Anda di halaman 1dari 44

PENGKAJIAN FISIK ABDOMEN

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

“Pengkajian Fisik”

Dosen Pembimbing : Dr. Yessy Dessy A, M.Kep.Sp.Kom

Disusun Oleh Kelompok 5 :

1. Haqie Fahmia R (P27820417010)


2. Fauzizah Amimy (P27820417014)
3. Rachmaningrum (P27820417049)
4. Dwi Fatimatus Z (P27820417070)

TINGKAT : 1-A

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURABAYA


PRODI D3 KEPERAWATAN SIDOARJO
TAHUN AKADEMIK 2017/2018

1
KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan hidayah penulis dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang “Pemeriksaan Fisik
Abdomen”. Tak lupa juga sholawat serta salam kita limpahkan kepada nabi Muhammad SAW
karena berkat rahmatnya kita bisa keluar dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang
benderang.

Penulis menyusun makalah ini dengan tujuan sebagai salah satu syarat untuk
mengikuti perkuliahan Pengkajian Fisik. Penulis menyusun makalah ini dengan pokok
bahasan mengenai tindakan pemeriksaan fisik.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam


pembuatan makalah ini, khususnya kepada;

1. Ketua program studi DIII Keperawatan Sidoarjo yang telah memberikan fasilitas
dalam pembuatan makalah ini.

2. Ibu Yessy Dessy A, M.Kep.Sp.Kom. selaku dosen pembimbing mata kuliah


Pengkajian Fisik.
3. Penulis menyampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta yang telah memberikan
dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar kepada penulis, baik selama
mengikuti perkuliahan maupun dalam menyelesaikan makalah ini

Penulis menyadari sepenuhnya dalam penulisan dan penyajian dalam tulisan ini masih
banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi. Oleh karena itu dengan
kerendahan hati penulis akan menerima kritikan dan saran yang bersifat membangun.

Penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi seluruh mahasiswa dan juga
bermanfaat untuk masyarakat umum. Semoga dengan adanya makalah ini dapat
mengaplikasikan prosedur pemeriksaan fisik dalam melakukan tindakan.

Sidoarjo, 09 Maret 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan 1
BAB II PEMBAHASAN 2
2.1 Pengertian Abdomen 2
2.2 Tujuan Pemeriksaan abdomen 2
2.3 Organ yang terdapat pada abdomen 7
2.4 Teknik Pemeriksaan 17
2.5 Kelainan 25
2.6 Abnormalitas 29

BAB III PENUTUP 32


3.1 Kesimpulan 32
3.2 Saran 32
DAFTAR PUSTAKA 33

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang
ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil
pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan
membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien.
Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan
berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa dengan
inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa tes khusus mungkin diperlukan
seperti test neurologi.Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri diri penilaian
kondisi pasien secara umum dan sistem organ yang spesifik. Dalam prakteknya, tanda
vital atau pemeriksaan suhu, denyut dan tekanan darah selalu dilakukan pertama kali.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari abdomen?
2. Apa bagian – bagian abdomen?
3. Bagaimana prosedur pemeriksaan abdomen?
4. Apa tujuan pemeriksaan abdomen?
5. Bagaimana teknik dan prinsip pemeriksaan abdomen?
6. Apa kelainan pada abdomen?

1.3 Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah pemeriksaan fisik
2. Untuk mengetahui pengertian abdomen
3. Untuk mengetahui dan memahami bagian abdomen
4. Untuk mengetahui dan memahami prosedur pemeriksaan abdomen
5. Untuk mengetahui dan memahami tujuan pemeriksaan abdomen
6. Untuk mengetahui dan memahami teknik dan prinsip pemeriksaan abdomen
7. Untuk mengetahui dan memahami kelainan pada abdomen

4
BAB II
PEMBAHASAN
ANATOMI DAN FISIOLOGI ABDOMEN
2.1 Abdomen
Abdomen adalah istilah yang digunakan untuk menyebut bagian dari tubuh yang
berada di antara thorax atau dada dan pelvis di hewan mamalia dan vertebrata lainnya.
Pada arthropoda, abdomen adalah bagian paling posterior tubuh, yang berada di belakang
thorax atau cephalothorax (sefalotoraks). Dalam bahasa Indonesia umum, sering pula
disebut dengan perut. 
2.2 Tujuan Pemeriksaan Abdomen
1. Untuk mengetahui bentuk dan gerakan gerakan perut
2. Untuk mendengarkan bunyi peristaltik usus
3. Untuk mengetahui respon nyeri tekan pada organ dalam abdomen

Ada dua macam cara pembagian topografi abdomen yang umum dipakai untuk
menentukan lokalisasi kelainan, yaitu:

1. Pembagian atas empat kuadran, dengan membuat garis vertikal dan horizontal melalui
umbilicus, sehingga terdapat daerah kuadran kanan atas, kiri atas, kanan bawah, dan
kiri bawah.

5
4 Kuadran garis ditarik secara vertikal dan horizontal dengan umbilikus sebagai
pusatnya.

KUADRAN KANAN ATAS KUADRAN KIRI ATAS

I II

Umbilikus

III IV

KUADRAN KANAN BAWAH KUADRAN KIRI BAWAH

I. Di kuadran kanan atas ( right upper quadrant, RUQ), konsistensi hati yang lunak
menyebabkannya sulit diraba melalui dinding abdomen. Batas bawah hati, tepi
hati, sering dapat di raba di batas iga kanan. Kandung empedu, yang terletak di
permukaan inferior hati, dan duodenum yang terletak lebih dalam, umumnya tidak
dapat diraba. Di tingkat yang lebih dalam, kutub bawah ginjal kanan mungkin
teraba, khususnya pada orang kurus dengan otot abdomen lemas. Ke arah medial,
pemeriksa akan menjumpai sangkar iga, yang melindungi lambung, kadang pasien
menyangka prosesus xifoideus di garis tengah yang keras sebagai tumor. Denyut
aorta abdomen sering terlihat dan biasanya dapat diraba di abdomen atas.
II. Di kuadran kiri atas ( left upper quadrant LUQ), limpa terletak lateral dari dan di
belakang lambung, tepat di atas ginjal kiri di garis midaksilaris kiri. Batas atasnya
menempel di kubah diafragma. Iga ke 9, 10, 11 melindungi sebagian besar limpa.
Pada sebagian kecil orang dewasa, ujung limpa mungkin teraba di bawah batas iga
kiri. Pada orang sehat, pankreas tidak terdeteksi.
III. Di kuadran kiri bawah ( Left Lower Quadrant, LLQ), dapat diraba kolon sigmoid
yang padan, sempit, dan tubuler. Bagian – bagian dari kolon transversum dan
desenden juga mungkin teraba. Di garis tengah bawah terdapat kandung kemih,

6
promontorium sakrum, tepi anterior vertebra S1, yang kadang disangka tumor, dan
pada wanita yaitu uterus dan ovarium.
IV. Di kuadran kanan bawah ( Right Lower Quadrant, RLQ) terdapat gulungan usus
dan apendiks di ujung sekum dekat taut usu halus dan usus besar. Pada orang sehat,
struktur – struktur ini tidak teraba.
Kandung kemih yang teregang dapat diraba di atas simfisis pubis. Kandung
kemih menampung sekitar 300mL, urin yang di saring oleh ginjal ke dalam pelvis
ginjal dan ureter. Pengembangan kandung kemih merangsang kontraksi otot polos
kandung kemih, otot detrusor, pada tekanan yang relatif rendah. Peningkatan tekanan
di kandung kemih memicu timbulnya keinginan untuk berkemih.
Meningkatnya tekanan intrauretra dapat mengatasi peningkatan tekanan di
kandung kemih dan mencegah inkontinensia. Tekanan intrauretra berkaitan dengan
tonus otot polos di sfingter uretra interna, ketebalan mukosa uretra, dan pada wanita
topangan yang memadai untuk kandung kemih dan uretra proksimal dari berbagai otot
dan ligamen panggul agar hubungan – hubungan anatomis ini tetap dipertahankan.
Otot serat lintang yang mengelilingi uretra juga dapat berkontraksi secara sengaja
untuk menginterupsi proses berkemih.
Kontrol neurologik atas kandung kemih berfungsi dalam beberapa tingkatan.
Pada bayi, kandung kemih mengosongkan isinya melalui mekanisme refleks di
medula spinalis sakralis. Kontrol volunter kandung kemih bergantung pada pusat-
pusat yang lebih tinggi di otak dan di jalur motorik dan sensorik antara otak dan
lengkung refleks medula spinalis sakralis. Jika berkemih ingin tertunda, pusat – pusat
yang lebih tinggi di otak dapat menghambat kontraksi detrusor sampai kapasitas
kandung kemih, sekitar 400 sampai 500 mL, terlampaui.
Ginjal adalah organ posterior. Iga melindungi kutub atas ginjal. Sudut
kostovetebra, yang dibentuk oleh batas bawah iga ke – 12 dan prosesus transversum
vertebra lumbal atas, menentukan tempat memeriksa ginjal untuk nyeri, yang disebut
nyeri sudut kostovertebra ( costovertebral angle tenderness,CVAT).

7
2. Pembagian atas sembilan daerah, dengan membuat dua garis horizontal dan dua garis
vertikal.

EPIG
ASTRI
HIPOKARDIAK
UM
KANAN HIPOKARDIAK KIRI Ditarik dari 3 jari
diatas umbilikus

UMBI
LUMBAL KANAN LUMBAL KIRI
LIKUS
Ditarik dari 3 jari
dibawah umbilikus
INGUINAL KIRI
INGUINAL KANAN
HIPO
GAST
RIUM

1) Garis horizontal pertama dibuat melalui tepi bawah tulang rawan iga kesepuluh dan
yang kedua dibuat melalui titik spina iliaka anterior superior (SIAS).
2) Garis vertikal dibuat masing-masing melalui titik pertengahan antara SIAS dan mid-
line abdomen.
3) Terbentuklah daerah hipokondrium kanan, epigastrium, hipokondrium kiri, lumbal
kanan, umbilical, lumbal kanan, iliaka kanan, hipogastrium/ suprapubik, dan iliaka
kiri.

8
Abdomen dibagi menjadi Sembilan atau region, antara lain:
1. Region hypochondrica dekstra
Yakni regio yang dibatasi oleh kanan linea maksilaris dekstra, bawah oleh bidang
transpilorik, kiri oleh linea mamilari atau linea medioklavicularis dekstra
2. Region epigrastica
Yakni region yang dibatasi oleh linea mamilar lineamedioclavicularis dekstra dan
linea mamilaris sinistra, sebelah bawah oleh bidang transpilorik
3. Region hypochondrica sinistra
Yakni region yang dibatasi sebelah kiri oleh linea maksilaris sinistra dan kanan oleh
linea mamilaris atau linea medioclavicularis sinistra, bagian bawah oleh bidang
transpilorik
4. Region lateralis dekstra
Yakni region yang dibatasi oleh sebelah kanan linea maxilaris dekstra, sebelah kiri
oleh linea medioklavikularis dekstra, sebelah atas oleh bidang transpilorik dan pada
bagian bawah oleh bidang transtuberculer
5. Region umbilicalis
Yakni region yang dibatasi oleh sebelah atas bidang transpilorik , sebelah kanan oleh
linea medioclavicularis dekstra dan bagian bawah dibatasi oleh bidang tubercularis,
disebelah kiri dibatasi oleh linea medioclavicularis sinistra
6. Region lateralis sinistra
Yakni region yang dibatasi oleh sebelah kanan linea radioclavicularis dekstra, sebelah
atas oleh bidang transpilorik, sebelah kiri dibatasi oleh linea makilaris sinistra, bagian
bawah dibatasi oleh bidang transtubercularis
7. Region inguinalis dekstra
Yakni region yang dibatasi oleh kanan spina iliaca superior anterior dekstra, sebelah
atas oleh bidang transtubercularis, sebelah kiri oleh linea medioclavicularis destra,
sebelah bawah oleh tepi dari lipatan paha, jadi bentuk region ini adalah berbentuk
segitiga
8. Region pubica
Yakni region yang dibatasi oleh bidang trantubercularis, sebelah bawah sepanjang
lipatan paha dan melintas pubis, sampai ke kiri dibatasi oleh linea mediotravicularis
sinistra
9. Region inguinalis sinistra
Yakni region yang dibatasi oleh sebelah kananoleh linea medioclavicularis sinistra,
sebelah atas oleh bidang transtubercularis sinistra, bagian kiri oleh spinaliniaca
superior anterior sinistra.

Untuk memudahkan kita mengenali letak topigrafi dari perut dan dada, Dr Djoko Setijadji
Rahadjo. DTMH 2001 menjelaskan adanya garis-garis yang di jadikan pedoman antara lain:
1. Linea Media Anterior
Yakni garis imaginar yang di tarik ujung sternum (lekuk supra sternum sulkus
jugularis) lurus ke bawah sampai ke simpisis melalui umbilicus ke atas kepala tepat
lewat glabella terus ke atas sampai vertiks.
2. Linea Mamilaris (linea medio clavikularis)

9
Yakni garis imaginer yang di tarik dari pertengahan clavikula lurus terus ke bawah
sampai pada lipatan pangkal paha.
3. Linea Sternalis
Yakni garis imaginar yang di tarik dari tepi pertemuan tulang kosta dengan sternum,
dari atas ke bawah pada arcus costae.
4. Linea Para Sternalis
Yakni garis imaginer yang di tarik dari atas ke bawah yang berada dari pertengahan
antara linea mamilaris dengan linea sternalis.
5. Linea Maxilaris
Yakni garis imaginar yang di tarik lurus dari atas ke bawahdimulai dari tepi depan
ketiak sampai ke spina iliaka superior anterior.
6. Bidang Transpylorik
Yakni bidang imaginer yang di tarik dari kedua ujung arcus kostae kanan dan kiri.
7. Bidang Transtuberkuler
Yakni bidang imaginer yang di tarik dari kedua spinailiaka superior anterior.

2.3 Organ – organ yang terdapat di dalam Abdomen


1. Hati

Hati terletak dalam rongga perut sebelah kanan, tepatnya di bawah diafragma.
Berdasarkan fungsinya, hati juga termasuk sebagai alat ekskresi. hal ini dikarenakan
hati membantu fungsi ginjal dengan cara memecah beberapa senyawa yang bersifat
racun dan menghasilkan ammonia, urea, dan asam urat dengan memanfaatkan
nitrogen dari asam amino. Karena sangkar iga melindungi sebagian besar hati,
pemeriksaan langsung sulit dilakukan. Ukuran dan bentuk hati dapat diperkirakan
dengan perkusi dan palpasi. Tekanan dari tangan anda membantu anda mengevaluasi
permukaan, konsistensi, dan nyeri tekan.

a. Palpasi
Letakkan tangan kiri anda di belakang pasien, sejajar dengan dan menopang
iga ke 11 dan 12 kanan serta jaringan lunak di dekatnya. Ingatkan pasien untuk
melemaskan tubuhnya di atas tangan anda jika perlu. Dengan menekan tangan kiri
anda ke atas, hati pasien mungkin lebih mudah teraba oleh tangan kanan Anda.

10
Letakkan tangan kanan anda di abdomen kanan pasien lateral dari otot rektus,
dengan ujung – ujung jari jauh di bawah batas bawah pekak hati. Kemudian minta
pasien untuk menarik napas dalam. Cobalah rasakan tepi hati sewaktu hati turun
dan menyentuh jari – jari anda. Jika anda merabanya, kurangi tekanan tangan
palpasi anda sedikit sehingga hati dapat bergeser di bawah bantalan jari – jari anda
dan anda dapat merasakan permukaan anteriornya. Jika dapat diraba, tepi hati
normal bersifat lunak, tajam, dan reguler dengan permukaan licin. Pada inspirasi,
hati teraba sekitar 3cm di bawah batas iga kanan di garis midklavikula. Kepada
pasien ini mungkin perlu di perintahkan untuk bernafas perut, sehingga hati, serta
limpa dan ginjal, berada dalam posisi yang dapat di raba selama inspirasi.
Teknik Kait (booking technique) untuk pasien yang kegemukan. Berdirilah di
sebelah kanan dada pasien. Letakkan kedua tangan, berdampingan, di abdomen
kanan di bawah batas pekak hati. Tekan dengan jari – jari tangan anda mengarah
ke batas iga. Minta pasien untuk menarik napas dalam. Tepi hati seperti
diperlihatakan di bawah akan teraba dengan bantalan jari – jari kedua tangan.

Memeriksa Nyeri Ketuk pada Hati yang Tidak Teraba


Letakkan tangan kiri anda datar di sangkar iga kanan bawah dan secara lembut
pukul tangan anda dengan permukaan ulnar pergelangan tangan kanan anda.
Minta pasien membandingkan sensasinya dengan sensasi yang di timbulkan oleh
pukulan serupa di sisi kiri.

11
b. Perkusi
Ukurlah tinggi pekak hati di garis midklavikula kanan. Pertama – tama tentukan
lokasi garis midklabikula secara cermat untuk menghidari kesalahan pengukuran.
Gunakan ketukan perkusi yang ringan sampai sedang, karena pemeriksa dengan
ketukan yang lebih kuat menyebabkan perkiraan ukuran hati menjadi lebih kecil
daripada sebenarnya. Dimulai di level di bawah umbilikus di kuadran kanan
bawah ( di suatu daerah timpani, bukan pekak), lakukan perkusi ke arah hati.
Identifikasi batas bawah pekak hati di garis midklavikula.
Kemudian, identifikasi batas atas pekak hati di garis midklavikula. Di mulai dari
garis puting, lakukan perkusi ringan dari paru yang sonor turun ke arah pekak hati.
Secara lembut geser payudara wanita sesuai keperluan untuk memastikan bahwa
anda mulai dari daerah yang sonor. Kini ukur dalam sentimeter jarak antara kedua
titik. Jarak vertikal pekak hati. Tinggi hati normal, seperti diperlihatkan dibawah,
umumnya lebih besar pada pria daripada wanita serta pada orang tinggi daripada
orang pendek. Jika hati tampak membesesar, perkirakan batas bawah dengan
melakukan perkusi ke arah medial dan lateral.
Pengukuran tinggi hati dengan perkusi lebih akurat jika hati membesar dengan
tepi yang dapat diraba.

12
2. LIMPA

Limpa adalah kelenjar tanpa saluran yang berhubungan erat dengan system
sirkulasi dan berfungsi sebagai penghancur sel darah merah tua.Jika membesar,
limpa mengembang kea rah anterior, bawah, dan medial, sering menggantikan
timpani lambung dan kolon dengan pekak organ padat. Limpa menjadi dapat
diraba di bawah batas iga. Perkusi mengisyaratkan tetapi tidak memastikan
pembesaran limpa. Palpasi dapat memastikan pembesaran tetapi sering tidak dapat
mendeteksi pembesaran limpa yang tidak turun di bawah batas iga.
a. PALPASI
Dengan tangan kiti anda, jangkaulah sisi kiri pasien untuk menunjang
dan menekan ke depan sangkar iga kiri dan jaringan lunak sekitarnya. Dengan
tangan kanan anda di bawah batas iga, tagan anda menjadi kurang dapat
digerakkan untuk mencapai bagian bawah sangkar iga. Minta pasien untuk
menarik nafas dalam. Cobalah raba ujung atau tepi limpa sewaktu organ ini
turun untuk menjumpai ujung jari anda. Perharikan adanya nyeri tekan, nilai
kontur limpa, dan ukur jarak antara titik terbawah limpa dan batas iga kanan.
Pada sekitar 5% orang normal, ujung limpa dapat teraba. Penyebabnya antara
lain adalah diafragma yang rendah dan datar, seperti pada penyakit paru
obstruktif kronik, dan penurunan diafragma yang dalam saat inspirasi.

13
Ulangi dengan pasien berbaring di sisi kanan dengan tungkai agak menekuk di panggul dan
lutut. Dalam posisi ini, gravitasi mungkin membawa limpa ke depan dan kanan ke lokasi
yang dapat diraba.

b. PERKUSI
Dua teknik mungkin membantu anda mendeteksi splenomegaly, limpa yang membesar :

1. Perkusi
dinding
dada
anterior
bawah
kira-kira
dari batas
pekak
jantung di
sela iga ke-

14
6 hinggga garis aksilaris snterior dan turun ke batas iga, suatu daerah yang
dinamai ruang Trube. Sewaku melakukan perkusi di sepanjang rute yang
ditunjukkan oleh tanda panah di gambar berikutnya, perhatikan perluasan
lateral timpani. Perkusi memiliki keakuratan sedang untuk mendeteksi
splenomegaly (-- 60%-80%; spesifisitas 72%-94%).

Jika timpani mencolok, khususnya di lateral , kecil kemungkinannya terdapat


splenomegaly. Pekak pada limpa normal biasanya tersamarkan oleh pekak
jaringan posterior lainnya.
2. Periksa ada tidaknya tanda perkusi limpa.Lakukan perkusi di sela iga terbawah
di garis aksilaris anterior kiri. Daerah ii biasanya berbunyi timpani. Lalu minta
pasien menarik napas dalam dan lakukan kembali perkusi. Jika ukuran limpa
normal, nada perkusi biasanya tetap timpani.

TANDA PERKUSI LIMPA NEGATIF TANDA PERKUSI LIMPA


POSITIF

3. GINJAL

15
Ginjal adalah organ ekskresi dalam vertebrata yang berbentuk mirip kacang.
Berfungsi menyaring kotoran (terutama urea) dari darah dan membuangnya bersama dengan
air dalam bentuk urin.

a. PALPASI
Meskipun ginjal terletak retroperitoneum dan biasanya tidak teraba, mempelajari teknik-
teknik untuk memeriksanya akan membantu anda membedakan ginjal yang membesar dari
organ lain yang membesar atau massa abdomen.
Palpasi Ginjal Kiri.
Bergeserlah ke kiri pasien. Letakkan tangan kanan anda di belakang pasien, tepat di bawah
dan sejajar dengan sela iga ke-12 dengan ujung-ujung jari tepat mencapai sudut
kostevertebra. Angkat, coba geser ginjal kea rah anterior. Letakkan tangan kiri anda secara
lembut di kuadran kiri atas, lateral dari dan sejajar dengan otot rektus. Minta pasien untuk
menarik napas dalam. Pada puncak inspirasi, tekanan tangan kiri anda secara tetap dan dalam
ke kuadran kiri atas, tepat di bawah batas iga. Cobalah “menangkap” ginjal di antara kedua
tangan anda. Minta pasien menghembuskan nafas dan kemudian menahn napas sebentar.
Secara perlahan bebaskan tekanan tangan kiri anda, sembari pada saat yang sama merasakan
ginjal bergeser kembali ke posisi ekspirasinya. Jika ginjal teraba, uraikan ukuran, kontur, dan
adanya nyeri tekan.
Selain itu, cobalah raba ginjal kiri dengan menggunakan metode yang serupa dengan metode
perabaan limpa. Dengan berdiri di sisi kanan pasien, dengan tangan kiri anda, jangkaulah
pasien untuk mengangkat bagian belakang ginjal kiri, dan dengan tangan kanan anda, raba
dalam-dalam di kuadran kiri atas. Minta pasien untuk menarik nafas dalam, raba adanya
massa. Ginjal kiri normal jarang dapat diraba.
Palpasi Ginjal Kanan. Untuk menangkap ginjal kanan, kembalilah ke sisi kanan pasien.
Gunakan tangan kiri anda untuk mengangkat dari belang, dan tangan kanan anda untuk
meraba dalam di kuadran kanan atas. Lanjutkan seperti sebelumnya.
Ginjal kanan yang normal mungkin teraba, terutama jika pasien kurus dan otot-otot perutnya
melemas. Perabaan mungkin menyebabkan nyeri ringan. Pasien biasanya menyadari
penangkapan dan pelepasan ginjal. Kadang ginjal kanan terletak lebih anterior dan harus
dibedakan dari hati. Tepi hati, jika teraba, cenderung lebih tajam dan meluas lebih ke medial
dan lateral. Hati tidak dapat ditangkap. Kutub bawah ginjal lebih membulat.

16
Memeriksa Nyeri Ketuk Ginjal. Jika anda menemukan nyeri tekan ketika memeriksa
abdomen, periksa juga sudut kostovertebra. Tekanan ujung jari-jari anda mungkin sudah
cukup untuk memicu nyeri, jika tidak, gunakan perkusi dengan tangan terkepal. Letakkan
pangakal jari-jari salah satu tangan di sudut kostovertebra dan pukul dengan permukaan ulnar
kepalan tangan anda. Gunakan kekuatan yang cukup untuk menimbulkan hentakan yang
dapat dirasakan tetapi tidak menyebabkan nyeri.
Agar pasien tidak perlu mengubah posisi, integrasikan pemeriksaan ini ketika anda
memeriksa paru posterior atau punggung.
MENILAI NYERI KETUK SUDUT KOSTOVERTEBRA

17
4. KANDUNG KEMIH

Kandung kemih adalah organ tubuh yang mengumpulkan air kencing yang
dikeluarkan oleh ginjal sebelum dibuang. Air kencing memasuki kandung kemih
lewat ureter dan keluar lewat uretra. Kandung kemih normalnya tidak dapat diperiksa
kecuali jika teregang di atas simfisis pubis. Pada palpasi, kubah kandung kemih yang
teregang teraba licin dan bulat. Periksa adanya nyeri tekan. Gunakan perkusi untuk
memeriksa pekak dan menentukan seberapa tinggi kandung kemih naik di atas
simfisis pubis.Volume kandung kemih harus 400 sampai 600 mL sebelum pekak
muncul.

5. AORTA

18
Aorta adalah arteri terbesar dalam badan manusia. Bersumber dari bilik kiri
jantung dan membawa darah beroksigen kepada semua bagian tubuh dalam peredaran
sistemik. Tekan dalam-dalam di abdomen bagian atas, sedikit ke sebelah kiri dari
garis tengah, dan temukan denyut aorta. Pada orang yang berusia lebih dari 50 tahun,
periksa lebar aorta dengan menekan dalam-dalam di abdomen atas dengan satu tangan
di masing-masing sisi aorta. Dalam kelompok usia ini, aorta normal memiliki lebar
lebih dari 3cm (rerata2,5 cm). Pengukuran ini tidak mencakup ketebalan dinding
abdomen. Kemudahan merasakan denyut aorta sangat bervariasi sesuai ketebalan
dindig abdomen dan dengan diameter anteroposterior abdomen.

19
TEKNIK PEMERIKSAAN

2.4 Pemeriksaan Fisik

2.2 Alat dan Bahan

1) Stetoskop

2.3 Teknik Pemeriksaan

Untuk melakukan pemeriksaan abdomen yang benar, anda memerlukan


pencahayaan yang baik serta pasien yang santai dan tertutup kain, dengan abdomen
terbuka dari tepat di atas prosesus xifoideus hingga simfisis pubis. Lipat paha harus
terlihat. Genetalia harus tetap tertutup. Otot – otot abdomen harus lemas untuk
meningkatkan semua aspek pemeriksaan khususnya palpasi.

Syarat-syarat pemeriksaan abdomen yang baik adalah :

20
1. Penerangan ruang memadai.
2. Penderita dalam keadaan relaks.
3. Daerah abdomen mulai dari atas processus xiphoideus sampai symphisis pubis harus
terbuka.

Untuk memudahkan relaksasi :

1. Kandung kencing dalam keadaan kosong.


2. Penderita berbaring terlentang dengan bantal dibawah kepalanya, dan dibawah
lututnya.
3. Kedua lengan diletakkan di samping badan, atau diletakkan menyilang pada dada.
Tangan yang diletakkan di atas kepala akan membuat dinding abdomen teregang dan
mengeras, sehingga menyulitkan palpasi.
4. Gunakan tangan yang hangat, permukaan stetoskop yang hangat, dan kuku yang
dipotong pendek. Menggosok kedua tangan akan membantu menghangatkan kedua
tangan anda.
5. Mintalah penderita untuk menunjukkan daerah yang terasa sakit dan memeriksa
daerah tersebut terakhir.
6. Lakukan pemeriksaan dengan perlahan, hindarkan gerakan yang cepat dan tiba-tiba.
7. Apabila perlu ajaklah penderita berbicara.
8. Apabila penderita amat ketakutan atau kegelian, mulailah pemeriksaan dengan
menggenggam kedua tangannya di bawah tangan anda, kemudian secara pelan-pelan
bergeser untuk melakukan palpasi.
9. Monitorlah pemeriksaan anda dengan memperhatikan muka/ekspresi penderita.

Pemeriksaan dilakukan dari sebelah kanan penderita, dengan urutan :

1. Inspeksi
2. Auskultasi
3. Palpasi
4. Perkusi

A. INSPEKSI

Mulailah menginspeksi dinding abdomen dari posisi Anda berdiri di sebelah


kanan penderita. Apabila anda akan memeriksa gerakan peristaltik sebaiknya
dilakukan dengan duduk, atau agak membungkuk, sehingga Anda dapat melihat
dinding abdomen secara tangensial.

Perhatikanlah :

1) Kulit : apakah ada sikatriks, striae atau vena yang melebar. Secara normal,
mungkin terlihat vena-vena kecil. Striae yang berwarna ungu terdapat pada
sindroma Cushing dan vena yang melebar dapat terlihat pada cirrhosis hepatic

21
atau bendungan vena cava inferior. Perhatikan pula apakah ada rash atau lesi-lesi
kulit lainnya.
2) Umbillikus: perhatikan bentuk dan lokasinya, apakah ada tanda-tanda inflamasi
atau tonjolan yang mengisyaratkan hernia ventralis.
3) Perhatikan bentuk permukaan (countour) abdomen termasuk daerah inguinal dan
femoral : datar, bulat, protuberant, atau scaphoid. Bentuk yang melendung
mungkin disebabkan oleh asites. penonjolan suprapubik karena kehamilan atau
kandung kencing yang penuh.Tonjolan asimetri mungkin terjadi karena
pembesaran organ setempat atau massa.
4) Simetri dinding abdomen.
5) Pembesaran organ : mintalah penderita untuk bernapas, perhatikan apakah
nampak adanya hepar atau lien yang menonjol di bawah arcus costa.
6) Apakah ada massa abnormal, bagaimana letak, konsistensi, mobilitasnya. Lab.
Ketrampilan Medik PPD Unsoed
7) Peristaltik. Apabila Anda merasa mencurigai adanya obstruksi usus,amatilah
peristaltik selama beberapa menit. Pada orang yang kurus,kadang-kadang
peristaltik normal dapat terlihat.
8) Pulsasi : Pulsasi aorta yang normal kadang-kadang dapat terlihat di daerah
epigastrium.

B. AUSKULTASI

Auskultasi memberikan informasi penting tentang motilitas usus. Dengarkan


abdomen sebelum melakukan perkusi atau palpasi karena tindakan – tindakan ini
dapat mengubah frekuensi bisisng usus. Serta dapat mendeteksi perubahan –
perubahan yang mengisyaratkan peradangan atau obstruksi. Auskultasi mungkin juga
mengungkapkan bruit, atau bising vaskular mirip murmur jantung, diatas aorta atau
arteri lain di abdomen.

Letakkan diafragma stetoskop anda secara lembut di abdomen. Dengarkan


bising usus dan perhatikan frekuensi dan karakternya. Bising normal terdiri atas klik
dan gemericik (gurgle), yang terjadi dengan frekuensi sekitar 5 sampai 34 per menit.
Mungkin akan mendengar borborygmi, gurgle yang memanjang pada hiperperistalsis,
yaitu “ suara perut keroncongan” yang biasa. Karena bising usus tersalurkan secara
luas melalui abdomen maka mendengarkan di satu titik, misalnya kuadran kanan
bawah, biasanya sudah memadai.

22
Bruit Abdomen dan Friction Rub

Jika pasien mengidap hipertensi, dengarkan pada epigastrium dan masing –


masing kuadran atas untuk bruit. Pada akhir pemeriksaan, ketika pasien duduk,
dengarkan juga sudut kostovertebra. Bruit epigastrium yang terbatas di sistole adalah
normal. Dengarkan bruit di atas aorta, arteri iliaka, dan arteri femoralis. Dengarkan di
atas hati dan limpa untk friction rub.

Ada 3 hal yang harus diperhatikan yaitu :

a. Apakah ada suara usus ?


b. Bila ada apakah meningkat atau melemah (kuantitas)?
c. Perkiraan asal dari suara (kualitas)?

Gerakan peristaltik disebut bunyi usus, yang muncul setiap 2-5 detik. Pada
proses radang serosa seperti pada peritonitis bunyi usus jarang bahkan hilang sama
sekali. Bila terjadi obstruksi intestin maka intestin berusaha untuk mengeluarkan isinya
melalui lubang yang mengalami obstruksi dan saat itu muncul bunyi usus yang sering
disebut "rushes". Kemudian diikuti dengan penurunan bunyi usus gemerincing yang
disebut "tinkles," dan kemudian menghilang. Pada pasca operasi didapatkan periode
bunyi usus menghilang. Kemudian dengarkan bising arteri renalis pada beberapa
sentimeter diatas umbilikus sepenjang tepi lateral otot rektus dan bila ada penyempitan
akan terdengar murmur misalnya insufiensi renal atau pada hipertensi akibat stenosis
arteri renalis. Bising dapat terdengar pada fase sistolik dan diastolic, atau kedua fase.
Misalnya pada aneurisma aorta, terdengar bising sistolik (systolic bruit). Pada
hipertensi portal, terdengar adanya bising vena (venous hum) di daerah epigastrium.
Untuk mendengarkan bising arteri masing-masing sesuai dengan tempatnya.

23
C. PERKUSI
Teknik perkusi yaitu pertama kali yakinkan tangan pemeriksa hangat sebelum
menyentuh perut pasien Kemudian tempatkan tangan kiri dimana hanya jari tengah
yang melekat erat dengan dinding perut. Selanjutnya diketok 2-3 kali dengan ujung
jari tengah tangan kanan. Lakukanlah perkusi pada keempat kuadran untuk
memperkirakan distribusi suara timpani dan redup. Biasanya suara timpanilah yang
dominan karena adanya gas pada saluran gastrointestinal, tetapi cairan dan faeces
menghasilkan suara redup. Pada sisi abdomen perhatikanlah daerah dimana suara
timpani berubah menjadi redup. Periksalah daerah suprapublik untuk mengetahui
adanya kandung kencing yang teregang atau uterus yang membesar. Perkusilah dada
bag ian bawah, antara paru dan arkus costa, Anda akan mendengar suara redup hepar
disebelah kanan, dan suara timpani di sebelah kiri karena gelembung udara pada
lambung dan fleksura splenikus kolon. Suara redup pada kedua sisi abdomen mungkin
menunjukkan adanya asites.
Perkusi berguna untuk orientasi abdomen, untuk memperkirakan ukuran
hepar, lien, menemukan asites, mengetahui apakah suatu masa padat atau kistik, dan
untuk mengetahuiadanya udara pada lambung dan usus. Selain itu, perkusi membantu
menilai jumlah dan distribusi gas di abdomen, kemungkinan massa yang padat atau
terisi cairan, dan ukuran hati dan limpa.

Lakukan perkusi abdomen secara lembut di keempat kuadran untuk menilai


distribusi timpani dan pekak. Timpani biasanya mendominasi karena gas di saluran
cerna, teteapi biasanya juga di temukan daerah – daerah redup akibat cairan dan tinja
yang tersebar.

1. Perhatikan setiap daerah pekak yang luas yang menunjukkan adanya massa
atau pembesaran organ di bawahnya. Pengamatan ini akan menuntun palapasi
anda.
2. Di masing – masing sisi abdomen yang menonjol, perhatikan dimana perkusi
timpani abdomen berubah menjadi pekak karena struktur posterior yang solid.

24
Secara singkat lakukan perkusi dada anterior bawah di atas batas iga. Di kanan,
anda biasanya akan menemukan pekak hati, dikiri, timpani yang berada di atas
gelembung udara lambung dan fleksura lienalis kolon.

PALPASI
a. Palpasi ringan
Palpasi lembut umumnya membantu untuk menilai nyeri tekan abdomen,
resistensi otot, dan beberapa organ atau massa superfisial. Tindakan ini juga
berfungsi untuk menenangkan dan membuat pasien santai. Dengan menjaga
tangan dan lengan bawah anda berada dalam bidang horizontal, dengan jari – jari
merapat dan datar di dinding abdomen, lakukan palpasi abdomen dengan gerakan
menekan yang lembut dan ringan. Sewaktu anda menggerakkan tangan anda ke
berbagai kuadran, angkat sedikit di atas kulit. Dengan berpindah secara lancar,
lakukan palpasi di keempat kuadran.

Identifikasi setiap organ atau massa superfisial dan setiap daerah nyeri yang tekan
atau peningkatan resistensi terhadap tangan anda. Jika di temukan resistensi,
cobalah bedakan defans volunter dari spasme otot involunter. Untuk itu:
1. Cobalah semua metode yang anda ketahui untuk menolong pasien santai.

25
2. Rasakan adanya relaksasi otot – otot abdomen yang normalnya menyertai
ekshalasi.
3. Minta pasien melakukan pernapasan mulut dengan rahang terbuka.
Defans volunter biasanya berkurang dengan tindakan – tindakan ini
b. Palpasi dalam

Hal ini biasanya diperlukan untuk mengetahui batas – batas suatu massa abdomen.
Kembali gunakan permukaan palmar jari – jari anda, tekan ke bawah di semua
kuadran. Identifikasi setiap massa, perhatikan lokasi, ukuran, bentuk, konsistensi,
nyeri tekan, denyut, dan setiap mobilitas bersama respirasi atau tekanan dari
tangan pemeriksa. Hubungan temuan – temuan palpasi anda dengan nada perkusi.
Memeriksa kemungkinan peritonitis.
Peradangan peritoneum parietal, atau peritonitis, menandakan suatu abdomen
akut. Tanda – tanda peritonitis mencakup tes batuk yang positif, defans
(guarding), rigiditas, nyeri lepas ( rebound tenderness), dan nyeri ketuk
(percussion tenderness). Bahkan sebelum palpasi, minta pasienuntuk batuk dan
identifikasi tempat batuk menyebabkan nyeri. Lalu lakukan palpasi lembut yang
dimulai dengan satu jari lalu dengan tangan anda, untuk mengetahui lokasi nyeri.
Sewaktu melakukan palpasi, periksa dan tidaknya defans, rigiditas,dan nyeri
lepas. Defans adalah kontraksi volunter dinding perut, sering disertai meringis
yang mungkin menghilang jika pasien dialihkan perhatiannya. Rigiditas adalah
kontraksi refleks involunter dinding abdomen yang menetap setelah beberapa kali
pemeriksaan. Nilai ada tidaknya nyeri lepas. Tanyakan pasien “mana yang lebih
sakit, ketika saya menekan atau melepas tangan saya?” tekan ke bawah dengan
jari – jari anda secara perlahan dan mantap, lalu tarik tangan anda dengan cepat.
Tindakan ini positif jika penarikan menimbulkan nyeri. Lakuan perkusi dengan
lembut untuk mengetahui nyeri ketuk.
Teknik Pemeriksaan Untuk :
1. Asites
2. Apendisitis
3. Kolesistitis akut

26
4. Hernia ventralis
5. Massa di dinding abdomen

Memeriksa Kemungkinan Asites.Abdomen yang membuncit dengan pinggang menonjol


mengisyaratkan kemungkinan adanya asites. Karena cairan asites biasanya mengendap
karena gravitasi, sementara lengkung usus yang berisi gas akan naik, perkusi menghasilkan
nada redup di bagian-bagian dependen abdomen. Carilah pola semacam ini dengan
melakukan perkusi kea rah luar di beberapa arah dari bagian tengah daerah timpani. Petakan
batas antara timpani dan redup.

Dua teknik tambahan dapat membantu memastikan asites, meskipun kedua tanda ini dapat
pula menyesatkan.
1. Tes untuk redup yang bergeser (shifting dullness). Setelah melakukan perkusi batas
timpani dan redup dengan pasien telentang, minta pasien berputar ke saru sisi.
Lakukan perkusi dan tandai batas-batas itu lagi. Pada orang tanpa asites, batas antara
timpani dan redup biasanya relative tidak berubah.

2. Tes untuk gelombang cairan. Minta pasien atau seorang asisten menekan tepi-tepi
kedua tangan ke garis tengah abdomen. Tekanan ini membantu menghentikan
penyaluran gelombang melalui lemak. Sementara anda mengetuk satu pinggang

27
dengan uung jari-jari tangan anda, rasakan di pinggang kontralateral adanya
gelombang yang disalurkan melalui cairan. Sayangnya, tanda ini sering negative
sampai asites jelas terlihat, dan kadang positif pada pasien tanpa asites.

Mengidentifikasi Orgsan atau Massa pada Abdomen dengan Asites.


Cobalah melakukan ballottement terhadap organ atau …massa, yang di sini dicontohkan oleh
hati yang membesar. Luruskan, kakukan dan rapatkan jari-jari satu tangan, letakkan di
permukaan abdomen dan lakukan gerakan menyodok singkat langsung kearah struktur yang
akan diperiksa. Gerakan cepat ini sering menggeser cairan sehingga ujung jari tangan anda
dapat secara singkat menyentuh permukaan struktur melalui dinding abdomen.

28
2.5 KELAINAN

1. Ikterus

Ikterus adalah wama kuning yang tampak pada kulit dan mukos, karena adanya
penumpukan bilirubin akibat peningkatan kadarnya dalam darah. Harga Normal
bilirubin dalam darah : Direk < 1,0 mg, Indirek < 2,0 mg%.
Harga patologis (kelainan) bilirubin dalam darah:
a. Indirek bayi aterm > 12mg%
b. Indirek bayi prematur > 10 mg%
c. Peningkatan kadar0;2rng/ja; atau4mg/hari Penumpukan bilirubin disebabkan
oleh :
1) Pemecahan eritrosit (sel darah merah) berlebihan.
2) Gangguan transportasi, misalnya hipoalbuminemia pada bayi kurang bulan.
3) Gangguan konjugasi.
4) Gangguan fungsi hepar atau imaturitas hepar.
5) Gangguan ekskresi atau obstruksiIkterus Fisiologis bila penumpukan bilirubin
tídak mengganggu.
d. Tampak pada hari ke 3 ± 4
e. Bayi tampak normal/sehat
f. Kadarnya < 12 mg%
g. Menghilang paling lambat 10- 14 hari
h. Tidak ada faktor resiko
i. Sebab : proses físiologis Ikterus Patologi
j. Biasanya timbul pada bayi umur < 36 jam
k. Cepat berkembang- Bisa disertai lebih lama  > 2 Minggu
l. Ada faktor resiko
m. Dasar : proses patologis

Pemeriksaan Klinis Penentuan derajat ikterus menurut pembagian zona tubuh


(menurut KRAMER)
1. I Kramer I Daerah kepala (Bilirubin total 5 7 mg)
2. I Kramer II Daerah dada pusat (Bilirubin total 7 10 mg%)
3. I Kramer III Perut dibawah pusat s/d lutut (Bilimbin total 10 13 mg)
4. I Kramer IV Lengan s/d pergelangan tangan tungkai bawah s/d pergelangan
kaki (Bilirubin total 13 17 mg%)
5. I Kramer V s/d telapak tangan dan telapak kaki (Bilirubin total >17 mg%).

2. Pembesaran Hati (Hepatomegali)

Pembesaran organ hati yang disebabkan oleh berbagai jenis penyebab seperti infeksi
virus hepatitis, demam tifoid, amoeba, pemimbunan lemak (fatty liver), penyakit
keganasan seperti leukemia, kanker hati (hepatoma) dan penyebaran dari keganasan
(metastasis).

29
3. Etiologi

Penyebab yang sering ditemukan:


1. Alkoholisme
2. Hepatitits A
3. Hepatitis B
4. Gagal jantung kongestif (CHF, congestive heart failure)
5. Leukemia
6. Neuroblastoma
7. Sindroma Reye
8. Karsinoma hepatoseluler
9. Penyakit Niemann
10. Pick 
11. Intoleransi fruktosa bawaan
12. Penyakit penimbunan glikogen
13. Tumor metastatic
14. Sirosis bilier primer 
15. Sarkoidosis
16. Kolangitis sklerotik 
17. Sindroma hemolitik-uremik.

Gejala

Hati yang membesar biasanya tidak menyebabkan gejala. Tetapi jika


pembesarannya hebat, bisa menyebabkan rasa tidak nyaman di perut atau perut terasa
penuh. Jika pembesaran terjadi secara cepat, hati bisa terasa nyeri bila diraba.

Diagnosa

Ukuran hati bisa diraba/dirasakan melalui dinding perut selama pemeriksaan fisik.


Jika hati teraba lembut, biasanya disebabkan oleh hepatitis akut, infiltrasi lemak,
sumbatan oleh darah atau penyumbatan awal dari saluran empedu. Hati akan teraba
keras dan bentuknya tidak teratur, jika penyebabnya adalah sirosis. Benjolan yang
nyata biasanya diduga suatu kanker. Pemeriksaan lainnya yang bisa dilakukan untuk
membantu menentukan penyebab membesarnya hati adalah: rontgen perut, CT scan
perut, dan tes fungsi hati.

4. Pembesaran Limpa

Limpa menghasilkan, memantau, menyimpan dan menghancurkan sel darah. Limpa


merupakan organ sebesar kepalan tinju yang lembut dan berongga-rongga, dan
berwarna keunguan. Limpa terdapat dibagian atas rongga perut, tepat dibawah
lengkung tulang iga di sebelah kiri. Limpa berfungsi sebagai 2 organ. Bagian yang
putih merupakan sistem kekebalan untuk melawan infeksi dan bagian yang
merah bertugas membuang bahan-bahan yang tidak diperlukan dari dalam darah
(misalnya sel darah merah yang rusak).Sel darah putih tertentu (limfosit)
menghasilkan antibodi pelindung dan memegang peranan penting dalam
melawan infeksi. Limfosit dapat dibentuk dan mengalami pematangan di dalam
bagian putih limpa.

30
Bagian merah limpa mengandung sel darah putih lainnya (fagosit) yang
mencerna bahan yang tidak diinginkan (misalnya bakteri atau sel yang rusak) dalam
pembeluh darah. Bagian merah memantau sel darah merah (menentukan sel yang
abnormal atau terlalu tua atau sel yang mengalami kerusakan) dan
menghancurkannya. Karena itu, bagian merah ini kadang disebut sebagai kuburan sel
darah merah. Bagian merah juga berfungsi sebagai cadangan untuk elemen-elemen
darah, terutama sel darah putih dan trombosit.
Pada banyak binatang, bagian merah ini melepasakan elen darah ke dalam
darah sirkulasi padasaat tubuh memerlukannya; tetapi pada manusia pelepasan elemen
ini bukan merupakan fungsilimpa yang penting. Jika limpa diangkat melalui
pembedahan (splenektomi), tubuh akan kehilangan beberapa kemampuannya untuk
menghasilkan antibodi pelindung dan untuk membuang bakteri yang tidak diinginkan
dari tubuh. Sebagai akibatnya, kemampuan tubuh dalam melawan infeksi akan
berkurang. Tidak lama kemudian, organ lainnya (terutama hati) akan meningkatkan
fungsinya dalam melawan infeksi untuk menggantikan kehilangan tersebut, sehingga
peningkatan resiko terjadinya infeksi tidak akan berlangsung lama. Jika limpa
membesar (splenomegali), kemampuannya untuk menangkap dan menyimpan sel-
seldarah akan meningkat. Splenomegali dapat menyebabkan berkurangnya jumlah sel
darah merah, sel darah putih dan trombosit dalam sirkulasi. Jika limpa yang
membesar menangkap sejumlah besar sel darah yang abnormal, sel-sel ini akan
menyumbat limpa dan mengganggu fungsinya. Proses ini menyebabkan suatu
lingkaran setan, yaitu semakin banyak sel yang terperangkap dalam limpa, maka
limpa akan semakin membesar; semakin membesar limpa, maka akan semakin banyak
sel yang terperangkap. Jika limpa terlalu banyak membuang sel darah dari sirkulasi
(hipersplenisme), bisa timbul sejumlah masalah, seperti:
1. Anemia (karena jumlah sel darah merah berkurang)
2. Sering mengalami infeksi (karena jumlah sel darah putih berkurang)
3. Kelainan perdarahan (karena trombosit berkurang).
Pada akhirnya limpa yang sangat membesar juga menangkan sel darah merah
yang normal dan menghancurkannya bersama dengan sel-sel yang abnormal.
Penyebab:
1. Infeksi – Hepatitis - Mononukleosis infeksiosa – Psitakosis - Endokarditis
bakterialis subakut – Bruselosis - Kala-azar – Malaria – Sifilis – Tuberkulosis
2. Anemia - Elliptositosis herediter - Sferositosis herediter - Penyakit sel sabit
(terutama pada anak-anak) – Thalassemia
3. Kanker darah dan penyakit proliferatif - Penyakit Hodgkin
dan limfoma lainnya - Leukemia- Mielofibrosis - Polisitemia vera
4. Penyakit peradangan- Amiloidosis - Sindroma Felty- Sarkoidosis-
Lupus eritematosus sistemik 
5. Penyakit hati - Sirosis
6. Penyakit penimbunan - Penyakit Gaucher - Penyakit Hand – Schller –
Christian - Penyakit Lettere - Siwe - Penyakit Niemann - Pick 
7. Penyebab lain - Kisata dalam limpa- Penekanan terhadap vena dari limpa atau
vena yang menuju ke hati - Bekuan darah dalam vena dari limpa atau vena
yang menuju ke hati. GEJALA Limpa yang membesar tidak menyebabkan
banyak gejala, dan tidak satupun gejala yang menunjukkan penyebab
membesarnya limpa. Limpa yang membesar terletak di dekat lambung dan

31
bisa menekan lambung, sehingga penderita bisa merasakan perutnya penuh
meskipun baru makan sedikit makanan kecil atau bahkan belum makan apa-
apa. Penderita juga bisa merasakan nyeri perut atau nyeri punggung di daerah
limpa, yang bisa menjalar ke bahu, terutama jika sebagian limpa tidak
mendapatkan cukup darah.

     

32
2.6 ABNORMALITAS

Abnormalitas abdomen merupakan suatu kelainan yang muncul pada


abdomen, serta organ organ yang ada di dalam abdomen. Abnormalitas abdomen
dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan fisik anamnesa maupun melalui
IPPA. Dari abdomen ini nantinya akan bisa ditelusuri apa yang menyebabkan
terjadinya abnormalitas pada daerah tersebut untuk kemudian dicarikan solusi,
peralatan dan terapi yang bagaimana yang akan cocok untuk mengatasi masalah
tersebut
Abnormalitas yang mungkin terjadi pada abdomen sesuai dengan cara
pemeriksaan fisik yang dilakukan diantaranya:
1. Inspeksi
Abnormalitas yang mungkin terjadi pada abdomen adalah
a. Adanya luka bekas atau bekas operasi hingga timbulnya jaringan parut
b. Bila ada luka adakah pus atau serum.
Adanya pus mengartikan bahwa telah terjadi peradangan pada daerah
luka
c. Nodul atau nasa yang muncul dipermukaan abdomen
Atau nasa pada abdomen mungkin merupakan suatu tumor baik ganas
maupun tak ganas, selain itu juga bisa merupakan suatu hernia
d. Hyperpigmentasi kulit abdomen
Pada pasien yang sedang hamil hyperpigmentasi atau yang biasa disebut
dengan striae ini menjadi wajar terjadi, namun bila hal ini terjadi pada
pasien yang tidak sedang mengalami kehamilan, maka hal ini terjadi pada
pasien yang mengalami asites
e. Adanya gelombang peristaltic menandakan adanya peningkatan pada
aneurisme aortic
f. Bentuk abdomen
Pada pasien dengan maresmus perutnya akan terlihat sangat kurus dan
cekung. Sebaliknya pada pasien pasien yang mengalami sirosis hepatis,
biasanya terjadi asites pada perut karena penumpukan cairan yang
berlebihan. Selain itu pada pasien dewasa biasanya juga dapat dijumpai
perut yang buncit, banyak faktor yang mempengaruhi dari penumpukan
lemak, bab tak lancer, yang kesemuanya itu akan meningkatkan resiko
penyakit bagi orang tersebut terlebih resiko pjk
2. Auskultasi
a. Penurunan atau peningkatan bising usus
Bising usus meningkat pada saat seseorang mengalami diare, dan menurun
pada saat seseorang konstipasi
b. Adanya desiran menandakan adanya stenosis arteri renalis
Disebabkan karena arteri renalis mengalami perforasi
c. Vriction rubs menandakan adanya tumor hear infark splenicus

33
3. Palpasi
Pemeriksaan palpasi abnormal yang mungkin terjadi yaitu:
a. Teraba nodul atau masa yang muncul dipermukaan abdomen
Nodul atau masa pada abdomen mungkin merupakan suatu tumor baik
ganas ataupun tak ganas. Selain itu juga bisa merupakan suatu hernia
b. Nyeri dan nyeri tekan
Letak nyeri menjadi pengaruh dari masalah yang terjadi didaerah tersebut
yang nantinya akan mempengaruhi pendiagnosa serta perawatan dan
pemberian terapi atas nyeri yang dirasakan
Diagnosis banding nyeri
(a) Kwadran kanan atas
(1) Cholecystitis acute
(2) Perforasi tukak duodeni pankreatitis acute
(3) Pankreatitis acute
(4) Hepatitis acute
(5) Acute chongestive hepatomegaly
(6) Pneumonia dan pleuritis
(7) Phyelonefritis acute
(8) Abses hepar
(b) Kwadran kiri atas
(1) Rupture lienalis
(2) Perforasi tukak lambung
(3) Pancreatitis acute
(4) Rupture aneurisma aorta
(5) Perforasi colon
(6) Pneumonia dan pleuritis
(7) Phyelonefritis
(8) Infrakmiokardium acute
(c) Kwadran para umbilical
(1) Ileus obstruksi
(2) Appendicitis
(3) Pankreatitis acute
(4) Thrombosis arteri atau vena mesentrial
(5) Hernia inguinalis strangulate
(6) Aneurisma aorta yang pecah
(7) Diverculitis
(d) Kuadran kanan bawah
(1) Appendicitis
(2) Salphingitis acute
(3) Graviditas axtra uterin yang pecah
(4) Hernia inguinalis incarserata/ strangulate
(5) Diverculitis meckel

34
(6) Ileus regionalis
(7) Psoas abses
(8) Batu ureter (colic)

(e) Kwadran kiri bawah


(1) Sigmoid diverculitis
(2) Graviditas axtra uterin yang pecah
(3) Torsi ovarium tumor
(4) Hernia inguinalis incarserata/ strangulate
(5) Perforasi colon desenden (tumor, corpus alineum)
(6) Psoas abses
(7) Batu ureter (colid)
c. Raba hepar saat pasien menghirup nafas, bila ujung terasa keras
menandakan sirosis
d. Ukur jaraknya dari margin costae pada garis midclavicular bila jarak
meningkat kemungkinan terjadi hepatomegaly
e. Raba ginjal, apabila terjadi pembesaran kemungkinan terjadi hydronefosis,
kanker, kista.
f. Periksa nyeri tekan terhadap suatu costovertebra kemungkinan bila terjadi
nyeri tekan pada infeksi ginjal
g. Adanya kekuatan otot pada daerah yang nyeri

4. Perkusi abnormal yang mungkin ditemukan dalam pemeriksaan abdomen


adalah:
a. Bunyi pekak pada sebagian besar abdomen terlebih pada bagian atas, dapat
ditemukan pada pasien dengan serosis hepatis yang asites
b. Pada daerah lambung dengar pekak, disebabkan karena hepatomegaly
ataupun slenomegali
c. Pada vesica urinaria terdengar sonor, disebabkan karena adanya retensi
urine dalam vesica urinaria

35
PROSEDUR
PEMERIKSAAN FISIK
ABDOMEN
TIDAK
PROSEDUR DILAKUKAN DILAKUKAN KETERANGAN
PERSIAPAN ALAT
1. Stetoskop
2. Selimut
3. Tissue
4. Bullpen
5. Bengkok
6. Lembar dokumentasi      
PERSIAPAN PASIEN
1. Memperkenalkan diri dan
menyanyakan nama klien.
2. Menjelaskan maksud dan tujuan
3. Jelaskan prosedur
4. Meminta persetujuan klien, lalu
anjurkan pasien untuk buang air kecil.      
PERSIAPAN LINGKUNGAN
1. Tutup pintu dan kamar, jendela.
2. Pasang sketsel.
3. Mempersilahkan pendamping pasien
untuk menunggu di luar, sisakan satu
pendambing untuk menemani klien di
dalam ruangan.    
INSPEKSI      
1. Posisikan pasien supinasi
2. Beri bantal pada telinga dan lutut
untuk kenyamanan.
3. Buka baju pasien. Bantu atau minta
pasien untuk turunkan celana.
4. Tutup dada menggunakan selimut.
5. Melihat kesimestrian permukaan
abdomen, jika simetris, berarti normal,
jika abdominal frog berarti ada
pembesaran massa organ, ada sirosis
hati, BAB tidak lancar, hepatitis,
tumor, penumpukan cairan, adanya
abdomen scapoid atau cekung.
6. Melihat kondisi abdomen, kebersihan
kulit, jika ada turgor kulit, berarti
elastisitas kulit disebaban adanya
kurangnya cairan atau dehidrasi,
melihat kelembapan kulit jika ada
odem pada kulit yang berisi cairan itu
berarti terkena asites, jika ada bekas
garukan bisa ditandai adanya ikterus
obstruktif yaitu kelainan fungsi hati
yang menyebabkan hati menguning,
ada luka bekas operasi, ada memar,

36
ada lesi dan benjolan atau tidak, jika
ada hipatomegali yaitu pembesaran
organ hati, jika ada hidronefosil yaitu
cairan yang ada pada ginjal, jika ada
splenomegali yaitu terjadi pembesaran
di limpa, jika ada pulsasi yaitu terjadi
karena pembesaran ventrikel kanan
dan pembesaran aorta di daerah
epigastrium umbi likal.
7. Melihat kulit warna abdomen jika
normal sama dengan warna kulit lain,
jika ada kebiruan di sekitar umbilikus
itu tandanya ada pendarahan pada
vakum paritorium, jika ada memar
diatas tanggul itu tandanya ada
retroperitonea bleeding inflamasi dari
pankreas, jika ada perubahan warna
kulit menjadi kuning itu tandanya ada
penyakit liver atau obstrupsi saluran
empedu.
8. Pelebaman vena (caput medusa)
karena sirosis hepatis apakah ada lecet
atau tidak.
9. Lihat gerakan dinding abdomen
( gerakan peristaltik, pulpasi)
umbikulus, pembesaran massa organ.
10. Inspeksi pada umbilikus lihat
bentuknya apakah ada intlamasi atau
tidak, apakah ada tanda – tanda hernia
untuk melihat ada hernia atau tidak,
pasien anjurkan berbaring lalu
mengangkat kepala dan bahu maka
hernia akan menonjol, jika warna
normal umbilikus, kebersihan
umbilikus, dan inplikasi pada bagian
umbilikus.
AUSKULTASI      
1. Mendengarkan peristaltik usus
a. Dengan cara letakkan diafragma
stetoskop pada kuadran kiri
bawah dinding abdomen.
b. Dimulai dari kuadran 3
menggunakan stetoskop,
dikuadran 3 terdapat bagian usus
besar yaitu ( kolon asenden)
normalnya bersuara “ gurgling”
c. Dengarkan suara peristaltik usus,
hitung selama 1 menit
Normalnya pada dewasa 5-
35x/menit
Normalnya pada anak 5-
15x/menit
2. Mendengarkan suara detak jantung
janin pada masa pregnant

37
3. Mendengarkan suara pembuluh darah.
Dengan cara letakkan diafragma
stetoskop diatas aorta, arteri renalis,
arteri iliaka.
a. Auskultasi aorta dari arah
superior ke umbilikus. Dengan
cara 2jari dibawah umbilikus
atau pertengahan umbilikus
dengan proses spoideus.
b. Auskultasi arteri renalis dengan
meletakkan stetoskop pada garis
tengah abdomen ke arah kanan
kiri garis abdomen.
c. Bagian atas mendekati panggul.
d. Auskultasi iliaka dengan
meletakkan 2 jari bawah ke
umbilikus kemudian geser ke
lateral sejajar dengan arkus
vosta.

TIDAK
 DILAKUKA DILAKUKA  KETERANGA
N N N
PERKUSI       
 Bertujuan untuk menentukan ukuran dan letak
organ ketegangan otot, massa, nyeri tekan, dan
cairan, untuk mengetahui adanya udara pada
lambung dan usus.
a. Perkusi orientasinya 4 kuadran dari kuadran
kanan atas searah jarum jam sampai kanan
bawah.
b. Tentukan bagaimana abdomen yang akan
dilakukan perkusi.
c. Tempatkan telpak tangan kiri pada bagian
yang akan di perkusi.
d. Ketuk punggung jari tengah kiri dengan jari
tengah kanan dengarkan suara yang timbul.
e. Pada perkusi bagian hepar di dapatkan
pekak pada kuadran 1.
f. Perkusi hepar di ukur dari linea MID
klafikula turun sampai terdengar perubahan
suara dari sonor ke derup tandai sebagai
batas atau hepar.
g. Dari batas atau hepar turun sampai
terdengar perubahan suara dari redup ke
timpani tandai sebagai batas bawah hepar.
h. Perkusi hepar lobis kiri dimulai dari linea
MG sternalis turun sampai terdengar
perubahan suara darisonor ke redup tandai
sebagai batas kiri hepar.
i. Perkusi lien atau limpa dengan mencari SIC
terbawah linea axsila anterior dahulu, lalu
dengarkan suara yang timbul.
j. Minta pasien tarik nafas kemudian tahan,

38
perkusi ulang lalu dengarkan perubahan
suara yang muncul.
k. Pada perkusi bagian lambung dan usus
besar di dapatkan secara sonor sampai
timpani pada kuadran 2.
l. pada perkusi bagian usus di dapatkan suara
timpani pada kuadran 3.
m. Kandung kemih di dapatkan suara redup
atau dulness ( suara tinggi) pada regio 8.
n. Pada suara yang berisi atau dis tensi suara
hypersonor atau lebih keras.
Perkusi lebih lanjut dengan cara:
1. Letakkan telapak tangan yang tidak
dominan diatas sudut kostovetebral.
2. Lakukan perkusi atau tumbukkan di
atas telapak tangan dengan
menggunakan kepalan tangan
dominan.

     
 PALPASI      
  Bertujuan untuk mengetahui ketegangan otot
abdomen, mengetahui nyeri abdomen, mengetahui
ukuran, kondisi, konsistensi organ abdominal.
Normal abdomen lembut, otot rektus relax atau
tidak tegag dan tidak ada keluhan ketidak nyamanan
selama palpasi.
a. Posisikan pasien berbaring terlentang dan
pemeriksa di sebelah kanannya.
b. Perawat berdiri disamping kanan pasien
c. Letakkan tangan secara ringan diatas abdomen
dengan jari – jari berhimpitan antar jari.
d. Lakukan palpasi riang tiap atas abdomen dan
hindari daerah yang telah di ketahui sebagi titik
bermasalah jika sebelumnya terlihat saat
inspeksi.
e. Palpasi ringan pada permukaan abdomen
bertujuan untuk (rasakan apakah ada benjolan,
kerusakan kulit dan nyeri tekan, tekstur kulit
abdomen, turgor kulit abdomen, suhu
abdomen).
Dimulai secara perlahan dan hati-hati sedalam 1
cm.
f. Palpasi dalam dilakukan penekanan sedalam 2,5
sampai 7,5 cm. Untuk mengetahui karakteristik
yang meliputi ukuran, lokasi, bentuk,
konsistensi, nyeri denyutan dan gerakan.
g. Palpasi dimulai dari kuadran 1, di kuadran 1
terdapat organ ( hati, kantung empedu, paru,
esofagus)

1. Palpasi hati
a. Letakkan tangan kiri perawat toraks kanan

39
posterior klien kira – kira pada tulang rusuk
ke 11 atau 12.
b. Tekankan kanan kiri tersebut ke atas
sehingga sedikit mengangkat dinding dada.
c. Letakkan tangan kanan di batas bawah
tulang rusuk kanan.
d. Saat klien ekshalasi, lakukan penekanan
sedalam 4-5 cm kearah bawah pada batas
bawah tulang rusuk.
e. Jaga posisi tangan pemeriksa dan minta
klien untuk inshalasi dalam.
f. Ketika klien inshalasi, rasakan batas hepar
bergerak menentang tangan pemeriksa
yang seara normal terasa dengan kontur
regular.
g. Jika hepar membesar, catat hasil
pembesaran
h. Normal hepar lunak tegas tidak berbenjol-
benjol.

2. Palpasi lien
a. Letakkan tangan kiri menyangga dan
menganggkat kosta ke 11 dan 12 bagian
bawah sebelah kiri pasien.
b. Tangan kanan di letakkan dibawah arkus
aorta, lakukan tekanan ke arah lien.
c. Anjurkan pasien untuk inspirasi dalam
dan rasakan sentuhan lien pada ujung jari,
perhatikan apakah ada nyeri tekan,
bagaimana permukaannya, perkiraan
jarak dan lien dengan batas terendah dari
kosta kiri terbawah.
3. Palpasi kantung empedu
a. Letakkan telapak tangan kiri perawat
dibawah dada kanan posterior pasien
pada iga ke 11 dan 12 di bagian bawah
sebelah kiri pasien.
b. Tangan kanan diletakkan dibawah arkus
kosta, lakukan tekanan ke arah klien.
c. Anjurkan klien untuk inspirasi dalam dan
rasakan sentuhan lien pada ujung jari,
perhatikan apa ada nyeri tekan,
bagaimana permukaaannya, perkirakan
jarak antara lien dengan batas terendah
dari kosta kiri terbawah.
4. Palpasi aorta abdominal
a. Posisi pasien tidur terlentang
b. Perawat disamping kanan dan
menghadap pasien.
c. Pergunakan ibu jari dan jari telunjuk
tangan kanan.
d. Palpasilah dengan perlahan namun
kedalam ke arah abdomen bagian atas
tepat garis tengah.
e. Rasakan getaran aorta.

40
5. Palpasi kuadran 2
Di kuadran 2 terdapat organ ( hati, jantung,
esofagus, paru, pankreas, limpa, lambung
dan ginjal).
1. Palpasi ginjal kiri
a. Gunakan tangan kanan untuk
menyangga dan mengangkat dari
belakang.
b. Letakkan tangan kiri di pinggang
pasien, pararel pada kosta ke 12,
dengan ujung jari anda menyentuh
sudut kostovtebral.
c. Angkat dan dorong ginjal kanan ke
depan.
d. Letakkan tangan kanan dikuadran
kanan atas di sebelah lateral sejajar
terhadap otot rektus, anjurkan
paisen untuk nafas dalam.
e. Waktu puncak inspirasi tekanlah
tangan kanan anda dalam – dalam
kekuadaran kanan atas, jika di
bawah arkus kosta dan cobalah
untuk meraba ginjal. Rasakan
bagaimana ginjal kembali ke
posisi waktu ekspirasi, apabila
ginjal teraba tentukan ukurannya
dan tentukan apakah ada nyeri
tekan.
f. Normalnya ginjal tidak teraba,
kecuali pada orang yang kurus.
6. Palpasi Kudran 3
Di kuadran 3 terdapat organ ( usus 12 jari,
(duodenum), usus besar, usus kecil, kantung
kemih, rektum, testis, anus),
7. Palpasi kuadran 4
Di kuadran 4 terdapat organ ( anus, rektum,
testis, ginjal, usus kecil, usus besar).

EVALUASI
a. Klien bersih, rapi, dan nyaman.
b. Tempat tidur rapi.
c. Perawat mampu menyimpulkan hasil
pengkajian apakah ada gangguan pada daerah
abdomen atau tidak.
d. Pada saat melakukan palpasi lihat ekspresi
pasien.      
DOKUMENTASI
Mendokumentasikan hasil pemeriksaan di status klien
dan merapikan baju klien      
 Hal yang dilakukan      
 Hal yang tidak dilakukan      

41
42
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang
ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil
pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik
akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien.

3.2 Saran

Sebagai seorang mahasiswa keperawatan kita harus mengetahui dengan pasti


tentang Anatomi dan Fisiologi manusia agar mengetahui perubahan yang terjadi pada
tubuh orang sakit.

43
DAFTAR PUSTAKA

Bickley,Lynu S.2013.Pemeriksan Fisik & Riwayat Kesehatan.Jakarta:EGC

http://fkunmul04.files.wordpress.com/2008/10/akut-abdomen.pdf

https://id.m.wikipedia.org/wiki/abdomen

http://ganjil1.files.wordpress.com/pemeriksaan-fisik/abdomen.pdf

44

Anda mungkin juga menyukai