OLEH :
Kelompok 6
Putri Nurcahyani
Rosalina Ayu Wardani
Sri Wahyuni S.
Selviyanti
Sri Ramadhani Nur Ihsan
Rizky Nurawaliyah Yunus
Sri Nurhayati
mikroskopis sangat sederhana. Kelompok ini terdiri dari deretan sel-sel, lempengan atau
gumpalan sel disokong oleh jaringan ikat halus yang banyak mengandung pembuluh
kapiler. Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan
mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan,
namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Misalnya, medulla adrenal dan
kelenjar hipofise posterior yang mempunyai asal dari saraf (neural). Jika keduanya
dihancurkan atau diangkat, maka fungsi dari kedua kelenjar ini sebagian diambil alih oleh
sistem saraf. Kelenjar endokrin tidak memiliki saluran, hasil sekresi dihantarkan tidak
melaui saluran, tapi dari selsel endokrin langsung masuk ke pmbuluh darah. Selanjutnya
hormon tersebut dibawa ke sel-sel target (responsive cells) tempat terjadinya efek
hormon. Sedangkan ekresi kelenjar eksokrin keluar dari tubuh kita melalui saluran
khusus, seperti uretra dan saluran kelenjar ludah. Tubuh kita memiliki beberapa kelenjar
endokrin. Diantara kelenjar-kelenjar tersebut, ada yang berfungsi sebagai organ endokrin
murni artinya hormon tersebut hanya menghasilkan hormon misalnya kelenjar pineal,
1. Anamnesa
a. Data Demografi
Usia dan jenis kelamin merupakan data dasar yang penting. Beberapa gangguan
endokrin baru jelas dirasakan pada usia tertentu merupakan proses patologis sudah
usia dan gender , misalnya berat badan dan tinggi badan. Tenpat tinggal juga
merupakan data yang perlu di kaji, khususnya tempat tinggal pada masa bayi dan
seperti yang di alami klien atau gangguan tertentu yang berhubungan secara
a. Obesitas
d. Diabetes melitus
e. Infertilitas
menerjemahkan informasi yang ingin diketahui dengan bahasa yang sederhana dan di
dirasakan sekarang khususnya gangguan yang mungkin sudah berlangsung lama bila
mengganggu aktivitas klien, kondisi ini tidak di keluhkan. Tanda-tanda seks sekunder
yang tidak berkembang, misalnya amenore, bulu rambut tidak tumbuh, buah dada
tidak berkembang dan lain-lain. Berat badan yang tidak sesuai dengan usia, misalnya
selalu kurus meskipun banyak makan dan lain-lain. Gangguan psikologia seperti
mudah marah, sensiif, sulit bergaul dan tidak mampu berkonsentrasi, dan lain-lain.
Hospitalisasi, perlu dikaji alasan hospitalisasi dan kapan kejadiannya. Bila klien
dirawat beberapa kali, urutkan sesuai dengan waktu kejadiannya. Juga perlu
lalu. Penggunaan obat-obatan ini mencakup obat yang di peroleh dari dokter atau
obatan yang mengandung hormon atau yang dapat merangsang aktivitas hormonal
d. Riwayat Diit
Perubahan status nutrisi atau gangguan pada saluran pencernaan dapat saja
mencerminkan gangguan endokrin tertentu atau pola dan kebiasaan makan yang salah
dapat menjadi faktor penyebab, pleh karena itu kondisi berikut ini perlu di kaji:
Karena status sosial ekonomi nerupakan aspek yang sangat peka bagi banyak
atau nilai pendapatan melainkan lebih di fokuskan pada kualitas pengelolaan suatu
memperoleh makanan yang sehat dan bergizi, upaya mendapatkan pengobatan bila
klien dan keluarganya sakit dan upaya mempertahankan kesehatan klien dan keluarga
penafsiran
2) Apakah masalah atau gejala yang dirasakan terjadi secara tiba-tiba atau
umum
1) Tingkat Energi
langsung oleh ADH, aldosteron, dan kortisol. Kaji pola berkemih ak dan jml
vol urine
Secara langsung tumbang dibawah pengaruhi GH, Kelenjar tiroid dan kelenjar
a) Kaji gangguan tumbang yang dialami semenjak lahir atau terjadi selama
proses pertumbuhan
Pada wanita kaji siklus menstruasi (lamanya), volume, frek dan perubahan
fisik terutama sensasi nyeri atau kram abdomen. Jika bersuami kaji :
a) Apakah pernah hamil
b) Abortus
c) Melahirkan
5) Pada Pria kaji apakah K mampu ereksi dan orgasme. Dan kaji juga apakah
2. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik pada sistem endokrin mungkin dapat dilakukan hanya sebagian
dari keseluruhan pengkajian. atau mungkin sebagian sudah dapat diatasi sendiri oleh klien
Persiapan
endokrin termasuk inspeksi pada kulit. rambut dan kuku. raut muka. refleks dan sistem
muskuloskeletal. Pengukuran tinggi dan berat badan sangat penting seperti tanda-tanda
endokrin.
untuk tes refleks tendon bagian dalam. Utamakan latihan, perawat mengumpulkan
peralatan penting dan menjelaskan teknik kepada. klien untuk mengurangi cemas.
a. Kulit
hipotiroidisme.
kelembutan dan bilasan kulit bisa menjadi tanda pada klien dengan hipertiroidisme. Lesi
cushing syndrom
Variasi dan bentuk dan struktur muka mungkin dapat diindikasikan dengan
d. Kelenjar Thyroid
Palpasi kelenjar tyroid terhadap ukuran dan konsistensinya. Tidak membesar
pada klien dengan penyakit graves atau goiter. Minta klien untuk miringkan kepala ke
kanan Minta klien untuk menelan. Setelah klien menelan. pindahkan pada sebelah kiri.
selama palpasi pada dada kiri bawah metabolik. seperti yang ditunjukkan hanya pada
e. Fungsi Motorik
hipotiroidisnie
f. Fungsi sensorik
Stereognosis. Bandingkan kesimetrisan area pada kedua sisi dan tubuh. Dan
bandingkan bagian distal dan proksimal dan ekstremitas. minta klien untuk
menutup mata. Untuk mengetes nyeri gunakan jarum yang tajam dan tumpul.
3) Untuk tes temperature. gunakan botol yang berisi air hangat dan dingin.
karet) pada tangan klien. kemudian minta klien mengidentifikasi objek tersebut.
dan akromegali.
g. Struktur Muskuloskeletal . Inspeksi ukuran dan proporsional struktur tubuh klien
Orang jangkung, yang disebabkan karena insufisiensi growth hormon. Tulang yang
karpal)
Efek dan usia pada sistem endokrin sedikit lebih sulit untuk mendeteksi
dengan organ tubuh lain Walaupun demikian gangguan endokrin lebih banyak pada
menopause. Dari pria dan wanita, output anterior pituitary mengalami penurunan.
Umur yang relative terjadi perubahan pada struktur dan fungsi dan kelenjar
a) Kelenjar tiroid mengalami derajat yang sama dengan atropfi, fibrosis and
nodularity
c) Kelenjar adrenal kehilangan beberapa berat badan dan menjadi makin buruk,
fibrotik
d) Pada bagian anterior, kelenjar pituitary mengalami penurunan ukuran dan menjadi
mati/fibrotik.
e) Beberapa variasi yang normal dibandingkan dengan yang tidak, dapat menjadi
pada tangan.
- Seboroik, keratosis, penebalan pada area pigmentasi, dapat dilihat pada wajah
dan tangan.
- Kulit wajah menjadi louggar dan tulang menjadi lebih menonjol. Penurunan
3. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Dilakukan untuk melihat kondisi seila tursica (tumor atau atrofi). Tidak di
3) Ct Scan Otak
khusus.
d) Kadar thyroid stimulatin hormone (TSH) : Nilai normal 6-10 pg/ml, Untuk
tes supresi deksametason, Spesimen darah vena kurang lebih 5 cc dan urine
24 jam
Persiapan :
3. Bila obat harus diberikan lampirkan sejenis obat dan dosisnya pada
Pelaksanaan :
Hasil :
Normal bila:
1. Kadar ACTH dalam darah menurun kortisol darah kurang dari 5 mg/dl
Persiapan :
d) Dengan alat pengukur (di taruh di atas klenjer tiroid) di ukur radioaktif yang
bertahan
e) Dapat pula di ukur clearance yodium melalui ginjal dengan mengumpul kan
Hasil:
Banyak yodium yang ditahan oleh kalenjer tiroid di hitung dalam persentase
- Normal : 10-35%
2) T3 dan T4 Serum
a) Pemeriksaan fisik secara khusus tidak ada Spesimen darah vena 5-10 cc
b) Nilai normal pada dewasa: yodium bebas 0,1-0,6 mg/dl T3 0,2-0,3 mg/dl T4
6-12 mg/dl
Tujuan mengukur jumlah hormon tiroid (T3) atau thyrcid binding globulin
Nilai normal
Nilai normal 4-8 mg% dalam 100ml darah, Spesimen darah vena 5-10 cc, Klien
Persiapan :
Penatalaksanaan:
Pengukuran kalorimetri dengan menggunakan metabolator
nilai normal :
1) Percobaan Sulkowitch
Persiapan:
Penatalaksanaan:
kontrol.
2) Percobaan Ellwort-Howard
Cara pemeriksaannya :
Tujuannya untuk menilai kadar gula darah setelah puasa selama 8-10 jam.
Nilai normal
a) Dewasa : 70-110mg/dl
b) Anak-anak : 60-100mg/dl
c) Bayi : 50-80mg/dl
Persiapan
Pelaksanaan
d) Setelah pengambilan darah, klien diberi minum dan makan serta obat sesuai
program.
Salah satu masalah keperawatan yang berkaitan dengan sistem endokrin adalah kasus
diabetes melitus. Berikut asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem endokrin
(diabetes melitus) :
menyebabkan kadar gula yang tinggi. Diabetes Mellitus dapat menyebabkan berbagai
peningkatan kadar gula darah (hiperglikemia) akibat kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau keduanya (American Diabetic Association, 2004 dalam Smeltzer & Bare,
2008).
sistemik kronis yang ditandai dengan adanya peningkatan kadar glukosa darah
(hiperglikemia) akibat adanya defisiensi produksi insulin atau ketidakmampuan
Menurut ADA (American Diabetic Association) (2004); Smeltzer & Bare (2008)
a. DM tipe I
Sel beta pankreas yang menghasilkan insulin dirusak oleh proses autoimun
sehingga individu memproduksi insulin dalam jumlah sedikit atau tidak ada dan
b. DM tipe II
dan kegagalan fungsi sel beta yang mengakibatkan penurunan produksi insulin.
c. DM tipe lain
Diabetes dapat berkembang dari gangguan dan pengobatan lain. Kelainan genetik
dalam sel beta dapat memicu berkembangnya DM. Beberapa hormone seperti
d. Diabetes gestasional
Diabetes pada wanita yang terjadi peningkatan gula darah ketika kehamilan dan
terjadi 2-5% semua wanita hamil, tetapi hilang setelah melahirkan. Risiko terjadi
3. Etiologi
Menurut Lemon & Burke (2008); Smeltzer & Bare (2008) etiologi DM tipe 2
yaitu:
1. DM tipe I
DM tipe I disebabkan timbulnya reaksi autoimun karena peradangan sel beta. Hal
ini terjadi biasanya pada individu yang memiliki antigen HLA (Human Leucocyte
jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut sebagai
jaringan asing, sedangkan faktor lingkungan yaitu virus atau toksin yang memacu
2. DM tipe II
3. DM tipe lain
4. Diabetes gestasional
Diabetes gestasional terjadi selama kehamilan yang disebabkan oleh hormon yang
Menurut Lemon & Burke (2008); Smeltzer & Bare (2008) dalam Mulyati (2009)
b. Obesitas ( Berat badan ≥20 % berat ideal atau BMI ≥27 kg/m2)
sel reseptor insulin yang dapat bekerja di dalam sel pada otot skeletal dan jaringan
lemak. Obesitas merusak kemampuan sel beta untuk melepaskan insulin saat
c. Usia
anatomis, fisiologis, dan biokimia tubuh. Salah satu komponen tubuh yang
insulin, sel-sel target jaringan yang menghasilkan glukosa, sistem saraf, dan
hormon lain yang mempengaruhi kadar glukosa. Menurut WHO setelah usia 30
tahun, kadar glukosa darah akan naik 1-2 mg/dl/tahun pada saat puasa dan akan
d. Pernah teridentifikasi sebagai toleransi glukosa terganggu (TTGT) atau gula darah
f. Kadar HDL kolesterol ≤ 35 mg/dl (0,09 mmol/l) atau kadar trigliserida ≥ 259
5. Patofisiologi
ketonuria (keton di dalam urin) dan kadar natrium menurun serta pH serum menurun
dalam plasma tinggi (hiperglikemia) jika hiperglikemia melebihi ambang ginjal maka
meningkatkan pengeluaran urin (poliuri) dan timbul rasa haus (polidipsi) sehingga
metabolisme energi menjadi menurun sehingga tubuh menjadi lemah (Riyadi, 2008).
makanan dan oksigen ke perifer menjadi berkurang yang menyebabkan luka tidak
cepat sembuh karena suplai makanan dan oksigen tidak adekuat yang menyebabkan
terjadinya infeksi. Gangguan pembuluh darah akan menyebabkan aliran darah ke
retina menurun sehingga suplai makanan dan oksigen ke retina berkurang akibatnya
pandangna menjadi kabur. Salah satu akibat utama dari perubahan mikrovaskuler
yaitu pada perubahan struktur dan fungsi ginjal sehingga terjadi nefropati. Diabates
mempengaruhi syaraf-syaraf perifer, sistem syaraf otonom dan sistem syaraf pusat
6. Manifestasi Klinis
Menurut Smeltzer & Bare (2002), secara umum manifestasi klinis DM tipe II
meliputi:
a. Gejala Awal
Penurunan berat badan dalam waktu relatif singkat merupakan gejala awal
Terjadi peningkatan rasa haus. Hal ini terjadi akibat kelebihan pengeluaran
b. Gejala Kronis
1) Gangguan penglihatan
Pada malam hari penderita sering mengeluh sakit dan kesemutan pada kaki.
3) Gatal-gatal/bisul
kemaluan, daerah lipatan kulit seperti ketiak, paha, di bawah payudara dan
Gangguan ereksi atau disfungsi seksual sering dijumpai pada penderita laki-
5) Keputihan
Pada penderita DM wanita keputihan dan gatal merupakan gejala yang sering
infeksi.
7. Komplikasi
pendek dan komplikasi jangka panjang (Smeltzer & Bare, 2008; Black & Hawks,
a. Komplikasi akut
Terdapat 3 komplikasi akut utama pada pasien DM berhubungan dengan
b. Komplikasi kronis
1) Komplikasi makrovaskular
Dinding pembuluh darah menebal dan menjadi oklusi oleh plak yang
menempel pada dinding pembuluh darah. Jenis komplikasi yang paling sering
vaskular perifer.
2) Komplikasi mikrovaskular
masalah pelepasan oksigen dari hemoglobin (Porth, 2005 dalam Lemone &
3) Neuropati
8. Penatalaksanaan
a. Edukasi
yaitu aktivitas fisik, stress emosi dan fisik sehingga pasien harus
setiap individu, jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur,
1) Kebutuhan kalori
2) Karbohidrat
berlebihan dan lebih baik dicampur ke dalam sayuran atau makanan lain
daripada dipisah.
3) Lemak
4) Protein
Makanan sumber protein nabati seperti kacang-kacangan, biji-bijian utuh
dapat membantu mengurangi asupan kolesterol serta lemak jenuh. Protein 10-
c. Olahraga
pemakaian insulin, sirkulasi darah, dan tonus otot. Sebelum melakukan olahraga
1) Sulfonilurea
sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa. Obat golongan ini biasanya
diberikan pada pasien dengan BB normal dan bisa dipakai pada pasien yang
2) Biguanid
Preparat yang ada dan aman dipakai yaitu metformin. Sebagai obat tunggal
dianjurkan pada pasien gemuk (IMT= 30) untuk pasien yang berat lebih (IMT=
3) Insulin
maksimal. Dosis insulin oral atau suntikan dimulai dengan dosis rendah
kombinasi sulfonilurea dan insulin. Jenis insulin yaitu kerja cepat yaitu
regular insulin (RI) masa kerja 2-4 jam, yang kerja sedang yaitu NPH
dengan masa kerja 6-12 jam, dan kerja lambat yaitu protamine zinc insulin
9. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Darah
a) Gula darah puasa: glukosa lebih dari 120 mg/dl pada 2x tes.
1) Gula darah 2 jam pp : 200 mg/dl.
sewaktu
Nilai darah diagnostik : kurang dari 140 mg/dl dan hasil 2 jam serta satu nilai lain
4) HbA1C
Pemeriksaan ini untuk mengetahui kerja dan kondisi ginjal karena pada keadaan
DM kadar glukosa darah tinggi sehingga dapat merusak kapiler dan glomerulus ginjal
yang mengakibatkan gagal ginjal. Pemeriksaan reduksi urin dengan cara Benedic atau
menggunakan enzim glukosa. Hasil dapat dilihat melalui perubahan warna pada urine
yaitu:
+1 = Berwarna hijau, ada sedikit glukosa, belum pasti DM atau DM stadium dini/awal.
c. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik yang sesuai dengan
jenis kuman.
a. Anamnese
1) Identitas penderita
Identitas penderita yaitu nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk
2) Keluhan Utama
Keluhan uatama yaitu kesemutan pada tungkai bawah, rasa raba yang menurun,
luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau, dan nyeri pada luka.
Riwayat kesehatan sekarang yaitu kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka
yang ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas, riwayat
Riwayat kesehatan keluarga yaitu terdapat salah satu anggota keluarga yang
6) Riwayat psikososial
Keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan dan tanda –
tanda vital.
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, pembesaran pada leher, telinga berdenging,
gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi
mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, penglihatan kabur, diplopia, dan
3) Sistem integumen
Turgor kulit menurun, luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu
kulit di daerah sekitar ulkus dan ganggren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur
4) Sistem pernafasan
Sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM mudah terjadi infeksi.
5) Sistem kardiovaskuler
6) Sistem gastrointestinal
7) Sistem urinaria
Poliuri, retensi urin, inkontinensia urin, rasa panas atau sakit ketika berkemih.
8) Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat lelah, lemah
9) Sistem neurologis
disorientasi.
Menurut Smeltzer & Bare (2002), diagnosa keperawatan yang umum yang terjadi
perubahan sirkulasi.
yaitu:
Kriteria Hasil: TTV dalam batas normal, skala nyeri berkurang, klien tampak rileks.
Intervensi Keperawatan:
1) Pertahankan tirah baring ketika pasien mengalami gangguan rasa nyaman pada kaki.
2) Catat skala nyeri dan lapor sifat rasa nyeri dan gangguan rasa nyaman.
nyeri.
Kriteria Hasil: Klien menghabiskan 1 porsi diet yang disediakan sesuai dengan kalori
yang dianjurkan, klien tidak mengeluh mual, Hb dalam batas normal (normal: wanita
12-14 gr/dl), glukosa darah sewaktu 60-110 mg/dl, glukosa darah 2 jam PP < 200 mg/dl,
kolesterol total dalam batas normal (normal: 150-250 mg/dl), LLA dalam batas normal
(normal= 30 cm).
Intervensi Keperawatan:
1) Timbang berat badan atau ukur lingkar lengan atas seminggu sekali.
2) Tentukan program diet dan pola makan pasien sesuai dengan kondisi pasien dan
pencernaan untuk mengabsorbsi dan kemampuan sel untuk mengambil glukosa serta
3) Auskultasi bising usus, cata adanya nyeri abdomen, perut kembung, mual, muntah.
4) Libatkan anggota keluarga pasien dalam memantau waktu makan dan jumlah nutrisi
pasien.
Dengan pemberian insulin dosis optimal glukosa dapat masuk ke dalam sel dan
Kriteria Hasil: TTV (TD:100/80-140/90 mmHg, RR: 20-24 x/menit, HR: 80-
100x/menit, nadi perifer teraba pada arteri radialis, brakialis, dorsalis pedis, turgor kulit
< 2detik, urin output 1500 cc/hari, elektrolit dalam batas normal.
Intervensi Keperawatan:
kering pada kulit. Penurunan turgor kulit sebagai indikasi penurunan volum cairan
pada sel.
5) Batasi intake cairan dan makanan yang mengandung gula dan lemak.
sirkulasi.
Kriteria Hasil : Tanda-tanda infeksi tidak ada, tanda-tanda vital dalam batas normal (T
Intervensi Keperawatan:
2) Anjurkan untuk makan sesuai jumlah kalori yang dianjurkan dan membatasi
Rasional: Menurunkan risiko kadar gula darah tinggi merupakan media terbaik bagi
mikroorganisme.
3) Anjurkan kepada pasien dan keluarga untuk selalu menjaga kebersihan diri selama
perawatan.
Rasional: Kebersihan diri yang baik merupakan salah satu cara untuk mencegah
infeksi kuman.
Intervensi Keperawatan:
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan aktifitas dan latihan pasien tidak terganggu dan
Intervensi Keperawatan:
Tujuan: Pasien memperoleh informasi yang jelas dan benar tentang penyakitnya.
Kriteria Hasil: Pasien mengetahui tentang proses penyakit, diet, perawatan dan
pengobatannya dan dapat menjelaskan kembali bila ditanya, pasien dapat melakukan
Intervensi Keperawatan:
3) Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan pada pasien
4) Jelaskan prosedur yang dilakukan, manfaatnya bagi pasien dan libatkan pasien di
dalamnya.
Rasional: Penjelasan dan ikut secara langsung dalam tindakan yang dilakukan, pasien
diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, S.C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Mediakal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8.
Jakarta: EGC.
Black, J., & Hawks, J. (2005). Medical Surgical Nursing. (7 th ed). St Louis: Elsevier Saunders.
Syahbuddin, S. (2002). Diabetes Mellitus & Pengelolaannya. Balai Penerbit FK UI: Jakarta.
Smeltzer, S., & Bare. (2008). Brunner & Suddarth’s Textbook of medical surgical nursing.
Philadelphia: Lippincolt.
Soegondo, S., Soewondo, P. & Surbekti, J. (2007). Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu.
FK UI.