Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN IRAMA JANTUNG

(ARITMIA)

A. Pengertian Aritmia

Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering terjadi pada infark

miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang

disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis (Doenges, 1999). Aritmia timbul

akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium. Perubahan elektrofisiologi ini

bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel

(Price, 1994). Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut jantung tapi

juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi (Hanafi, 1996).

Aritmia jantung menyebabkan detak jantung menjadi terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak

teratur.Aritmia dan HR abnormal tidak harus terjadi bersamaan. Aritmia dapat terjadi dengan HR

yang normal, atau dengan HR yang lambat (disebut bradiaritmia - kurang dari 60 per menit).

Aritmia bisa juga terjadi dengan HR yang cepat (disebut tachiaritmia - lebih dari 100 per menit).

Pengobatan aritmia jantung seringkali dapat mengendalikan atau menghilangkan denyut

jantung tidak teratur. Selain itu, aritmia juga dapat diatasi dengan menjalankan gaya hidup sehat.

Tanda dan gejala aritmia jantung tidak selalu mudah dikenali. Pemeriksaan kesehatan rutin bisa

membantu untuk mendeteksi aritmia lebih dini. Irama jantung yang tidak teratur dapat juga terjadi

pada jantung yang ‘normal dan sehat.

Gangguan irama jantung dapat di bagi dua:

1. Gangguan irama fibrilasi(tidak kuncup)pada serambi beresiko stroke

2. Gangguan irama fibrilasi (tidak kuncup) pada bilik jantung berakibat langsung

fatal.

Gangguan irama jantung yang paling sering terjadi adalah "serambi jantung tidak

menguncup" atau fibrilasi-bergetar kecil saja dan hanya sekali-sekali saja kuncup secara
normal dimana yang seharusnya pacu jantung SA di serambi kiri memberikan pacu untuk

serambi jantung agar menguncup secara teratur tetapi tidak berhasil dan seluruh dinding

serambi hanya bergetar saja tanpa memompa jantung alias ngadat, hal akan sangat

berbahaya dan beresiko untuk terjadinya stroke. Walaupun serambi tidak menguncup

sempurna karena adanya gangguan irama tetapi darah masih dapat mengalir lambat ke

bilik jantung dan selanjutnya dipompakan keseluruh tubuh.

Kejadian fibrilasi tidak kuncup yang terjadi pada bilik jantung maka akan

mengakibatkan kefatalan karena tidak adanya darah yang dipompakan keluar jantung, dan

dengan sekejap saja orang dapat meninggal. Akibatnya Gangguan Irama pada serambi

jantung ini membahayakan karena sebagai akibat aliran darah yang tidak lancar dalam

serambi jantung dapat terbentuk bekuan darah yang semakin besar dimana kemudian

bekuan ini dapat lepas dan menyangkut di otak serta menimbulkan stroke. Bekuan darah

ini dapat juga lepas dan meyangkut di ginjal serta menimbulkan gagal ginjal.

Ada beberapa tipe-tipe aritmia

a. Premature atrial contractions. Ada denyut tambahan di awal yg berasal dari atrium

(ruang jantung bagian atas). Ini tidak berbahaya dan tidak memerlukan terapi.

b. Premature venticular contractions (PVCs). Ini merupakan aritmia yang paling

umum dan terjadi pd orang dengan atau tanpa penyakit jantung. Ini merupakan

denyut jantung lompatan yang kita semua kadang2 mengalami. Pada beberapa

orang, ini bisa berkaitan dengan stres, terlalu banyak kafein atau nikotin, atau

terlalu banyak latihan. Tetapi kadang-kadang, PVCs dpt disebabkan oleh penyakit

jantung atau ketidakseimbangan elektrolit. Orang yang sering mengalami PVCs

dan/atau gejala2 yg berkaitan dgnya sebaiknya dievaluasi oleh seorang dokter

jantung. Namun, pada kebanyakan orang, PVC biasanya tidak berbahaya dan

jarang memerlukan terapi.


c. Atrial fibrilasi (AF). Ini merupakan irama jantung tidak teratur yang sering

menyebabkan atrium, ruang atas jantung, berkontraksi secara abnormal.

d. Atrial flutter. Ini merupakan aritmia yang disebabkan oleh satu atau lebih sirkuit

yang cepat di atrium. Atrial flutter biasanya lebih terorganisir dan teratur

dibandingkan dengan atrial fibrilasi. Aritmia ini terjadi paling sering pada orang

dengan penyakit jantung, dan selama minggu pertama setelah bedah jantung.

Aritmia ini sering berubah menjadi atrial fibrilasi.

e. Paroxysmal supraventricular tachycardia (PSVT). Suatu HR yang cepat, biasanya

dengan irama yang teratur, berasal dari atas ventrikel. PSVT mulai dan berakhir

dg tiba2. Terdapat dua tipe utama : accessory path tachycardia dan AV nodal

reentrant tachycardia (lihat bawah).

f. Accessory pathway tachicardia. HR yang cepat disebabkan oleh jalur atau

hubungan extra yang abnormal antara atrium dan ventrikel. Impuls berjalan

melewati jalur ekstra selain juga melewati rute biasa. Ini membuat impuls berjalan

di jantung dg sangat cepat menyebabkan jantung berdenyut dg cepat.

g. AV nodal reentrant tachycardia. HR yang cepat disebabkan lebih dari satu jalur

melewati AV node. Ini dapat menyebabkan palpitasi (jantung berdebar), pingsan

atau gagal jantung. Pada banyak kasus, ini dapat disembuhkan dg menggunakan

suatu manuver sederhana yang dilakukan oleh seorang profesional medis yang

terlatih, dg obat2an atau dengan suatu pacemaker.

h. Ventricular tachycardia (V-tach). HR yang cepat yang berasal dari ruang bawah

jantung (ventrikel). Denyut yang cepat mencegah jantung terisi cukup darah, oleh

karena itu, hanya sedikit darah yang terpompa ke seluruh tubuh. Ini dapat mrp
aritmia yang serius, khususnya pd orang dengan penyakit jantung dan mkn

berhubungan dg lebih banyak gejala. Seorang dokter jantung sebaiknya

mengevaluasi aritmia ini.

i. Ventricular fibrilasi. Letupan impuls yang tidak teratur dan tidak terorganisir yang

berasal dari ventrikel. Ventrikel gemetar dan tidak mampu berkontraksi atau

memompa darah ke tubuh. Ini merupakan kondisi emergensi yang harus diterapi

dg CPR dan defibrilasi sesegera mungkin.

j. Long QT syndrome. Interval QT adalah area pd ECG yang merepresentasikan

waktu yang diperlukan otot jantung untuk berkontraksi dan kemudian relaksasi,

atau yang diperlukan impuls listrik utk meletupkan impuls dan kmd recharge. Jika

interval QT memanjang, ini meningkatkan resiko terjadinya “torsade de pointes”,

suatu bentuk ventricular tachicardia yang mengancam hidup. Long QT syndrome

merupakan suatu kondisi yang diturunkan yang dapat menyebabkan kematian

mendadak pada orang muda. Ini dapat diterapi dengan obat2 antiaritmia,

pacemaker, electrical cardioversion, defibrilasi, defibrilator/cardioverter implant

atau terapi ablasi.

k. Bradiaritmia. Ini merupakan irama jantung yang pelan yang dapat muncul dari

kelainan pada sistem konduksi listrik jantung. Contohnya adalah sinus node

dysfunction dan blok jantung.

l. Sinus node dysfunction. HR yang lambat yang disebabkan oleh SA node yang

abnormal. Diterapi dengan pacemaker.

m. Blok jantung. Suatu penundaan (delay) atau blok total impuls listrik ketika

berjalan dari sinus node ke ventrikel. Blok atau delay dapat terjadi pada AV node

atau sistem HIS purkinje. Jantung berdenyut ireguler dan sering lebih lambat. Jika

serius blok jantung perlu diterapi dengan pacemaker.


B. Macam-Macam Aritmia

a. Sinus Takikardi

Meningkatnya aktifitas nodus sinus, gambaran yang penting pada ECG adalah : laju

gelombang lebih dari 100 X per menit, irama teratur dan ada gelombang P tegak

disandapan I,II dan aVF.

b. Sinus bradikardi

Penurunan laju depolarisasi atrim. Gambaran yang terpenting pada ECG adalah laju

kurang dari 60 permenit, irama teratur, gelombang p tgak disandapan I,II dan aVF.

c. Komplek atrium prematur

Impul listrik yang berasal di atrium tetapi di luar nodus sinus menyebabkan kompleks

atrium prematur, timbulnya sebelu denyut sinus berikutnya. Gambaran ECG

menunjukan irama tidak teratur, terlihat gelombang P yang berbeda bentuknya dengan

gelombang P berikutnya.

d. Takikardi Atrium

Suatu episode takikardi atrium biasanya diawali oleh suatu kompleks atrium prematur

sehingga terjadi reentri pada tingkat nodus AV.

e. Fluter atrium.

Kelainan ini karena reentri pada tingkat atrium. Depolarisasi atrium cept dan teratur,

dan gambarannya terlihat terbalik disandapan II,III dan atau aVF seperti gambaran

gigi gergaji

f. Fibrilasi atrium

Fibrilasi atrium bisa tibul dari fokus ektopik ganda dan atau daerah reentri multipel.

Aktifitas atrium sangat cepat.sindrom sinus sakit


g. Komplek jungsional prematur

h. Irama jungsional

i. Takikardi ventrikuler

C. Penyebab dan faktor resiko gangguan irama jantung

Etiologi aritmia jantung dalam garis besarnya dapat disebabkan oleh :

1. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard (miokarditis

karena infeksi)

2. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme arteri koroner),

misalnya iskemia miokard, infark miokard.

3. Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-obat anti aritmia

lainnya

4. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia)

5. Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang mempengaruhi kerja dan

irama jantung

6. Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.

7. Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis)

8. Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme)

9. Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung

10. Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis sistem konduksi

jantung)

Faktor-faktor tertentu dapat meningkatkan resiko terkena aritmia jantung atau

kelainan irama jantung. Beberapa faktor tersebut diantaranya adalah:

1. Penyakit Arteri Koroner


Penyempitan arteri jantung, serangan jantung, katup jantung abnormal, kardiomiopati,

dan kerusakan jantung lainnya adalah faktor resiko untuk hampir semua jenis aritmia

jantung.

2. Tekanan Darah Tinggi

Tekanan darah tinggi dapat meningkatkan resiko terkena penyakit arteri koroner. Hal

ini juga menyebabkan dinding ventrikel kiri menjadi kaku dan tebal, yang dapat

mengubah jalur impuls elektrik di jantung.

3. Penyakit Jantung Bawaan

Terlahir dengan kelainan jantung dapat memengaruhi irama jantung.

4. Masalah pada Tiroid

Metabolisme tubuh dipercepat ketika kelenjar tiroid melepaskan hormon tiroid terlalu

banyak. Hal ini dapat menyebabkan denyut jantung menjadi cepat dan tidak

teratur sehingga menyebabkan fibrilasi atrium (atrial fibrillation).

Sebaliknya, metabolisme melambat ketika kelenjar tiroid tidak cukup melepaskan

hormon tiroid, yang dapat menyebabkan bradikardi (bradycardia).

5. Obat dan Suplemen

Obat batuk dan flu serta obat lain yang mengandung pseudoephedrine dapat

berkontribusi pada terjadinya aritmia.

6. Obesitas

Selain menjadi faktor resiko untuk penyakit jantung koroner, obesitas dapat

meningkatkan resiko terkena aritmia jantung.

7. Diabetes

Resiko terkena penyakit jantung koroner dan tekanan darah tinggi akan meningkat

akibat diabetes yang tidak terkontrol. Selain itu, gula darah rendah (hypoglycemia)

juga dapat memicu terjadinya aritmia.


8. Obstructive Sleep Apnea

Obstructive sleep apnea disebut juga gangguan pernapasan saat tidur. Napas yang

terganggu, misalnya mengalami henti napas saat tidur dapat memicu aritmia jantung

dan fibrilasi atrium.

9. Ketidakseimbangan Elektrolit

Zat dalam darah seperti kalium, natrium, dan magnesium (disebut elektrolit),

membantu memicu dan mengatur impuls elektrik pada jantung.

Tingkat elektrolit yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat memengaruhi impuls

elektrik pada jantung dan memberikan kontribusi terhadap terjadinya aritmia jantung.

10. Terlalu Banyak Minum Alkohol

Terlalu banyak minum alkohol dapat memengaruhi impuls elektrik di dalam jantung

serta dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya fibrilasi atrium (atrial fibrillation).

Penyalahgunaan alkohol kronis dapat menyebabkan jantung berdetak kurang efektif

dan dapat menyebabkan cardiomyopathy (kematian otot jantung).

11. Konsumsi Kafein atau Nikotin

Kafein, nikotin, dan stimulan lain dapat menyebabkan jantung berdetak lebih cepat

dan dapat berkontribusi terhadap resiko aritmia jantung yang lebih serius.

Obat-obatan ilegal, seperti amfetamin dan kokain dapat memengaruhi jantung dan

mengakibatkan beberapa jenis aritmia atau kematian mendadak akibat fibrilasi

ventrikel (ventricular fibrillation).

D. Tanda Dan Gejala Aritmia

Ada beberapa tanda dan gejala Aritmia, yaitu


a. Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi mungkin tidak teratur; defisit nadi;

bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun; kulit pucat, sianosis,

berkeringat; edema; haluaran urin menurun bila curah jantung menurun berat.

b. Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, perubahan pupil.

c. Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat antiangina, gelisah

d. Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas

tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan

seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena tromboembolitik pulmonal;

hemoptisis.

e. Demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema (trombosis

siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan

f. Palpitasi

g. Pingsan

h. Rasa tidak nyaman di dada

i. Lemah atau keletihan (perasaan)

j. Detak jantung cepat (tachycardia)

k. Detak jantung lambat (bradycardia)

E. Pemeriksaan Gangguan Irama Jantung

1. EKG : menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan

tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan obat jantung.

2. Monitor Holter : Gambaran EKG (24 jam) mungkin diperlukan untuk

menentukan dimana disritmia disebabkan oleh gejala khusus bila pasien aktif (di

rumah/kerja). Juga dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi pacu jantung/efek

obat antidisritmia.
3. Foto dada : Dapat menunjukkanpembesaran bayangan jantung sehubungan

dengan disfungsi ventrikel atau katup

4. Skan pencitraan miokardia : dapat menunjukkan aea iskemik/kerusakan miokard

yang dapat mempengaruhi konduksi normal atau mengganggu gerakan dinding dan

kemampuan pompa.

5. Tes stres latihan : dapat dilakukan utnnuk mendemonstrasikan latihan yang

menyebabkan disritmia.

6. Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium dapat

mnenyebabkan disritmia.

7. Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas obat jantung, adanya obat

jalanan atau dugaan interaksi obat contoh digitalis, quinidin.

8. Pemeriksaan tiroid : peningkatan atau penururnan kadar tiroid serum dapat

menyebabkan.meningkatkan disritmia.

9. Laju sedimentasi : Penignggian dapat menunukkan proses inflamasi akut contoh

endokarditis sebagai faktor pencetus disritmia.

10. GDA/nadi oksimetri : Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi disritmia.

F. Penatalaksanaan Medis

1. Terapi medis

Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :

a. Anti aritmia Kelas 1 : sodium channel blocker

a) Kelas 1 A

1. Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk

mencegah berulangnya atrial fibrilasi atau flutter.

2. Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan aritmi yang

menyertai anestesi.
3. Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang

b) Kelas 1 B

1. Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard, ventrikel

takikardia.

2. Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT

c) Kelas 1 C

1. Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi

b. Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade)

Atenolol, Metoprolol, Propanolol : indikasi aritmi jantung, angina pektoris dan hipertensi

c. Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation)

Amiodarone, indikasi VT, SVT berulang

d. Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker)

Verapamil, indikasi supraventrikular aritmia

1) Terapi mekanis

1. Kardioversi : mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan disritmia yang

memiliki kompleks GRS, biasanya merupakan prosedur elektif.

2. Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat darurat.

3. Defibrilator kardioverter implantabel : suatu alat untuk mendeteksi dan mengakhiri

episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa atau pada pasien yang resiko

mengalami fibrilasi ventrikel.

4. Terapi pacemaker : alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik

berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekuensi jantung.

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian

Pengkajian primer :

1. Airway

a) Apakah ada peningkatan sekret ?

b) Adakah suara nafas : krekels ?

2. Breathing

a) Adakah distress pernafasan ?

b) Adakah hipoksemia berat ?

c) Adakah retraksi otot interkosta, dispnea, sesak nafas ?

d) Apakah ada bunyi whezing ?

3. Circulation

a) Bagaimanakan perubahan tingkat kesadaran ?

b) Apakah ada takikardi ?

c) Apakah ada takipnoe ?

d) Apakah haluaran urin menurun ?

e) Apakah terjadi penurunan TD ?

f) Bagaimana kapilery refill ?

g) Apakah ada sianosis ?

Pengkajian sekunder

a. Riwayat penyakit

a) Faktor resiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke, hipertensi

b) Riwayat sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK, penyakit katup

jantung, hipertensi

c) Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti aritmia lainnya

kemungkinan untuk terjadinya intoksikasi


d) Kondisi psikososial

b. Pengkajian fisik

a) Aktivitas : kelelahan umum

b) Sirkulasi : perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi

mungkin tidak teratur; defisit nadi; bunyi jantung irama tak teratur,

bunyi ekstra, denyut menurun; kulit warna dan kelembaban berubah

misal pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran urin menruun bila

curah jantung menurun berat.

c) Integritas ego : perasaan gugup, perasaan terancam, cemas, takut,

menolak,marah, gelisah, menangis.

d) Makanan/cairan : hilang nafsu makan, anoreksia, tidak toleran

terhadap makanan, mual muntah, peryubahan berat badan, perubahan

kelembaban kulit

e) Neurosensori : pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung,

letargi, perubahan pupil.

f) Nyeri/ketidaknyamanan : nyeri dada ringan sampai berat, dapat

hilang atau tidak dengan obat antiangina, gelisah

g) Pernafasan : penyakit paru kronis, nafas pendek, batuk, perubahan

kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas tambahan (krekels,

ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan komplikasi pernafasan

seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena

tromboembolitik pulmonal; hemoptisis.

h) Keamanan : demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi,

eritema, edema (trombosis siperfisial); kehilangan tonus otot/kekuatan


B. Diagnosa keperawatan dan Intervensi

1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan

konduksi elektrikal, penurunan kontraktilitas miokardia.

Kriteria hasil :

1) Mempertahankan/meningkatkan curah jantung adekuat yang dibuktikan

oleh TD/nadi dalam rentang normal, haluaran urin adekuat, nadi teraba

sama, status mental biasa

2) Menunjukkan penurunan frekuensi/tak adanya disritmia

3) Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan kerja miokardia.

Intervensi :

1) Raba nadi (radial, femoral, dorsalis pedis) catat frekuensi, keteraturan,

amplitudo dan simetris.

2) Auskultasi bunyi jantung, catat frekuensi, irama. Catat adanya denyut

jantung ekstra, penurunan nadi.

3) Pantau tanda vital dan kaji keadekuatan curah jantung/perfusi jaringan.

4) Tentukan tipe disritmia dan catat irama : takikardi; bradikardi;

disritmia atrial; disritmia ventrikel; blok jantung

5) Berikan lingkungan tenang. Kaji alasan untuk membatasi aktivitas

selama fase akut.

6) Demonstrasikan/dorong penggunaan perilaku pengaturan stres misal

relaksasi nafas dalam, bimbingan imajinasi

7) Selidiki laporan nyeri, catat lokasi, lamanya, intensitas dan faktor

penghilang/pemberat. Catat petunjuk nyeri non-verbal contoh wajah

mengkerut, menangis, perubahan TD

8) Siapkan/lakukan resusitasi jantung paru sesuai indikasi


9) Kolaborasi :

10) Pantau pemeriksaan laboratorium, contoh elektrolit

11) Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi

12) Berikan obat sesuai indikasi : kalium, antidisritmi

13) Siapkan untuk bantu kardioversi elektif

14) Bantu pemasangan/mempertahankan fungsi pacu jantung

15) Masukkan/pertahankan masukan IV

16) Siapkan untuk prosedur diagnostik invasif

17) Siapkan untuk pemasangan otomatik kardioverter atau defibrilator

2. Kurang pengetahuan tentang penyebab atau kondisi pengobatan berhubungan

dengan kurang informasi/salah pengertian kondisi medis/kebutuhan terapi.

Kriteria hasil :

1) Menyatakan pemahaman tentang kondisi, program pengobatan

2) Menyatakan tindakan yang diperlukan dan kemungkinan efek samping

obat

Intervensi :

1) Kaji ulang fungsi jantung normal/konduksi elektrikal

2) Jelakan/tekankan masalah aritmia khusus dan tindakan terapeutik pada

pasien/keluarga

3) Identifikasi efek merugikan/komplikasiaritmia khusus contoh kelemahan,

perubahan mental, vertigo.

4) Anjurkan/catat pendidikan tentang obat. Termasuk mengapa obat diperlukan;

bagaimana dan kapan minum obat; apa yang dilakukan bila dosis terlupakan

5) Dorong pengembangan latihan rutin, menghindari latihan berlebihan

6) Kaji ulang kebutuhan diet contoh kalium dan kafein


7) Memberikan informasi dalam bentuk tulisan bagi pasien untuk dibawa pulang

8) Anjurkan psien melakukan pengukuran nadi dengan tepat

9) Kaji ulang kewaspadaan keamanan, teknik mengevaluasi pacu jantung dan

gejala yang memerlukan intervensi medis

10) Kaji ulang prosedur untuk menghilangkan PAT contoh pijatan karotis/sinus.
CONTOH KASUS ASUHAN KEPERAWATAN ARITMIA

Nomer Register : 20xxx

Ruang : Mawar Putih Timur C1

Tanggal/ jam MRS : 16 Januari 2020/ 09.00

Tanggal Pengkajian : 17 Januari 2020

Diagnosa Medis : Aritmia

A. Indentitas Pasien
Nama : Tn.C
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 50 tahun
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa/ Indonesia
Pendidikan : SMK
Alamat : Pandaan

B. Penanggung Jawab
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 48 tahun
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa / Indonesia
Pendidikan : SMA
Alamat : Pandaan
Hubungan dengan pasien : Istri

C. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan sesak nafas
b. Riwayat Penyakit sekarang
Pasien datang dengan keluhan sesak nafas kadang disertai batuk berdahak , dada
nyeri, pusing dan kakinya bengkak kurang lebih 1 bulan ini sebelum MRS, Pada
tanggal 16 januari 2020 akhirnya di bawa ke UGD RS, pasien juga mengatakan
mempunyai riwayat hipertensi dan jarang kontrol ke pelayanan kesehatan. Di
UGD di lakukan pemeriksaan TD : 150/mmHg, pemasangan EKG dan
monitoering EKG Irama jantung tidak teratur, pasien mengalami sianosis.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan bahwa pasien mempunyai riwayat hipertensi dan jarang
kontrol kepelayanan kesehatan.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan bahwa keluarganya tidak ada riwayat seperti hipertensi .
D. Pola Aktivitas Sehari – hari
a) Pola nutrisi
SMRS : Pasien mengatakan 3x sehari makan 6-8 sendok , minum 5-6 (500cc)
gelas perhari.
MRS : Pasien mengatakan makan hanya 3-4 sendok saja dengan bubur
halus , minum hanya 250cc 3-4 gelas perhari.
b) Pola Eliminasi
SMRS : Pasien mengatakan BAK dengan produksi urin kurang lebih 1500cc
sehari bewarna jernih, BAB 1 hari sekali dengan konsistensi padat dan
bewarna ke hijauan.
MRS : Pasien mengatakan BAK dengan produksi urin kurang lebih 800cc
sehari bewarna keruh, BAB 1 hari sekali dengan konsistensi lembek dan
bewarna ke kuningan.
c) Pola Aktifitas Fisik
SMRS : Pasien mengatakan sehari – hari bekerja di pasar berjualan sayur dan
dapat beraktivitas sendir tanpa bantuan.
MRS : Pasien mengatakan tidak bisa beraktivitas seperti biasanya,
beraktivitas aktif hanya di tempat tidur dan dengan bantuan.
d) Pola Istirahat Dan Tidur
SMRS : Pasien mengatakan tidak ada gangguan tidur dan istirahat dirumah
kurang lebih 8 jam perhari.
MRS : Pasien mengatakan lebih sering tidur dan juga sering bangun
dikarenakan sekitar lingkungan ramai.
e) Pola Personal Hygiene
SMRS : Pasien mengatakan mandi 2 kali sehari , keramas 1 kali perhari , dang
anti baju setiap setelah mandi.
MRS : Pasien mengatakan tidak pernah mandi hanya diseka setiap pagi,
ganti baju 1 kali sehari.

E. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Lemah
2. Kesadaran
Composmentis, GCS 4-5-6

3. Tanda-tanda vital
TD : 150/100 mmHg
N : 70x/menit
RR : 37x/menit
S : 36,5°C

Airway
Saluran nafas dihalangi oleh sputum

Breathing

Inspeksi : Pola nafas cepat /sesak , pengembangan dada tidak simetris

Palpasi : Tidak ada bunyi krepitasi

Perkusi : Hipersonor

Auskultasi : Mengi

Circulation

TD : 150/100 mmHg
N : 70x/menit
RR : 37x/menit
S : 36,5°C

Disability

GCS : 4-5-6

Pupil responya bagus terhadap cahaya

ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH


Ds : pasien mengatakan Resiko tinggi terhadap
sesak nafas penurunan curah jantung
b/d pola nafas tidak
teratur
Do:
k/u: cukup
GCS : 4-5-6
Kesadaran :
Composmentis
TTV :
TD : 150/100 mmHg
N : 70x/menit
RR : 37x/menit
S : 36,5°C
Pasien tampak lemas dan
sianosis
Jantung terdengar tidak
teratur
Dada pasien tidak
simetris
Pola nafas terlihat cepat
Suara jantung hipersonor

DIAGNOSA KEPERAWATAN

No Tanggal Diagnosa Keperawatan


1. 16-januari 2020 Resiko tinggi terhadap
penurunan curah jantung
b/d pola nafas tidak
teratur

PERENCANAAN KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN TINDAKAN


KEPERWATAN
1. Resiko tinggi setelah 1) Pantau tanda – tanda
terhadap dilakukan vital
penurunan curah tindakan 2) Temukan tipe
jantung b/d pola keperawatan 1x aritmia dan catat
nafas tidak teratur 8 jam irama
diharapkan pola 3) Kolaborasi dengan
nafas teratur , dokter untuk
dengan kriteria pemberian obat dan
hasil : 02
mempertahankan
/ meningkatkan
curah jantung
adekuat

PELAKSANAAN KEPERAWATAN

NO NO DX Tindakan keperawatan
1. 1. 1) Lakukan BHSP
2) Kaji ttv :
TD : 150/100 mmHg
N : 70x/menit
RR : 37x/menit
S : 36,5°C

3) Mengajarkan
batuk efektif
untuk
mengeluarkan
sputum
4) Pemberian nasal
kanul untuk sesak
nafasnya
5) Kolaborasi
pemberian terapi
tim medis .

2. 1. 1. Lakukan BHSP
2. Kaji ttv :
TD : 140/110
mmHg
N :
70x/menit
RR :
37x/menit
S : 36,9°C

3. Mengajarkan
batuk efektif
untuk
mengeluarkan
sputum
4. Pemberian nasal
kanul untuk sesak
nafasnya
5. Kolaborasi
pemberian terapi
tim medis .

EVALUASI KEPERAWATAN

NO DX EVALUASI
1 1 S: pasien mengatakan
sesak sedikit berkurang
O: Do:
k/u: cukup
GCS : 4-5-6
Kesadaran :
Composmentis
TTV :
TD : 150/100 mmHg
N : 70x/menit
RR : 37x/menit
S : 36,5°C
A: Masalah Resiko tinggi
terhadap penurunan curah
jantung b/d pola nafas
tidak teratur belum
teratasi.
P: Intervensi Dilanjutkan:

2 1 S: pasien mengatakan
sesak sedikit berkurang ,
lebih mudah bernafas ,
nyeri ada sedikit
berkurang
O: Do:
k/u: cukup
GCS : 4-5-6
Kesadaran :
Composmentis
TTV :
TD : 140/100 mmHg
N : 50x/menit
RR : 37x/menit
S : 36,8°C
A: Masalah Resiko tinggi
terhadap penurunan curah
jantung b/d pola nafas
tidak teratur teratasi
sebagian.
P: Intervensi Dihentikan.

Anda mungkin juga menyukai