Anda di halaman 1dari 23

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang
ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil
pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan
membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien.
Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan
berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa dengan
inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa tes khusus mungkin diperlukan
seperti test neurologi.Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri diri penilaian
kondisi pasien secara umum dan sistem organ yang spesifik. Dalam prakteknya, tanda
vital atau pemeriksaan suhu, denyut dan tekanan darah selalu dilakukan pertama kali.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari abdomen?
2. Apa bagian – bagian abdomen?
3. Bagaimana prosedur pemeriksaan abdomen?
4. Apa tujuan pemeriksaan abdomen?
5. Bagaimana teknik dan prinsip pemeriksaan abdomen?
6. Apa kelainan pada abdomen?

1.3 Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah pemeriksaan fisik
2. Untuk mengetahui pengertian abdomen
3. Untuk mengetahui dan memahami bagian abdomen
4. Untuk mengetahui dan memahami prosedur pemeriksaan abdomen
5. Untuk mengetahui dan memahami tujuan pemeriksaan abdomen
6. Untuk mengetahui dan memahami teknik dan prinsip pemeriksaan abdomen
7. Untuk mengetahui dan memahami kelainan pada abdomen
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pemeriksaan Fisik


Abdomen adalah istilah yang digunakan untuk menyebut bagian dari tubuh yang
berada di antara thorax atau dada dan pelvis di hewan mamalia dan vertebrata lainnya.
Pada arthropoda, abdomen adalah bagian paling posterior tubuh, yang berada di belakang
thorax atau cephalothorax (sefalotoraks). Dalam bahasa Indonesia umum, sering pula
disebut dengan perut.
Ada dua macam cara pembagian topografi abdomen yang umum dipakai untuk
menentukan lokalisasi kelainan, yaitu:

1. Pembagian atas empat kuadran, dengan membuat garis vertikal dan horizontal melalui
umbilicus, sehingga terdapat daerah kuadran kanan atas, kiri atas, kanan bawah, dan
kiri bawah.

4 Kuadran garis ditarik secara vertikal dan horizontal dengan umbilikus sebagai
pusatnya.
KUADRAN KANAN ATAS KUADRAN KIRI ATAS

I II

Umbilikus

III IV

KUADRAN KANAN BAWAH KUADRAN KIRI BAWAH

I. Di kuadran kanan atas ( right upper quadrant, RUQ), konsistensi hati yang lunak
menyebabkannya sulit diraba melalui dinding abdomen. Batas bawah hati, tepi
hati, sering dapat di raba di batas iga kanan. Kandung empedu, yang terletak di
permukaan inferior hati, dan duodenum yang terletak lebih dalam, umumnya tidak
dapat diraba. Di tingkat yang lebih dalam, kutub bawah ginjal kanan mungkin
teraba, khususnya pada orang kurus dengan otot abdomen lemas. Ke arah medial,
pemeriksa akan menjumpai sangkar iga, yang melindungi lambung, kadang pasien
menyangka prosesus xifoideus di garis tengah yang keras sebagai tumor. Denyut
aorta abdomen sering terlihat dan biasanya dapat diraba di abdomen atas.
II. Di kuadran kiri atas ( left upper quadrant LUQ), limpa terletak lateral dari dan di
belakang lambung, tepat di atas ginjal kiri di garis midaksilaris kiri. Batas atasnya
menempel di kubah diafragma. Batas atasnya menempel di kubah diafragma. Pada
sebagian kecil orang dewasa, ujung limpa mungkin teraba di bawah batas iga kiri.
Pada orang sehat, pankreas tidak terdeteksi.
III. Di kuadran kiri bawah ( Left Lower Quadrant, LLQ), dapat diraba kolon sigmoid
yang padan, sempit, dan tubuler. Bagian – bagian dari kolon transversum dan
desenden juga mungkin teraba. Di garis tengah bawah terdapat kandung kemih,
promontorium sakrum, tepi anterior vertebra S1, yang kadang disangka tumor, dan
pada wanita yaitu uterus dan ovarium.
IV. Di kuadran kanan bawah ( Right Lower Quadrant, RLQ) terdapat gulungan usus
dan apendiks di ujung sekum dekat taut usu halus dan usus besar. Pada orang sehat,
struktur – struktur ini tidak teraba.
Kandung kemih yang teregang dapat diraba di atas simfisis pubis. Kandung
kemih menampung sekitar 300mL, urin yang di saring oleh ginjal ke dalam pelvis
ginjal dan ureter. Pengembangan kandung kemih merangsang kontraksi otot polos
kandung kemih, otot detrusor, pada tekanan yang relatif rendah. Peningkatan tekanan
di kandung kemih memicu timbulnya keinginan untuk berkemih.
Meningkatnya tekanan intrauretra dapat mengatasi peningkatan tekanan di
kandung kemih dan mencegah inkontinensia. Tekanan intrauretra berkaitan dengan
tonus otot polos di sfingter uretra interna, ketebalan mukosa uretra, dan pada wanita
topangan yang memadai untuk kandung kemih dan uretra proksimal dari berbagai otot
dan ligamen panggul agar hubungan – hubungan anatomis ini tetap dipertahankan.
Otot serat lintang yang mengelilingi uretra juga dapat berkontraksi secara sengaja
untuk menginterupsi proses berkemih.
Kontrol neurologik atas kandung kemih berfungsi dalam beberapa tingkatan.
Pada bayi, kandung kemih mengosongkan isinya melalui mekanisme refleks di
medula spinalis sakralis. Kontrol volunter kandung kemihbergantung pada pusat-pusat
yang lebih tinggi di otak dan di jalur motorik dan sensorik antara otak dan lengkung
refleks medula spinalis sakralis. Jika berkemih ingin tertunda, pusat – pusat yang
lebih tinggi di otak dapat menghambat kontraksi detrusor sampai kapasitas kandung
kemih, sekitar 400 sampai 500 mL, terlampaui.
Ginjal adalah organ posterior. Iga melindungi kutub atas ginjal. Sudut
kostovetebra, yang dibentuk oleh batas bawah iga ke – 12 dan prosesus transversum
vertebra lumbal atas, menentukan tempat memeriksa ginjal untuk nyeri, yang disebut
nyeri sudut kostovertebra ( costovertebral angle tenderness,CVAT).
2. Pembagian atas sembilan daerah, dengan membuat dua garis horizontal dan dua garis
vertikal.

EPIG
ASTRI
HIPOKARDIAK KIRI UM HIPOKARDIAK KIRI Ditarik dari 3 jari
diatas umbilikus

UMBI
LUMBAL KANAN LUMBAL KIRI
LIKUS
Ditarik dari 3 jari
dibawah umbilikus
INGUINAL KIRI
INGUINAL KANAN
HIPO
GAST
RIUM
1) Garis horizontal pertama dibuat melalui tepi bawah tulang rawan iga kesepuluh dan
yang kedua dibuat melalui titik spina iliaka anterior superior (SIAS).
2) Garis vertikal dibuat masing-masing melalui titik pertengahan antara SIAS dan mid-
line abdomen.
3) Terbentuklah daerah hipokondrium kanan, epigastrium, hipokondrium kiri, lumbal
kanan, umbilical, lumbal kanan, iliaka kanan, hipogastrium/ suprapubik, dan iliaka
kiri.

2.2 Alat dan Bahan

1) Stetoskop

2.3 Prosedur Tindakan

Syarat-syarat pemeriksaan abdomen yang baik adalah :

1. Penerangan ruang memadai.


2. Penderita dalam keadaan relaks.
3. Daerah abdomen mulai dari atas processus xiphoideus sampai symphisis pubis harus
terbuka.

Untuk memudahkan relaksasi :

1. Kandung kencing dalam keadaan kosong.


2. Penderita berbaring terlentang dengan bantal dibawah kepalanya, dan dibawah
lututnya.
3. Kedua lengan diletakkan di samping badan, atau diletakkan menyilang pada dada.
Tangan yang diletakkan di atas kepala akan membuat dinding abdomen teregang dan
mengeras, sehingga menyulitkan palpasi.
4. Gunakan tangan yang hangat, permukaan stetoskop yang hangat, dan kuku yang
dipotong pendek. Menggosok kedua tangan akan membantu menghangatkan kedua
tangan anda.
5. Mintalah penderita untuk menunjukkan daerah yang terasa sakit dan memeriksa
daerah tersebut terakhir.
6. Lakukan pemeriksaan dengan perlahan, hindarkan gerakan yang cepat dan tiba-tiba.
7. Apabila perlu ajaklah penderita berbicara.
8. Apabila penderita amat ketakutan atau kegelian, mulailah pemeriksaan dengan
menggenggam kedua tangannya di bawah tangan anda, kemudian secara pelan-pelan
bergeser untuk melakukan palpasi.
9. Monitorlah pemeriksaan anda dengan memperhatikan muka/ekspresi penderita.

Pemeriksaan dilakukan dari sebelah kanan penderita, dengan urutan :

1. Inspeksi
2. Auskultasi
3. Perkusi
4. palpasi.
A. INSPEKSI

Mulailah menginspeksi dinding abdomen dari posisi Anda berdiri di sebelah kanan
penderita. Apabila anda akan memeriksa gerakan peristaltik sebaiknya dilakukan
dengan duduk, atau agak membungkuk, sehingga Anda dapat melihat dinding
abdomen secara tangensial.

Perhatikanlah :

1. Kulit : apakah ada sikatriks, striae atau vena yang melebar. Secara normal,
mungkin terlihat vena-vena kecil. Striae yang berwarna ungu terdapat pada
sindroma Cushing dan vena yang melebar dapat terlihat pada cirrhosis hepatic
atau bendungan vena cava inferior. Perhatikan pula apakah ada rash atau lesi-lesi
kulit lainnya.
2. Umbillikus: perhatikan bentuk dan lokasinya, apakah ada tanda-tanda inflamasi
atau hernia.
3. Perhatikan bentuk permukaan (countour) abdomen termasuk daerah inguinal dan
femoral : datar, bulat, protuberant, atau scaphoid. Bentuk yang melendung
mungkin disebabkan oleh asites, penonjolan suprapubik karena kehamilan atau
kandung kencing yang penuh. Tonjolan asimetri mungkin terjadi karena
pembesaran organ setempat atau massa.
4. Simetri dinding abdomen.
5. Pembesaran organ : mintalah penderita untuk bernapas, perhatikan apakah
nampak adanya hepar atau lien yang menonjol di bawah arcus costa.
6. Apakah ada massa abnormal, bagaimana letak, konsistensi, mobilitasnya. Lab.
Ketrampilan Medik PPD Unsoed
7. Peristaltik. Apabila Anda merasa mencurigai adanya obstruksi usus,amatilah
peristaltik selama beberapa menit. Pada orang yang kurus,kadang-kadang
peristaltik normal dapat terlihat.
8. Pulsasi : Pulsasi aorta yang normal kadang-kadang dapat terlihat di daerah
epigastrium.
B. AUSKULTASI

Perannya relatif kecil. Dengan mempergunakan diafragma stetoskop didengarkan 15


atau 20 detik pada seluruh abdomen seperti pada gambar:

Ada 3 hal yang harus diperhatikan yaitu :

a. Apakah ada suara usus ?


b. Bila ada apakah meningkat atau melemah (kuantitas)?
c. Perkiraan asal dari suara (kualitas)?

Gerakan peristaltik disebut bunyi usus, yang muncul setiap 2-5 detik. Pada
proses radang serosa seperti pada peritonitis bunyi usus jarang bahkan hilang sama
sekali. Bila terjadi obstruksi intestin maka intestin berusaha untuk mengeluarkan isinya
melalui lubang yang mengalami obstruksi dan saat itu muncul bunyi usus yang sering
disebut "rushes". Kemudian diikuti dengan penurunan bunyi usus gemerincing yang
disebut "tinkles," dan kemudian menghilang. Pada pasca operasi didapatkan periode
bunyi usus menghilang. Kemudian dengarkan bising arteri renalis pada beberapa
sentimeter diatas umbilikus sepenjang tepi lateral otot rektus dan bila ada penyempitan
akan terdengar murmur misalnya insufiensi renal atau pada hipertensi akibat stenosis
arteri renalis. Bising dapat terdengar pada fase sistolik dan diastolic, atau kedua fase.
Misalnya pada aneurisma aorta, terdengar bising sistolik (systolic bruit). Pada
hipertensi portal, terdengar adanya bising vena (venous hum) di daerah
epigastrium.Untuk mendengarkan bising arteri masing-masing sesuai dengan
tempatnya.
C. PERKUSI

Perkusi berguna untuk orientasi abdomen, untuk memperkirakan ukuran hepar, lien,
menemukan asites, mengetahui apakah suatu masa padat atau kistik, dan untuk
mengetahuiadanya udara pada lambung dan usus.

a. Orientasi

Teknik perkusi yaitu pertama kali yakinkan tangan pemeriksa hangat sebelum
menyentuh perut pasien Kemudian tempatkan tangan kiri dimana hanya jari tengah
yang melekat erat dengan dinding perut. Selanjutnya diketok 2-3 kali dengan ujung
jari tengah tangan kanan. Lakukanlah perkusi pada keempat kuadran untuk
memperkirakan distribusi suara timpani dan redup. Biasanya suara timpanilah yang
dominan karena adanya gas pada saluran gastrointestinal, tetapi cairan dan faeces
menghasilkan suara redup. Pada sisi abdomen perhatikanlah daerah dimana suara
timpani berubah menjadi redup. Periksalah daerah suprapublik untuk mengetahui
adanya kandung kencing yang teregang atau uterus yang membesar. Perkusilah dada
bagian bawah, antara paru dan arkus costa, Anda akan mendengar suara redup hepar
disebelah kanan, dan suara timpani di sebelah kiri karena gelembung udara pada
lambung dan fleksura splenikus kolon. Suara redup pada kedua sisi abdomen mungkin
menunjukkan adanya asites.

PALPASI
PEMERIKSAAN KHUSUS

1. Pemeriksaan asites
Karena cairan asites akan mengalir sesuai gravitasi, sedangkan gas dan udara akan
mengapung di atas, perkusi akan menghasilkan pola suara perkusi yang khas.
Tandailah batas antara daerah timpani dan redup. 1. Test suara redup berpindah
Setelah menandai batas suara timpani dan redup, mintalah penderita untuk miring ke
salah satu sisi tubuhnya, lakukanlah perkusi lagi, dan amatilah batas timpani dan
redup. Pada penderita tanpa asites, batas ini tidak berubah dengan perubahan posisi. 2.
Test undulasi Mintalah penderita atau asisten untuk.
2. Tes Undulasi
Menekan kedua tangan pada midline dari abdomennya. Kemudian ketuklah satu sisi
abdomennya dengan ujung jari anda, dan rasakan pada sisi yang lain dengan ujung
jari anda, dan rasakan pada sisi yang lain dengan tangan anda yang lain, adanya
getaran yang diteruskan oleh cairan asites.

Tes untuk apendisitis

1) Mintalah penderita untuk menunjuk tempat mula-mula rasa sakit dan tempat yang
sekarang terasa sakit. Mintalah penderita untuk batuk. Amatilah apakah timbul
rasa sakit. Rasa sakit pada apendisitis khas mulai dari daerah sekitar umbilicus
dan kemudian bergeser ke kanan bawah dan terasa sakit pada waktu batuk.
2) Cari dengan teliti daerah nyeri tekan. Rasa sakit daerah kuadran kanan bawah
mungkin menunjukkan apendisitas.
3) Rasakan dengan spasme otot
4) Lakukan pemeriksaan rektal. Pemeriksaan ini dapat membedakan apendiks
normal dengan yang meradang. Rasa sakit pada kuadran kanan bawah mungkin
berarti peradangan pada adnexa vesicular seminalis atau apendiks.

Beberapa pemeriksaan lain :

1. Lakukan pemeriksaan nyeri lepas tekan pada daerah yang nyeri tekan. Nyeri tekan
lepas menunjukan adanya peradangan peritoneum, misalnya pada apendisitis.
2. Lakukanlah pemeriksaan tanda Rovsing dan penjalaran nyeri lepas-tekan. Tekan
dalam-dalam pada kuadran kanan bawah, kemudian lepaskan secara mendadak. Rasa
sakit pada kuadran kanan bawah pada waktu kiri bawah ditekan menunjukan Rosving
positif. Rasa sakit pada kanan bawah pada waktutekanan dilepas menunjukkan
penjalaran nyeri tekan lepas positif.
3. Lakukan pemeriksaan tanda Psoas. Letakkan tangan Anda di atas lutut kanan
penderita, dan mintalah penderita untuk mengangkat lututnya melawan tangan Anda.
Cara lain, penderita berbaring miring ke kiri, tekuk tungkai kanan pada sendi paha.
Timbulnya/bertambahnya rasa sakit menunjukkan tanda psoas positif, berarti ada
iritasi otot psoas oleh apendiks yang meradang.
4. Periksalah tanda obturator. Tekuk tungkai penderita pada sendi paha dengan lutut
menekuk, kemudian putarlah ke dalam. Nyeri pada daerah hipogastrik kanan
menunjukkan tanda obturotor posistif, berarti terdapat iritasi otot obturator.
5. Carilah adanya daerah kulit yang hyperetesi, dengan mencubit pelahan beberapa
tempat. Dalam keadaan normal, tindakan ini tidak menimbulkan rasa sakit.

Pemeriksaan untuk kecurigaan terhadap kolesistitis akuta:


Apabila ada rasa sakit dan nyeri tekan di daerah kanan atas, lakukanlah pemeriksaan
Murphy’s sign. Kaitkan ibu jari atau jari-jari tangan kiri Anda di bawah tepi costa dimana
batas lateral muskulus rektus menyilang kosta. Mintalah penderita untuk napas dalam-dalam.
Amatilah pernapasan dan derajat nyerinya. Penambahan rasa sakit yang tajam yang ditandai
dengan Murphy’s sign yang positif.

Untuk meraba hati, anda mungkin perlu mengubah tekanan sesuai ketebalan dan resistensi
dinding abdomen. Jika anda tidak dapat merabanya, gerakan tangan palpasi anda lebih dekat
ke batas iga dan coba kembali.
Cobalah menelusuri tepi hati ke lateral dan medial. Namun, palpasi melalui otot rectus
biasanya sulit. Jelaskan atau buat sketsa tepi hati, dan ukur jaraknya dari batas iga kanan di
garis midklavikula kanan.
“Teknik Kait” (booking technique) mungkin membantu, khususnya jika pasien kegemukan.
Berdirilah di sebelah kanan dada pasien. Letakkan kedua tangan, berdampingan, di abdomen
kanan di bawah batas pekak hati. Tekan dengan jari-jari tangan anda mengarah ke batas iga.
Minta pasien untuk menarik nafas dalam. Tepi hati seperti diperlihatkan di bawah akan teraba
dengan bantalan jari-jari kedua tangan anda.
Memeriksa Nyeri Ketuk pada Hati yang Tidak Teraba
Letakkan tangan kiri anda datar di sangkar iga kanan bawah dan secara lembut pukul tangan
anda dengan permukaan ulnar pergelangan tangan kanan anda. Minta pasien membandingkan
sensasinya dengan sensasi yang di timbulkan oleh pukulan serupa di sisi kiri.
LIMPA
jIka membesar, limpa mengembang kea rah anterior, bawah, dan medial, sering
menggantikan timpani lambung dan kolon dengan pekak organ padat. Limpa menjadi dapat
diraba di bawah batas iga. Perkusi mengisyaratkan tetapi tidak memastikan pembesaran
limpa. Palpasi dapat memastikan pembesaran tetapi sering tidak dapat mendeteksi
pembesaran limpa yang tidak turun di bawah batas iga.
PERKUSI
Dua teknik mungkin membantu anda mendeteksi splenomegaly, limpa yang membesar :

1. Perkusi dinding dada anterior bawah kira-kira dari batas pekak jantung di sela iga ke-
6 hinggga garis aksilaris snterior dan turun ke batas iga, suatu daerah yang dinamai
ruang Trube. --- melakukan perkusi di sepanjang rute yang ditunjukkan oleh --- di
gambar berikut, perhatikan perluasan lateral timpani. Perkusi memiliki keakuratan
sedang untuk mendeteksi splenomegaly (-- 60%-80%; spesifisitas 72%-94%).

Jika timpani mencolok, khususnya di lateral , kecil kemungkinannya terdapat splenomegaly.


Pekak pada limpa normal biasanya tersamarkan oleh pekak jaringan posterior lainnya.
2. Periksa ada tidaknya tanda perkusi limpa.Lakukan perkusi di sela iga terbawah di
garis aksilaris anterior kiri. Daerah ii biasanya berbunyi timpani. Lalu minta pasien
menarik napas dalam dan lakukan kembali perkusi. Jika ukuran limpa normal, nada
perkusi biasanya tetap timpani.
TANDA PERKUSI LIMPA NEGATIF TANDA PERKUSI LIMPA
POSITIF
Jika salah satu atau kedua tes ini positif, berikan perhatian lebih pada palpasi limpa.
PALPASI
Dengan tangan kiti anda, jangkaulah sisi kiri pasien untuk menunjang dan menekan ke depan
sangkar iga kiri dan jaringan lunak sekitarnya. Dengan tangan kanan anda di bawah batas iga,
tagan anda menjadi kurang dapat digerakkan untuk mencapai bagian bawah sangkar iga.
Minta pasien untuk menarik nafas dalam. Cobalah raba ujung atau tepi limpa sewaktu organ
ini turun untuk menjumpai ujung jari anda. Perharikan adanya nyeri tekan, nilai kontur limpa,
dan ukur jarak antara titik terbawah limpa dan batas iga kanan. Pada sekitar 5% orang
normal, ujung limpa dapat teraba. Penyebabnya antara lain adalah diafragma yang rendah dan
datar, seperti pada penyakit paru obstruktif kronik, dan penurunan diafragma yang dalam saat
inspirasi.

Ulangi dengan pasien berbaring di sisi kanan dengan tungkai agak menekuk di panggul dan
lutut. Dalam posisi ini, gravitasi mungkin membawa limpa ke depan dan kanan ke lokasi
yang dapat diraba.
GINJAL
PALPASI
Meskipun ginjal terletak retroperi--- biasanya tidak teraba, mempelajari teknik-teknik untuk
memeriksanya akan membantu anda membedakan ginjal yang membesar dari organ lain yang
membesar atau massa abdomen.
Palpasi Ginjal Kiri.
Bergeserlah ke kiri pasien. Letakkan tangan kanan anda di belakang pasien, tepat di bawah
dan sejajar dengan sela iga ke-12 dengan ujung-ujung jari tepat mencapai sudut
kostevertebra. Angkat, coba geser ginjal kea rah anterior. Letakkan tangan kiri anda secara
lembut di kuadran kiri atas, lateral dari dan sejajar dengan otot rektus. Minta pasien untuk
menarik napas dalam. Pada puncak inspirasi, tekanan tangan kiri anda secara tetap dan dalam
ke kuadran kiri atas, tepat di bawah batas iga. Cobalah “menangkap” ginjal di antara kedua
tangan anda. Minta pasien menghembuskan nafas dan kemudian menahn napas sebentar.
Secara perlahan bebaskan tekanan tangan kiri anda, sembari pada saat yang sama merasakan
ginjal bergeser kembali ke posisi ekspirasinya. Jika ginjal teraba, uraikan ukuran, kontur, dan
adanya nyeri tekan.
Selain itu, cobalah raba ginjal kiri dengan menggunakan metode yang serupa dengan metode
perabaan limpa. Dengan berdiri di sisi kanan pasien, dengan tangan kiri anda, jangkaulah
pasien untuk mengangkat bagian belakang ginjal kiri, dan dengan tangan kanan anda, raba
dalam-dalam di kuadran kiri atas. Minta pasien untuk menarik nafas dalam, raba adanya
massa. Ginjal kiri normal jarang dapat diraba.
Palpasi Ginjal Kanan. Untuk menangkap ginjal kanan, kembalilah ke sisi kanan pasien.
Gunakan tangan kiri anda untuk mengangkat dari belang, dan tangan kanan anda untuk
meraba dalam di kuadran kanan atas. Lanjutkan seperti sebelumnya.
Ginjal kanan yang normal mungkin teraba, terutama jika pasien kurus dan otot-otot perutnya
melemas. Perabaan mungkin menyebabkan nyeri ringan. Pasien biasanya menyadari
penangkapan dan pelepasan ginjal. Kadang ginjal kanan terletak lebih anterior dan harus
dibedakan dari hati. Tepi hati, jika teraba, cenderung lebih tajam dan meluas lebih ke medial
dan lateral. Hati tidak dapat ditangkap. Kutub bawah ginjal lebih membulat.
Memeriksa Nyeri Ketuk Ginjal. Jika anda menemukan nyeri
tekan ketika memeriksa abdomen, periksa juga sudut
kostovertebra. Tekanan ujung jari-jari anda mungkin sudah
cukup untuk memicu nyeri, jika tidak, gunakan perkusi
dengan tangan terkepal. Letakkan pangakal jari-jari salah satu
tangan di sudut kostovertebra dan pukul dengan permukaan
ulnar kepalan tangan anda. Gunakan kekuatan yang cukup
untuk menimbulkan hentakan yang dapat dirasakan tetapi
tidak menyebabkan nyeri.
Agar pasien tidak perlu mengubah posisi, integrasikan
pemeriksaan ini ketika anda memeriksa paru posterior atau
punggung.
MENILAI NYERI KETUK SUDUT
KOSTOVERTEBRA

KANDUNG KEMIH
Kandung kemih normalnya tidak dapat diperiksa kecuali jika teregang di atas simfisis pubis.
Pada palpasi, kubah kandung kemih yang teregang teraba licin dan bulat. Periksa adanya
nyeri tekan. Gunakan perkusi untuk memeriksa pekak dan menentukan seberapa tinggi
kandung kemih naik di atas simfisis pubis.Volume kandung kemih harus 400 sampai 600 mL
sebelum pekak muncul.
AORTA
Tekan dalam-dalam di abdomen bagian atas, sedikit ke sebelah kiri dari garis tengah, dan
temukan denyut aorta. Pada orang yang berusia lebih dari 50 tahun, periksa lebar aorta
dengan menekan dalam-dalam di abdomen atas dengan satu tangan di masing-masing sisi
aorta. Dalam kelompok usia ini, aorta normal memiliki lebar lebih dari 3cm (rerata2,5 cm).
Pengukuran ini tidak mencakup ketebalan dinding abdomen. Kemudahan merasakan denyut
aorta sangat bervariasi sesuai ketebalan dindig abdomen dan dengan diameter anteroposterior
abdomen.
Teknik Pemeriksaan Untuk :
1. Asites
2. Apendisitis
3. Kolesistitis akut
4. Hernia ventralis
5. Massa di dinding abdomen

Memeriksa Kemungkinan Asites.Abdomen yang membuncit dengan pinggang menonjol


mengisyaratkan kemungkinan adanya asites. Karena cairan asites biasanya mengendap
karena gravitasi, sementara lengkung usus yang berisi gas akan naik, perkusi menghasilkan
nada redup di bagian-bagian dependen abdomen. Carilah pola semacam ini dengan
melakukan perkusi kea rah luar di beberapa arah dari bagian tengah daerah timpani. Petakan
batas antara timpani dan redup.
Dua teknik tambahan dapat sedikit membantu memastikan asites, meskipun kedua tanda ini
dapat pula menyesatkan.
1. Tes untuk redup yang bergeser (shifting dullness). Setelah melakukan perkusi batas
timpani dan redup dengan pasien telentang, minta pasien berputar ke saru sisi.
Lakukan perkusi dan tandai batas-batas itu lagi. Pada orang tanpa asites, batas antara
timpani dan redup biasanya relative tidak berubah.

2. Tes untuk gelombang cairan. Minta pasien atau seorang asisten menekan tepi-tepi
kedua tangan ke garis tengah abdomen. Tekanan ini membantu menghentikan
penyaluran gelombang melalui lemak. Sementara anda mengetuk satu pinggang
dengan uung jari-jari tangan anda, rasakan di pinggang kontralateral adanya
gelombang yang disalurkan melalui cairan. Sayangnya, tanda ini sering negative
sampai asites jelas terlihat, dan kadang positif pada pasien tanpa asites.

Mengidentifikasi Orgsan atau Massa pada Abdomen dengan Asites. Cobalah melakukan
ballottement terhdap – massa, yang di sini dicontohkan oleh hati yang membesar. Luruskan –
dan rapatkan jari-jari satu tangan, letakkan di permukaan abdomen – lakukan gerakan
menyodok singkat langsung kearah struktur yang akan diperiksa. Gerakan cepat ini sering
menggeser cairan sehingga ujung jari tangan anda dapat secara singkat menyentuh
permukaan struktur melalui dinding abdomen.
Memeriksa Kemungkinan Apendisitis.Apendisitis adalah kausa umum nyeri abdomen akut
serta tanda-tanda lain yaitu nyeri tekan titik McBurney, tanda Revsing, tanda psoas, dan tanda
obturator.
1. Minta pasien menunjuk tempat nyeri dimulai dan di mana sekarang. Minta pasien
untuk melihat di mana nyeri terasa.
KELAINAN

1. Ikterus

Ikterus adalah wama kuning yang tampak pada kulit dan mukos, karena adanya
penumpukan bilirubin akibat peningkatan kadarnya dalam darah. Harga Normal
bilirubin dalam darah : Direk < 1,0 mg, Indirek < 2,0 mg%.
Harga patologis (kelainan) bilirubin dalam darah:
a. Indirek bayi aterm > 12mg%
b. Indirek bayi prematur > 10 mg%
c. Peningkatan kadar0;2rng/ja; atau4mg/hari Penumpukan bilirubin disebabkan oleh
:
1) Pemecahan eritrosit (sel darah merah) berlebihan.
2) Gangguan transportasi, misalnya hipoalbuminemia pada bayi kurang bulan.
3) Gangguan konjugasi.
4) Gangguan fungsi hepar atau imaturitas hepar.
5) Gangguan ekskresi atau obstruksiIkterus Fisiologis bila penumpukan bilirubin
tídak mengganggu.
d. Tampak pada hari ke 3 ± 4
e. Bayi tampak normal/sehat
f. Kadarnya < 12 mg%
g. Menghilang paling lambat 10- 14 hari
h. Tidak ada faktor resiko
i. Sebab : proses físiologis Ikterus Patologi
j. Biasanya timbul pada bayi umur < 36 jam
k. Cepat berkembang- Bisa disertai lebih lama > 2 Minggu
l. Ada faktor resiko
m. Dasar : proses patologis

Pemeriksaan Klinis Penentuan derajat ikterus menurut pembagian zona tubuh


(menurut KRAMER)
1. I Kramer I Daerah kepala (Bilirubin total 5 7 mg)
2. I Kramer II Daerah dada pusat (Bilirubin total 7 10 mg%)
3. I Kramer III Perut dibawah pusat s/d lutut (Bilimbin total 10 13 mg)
4. I Kramer IV Lengan s/d pergelangan tangan tungkai bawah s/d pergelangan
kaki (Bilirubin total 13 17 mg%)
5. I Kramer V s/d telapak tangan dan telapak kaki (Bilirubin total >17 mg%).

2. Pembesaran Hati (Hepatomegali)

Pembesaran organ hati yang disebabkan oleh berbagai jenis penyebab seperti infeksi
virus hepatitis, demam tifoid, amoeba, pemimbunan lemak (fatty liver), penyakit
keganasan seperti leukemia, kanker hati (hepatoma) dan penyebaran dari keganasan
(metastasis).
3. Etiologi

Penyebab yang sering ditemukan:


1. Alkoholisme
2. Hepatitits A
3. Hepatitis B
4. Gagal jantung kongestif (CHF, congestive heart failure)
5. Leukemia
6. Neuroblastoma
7. Sindroma Reye
8. Karsinoma hepatoseluler
9. Penyakit Niemann
10. Pick
11. Intoleransi fruktosa bawaan
12. Penyakit penimbunan glikogen
13. Tumor metastatic
14. Sirosis bilier primer
15. Sarkoidosis
16. Kolangitis sklerotik
17. Sindroma hemolitik-uremik.

Gejala

Hati yang membesar biasanya tidak menyebabkan gejala. Tetapi jika


pembesarannya hebat, bisa menyebabkan rasa tidak nyaman di perut atau perut terasa
penuh. Jika pembesaran terjadi secara cepat, hati bisa terasa nyeri bila diraba.

Diagnosa

Ukuran hati bisa diraba/dirasakan melalui dinding perut selama pemeriksaan fisik.
Jika hati teraba lembut, biasanya disebabkan oleh hepatitis akut, infiltrasi lemak,
sumbatan oleh darah atau penyumbatan awal dari saluran empedu. Hati akan teraba
keras dan bentuknya tidak teratur, jika penyebabnya adalah sirosis. Benjolan yang
nyata biasanya diduga suatu kanker. Pemeriksaan lainnya yang bisa dilakukan untuk
membantu menentukan penyebab membesarnya hati adalah: rontgen perut, CT scan
perut, dan tes fungsi hati.

4. Pembesaran Limpa

Limpa menghasilkan, memantau, menyimpan dan menghancurkan sel darah. Limpa


merupakan organ sebesar kepalan tinju yang lembut dan berongga-rongga, dan
berwarna keunguan. Limpa terdapat dibagian atas rongga perut, tepat dibawah
lengkung tulang iga di sebelah kiri. Limpa berfungsi sebagai 2 organ. Bagian yang
putih merupakan sistem kekebalan untuk melawan infeksi dan bagian yang
merah bertugas membuang bahan-bahan yang tidak diperlukan dari dalam darah
(misalnya sel darah merah yang rusak).Sel darah putih tertentu (limfosit)
menghasilkan antibodi pelindung dan memegang peranan penting dalam
melawan infeksi. Limfosit dapat dibentuk dan mengalami pematangan di dalam
bagian putih limpa.
Bagian merah limpa mengandung sel darah putih lainnya (fagosit) yang
mencerna bahan yang tidak diinginkan (misalnya bakteri atau sel yang rusak) dalam
pembeluh darah. Bagian merah memantau sel darah merah (menentukan sel yang
abnormal atau terlalu tua atau sel yang mengalami kerusakan) dan
menghancurkannya. Karena itu, bagian merah ini kadang disebut sebagai kuburan sel
darah merah. Bagian merah juga berfungsi sebagai cadangan untuk elemen-elemen
darah, terutama sel darah putih dan trombosit.
Pada banyak binatang, bagian merah ini melepasakan elen darah ke dalam
darah sirkulasi padasaat tubuh memerlukannya; tetapi pada manusia pelepasan elemen
ini bukan merupakan fungsilimpa yang penting. Jika limpa diangkat melalui
pembedahan (splenektomi), tubuh akan kehilangan beberapa kemampuannya untuk
menghasilkan antibodi pelindung dan untuk membuang bakteri yang tidak diinginkan
dari tubuh. Sebagai akibatnya, kemampuan tubuh dalam melawan infeksi akan
berkurang. Tidak lama kemudian, organ lainnya (terutama hati) akan meningkatkan
fungsinya dalam melawan infeksi untuk menggantikan kehilangan tersebut, sehingga
peningkatan resiko terjadinya infeksi tidak akan berlangsung lama. Jika limpa
membesar (splenomegali), kemampuannya untuk menangkap dan menyimpan sel-
seldarah akan meningkat. Splenomegali dapat menyebabkan berkurangnya jumlah sel
darah merah, sel darah putih dan trombosit dalam sirkulasi. Jika limpa yang
membesar menangkap sejumlah besar sel darah yang abnormal, sel-sel ini akan
menyumbat limpa dan mengganggu fungsinya. Proses ini menyebabkan suatu
lingkaran setan, yaitu semakin banyak sel yang terperangkap dalam limpa, maka
limpa akan semakin membesar; semakin membesar limpa, maka akan semakin banyak
sel yang terperangkap. Jika limpa terlalu banyak membuang sel darah dari sirkulasi
(hipersplenisme), bisa timbul sejumlah masalah, seperti:
1. Anemia (karena jumlah sel darah merah berkurang)
2. Sering mengalami infeksi (karena jumlah sel darah putih berkurang)
3. Kelainan perdarahan (karena trombosit berkurang).
Pada akhirnya limpa yang sangat membesar juga menangkan sel darah merah
yang normal dan menghancurkannya bersama dengan sel-sel yang abnormal.
Penyebab:
1. Infeksi – Hepatitis - Mononukleosis infeksiosa – Psitakosis - Endokarditis
bakterialis subakut – Bruselosis - Kala-azar – Malaria – Sifilis – Tuberkulosis
2. Anemia - Elliptositosis herediter - Sferositosis herediter - Penyakit sel sabit
(terutama pada anak-anak) – Thalassemia
3. Kanker darah dan penyakit proliferatif - Penyakit Hodgkin
dan limfoma lainnya - Leukemia- Mielofibrosis - Polisitemia vera
4. Penyakit peradangan- Amiloidosis - Sindroma Felty- Sarkoidosis-
Lupus eritematosus sistemik
5. Penyakit hati - Sirosis
6. Penyakit penimbunan - Penyakit Gaucher - Penyakit Hand – Schller –
Christian - Penyakit Lettere - Siwe - Penyakit Niemann - Pick
7. Penyebab lain - Kisata dalam limpa- Penekanan terhadap vena dari limpa atau
vena yang menuju ke hati - Bekuan darah dalam vena dari limpa atau vena
yang menuju ke hati. GEJALA Limpa yang membesar tidak menyebabkan
banyak gejala, dan tidak satupun gejala yang menunjukkan penyebab
membesarnya limpa. Limpa yang membesar terletak di dekat lambung dan
bisa menekan lambung, sehingga penderita bisa merasakan perutnya penuh
meskipun baru makan sedikit makanan kecil atau bahkan belum makan apa-
apa. Penderita juga bisa merasakan nyeri perut atau nyeri punggung di daerah
limpa, yang bisa menjalar ke bahu, terutama jika sebagian limpa tidak
mendapatkan cukup darah dan mulai mati DIAGNOSA.

Anda mungkin juga menyukai