayi dalam inkubator, mengkaji warna kulit, mengukur temperatur
tubuh bayi, mengukur nadi, mengukur RR.
Evaluasi yang didapat setelah 3x24 jam didapat pada tanggal 06 Februari
2012 pukul 21.00 WIB, S:-, O: keadaan umum lemah, klien sianosis, suhu : 35,8 0C,
nadi : 180x/menit, RR : 65 x/menit, akral dingin, A: Masalah teratasi :
Thermoregulation: Newborn (0801), Menunjukkan tidak sianosis (080101) : 5 (Tidak
ditunjukkan), Menunjukkan suhu, RR dan nadi dalam batas normal (080102): Suhu :
36,5 0C – 37 0C : 5 (Tidak ditunjukkan), RR : 40 – 60 x/menit : 5 (Tidak ditunjukkan),
Nadi : 90 – 170 x/menit : 5 (Tidak ditunjukkan), Menunjukkan akral hangat
(080103) : 5 (Tidak ditunjukkan), P : Lanjutkan intervensi 2, 3, 4, dan 5.
Evaluasi yang didapat setelah 3x24 jam didapat pada tanggal 08 Februari
2012 pukul 07.00 WIB, S:-, O: keadaan umum sedang, klien tidak sianosis (warna
kulit klien kemerah-merahan), suhu : 36,9 0C, nadi : 160 x/menit, RR : 50 x/menit,
akral hangat, A: Masalah teratasi : Thermoregulation: Newborn (0801), Menunjukkan
tidak sianosis (080101) : 1 (ditunjukkan), Menunjukkan suhu, RR dan nadi dalam
batas normal (080102): Suhu : 36,5 0C – 37 0C : 1 (ditunjukkan), RR : 40 – 60 x/menit
: 1 (ditunjukkan), Nadi : 90 – 170 x/menit : 1 (ditunjukkan), Menunjukkan akral
hangat (080103) : 1 (ditunjukkan), P : Pertahankan intervensi 2, 3, 4, dan 5.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas secara
spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir
2. Hal-hal yang menyebabkan asfiksia salah satunya adalah hipoksia janin yang
terjadi karena gangguan pertukaran gas transport O2 dari ibu ke janin sehingga
terdapat gangguan dalam persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO2.
3. Manifestasi klinis Pernafasan cuping hidung, Pernafasan cepat., Nadi cepat,
Cyanosis, Nilai APGAR kurang dari 6 dan apabila berlanjut akan terjadi
pernapasan megap-megap (gasping).
4. Patofisiologis asfiksia yang disebabkan karena gangguan pertukaran gas oksigen
dari ibu ke janin.
5. Pemeriksaan penunjang asfiksia salah satunya adalah dengan Pemeriksaan darah
yaitu HB, leukosit, trombosit
6. Komplikasi asfiksia adalah salah satunya terjadi pada Sembab Otak
7. Penatalaksanaan keperawatan asfiksia salah satunya adalah Memelihara jalan
nafas, merangsang/membantu jalan nafas dengan pemberian O2 dengan tekanan
positif
8. Pengkajian abortus incompletus difokuskan pada riwayat kesehatan yang meliputi
riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan masa lalu, riwayat penyakit yang
pernah dialami, riwayat kesehatan keluarga, riwayat kesehatan reproduksi, riwayat
kehamilan, riwayat seksual, riwayat pemakaian obat. Selain itu pada pola
fungsional yang harus diperhatikan adalah kebutuhan nutrisi adekuat, kebutuhan
eliminasi, kebutuhan keamanan dan kenyamanan, dan kebutuhan belajar.
9. Kemungkinan diagnosa yang muncul adalah Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
b/d Obstruksi jalan nafas: banyaknya mucus
10. Intervensi yang dibuat harus berdasarkan pada prinsip SMART (Spesifik,
Measurable, Achivable, Reality, and Time).
B. Saran
1. Bagi Rumah Sakit.
Diharapkan bagi rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan laboratorium
untuk hasil PO2 dan PCO2 untuk mengetahui tekanan dalam paru-paru sehingga
terapi yang diberikan sesuai dengan kondisi bayi yang mengalami asfiksia.
2. Bagi Pasien dan Keluarga
Diharapkan keluarga dapat memahami penyebab dari asfiksia sehingga pada
saat hamil ibu diharapkan bisa mencegah hal-hal yang dapat memicu terjadinya
asfiksia.
DAFTAR PUSTAKA
Harris, R dkk. 2003. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Jilid 3. Jakarta : Informedika
Jakarta
Johnson, Marion, dkk. 2004. IOWA OUTCOMES PROJECT Nursing Outcomes
Classification (NOC). Mosby
Saifudin. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 2005. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta:
Infomedika Jakarta.
Straight. 2004. Keperawatan Bayi Baru Lahir Edisi 3. Jakarta : EGC
Taslim, Soetomargolo. 2000. Neurologi Anak. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Winkjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan Cetakan Ketujuh Ed. 3. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Wiknjosastro, Hanifa. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo.
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Perawatan Pediatric Edisi 4. Jakarta: EGC