Disusun oleh :
May Syafiti
11221047
KELAS : REGULAR 15 B
PROGRAM STUDI SARJANA 1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PERTAMEDIKA
Jl. Bintaro Raya No.10, RT.4/RW.10, Tanah Kusir, Kec. Kby. Lama, Kota Jakarta Selatan,
DKI Jakarta 12240 (021) 7232122
TA 2022/2023
A. DEFINISI
Salah satu komponen penting dari pengkajian keperawatan adalah pemeriksaan
fisik, prinsip dari pemeriksaan ini yaitu menggunakan alat indera untuk menemukan
adanya kelainan atau masalah pada sistem tubuh, pemeriksaan fisik pada sistem
endokrin dapat dilakukan dengan cara inspeksi (pengamatan), palpasi (perabaan),
auskultasi (pendengaran). Jadi pemeriksaan fisik pada sistem endokrin adalah
serangkaian tes yang dilakukan untuk mengevaluasi fungsi endokrin. Endokrin
memiliki fungsi sangat penting, yakni mengatur metabolisme, pernapasan,
pertumbuhan, fungsi reproduksi, dan pergerakan.
B. TUJUAN
1. Mendapatkan data lengkap untuk menegakkan diagnosa keperawatan yang akurat.
2. Dapat mengetahui bagaimana pemeriksaan fisik pada gangguan sistem endokrin.
3. Dapat melakukan asuhan keperawatan setelah melakukan pemeriksaan fisik pada
sistem endokrin
2) Palpasi
Organ pada sistem endokrin tidak semuanya dapat dilakukan pemeriksaan
secara palpasi, hal ini karena beberapa lokasi pada organ endokrin secara anatomis
sulit untuk dilakukan palpasi. Adapun organ endokrin yang dapat dilakukan
pemeriksaan secara palpasi yaitu kelenjar tiroid dan testis. Hal-hal yang perlu
dilakukan palpasi atau perabaan meliputi:
a. Kulit (tekstur, kelembaban dan adanya lesi). Kulit kasar, kering ditemukan pada
klien dengan hipotiroidisme. Di- mana kelembutan dan bilasan kulit bisa menjadi
tanda pada klien dengan hipertiroidisme. Lesi pada ekstremitas bawah
mengindikasikan DM.
b. Kelenjar tiroid (ukuran dan konsistensinya). Tidak ditemukan membesar pada
pasien dengan penyakit graves atau goiter. Minta pasien untuk miringkan kepala
ke kanan lalu minta pasien untuk menelan, ulangi pada sisi kiri. Adanya nodul
bisa diindikasikan bisul, tumor benigna dan malignan.
c. Testis: palpasi dilakukan pada testis untuk menilai tekstur, nyeri, dan iregularitas.
Palpasi dilakukan menggunakan ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah. Testis
normal akan teraba halus, kenyal, dan tidak bernodul. Testis sensitif terhadap
raba, namun tidak menimbulkan rasa nyeri.
3) Auskultasi
Auskultasi dapat dilakukan pada bagian leher di atas kelenjar tiroid untuk
mengidentifikasi "bruit". Bruit adalah bunyi yang dihasilkan karena turbulensi pada
pembuluh darah tiroidea. Normalnya, bruit tidak terdengar. Bruit terdengar jika
terjadi peningkatan sirkulasi darah ke kelenjar tiroid akibat peningkatan aktivitas
kelenjar tiroid.
3. Kelenjar Pituitari
Kelenjar pituitari memiliki fungsi yang utama adalah membuat beberapa
hormon penting dan mengirim sinyal ke sistem endokrin lain untuk melepaskan
hormon. Selain itu, kelenjar ini juga banyak bekerja sama dengan hipotalamus
untuk melepaskan beberapa hormon.
4. Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid berfungsi untuk melepaskan dua hormon utama, yaitu
triiodothyronine (T3) dan thyroxine (T4). Hormon-hormon ini melaksanakan
fungsinya untuk membantu mengendalikan metabolisme dalam tubuh.
5. Kelenjar Paratiroid
Kelenjar paratiroid berfungsi sebagai berikut :
1. Memelihara kosentrasi ion kalsium yang tetap pada plasma.
2. Mengontrol ekskresi kalsium dan fosfat melalui ginjal, mempunyai efek terhadap
reabsorbsi hormontubuler dari kalsium dan sekresi fosfor
3. Mempercepat absorbsi kalsium di usus.
6. Kelenjar Timus
Kelenjar timus berfungsi untuk memproduksi sel darah putih yang disebut
limfosit-T atau sel T.
7. Kelenjar Adrenal
Kelenjar adrenal berfungsi memproduksi hormon yang mengendalikan sistem
metabolisme, kekebalan tubuh, respon terhadap stres dan tekanan darah.
8. Kelenjar Pankreas
Kelenjar pankreas memiliki fungsi yang begitu penting untuk metabolisme dan
sistem pencernaan tubuh. Tidak hanya membuat hormon, organ satu ini juga
menghasilkan enzim untuk membantu menghancurkan dan mencerna makanan
pada perut.
9. Ovarium
Ovarium berperan penting dalam fungsi reproduksi wanita seperti,
memproduksi dan menyimpan telur serta menghasilkan hormon wanita seperti,
estrogen dan progesteron.
10. Testis
Testis berfungsi untuk memproduksi sperma dan hormon testosteron.
1. Diabetes
Pandangan kabur.
2. Hipertiroidisme
Hipertiroidisme terjadi ketika kelenjar tiroid menghasilkan terlalu banyak
hormon. Hormon yang diproduksi berfungsi untuk mengatur penggunaan energi
di seluruh tubuh. Hipertiroidisme memicu munculnya gejala berupa:
Kesulitan tidur.
Cepat marah.
Penyakit gondok.
3. Hipotiroidisme
Hipotiroidisme terjadi ketika kelenjar tiroid tidak menghasilkan cukup
hormon, sehingga fungsi organ dalam tubuh menjadi lambat. Hipotiroidisme
memicu munculnya gejala berupa:
Kelelahan.
Bicara lambat.
Pembengkakan wajah.
Kulit kering.
Kebingungan.
Sembelit.
Kesemutan di tangan.
4. Sindrom Cushing
Sindrom Cushing terjadi ketika tubuh memproduksi terlalu banyak hormon
kortisol. Kortisol adalah hormon yang membantu tubuh merespon stres, mengatur
proses metabolisme, dan menjaga tekanan darah. Sindrom Cushing memicu
munculnya gejala berupa:
Wajah bulat.
Kelemahan otot.
Pandangan kabur.
5. Akromegali
Rambut berlebihan.
Jerawat.
Penipisan rambut.
Kulit menggelap.
Penyakit jantung.
Kerusakan saraf.
5. Uji Laboratorium
Pemeriksaan fisik sering melibatkan pengambilan sampel darah atau urine
untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lanjut. Ini termasuk pengukuran
kadar hormon tertentu dalam darah, seperti hormon tiroid, insulin, kortisol, atau
hormon seks. Hasil dari tes laboratorium ini dapat memberikan informasi penting
tentang fungsi kelenjar endokrin dan membantu dalam diagnosis masalah pada
sistem endokrin.
Pemeriksaan fisik sistem endokrin harus dilakukan oleh profesional
kesehatan yang terlatih, seperti dokter atau perawat yang memiliki pemahaman
yang baik tentang anatominya dan metode pemeriksaannya. Melalui metode
pemeriksaan fisik yang terperinci, dokter dapat mengumpulkan informasi yang
diperlukan untuk menentukan diagnosis dan merencanakan penatalaksanaan.
mudah ditemukan.
Pasien bisa diminta untuk mengepalkan tangan supaya pembuluh darah
Tabung bersisi sampel darah pasien akan dikirim ke laboratorium untuk dianalisis
lebih lanjut.
2. Pencitraan
Pada penyakit endokrin tertentu, dibutuhkan pemeriksaan pencitraan. Tes ini
bertujuan memastikan diagnosis dan dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
USG
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi massa atau cairan pada jaringan
lunak. USG umumnya disarankan guna mengevaluasi nodul tiroid dan
pembesaran kelenjar getah bening di leher, serta mengidentifikasi pembesaran
kelenjar paratiroid.
Endoscopic ultrasound
Endoscopic ultrasound menggunakan alat bernama endoskop untuk mendeteksi
masalah pada organ endokrin, khususnya pankreas. Endoskop memiliki lampu
dan kamera di ujungnya agar dokter bisa melihat kondisi organ secara langsung.
CT scan
CT scan akan memberikan gambar struktur organ endokrin yang lebih jelas
daripada USG. Pasien bisa berbaring atau duduk selama proses ini berlangsung,
tergantung pada bagian tubuh yang diperiksa.
Sestamibi scan
Pemeriksaan ini menggunakan zat pewarna radioaktif guna mendeteksi
pembesaran kelenjar paratiroid. Pewarna akan disuntikkan ke dalam pembuluh
darah pasien, lalu pemindaian akan dilakukan.
PET scan
PET scan menggunakan zat kontras khusus yang keberadaannya dapat dilacak di
dalam tubuh ketika dan diserap oleh beberapa jaringan atau organ.
Octreoscan
Octreoscan menggunakan obat octreotide. Pemeriksaan ini umumnya dilakukan
untuk mendeteksi tumor karsinoid dan tumor pankreas.
Meta iodo benzo guanidine scan
MIBG scan bertujuan mendeteksi feokromositoma dan paraganglioma, serta
kanker yang telah menyebar ke organ tubuh lain.
3. Biopsi
Biopsi adalah prosedur pengambilan sampel, baik jaringan maupun
cairan. Pada pemeriksaan endokrin, biopsi yang dilakukan biasanya
adalah fine needle aspiration (FNA).
Di Indonesia, FNA lebih dikenal dengan istilah biopsi jarum halus
(BJH). Pada biopsi jenis ini, jarum berukuran tipis ditusukkan ke dalam area
yang akan diperiksa. Misalnya, di nodul kelenjar tiroid.