Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMERIKSAAN FISIK SISTEM ENDOKRIN


Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata
Keterampilan Dasar

Disusun oleh :
May Syafiti
11221047

KELAS : REGULAR 15 B
PROGRAM STUDI SARJANA 1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PERTAMEDIKA
Jl. Bintaro Raya No.10, RT.4/RW.10, Tanah Kusir, Kec. Kby. Lama, Kota Jakarta Selatan,
DKI Jakarta 12240 (021) 7232122
TA 2022/2023
A. DEFINISI
Salah satu komponen penting dari pengkajian keperawatan adalah pemeriksaan
fisik, prinsip dari pemeriksaan ini yaitu menggunakan alat indera untuk menemukan
adanya kelainan atau masalah pada sistem tubuh, pemeriksaan fisik pada sistem
endokrin dapat dilakukan dengan cara inspeksi (pengamatan), palpasi (perabaan),
auskultasi (pendengaran). Jadi pemeriksaan fisik pada sistem endokrin adalah
serangkaian tes yang dilakukan untuk mengevaluasi fungsi endokrin. Endokrin
memiliki fungsi sangat penting, yakni mengatur metabolisme, pernapasan,
pertumbuhan, fungsi reproduksi, dan pergerakan.

B. TUJUAN
1. Mendapatkan data lengkap untuk menegakkan diagnosa keperawatan yang akurat.
2. Dapat mengetahui bagaimana pemeriksaan fisik pada gangguan sistem endokrin.
3. Dapat melakukan asuhan keperawatan setelah melakukan pemeriksaan fisik pada
sistem endokrin

C. METODE DALAM PEMERIKSAAN FISIK SISTEM ENDOKRIN


Dalam pemeriksaan fisik, hal yang dikaji meliputi kondisi kelenjar endokrin,
dan kondisi jaringan atau organ sebagai dampak dari gangguan endokrin. Pemeriksaan
fisik terhadap kondisi kelenjar hanya dapat dilakukan pada kelenjar tiroid dan kelenjar
gonad pria (testis). Secara umum, pemeriksaan fisik pada sistem endokrin meliputi:
1) Inspeksi
Disfungsi sistem endokrin menyebabkan perubahan fisik sebagai dampak
terhadap pertumbuhan dan perkembangan, keseimbangan cairan dan elektrolit, seks
dan reproduksi, metabolisme dan energy. Penampilan klien harus dikaji terhadap
kelemahan, dan bentuk serta proporsi tubuh. Pada pemeriksaan wajah, fokuskan
pada abnormalitas struktur, bentuk dan ekspresi wajah. Pengkajian mata meliputi
adakah edema periorbita dan eksopthalmus serta ekspresi wajah. Amati lidah klien
terhadap perubahan bentuk dan penebalan serta tremor yang biasanya ditemukan
pada klien dengan gangguan tiroid. Pada pemeriksaan leher, amati bentuk dan
kesimetrisan leher. Pembesaran leher dapat menunjukkan pembesaran kelenjar
tiroid. Amati juga adanya distensi vena jugularis dan perubahan warna kulit leher.
Hiperpigmentasi pada jari, siku, dan lutut dapat dijumpai pada klien dengan
hipofungsi kelenjar adrenal. Vitiligo atau hipopigmentasi pada kulit tampak pada
hipofungsi kelenjar adrenal sebagai akibat destruksi melanosit di kulit karena proses
autoimun. Hipopigmentasi biasa terjadi di wajah, leher, dan ekstremitas.
Penumpukan massa otot yang berlebihan pada leher bagian belakang atau Bufflow
neck atau punuk kerbau dan terus sampai daerah clavicula terjadi pada klien dengan
hiperfungsi adenokortikal.
Amati bentuk dada, ukuran, pergerakan, dan kesimetrisan.
Ketidakseimbangan hormone seks akan menyebabkan perubahan tanda seks
sekunder seperti pertumbuhan rambut yang berlebih pada dada dan wajah pada
wanita yang disebut hirsutisme. Amati payudara terhadap ukuran, bentuk,
kesimetrisan, pigmentasi dan pengeluaran. Striae pada buah dada atau abdomen
sering dijumpai pada pasien hiperfungsi adrenokortikal. Pada pemeriksaan genitalia,
amati kondisi scrotum dan penis serta klitoris terhadap kelainan bentuk. Hal-hal yang
perlu dilakukan inpeksi atau pengamatan meliputi :
a. Penampilan umum : Apakah pasien tampak mengalami kelemahan berat, sedang
dan ringan.
b. Amati bentuk dan proporsi tubuh : Apakah terjadi gangguan pertumbuhan seperti
kekerdilan (dwarfisme) atau seperti raksasa (gigantisme).
c. Pemeriksaan wajah : Fokuskan pada abnormalitas struktur, bentuk dan ekspresi
wajah seperti dahi, rahang dan bibir.
d. Pada mata : Amati adanya edema periorbital dan exopthalamus serta ekspresi
wajah tampak datar atau tumpul.
e. Pada daerah leher: Amati bentuk leher apakah tampak membesar, asimetris,
terdapat peningkatan JVP, warna kulit sekitar, apakah terjadi
hiper/hipopigmentasi dan amati apakah itu merata.
f. Apakah terjadi hiperpigmentasi pada jari, siku dan lutut: Bi- asanya dijumpai
pada orang yang mengalami gangguan kelenjar adrenal.
g. Apakah terjadi Vitiligo atau hipopigmentasi pada kulit: Bi- asanya tampak pada
orang yang mengalami hipofungsi kelenjar adrenal sebagai akibat destruksi
melanosit dikulit oleh proses auto imun.
h. Amati adanya penumpukan massa otot berlebihan pada le- her bagian belakang
atau disebut bufflow neck atau le- her/punuk kerbau, terjadi pada kondisi
hiperfungsi adrenokortikal.
i. Amati keadaan rambut axilla dan dada:Pertumbuhan rambut yang berlebihan
pada dada dan wajah wanita disebut hirsutisme dan amati juga adanya stiae pada
buahh dada atau abdomen biasanya dijumpai pada hiperfungsi adrenokortikal.
j. Inspeksi warna kulit : Hiperpimentasi ditemukan pada klieb Addison deasease
atau cushingyndrom. Hipopigmentasi terliha pada klien diabetes mellitus,
hipertiroidisme, hipotiroidisme.

2) Palpasi
Organ pada sistem endokrin tidak semuanya dapat dilakukan pemeriksaan
secara palpasi, hal ini karena beberapa lokasi pada organ endokrin secara anatomis
sulit untuk dilakukan palpasi. Adapun organ endokrin yang dapat dilakukan
pemeriksaan secara palpasi yaitu kelenjar tiroid dan testis. Hal-hal yang perlu
dilakukan palpasi atau perabaan meliputi:
a. Kulit (tekstur, kelembaban dan adanya lesi). Kulit kasar, kering ditemukan pada
klien dengan hipotiroidisme. Di- mana kelembutan dan bilasan kulit bisa menjadi
tanda pada klien dengan hipertiroidisme. Lesi pada ekstremitas bawah
mengindikasikan DM.
b. Kelenjar tiroid (ukuran dan konsistensinya). Tidak ditemukan membesar pada
pasien dengan penyakit graves atau goiter. Minta pasien untuk miringkan kepala
ke kanan lalu minta pasien untuk menelan, ulangi pada sisi kiri. Adanya nodul
bisa diindikasikan bisul, tumor benigna dan malignan.
c. Testis: palpasi dilakukan pada testis untuk menilai tekstur, nyeri, dan iregularitas.
Palpasi dilakukan menggunakan ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah. Testis
normal akan teraba halus, kenyal, dan tidak bernodul. Testis sensitif terhadap
raba, namun tidak menimbulkan rasa nyeri.

3) Auskultasi
Auskultasi dapat dilakukan pada bagian leher di atas kelenjar tiroid untuk
mengidentifikasi "bruit". Bruit adalah bunyi yang dihasilkan karena turbulensi pada
pembuluh darah tiroidea. Normalnya, bruit tidak terdengar. Bruit terdengar jika
terjadi peningkatan sirkulasi darah ke kelenjar tiroid akibat peningkatan aktivitas
kelenjar tiroid.

D. DEFINISI SISTEM ENDOKRIN


Sistem endokrin adalah jaringan kelenjar dalam tubuh yang membuat hormon
yang membantu sel berbicara satu sama lain. Mereka bertanggung jawab atas hampir
setiap sel, organ, dan fungsi di tubuh. Kelenjar adalah organ yang membuat dan
mengeluarkan hormon yang melakukan pekerjaan tertentu di tubuh Anda. Kelenjar
endokrin melepaskan zat yang mereka buat ke dalam aliran darah (Dansinger, 2020).
Atau dapat diartikan Sistem endokrin adalah suatu sistem dalam tubuh manusia yang
bertugas untuk melakukan sekresi (memproduksi) hormon yang berfungsi untuk
mengatur seluruh kegiatan organ-organ dalam tubuh manusia sesuai dengan yang
dibutuhkan organ tersebut. Hasil sekresi berupa hormon ini langsung masuk ke dalam
pembuluh darah manusia tanpa harus melalui saluran (duktus).

E. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM ENDOKRIN


Sistem endokrin terdiri dari kelenjar-kelenjar yang terletak di seluruh tubuh dari
kepala sampai alat kelamin pada laki-laki dan sampai pada ovarium pada
Wanita.Terdapat dua tipe kelenjar di dalam tubuh, yaitu kelenjar eksokrin dan kelenjar
endokrin. Kelenjar eksokrin adalah kelenjar yang melepaskan sekresinya ke dalam
saluran pada tubuh. Sedangkan kelenjar endokrin melepaskan sekresinya berupa
hormon-hormon endokrin langsung ke dalam darah. Kelenjar endokrin ini merupakan
sekelompok sel yang disokong oleh jaringan ikat halus yang banyak mengandung
pembuluh darah kapiler (Syaiffudin, 2006).
Zat kimia berupa hormon yang diproduksi oleh kelenjar endokrin mampu
mengatur berbagai proses tubuh untuk membantu mengontrol keseimbangan. Susunan
kimia hormon ini terdiri dari Amina, Protein dan Steroid. Amina merupakan hormon
sederhana yang terdiri dari susunan asam amino tirosin. Kelompok hormon dari Amina
ini adalah: hormon tiroksin yang disekresi oleh kelenjar tiroid dan hormon epineprin
dan norepinfrin. Yang disekresi oleh medulla adrenal. Hormon yang berupa Protein
terdiri dari rantai asam amino. Hormon yang terdiri dari protein ini antara lain: hormon
insulin yang disekresi oleh kelenjar pankreas, hormon pertumbuhan yang sisekresi oleh
hipofisis, hormon kalsitonin yang disekresi oleh kelenjar tiroid. Hormon antidiuretik
dan oksitosin merupakan hormon yang terdiri dari protein rantai pendek asam amino
atau disebut peptida. Steroid merupakan senyawa organik yang terbuat dari turunan
lemak. Kolesterol merupakan prekusor hormon steroid. Hormon steroid ini antara lain
kortisol dan aldosterone, estrogend an progesterone serta testoteron (Guyton, A. C., &
Hall, 2012).
Secara umum sistem endokrin memiliki fungsi utama antara lain: Membedakan
sistem saraf dan sistem reproduktif pada janin yang sedang berkembang; Menstimulasi
urutan perkembangan; Mengkoordinasi sistem reproduksi; Memelihara lingkunagan
internal secara optimal dan Merespon korektif dan adaftif pada situasi darurat
(Syaiffudin, 2006).
Berikut ini adalah anatomi fisiologi pada sistem endokrin meliputi:
 Kelenjar Pineal
Kelenjar pineal (juga disebut badan pineal, epiphysis cerebri, epiphysis,
conarium atau "Mata ketiga") adalah sebuah kelenjar endokrin pada otak
vertebrata. Ia memproduksi serotonin turunan dari melatonin, sebuah hormon yang
mempengaruhi modulasi pola bangun/tidur dan fungsi musiman.
 Hipotalamus :
Hipotalamus adalah yang terletak di otak dan berfungsi untuk memberi pesan
pada kelenjar pituitari kapan untuk memproduksi dan berhenti memproduksi
hormon. Hipotalamus merupakan bagian bagian otak yang mengandung nucleus
dengan berbagai fungsi. Salah satu fungsi yang paling penting hipotalamus untuk
menghubungkan sistem saraf dengan sistem endokrin melalui kelenjar hipofisis.
 Kelenjar Pituitari :
Kelenjar pituitari adalah organ yang terletak di garis tengah di dasar otak
tepatnya di dalam kantong tulang disebut sela tursika. Pituitari (hipofisis) itu
sendiri dikenal sebagai "master kelenjar" karena membantu untuk mengontrol
sekresi hormon dari sejumlah kelenjar lain dan organ target di dalam tubuh.
 Kelenjar Tiroid :
Kelenjar tiroid adalah kelenjar hormon berbentuk kupu-kupu yang terletak di
bagian depan bawah leher berfungsi untuk memproduksi banyak hormon dalam
tubuh. Mulai dari otak dan jantung hingga ginjal dan hati, kelebihan atau
kekurangan hormon yang dikeluarkannya dapat menyebabkan berbagai penyakit
yang berbahaya.
 Kelenjar Paratiroid :
Kelenjar paratiroid adalah kelenjar penghasil hormon paratiroid yang
berperan penting dalam mengatur kadar kalsium dalam darah. Jika kelenjar ini
mengalami gangguan, maka Anda berisiko mengalami berbagai masalah
kesehatan, salah satunya adalah gangguan tulang.
 Kelenjar Timus :
Kelenjar timus adalah kelenjar kekebalan serta endokrin kecil yang terletak
di antara jantung serta tulang dada pada bawah kelenjar tiroid.
 Kelenjar Adrenal :
Kelenjar adrenal adalah dua kelenjar kecil yang termasuk dalam sistem
endokrin, yaitu kelenjar yang berperan sebagai penghasil hormon. Kelenjar ini
memiliki bentuk segitiga dan berada di atas masing-masing sisi ginjal.
 Kelenjar Pankreas :
Kelenjar pankreas adalah bagian dari usus kecil. Fungsi pankreas sangat
penting di dalam tubuh. Kegunaan utamanya misalnya menghasilkan hormon
untuk membantu tubuh memecah makanan dalam sistem pencernaan.
 Ovarium (Wanita) :
Ovarium adalah kelenjar kecil berbentuk oval yang terletak di kedua sisi
rahim wanita.
 Testis (Pria) :
Testis adalah organ reproduksi pria dengan bentuk oval. Organ ini berada
pada bagian dalam kantong kulit bernama skrotum, yang menggantung pada sisi
depan area panggul dekat paha atas.
F. GAMBAR ORGAN SISTEM ENDOKRIN

G. BAGIAN-BAGIAN DARI SISTEM ENDOKRIN DAN FUNGSINYA


Berikut adalah bagian-bagian dari sistem endokokrin dan fungsinya :
1. Kelenjar Pineal
Kelenjar pineal berfumgsi untuk menerima dan menyampaikan informasi
tentang siklus terang gelap saat ini dari lingkungan dan akibatnya memproduksi dan
mengeluarkan melatonin secara siklik di malam hari ( periode gelap)
2. Hipotalamus
Hipotalamus berfungsi untuk menjaga tubuh agar selalu dalam keadaan stabil
atau homeostatis. Bagian otak ini membantu kamu untuk mengelola banyak hal, di
antaranya:
 Suhu tubuh
 Tekanan darah
 Rasa lapar dan haus
 Rasa kenyang ketika makan
 Suasana hati
 Hasrat seksual
 Tidur

3. Kelenjar Pituitari
Kelenjar pituitari memiliki fungsi yang utama adalah membuat beberapa
hormon penting dan mengirim sinyal ke sistem endokrin lain untuk melepaskan
hormon. Selain itu, kelenjar ini juga banyak bekerja sama dengan hipotalamus
untuk melepaskan beberapa hormon.
4. Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid berfungsi untuk melepaskan dua hormon utama, yaitu
triiodothyronine (T3) dan thyroxine (T4). Hormon-hormon ini melaksanakan
fungsinya untuk membantu mengendalikan metabolisme dalam tubuh.
5. Kelenjar Paratiroid
Kelenjar paratiroid berfungsi sebagai berikut :
1. Memelihara kosentrasi ion kalsium yang tetap pada plasma.
2. Mengontrol ekskresi kalsium dan fosfat melalui ginjal, mempunyai efek terhadap
reabsorbsi hormontubuler dari kalsium dan sekresi fosfor
3. Mempercepat absorbsi kalsium di usus.
6. Kelenjar Timus
Kelenjar timus berfungsi untuk memproduksi sel darah putih yang disebut
limfosit-T atau sel T.
7. Kelenjar Adrenal
Kelenjar adrenal berfungsi memproduksi hormon yang mengendalikan sistem
metabolisme, kekebalan tubuh, respon terhadap stres dan tekanan darah.
8. Kelenjar Pankreas
Kelenjar pankreas memiliki fungsi yang begitu penting untuk metabolisme dan
sistem pencernaan tubuh. Tidak hanya membuat hormon, organ satu ini juga
menghasilkan enzim untuk membantu menghancurkan dan mencerna makanan
pada perut.
9. Ovarium
Ovarium berperan penting dalam fungsi reproduksi wanita seperti,
memproduksi dan menyimpan telur serta menghasilkan hormon wanita seperti,
estrogen dan progesteron.
10. Testis
Testis berfungsi untuk memproduksi sperma dan hormon testosteron.

H. PROSES PADA SISTEM ENDOKRIN


Proses mekanisme pada sistem endokrin melibatkan serangkaian tahapan yang
kompleks. Berikut adalah rangkaian proses mekanisme yang terjadi dalam sistem
endokrin:
1. Produksi hormon: Kelenjar endokrin dalam tubuh menghasilkan hormon-hormon
khusus. Setiap kelenjar endokrin memiliki jenis hormon yang spesifik yang
diproduksinya. Contohnya, kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid seperti
tiroksin, kelenjar adrenal menghasilkan hormon kortisol dan adrenalin, dan
kelenjar pankreas menghasilkan hormon insulin dan glukagon.
2. Sekresi hormon: Setelah diproduksi, hormon-hormon tersebut disekresikan oleh
kelenjar endokrin ke dalam aliran darah. Sekresi hormon ini dipicu oleh berbagai
faktor, seperti rangsangan dari sistem saraf, perubahan dalam konsentrasi hormon
lainnya, atau mekanisme umpan balik dalam tubuh.
3. Transportasi hormon: Hormon-hormon yang disekresikan masuk ke dalam
sirkulasi darah dan diangkut ke seluruh tubuh. Darah bertindak sebagai media
transportasi utama untuk membawa hormon-hormon ini ke organ dan jaringan
target yang membutuhkannya.
4. Pengikatan hormon: Hormon-hormon yang terdapat dalam darah berinteraksi
dengan reseptor hormon yang terdapat di permukaan sel target atau di dalam sel
target itu sendiri. Reseptor hormon adalah molekul yang memiliki afinitas dengan
hormon tertentu dan berada di tempat yang tepat untuk berikatan dengannya.
5. Transduksi sinyal: Setelah hormon terikat dengan reseptor hormon, terjadi
serangkaian perubahan biokimia dan sinyal intraseluler yang mengirimkan
informasi ke dalam sel target. Ini dapat melibatkan aktivasi jalur sinyal khusus atau
perubahan aktivitas enzim dalam sel.
6. Respon seluler: Respon seluler terjadi sebagai hasil dari transduksi sinyal yang
dipicu oleh hormon. Hal ini dapat melibatkan aktivasi atau penekanan ekspresi gen,
modulasi fungsi enzim, perubahan dalam metabolisme sel, dan sebagainya.
7. Respon fisiologis: Respon seluler akhirnya menghasilkan efek fisiologis yang
terlihat pada tingkat organisme. Ini dapat meliputi pengaturan laju metabolisme,
pertumbuhan dan perkembangan, fungsi reproduksi, pengaturan tekanan darah,
respons terhadap stres, dan banyak lagi.
8. Umpan balik: Setelah mencapai efek yang diinginkan, beberapa hormon dapat
memicu umpan balik negatif untuk menghentikan atau mengurangi produksi
hormon tersebut. Ini membantu menjaga keseimbangan hormonal yang tepat dalam
tubuh.
9. Proses-proses ini saling berhubungan dan saling terkait dalam sistem endokrin,
memungkinkan kelenjar endokrin dan hormon untuk mengatur dan
mengkoordinasikan berbagai fungsi dan proses tubuh yang penting.

I. GANGGUAN PADA SISTEM ENDOKRIN


Gangguan sistem endokrin adalah kondisi yang terjadi jika beberapa kelenjar
tersebut mengalami masalah. Akhirnya, seluruh fungsi dan sistem dalam tubuh akan
mengalami perubahan yang berdampak pada munculnya gangguan kesehatan tertentu.
a. Penyebab gangguan endokrin
Gangguan endokrin biasanya dikelompokkan menjadi dua kategori:
1. Penyakit endokrin yang terjadi ketika kelenjar memproduksi terlalu banyak atau

terlalu sedikit hormon endokrin. Kondisi ini disebut ketidakseimbangan hormon.


2. Penyakit endokrin karena perkembangan lesi dalam sistem endokrin, yang bisa

saja mempengaruhi kadar hormon.


Sistem umpan balik endokrin dapat membantu mengontrol keseimbangan
hormon dalam aliran darah. Jika tubuh memiliki terlalu banyak atau terlalu sedikit
hormon tertentu, sistem umpan balik memberi sinyal pada kelenjar yang tepat
untuk memperbaiki masalah tersebut.
Ketidakseimbangan hormon dapat terjadi jika sistem umpan balik ini
mengalami kesulitan menjaga tingkat hormon yang tepat dalam aliran darah, atau
jika tubuh tidak mampu membersihkannya dari aliran darah. Peningkatan atau
penurunan kadar hormon endokrin dapat disebabkan oleh:
 Masalah dengan sistem umpan balik endokrin.
 Penyakit tertentu.
 Kegagalan kelenjar untuk merangsang kelenjar lain untuk melepaskan
hormon.
 Kelainan genetik, seperti Multiple Endokrin Neoplasia (MEN) atau
hipotiroidisme kongenital.
 Infeksi.
 Cedera pada kelenjar endokrin.
 Tumor kelenjar endokrin.
Kebanyakan tumor endokrin dan nodul (benjolan) tidak bersifat kanker. Mereka
biasanya tidak menyebar ke bagian lain dalam tubuh. Namun, tumor atau nodul
pada kelenjar dapat mengganggu produksi hormon dalam kelenjar yang
ditumbuhinya.

b. Faktor Risiko Gangguan Sistem Endokrin


Selain penyebab yang mendasari, gangguan sistem endokrin juga dapat dipicu
oleh beberapa faktor risiko berikut ini:

 Peningkatan kadar kolesterol yang signifikan.

 Memiliki riwayat keluarga dengan kondisi yang sama.

 Memiliki riwayat penyakit autoimun.

 Menjalani pola makan tidak sehat.

 Ibu hamil dengan kasus hipotiroid.

 Pernah menjalani operasi.

 Pernah mengalami trauma, infeksi, atau cedera serius.

c. Gejala Gangguan Sistem Endokrin


Ada banyak jenis gangguan sistem endokrin. Gejalanya sendiri dibedakan dari
penyakit yang mendasari. Berikut ini beberapa gejala berdasarkan penyakitnya:

1. Diabetes

Diabetes adalah kondisi yang menyebabkan tingginya kadar glukosa darah.


Hal tersebut terjadi akibat tubuh tidak dapat memproduksi atau menggunakan insulin
untuk mengatur glukosa. Diabetes memicu munculnya gejala berupa:
 Peningkatan rasa haus.

 Peningkatan frekuensi buang air kecil.

 Peningkatan rasa lapar.

 Perubahan berat yang tidak terduga.

 Luka yang sulit sembuh.

 Mati rasa atau kesemutan di tangan atau kaki.

 Rasa lelah berlebihan.

 Pandangan kabur.

2. Hipertiroidisme
Hipertiroidisme terjadi ketika kelenjar tiroid menghasilkan terlalu banyak
hormon. Hormon yang diproduksi berfungsi untuk mengatur penggunaan energi
di seluruh tubuh. Hipertiroidisme memicu munculnya gejala berupa:

 Perubahan detak jantung.

 Kesulitan tidur.

 Cepat marah.

 Rasa lelah berlebihan.

 Pengaturan suhu yang buruk.

 Peningkatan frekuensi buang air besar.

 Penurunan berat badan dengan peningkatan nafsu makan.

 Penyakit gondok.

3. Hipotiroidisme
Hipotiroidisme terjadi ketika kelenjar tiroid tidak menghasilkan cukup
hormon, sehingga fungsi organ dalam tubuh menjadi lambat. Hipotiroidisme
memicu munculnya gejala berupa:

 Kelelahan.

 Sensitif terhadap udara dingin.

 Bicara lambat.

 Kelopak mata turun.

 Pembengkakan wajah.

 Kulit kering.

 Melambatnya detak jantung.


 Kram otot.

 Kebingungan.

 Sembelit.

 Penambahan berat badan.

 Kesemutan di tangan.

4. Sindrom Cushing
Sindrom Cushing terjadi ketika tubuh memproduksi terlalu banyak hormon
kortisol. Kortisol adalah hormon yang membantu tubuh merespon stres, mengatur
proses metabolisme, dan menjaga tekanan darah. Sindrom Cushing memicu
munculnya gejala berupa:

 Penambahan berat badan.

 Lengan dan kaki tampak kurus.

 Wajah bulat.

 Benjolan lemak di antara bahu.

 Pertumbuhan rambut berlebihan.

 Kelemahan otot.

 Pandangan kabur.

 Penurunan kesuburan dan gairah seksual.

 Rasa lelah berlebihan.

 Mudah memar dan muncul stretch mark.

5. Akromegali

Akromegali terjadi ketika tubuh memproduksi terlalu banyak hormon


pertumbuhan. Kondisi tersebut mengakibatkan pertumbuhan tulang, organ, dan
jaringan lain yang tidak biasa. Akromegali memicu munculnya gejala berupa:

 Pembengkakan tangan dan kaki.

 Pertumbuhan fitur wajah.

 Perubahan tulang, seperti rahang yang menonjol.

 Kulit tebal dan kering.

 Keringat dan bau badan.

 Suara terdengar lebih dalam.


6. PCOS

PCOS terjadi ketika ketidakseimbangan hormon reproduksi menyebabkan


masalah pada ovarium. PCOS memicu munculnya gejala berupa:

 Siklus haid tidak teratur.

 Rambut berlebihan.

 Jerawat.

 Penipisan rambut.

 Penambahan berat badan.

 Kesulitan menurunkan berat badan.

 Kulit menggelap.

d. Komplikasi Gangguan Sistem Endokrin


Jika sejumlah gejala yang muncul dibiarkan tanpa langkah penanganan, terdapat
beberapa komplikasi gangguan endokrin yang bisa saja terjadi. Berikut ini beberapa
di antaranya:

 Kegelisahan atau insomnia pada pengidap penyakit tiroid.

 Koma pada pengidap hipotiroidisme.

 Depresi pada pengidap penyakit tiroid.

 Penyakit jantung.

 Kerusakan saraf.

 Kerusakan atau gagal pada organ.

 Penurunan kualitas hidup seseorang.

J. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN TERHADAP MASALAH PADA


SISTEM ENDOKRIN
Penatalaksanaan keperawatan terhadap masalah pada sistem endokrin dapat
melibatkan beberapa tindakan yang bertujuan untuk mengendalikan gejala, menjaga
keseimbangan hormon, dan mencegah komplikasi lebih lanjut. Berikut adalah beberapa
penatalaksanaan keperawatan yang umum dilakukan untuk masalah pada sistem
endokrin:
a. Pemantauan dan Evaluasi: Perawat perlu memantau secara teratur tanda dan gejala
masalah endokrin yang sedang dihadapi oleh pasien. Ini dapat melibatkan
pemantauan kadar hormon dalam darah, pengukuran suhu tubuh, pemantauan
tekanan darah, serta pemantauan berat badan dan asupan cairan.
b. Pemberian Obat-obatan: Perawat dapat bertanggung jawab dalam memberikan obat-
obatan yang diresepkan oleh dokter untuk mengatur produksi hormon,
menggantikan hormon yang kurang, atau menghambat produksi hormon yang
berlebihan. Perawat perlu memastikan dosis dan jadwal obat yang tepat serta
memantau respons pasien terhadap terapi obat.
c. Pendidikan Pasien: Penting untuk memberikan pendidikan kepada pasien tentang
penyakit endokrin yang dideritanya, pengelolaan obat-obatan, dan perubahan gaya
hidup yang diperlukan. Perawat dapat membantu pasien memahami pentingnya
mengikuti rencana perawatan dan mempromosikan kepatuhan pasien terhadap
pengobatan dan perawatan.
d. Pengaturan Pola Makan: Pola makan yang sehat dan seimbang dapat berkontribusi
pada keseimbangan hormon. Perawat dapat memberikan pengetahuan tentang diet
yang sesuai dengan kondisi endokrin pasien, seperti diet rendah garam untuk
hipertensi atau diet rendah gula untuk diabetes.
e. Manajemen Stres: Stres dapat memengaruhi keseimbangan hormonal. Perawat dapat
membantu pasien mengidentifikasi sumber stres dan memberikan strategi
pengelolaan stres yang efektif, seperti relaksasi, meditasi, atau olahraga ringan.
f. Perawatan Luka: Beberapa masalah endokrin dapat menyebabkan luka sulit sembuh,
seperti pada diabetes melitus. Perawat perlu melakukan perawatan luka yang tepat,
seperti membersihkan luka, mengubah balutan, dan memantau perkembangan
penyembuhan.
g. Konseling dan Dukungan Emosional: Perawat dapat memberikan dukungan
emosional kepada pasien yang menghadapi masalah pada sistem endokrin. Mereka
dapat membantu pasien dalam mengatasi perubahan fisik dan emosional yang
disebabkan oleh masalah endokrin, serta memberikan informasi dan sumber daya
untuk mendapatkan dukungan tambahan.
Perawatan keperawatan pada masalah sistem endokrin harus disesuaikan
dengan kondisi spesifik pasien dan dapat melibatkan kolaborasi dengan dokter, ahli
gizi, dan profesional kesehatan lainnya.
K. PROSEDUR PERSIAPAN PEMERIKSAAN FISIK PADA SISTEM
ENDOKRIN
-) Prosedur persiapan pemeriksaan fisik sistem endokrin
Persiapan pemeriksaan fisik pada sistem endokrin melibatkan beberapa langkah
untuk memastikan keberhasilan dan akurasi pemeriksaan. Berikut adalah prosedur
persiapan yang umum dilakukan:
1. Informasikan Pasien: Berikan informasi kepada pasien tentang jenis pemeriksaan
fisik yang akan dilakukan pada sistem endokrin. Jelaskan tujuan, prosedur, dan
manfaatnya bagi diagnosis atau pemantauan kondisi endokrin pasien.
2. Jelaskan Prosedur: Sampaikan langkah-langkah yang akan dilakukan selama
pemeriksaan fisik, seperti pemeriksaan visual, palpasi, dan penilaian suara. Jelaskan
bahwa pemeriksaan ini umumnya tidak menyakitkan, tetapi mungkin memerlukan
penekanan atau manipulasi area tertentu.
3. Persiapan Pakaian: Minta pasien untuk mengganti pakaian menjadi pakaian yang
nyaman dan mudah diakses. Hal ini memungkinkan akses yang lebih baik ke area
yang akan diperiksa, seperti leher untuk pemeriksaan kelenjar tiroid.
4. Mengosongkan Kandung Kemih: Jika pemeriksaan melibatkan palpasi abdomen
atau organ panggul, minta pasien untuk mengosongkan kandung kemih sebelum
pemeriksaan. Ini memberikan ruang yang lebih baik bagi perawat atau dokter untuk
melakukan palpasi dengan lebih akurat.
5. Persiapan Alat: Pastikan semua alat yang diperlukan untuk pemeriksaan fisik
tersedia dan dalam kondisi steril atau bersih. Ini termasuk stetoskop, pencahayaan
yang cukup, termometer, dan pakaian pelindung jika diperlukan.
6. Lingkungan yang Tepat: Pastikan ruangan pemeriksaan bersih, nyaman, dan tenang.
Jaga privasi pasien dengan menutup tirai atau pintu jika diperlukan. Upayakan
pencahayaan yang cukup agar pemeriksaan dapat dilakukan dengan baik.
7. Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain: Jika diperlukan, koordinasikan dengan
tenaga kesehatan lain yang terlibat dalam pemeriksaan sistem endokrin, seperti
dokter atau radiografer. Pastikan semua persiapan dan permintaan khusus sudah
dikomunikasikan kepada mereka.
8. Dokumentasi: Pastikan catatan medis pasien sudah terupdate dan lengkap sebelum
pemeriksaan. Ini meliputi riwayat kesehatan, riwayat endokrin, dan hasil
pemeriksaan terdahulu. Dokumentasikan temuan dan hasil pemeriksaan fisik dengan
jelas setelah pemeriksaan selesai.
Selalu ikuti prosedur dan kebijakan rumah sakit atau fasilitas kesehatan yang
relevan untuk menjaga keselamatan pasien dan melindungi privasi mereka selama
pemeriksaan fisik.

-) Alat dan bahan persiapan pemeriksaan fisik sistem endokrin


untuk melakukan pemeriksaan fisik pada sistem endokrin, berikut adalah
beberapa alat yang umumnya digunakan dan perlu dipersiapkan:
1. Stetoskop: Stetoskop digunakan untuk mendengarkan suara internal tubuh,
seperti denyut jantung atau pernapasan, yang dapat memberikan informasi
penting tentang kondisi sistem endokrin.
2. Pencahayaan yang cukup: Pastikan ruangan tempat pemeriksaan memiliki
pencahayaan yang memadai untuk memudahkan pengamatan dan pemeriksaan
area tubuh yang relevan, seperti kelenjar tiroid atau kelenjar adrenal.
3. Termometer: Termometer digunakan untuk mengukur suhu tubuh pasien. Suhu
tubuh yang tidak normal dapat menjadi petunjuk adanya gangguan hormonal
atau masalah endokrin lainnya.
4. Gulungan kertas atau lembaran penutup: Ini dapat digunakan untuk melindungi
area yang tidak sedang diperiksa dari kontaminasi atau untuk menjaga privasi
pasien.
5. Papan pengukur tinggi badan: Papan pengukur tinggi badan digunakan untuk
mengukur tinggi pasien. Perubahan tinggi badan yang signifikan dapat menjadi
petunjuk adanya masalah pada kelenjar pertumbuhan atau hormon
pertumbuhan.
6. Pensil atau pena: Digunakan untuk mencatat temuan selama pemeriksaan fisik,
termasuk ukuran atau palpasi dari kelenjar endokrin yang relevan.
7. Alat pengukur berat badan: Alat pengukur berat badan digunakan untuk
mengukur berat badan pasien. Perubahan berat badan yang tidak wajar dapat
menjadi petunjuk adanya masalah hormonal atau metabolik.
8. Lembaran pemeriksaan fisik: Persiapkan lembaran pemeriksaan fisik yang
sesuai untuk mencatat temuan dan hasil pemeriksaan sistem endokrin pasien.
Lembaran ini biasanya mencakup bagian untuk mencatat tanda-tanda vital,
pemeriksaan fisik spesifik, dan temuan laboratorium yang relevan.
Pastikan semua alat yang diperlukan tersebut dalam kondisi baik dan steril jika
diperlukan. Bersihkan alat dengan benar sesuai dengan kebijakan rumah sakit atau
fasilitas kesehatan yang berlaku setelah digunakan pada setiap pasien untuk
mencegah penyebaran infeksi.

-) Persiapan pada pasien


Berikut adalah beberapa langkah persiapan yang perlu dilakukan pada pasien
sebelum pemeriksaan fisik sistem endokrin:
1. Informasikan Pasien: Sampaikan kepada pasien tentang jenis pemeriksaan fisik
yang akan dilakukan pada sistem endokrin. Jelaskan tujuan pemeriksaan, prosedur
yang akan dilakukan, dan manfaatnya bagi diagnosis atau pemantauan kondisi
endokrin pasien.
2. Konsent: Pastikan pasien memberikan persetujuan atau konsent dari sebelum
dilakukan pemeriksaan fisik. Berikan penjelasan tentang apa yang akan dilakukan,
apa yang bisa mereka harapkan selama pemeriksaan, dan pentingnya kerjasama
pasien selama proses.
3. Pakaian yang Sesuai: Minta pasien untuk mengganti pakaian menjadi pakaian yang
nyaman dan mudah diakses. Pakaian yang longgar dan mudah diangkat atau dibuka
di area yang akan diperiksa memudahkan pemeriksaan pada kelenjar endokrin,
seperti leher untuk pemeriksaan kelenjar tiroid.
4. Makanan dan Minuman: Berikan instruksi kepada pasien mengenai apakah ada
batasan dalam makanan atau minuman sebelum pemeriksaan. Misalnya, dalam
beberapa pemeriksaan tertentu, pasien mungkin diminta untuk tidak makan atau
minum dalam jangka waktu tertentu sebelum pemeriksaan, seperti pada
pemeriksaan kadar hormon tertentu.
5. Obat-obatan: Jika pasien sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu, tanyakan
kepada pasien apakah mereka perlu melanjutkan penggunaan obat tersebut
sebelum pemeriksaan. Beberapa obat mungkin perlu dihentikan atau diatur ulang
dosisnya sebelum pemeriksaan, terutama obat yang dapat mempengaruhi kadar
hormon atau pengujian laboratorium terkait.
6. Riwayat Kesehatan: Pastikan pasien memberikan riwayat kesehatan yang lengkap
dan akurat kepada perawat atau dokter yang akan melakukan pemeriksaan.
Informasi ini akan membantu dalam menentukan apakah ada faktor risiko atau
masalah endokrin tertentu yang perlu diperhatikan selama pemeriksaan.
7. Anjuran Pra-Pemeriksaan: Jelaskan kepada pasien apakah ada persiapan tambahan
yang perlu dilakukan sebelum pemeriksaan fisik sistem endokrin. Misalnya, jika
pemeriksaan melibatkan tes darah atau tes urine, pasien mungkin perlu berpuasa
sebelumnya atau mengambil sampel dalam kondisi tertentu.
Pastikan untuk memberikan informasi yang jelas dan jujur kepada pasien,
menjawab pertanyaan mereka, dan menjaga privasi dan kenyamanan selama
seluruh proses pemeriksaan fisik.

-) Cara kerja pemeriksaan fisik pada sistem endokrin


Pemeriksaan fisik pada sistem endokrin melibatkan berbagai metode dan teknik
yang digunakan untuk mengevaluasi fungsi dan keadaan kelenjar endokrin serta
mengidentifikasi kemungkinan masalah atau kelainan. Berikut adalah beberapa cara
kerja umum yang dilakukan dalam pemeriksaan fisik sistem endokrin:
1. Observasi Visual
Pemeriksa akan melakukan observasi visual terhadap pasien untuk
mencari tanda-tanda fisik yang dapat mengindikasikan masalah pada sistem
endokrin. Ini meliputi perubahan kulit (misalnya, kekeringan atau kelembaban
yang berlebihan, kemerahan, perubahan pigmen), perubahan bentuk tubuh
(misalnya, perubahan berat badan, perubahan pada leher atau wajah), dan tanda-
tanda lain yang dapat muncul pada sistem endokrin.
2. Palpasi
Pemeriksa akan menggunakan tangan untuk memeriksa dan memeriksa
kelenjar endokrin yang terletak di dalam tubuh, seperti kelenjar tiroid, kelenjar
paratiroid, atau kelenjar adrenal. Pemeriksa akan meraba dan menggenggam area
yang relevan untuk mendeteksi adanya pembesaran, benjolan, kekakuan, atau
perubahan tekstur yang dapat mengindikasikan adanya masalah.
3. Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan neurologis mungkin dilakukan untuk mengevaluasi fungsi
saraf yang terkait dengan sistem endokrin. Ini dapat meliputi penilaian refleks,
kekuatan otot, koordinasi gerakan, dan pengujian sensorik yang spesifik untuk
mengidentifikasi adanya kelainan saraf yang terkait dengan masalah endokrin.
4. Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan klinis melibatkan penggunaan alat khusus untuk
mengevaluasi fungsi dan keadaan spesifik dari kelenjar endokrin. Misalnya,
pemeriksaan alat pendengaran digunakan untuk memeriksa gangguan
pendengaran yang terkait dengan masalah pada kelenjar tiroid atau adrenal.
Penggunaan sphygmomanometer (alat pengukur tekanan darah) dapat membantu
mengidentifikasi hipertensi yang dapat terkait dengan masalah hormonal.

5. Uji Laboratorium
Pemeriksaan fisik sering melibatkan pengambilan sampel darah atau urine
untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lanjut. Ini termasuk pengukuran
kadar hormon tertentu dalam darah, seperti hormon tiroid, insulin, kortisol, atau
hormon seks. Hasil dari tes laboratorium ini dapat memberikan informasi penting
tentang fungsi kelenjar endokrin dan membantu dalam diagnosis masalah pada
sistem endokrin.
Pemeriksaan fisik sistem endokrin harus dilakukan oleh profesional
kesehatan yang terlatih, seperti dokter atau perawat yang memiliki pemahaman
yang baik tentang anatominya dan metode pemeriksaannya. Melalui metode
pemeriksaan fisik yang terperinci, dokter dapat mengumpulkan informasi yang
diperlukan untuk menentukan diagnosis dan merencanakan penatalaksanaan.

-) Evaluasi pemeriksaan fisik pada sistem endokrin


Pemeriksaan fisik pada sistem endokrin melibatkan berbagai metode dan teknik
yang digunakan untuk mengevaluasi fungsi dan keadaan kelenjar endokrin serta
mengidentifikasi kemungkinan masalah atau kelainan. Berikut adalah beberapa cara
kerja umum yang dilakukan dalam pemeriksaan fisik sistem endokrin:
1. Observasi Visual
Pemeriksa akan melakukan observasi visual terhadap pasien untuk
mencari tanda-tanda fisik yang dapat mengindikasikan masalah pada sistem
endokrin. Ini meliputi perubahan kulit (misalnya, kekeringan atau kelembaban
yang berlebihan, kemerahan, perubahan pigmen), perubahan bentuk tubuh
(misalnya, perubahan berat badan, perubahan pada leher atau wajah), dan tanda-
tanda lain yang dapat muncul pada sistem endokrin.
2. Palpasi
Pemeriksa akan menggunakan tangan untuk memeriksa dan memeriksa
kelenjar endokrin yang terletak di dalam tubuh, seperti kelenjar tiroid, kelenjar
paratiroid, atau kelenjar adrenal. Pemeriksa akan meraba dan menggenggam area
yang relevan untuk mendeteksi adanya pembesaran, benjolan, kekakuan, atau
perubahan tekstur yang dapat mengindikasikan adanya masalah.
3. Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan neurologis mungkin dilakukan untuk mengevaluasi fungsi
saraf yang terkait dengan sistem endokrin. Ini dapat meliputi penilaian refleks,
kekuatan otot, koordinasi gerakan, dan pengujian sensorik yang spesifik untuk
mengidentifikasi adanya kelainan saraf yang terkait dengan masalah endokrin.
4. Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan klinis melibatkan penggunaan alat khusus untuk
mengevaluasi fungsi dan keadaan spesifik dari kelenjar endokrin. Misalnya,
pemeriksaan alat pendengaran digunakan untuk memeriksa gangguan
pendengaran yang terkait dengan masalah pada kelenjar tiroid atau adrenal.
Penggunaan sphygmomanometer (alat pengukur tekanan darah) dapat membantu
mengidentifikasi hipertensi yang dapat terkait dengan masalah hormonal.
5. Uji Laboratorium
Pemeriksaan fisik sering melibatkan pengambilan sampel darah atau urine
untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lanjut. Ini termasuk pengukuran
kadar hormon tertentu dalam darah, seperti hormon tiroid, insulin, kortisol, atau
hormon seks. Hasil dari tes laboratorium ini dapat memberikan informasi penting
tentang fungsi kelenjar endokrin dan membantu dalam diagnosis masalah pada
sistem endokrin.

Terdapat berbagai macam pemeriksaan endokrin. Beberapa jenis tes yang


umum meliputi:
1. Tes Darah
Tes darah merupakan prosedur pemeriksaan awal untuk mengevaluasi kadar
senyawa tertentu dalam tubuh pasien. Tindakan medis ini dilakukan dengan cara:
 Petugas medis akan mencari pembuluh darah vena mana pada bagian lengan yang

terlihat paling jelas, biasanya di bagian dalam lipat siku.


 Tali elastis lalu dipasangkan di lengan atas pasien agar darah terkumpul dan vena

mudah ditemukan.
 Pasien bisa diminta untuk mengepalkan tangan supaya pembuluh darah

vena lebih tampak.


 Petugas medis kemudian membersihkan area pengambilan darah dengan cairan

antiseptik untuk mencegah infeksi.


 Jarum kemudian ditusukkan pada vena pasien.

 Tabung khusus akan dipasang di belakang jarum untuk menamppung darah.

 Saat jumlah darah sudah cukup, jarum akan dilepaskan.

 Lokasi penusukan lalu dibersihkan dan ditutup dengan plester steril.

Tabung bersisi sampel darah pasien akan dikirim ke laboratorium untuk dianalisis
lebih lanjut.

2. Pencitraan
Pada penyakit endokrin tertentu, dibutuhkan pemeriksaan pencitraan. Tes ini
bertujuan memastikan diagnosis dan dilakukan dengan langkah-langkah berikut:
 USG
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi massa atau cairan pada jaringan
lunak. USG umumnya disarankan guna mengevaluasi nodul tiroid dan
pembesaran kelenjar getah bening di leher, serta mengidentifikasi pembesaran
kelenjar paratiroid.
 Endoscopic ultrasound
Endoscopic ultrasound menggunakan alat bernama endoskop untuk mendeteksi
masalah pada organ endokrin, khususnya pankreas. Endoskop memiliki lampu
dan kamera di ujungnya agar dokter bisa melihat kondisi organ secara langsung.
 CT scan
CT scan akan memberikan gambar struktur organ endokrin yang lebih jelas
daripada USG. Pasien bisa berbaring atau duduk selama proses ini berlangsung,
tergantung pada bagian tubuh yang diperiksa.
 Sestamibi scan
Pemeriksaan ini menggunakan zat pewarna radioaktif guna mendeteksi
pembesaran kelenjar paratiroid. Pewarna akan disuntikkan ke dalam pembuluh
darah pasien, lalu pemindaian akan dilakukan.
 PET scan
PET scan menggunakan zat kontras khusus yang keberadaannya dapat dilacak di
dalam tubuh ketika dan diserap oleh beberapa jaringan atau organ.
 Octreoscan
Octreoscan menggunakan obat octreotide. Pemeriksaan ini umumnya dilakukan
untuk mendeteksi tumor karsinoid dan tumor pankreas.
 Meta iodo benzo guanidine scan
MIBG scan bertujuan mendeteksi feokromositoma dan paraganglioma, serta
kanker yang telah menyebar ke organ tubuh lain.

3. Biopsi
Biopsi adalah prosedur pengambilan sampel, baik jaringan maupun
cairan. Pada pemeriksaan endokrin, biopsi yang dilakukan biasanya
adalah fine needle aspiration (FNA).
Di Indonesia, FNA lebih dikenal dengan istilah biopsi jarum halus
(BJH). Pada biopsi jenis ini, jarum berukuran tipis ditusukkan ke dalam area
yang akan diperiksa. Misalnya, di nodul kelenjar tiroid.

L. SISTEM ENDOKRIN PADA PEMBERIAN MEDIKASI ORAL, PARENTAL,


TOPIKAL, DAN SUPPOSITORIA
Sistem endokrin adalah sistem dalam tubuh yang terdiri dari kelenjar endokrin
yang menghasilkan hormon dan mengatur fungsi-fungsi penting dalam tubuh.
Pemberian medikasi dapat dilakukan melalui berbagai cara, termasuk oral (melalui
mulut), parental (melalui injeksi atau infus), topikal (melalui kulit), dan suppositoria
(melalui dubur). Berikut adalah penjelasan mengenai pemberian medikasi dalam
konteks sistem endokrin:
a. Medikasi Oral
Pemberian medikasi oral adalah metode yang umum digunakan untuk
mengobati masalah pada sistem endokrin. Melalui mulut, pasien menelan tablet,
kapsul, atau cairan yang mengandung hormon atau obat lain yang bekerja pada
sistem endokrin. Contoh medikasi oral pada sistem endokrin termasuk hormon tiroid
untuk penggantian hormon tiroid yang rendah, obat-obatan diabetes untuk mengatur
kadar gula darah, atau kortikosteroid untuk pengobatan penyakit autoimun.
b. Medikasi Parental
Pemberian medikasi parental adalah metode pemberian melalui injeksi atau
infus yang menghindari saluran pencernaan dan memungkinkan obat langsung
masuk ke dalam aliran darah. Jenis pemberian parental pada sistem endokrin
meliputi injeksi subkutan (di bawah kulit), injeksi intramuskular (ke dalam otot),
atau infus intravena (ke dalam pembuluh darah). Misalnya, insulin dapat diberikan
melalui injeksi subkutan untuk pengobatan diabetes.
c. Medikasi Topikal
Pemberian medikasi topikal adalah cara untuk mengaplikasikan obat langsung
ke kulit untuk penyerapan lokal atau sistemik. Dalam konteks sistem endokrin,
medikasi topikal dapat digunakan untuk menggantikan hormon tertentu atau
mengobati masalah kulit yang terkait dengan sistem endokrin. Contoh penggunaan
medikasi topikal adalah krim atau gel hormon tiroid untuk pengobatan
hipotiroidisme atau krim kortikosteroid untuk mengurangi peradangan pada
penyakit kulit yang terkait dengan gangguan endokrin.
d. Medikasi Suppositoria
Pemberian medikasi suppositoria adalah metode pemberian melalui dubur, yang
memungkinkan penyerapan obat melalui dinding rektum ke dalam aliran darah.
Meskipun tidak banyak medikasi yang secara khusus terkait dengan sistem endokrin
yang diberikan melalui suppositoria, ada beberapa kasus di mana suppositoria
hormon dapat digunakan dalam terapi penggantian hormon atau pengobatan gejala
spesifik. Misalnya, suppositoria progesteron dapat digunakan dalam pengobatan
kelainan menstruasi atau kondisi terkait hormon.
Dalam semua metode pemberian medikasi ini, penting untuk mengikuti
petunjuk dosis yang tepat, jadwal pemberian, dan aturan penggunaan yang diberikan
oleh dokter atau profesional kesehatan yang berwenang.
DAFTAR PUSTAKA

Satria, E. (2020). Fisiologi Sistem Endokrin. UNIK Press .


Pohan, D. J. (2021). Mata Kuliah: Blok 10 Sistem Endokrin, Metabolik & Nutrisi.
Nugroho, S. A. (2021). Anatomi Fisiologi Sistem Endokrin.
Manurung, N. (2017). Sistem endokrin. Deepublish.
Kwandou, W. (2013). ANALISIS PENCAPAIAN STANDAR KOMPETENSI DOKTER
INDONESIA UNTUK PENYAKIT SISTEM INDERA, KULIT, ENDOKRIN
METABOLIK DAN NUTRISI (Doctoral dissertation, Universitas Hasanuddin).
Mayo Clinic. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/infertility/diagnosis-
treatment/drc-20354322
Mayo Clinic. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/diabetes/diagnosis-
treatment/drc-20371451
Mayo Clinic Laboratories. https://endocrinology.testcatalog.org/search?q=%22mml-endo-
thyroid%22&sort=alpha
National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases.
https://www.niddk.nih.gov/health-information/endocrine-diseases/prolactinoma
University of Iowa Hospitals and Clinics. https://uihc.org/health-topics/endocrine-system-
diagnostic-tests

Anda mungkin juga menyukai