Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali
masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial
dan lingkungan (Effendy, 1995).
Pengkajian yang sistematis dalam keperawatan dibagi dalam empat tahap kegiatan,
yang meliputi ; pengumpulan data, analisis data, sistematika data dan penentuan masalah.
Adapula yang menambahkannya dengan kegiatan dokumentasi data (meskipun setiap
langkah dari proses keperawatan harus selalu didokumentasikan juga).
Pengumpulan dan pengorganisasian data harus menggambarkan dua hal, yaitu :
status kesehatan klien dan kekuatan – masalah kesehatan yang dialami oleh klien.
Pengkajian keperawatan data dasar yang komprehensif adalah kumpulan data yang
berisikan status kesehatan klien, kemampuan klien untuk mengelola kesehatan dan
keperawatannya terhadap dirinya sendiri dan hasil konsultasi dari medis atau profesi
kesehatan lainnya. Data fokus keperawatan adalah data tentang perubahan-perubahan
atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya, serta hal-hal yang
mencakup tindakan yang dilaksanakan kepada klien.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan suatu permasalahan, yaitu :
1. Apa definisi dan fungsi dari sistem endokrin?
2. Apa saja pengkajian umum dari sistem endokrin?
3. Bagaiamana pemeriksaan diagnostik dari sistem endokrin?
4. Bagaimana pemeriksaan darah dan urin dari sistem endokrin?

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Setelah mengikuti program pembelajaran diharapkan mahasiswa mampu
memahami tentang pengkajian pada sistem endokrin.
2. Tujuan khusus
Setelah mengikuti program pembelajaran dengan metode diskusi yang
berjudul pwngkajian pada sistem endokrin mahasiswa mampu memahami tentang:
1
1. Mampu mengetahui definisi dan fungsi sistem endokrin.
2. Mampu mengetahui pengkajian umum sistem endokrin.
3. Mampu mengetahui pemeriksaan diagnostik sistem endokrin.
4. Mampu mengetahui pemeriksaan darah dan urin sistem endokrin.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Sistem Endokrin


Sistem endokrin merupakan sistem control kelenjar tanda saluran ductless yang
menghasilkan hormone yang tersirkulasi di tubuh yang melalui aliran arah utuk
mempengaruhi organ-organ lainnya. Hormon bertindak sebagai pembawa pesan dan
dibawa oleh aliran darah keberbagai sel dalam tubuh yang selanjutkan akan
menerjemahkan pesan menjadi suatu tindakan.
Fungsi sistem endokrin untuk membantu mengatur dan menjaga berbagai fungsi
tubuh dengan melepaskan hormone sebagai pesan kimia.
Fungsi kelenjar endokrin dapat diketahui melalui pengkajian kesehatan dengan
wawancara untuk mengumpulkan data subyektif dan pengkajian fisik untuk
mengumpulkan data obyektif. Beberapa hormon mempengaruhi seluruh jaringan tubuh dan
organ-organ dan manifestasi dari disfungsi nonspesifik, membuat pengkajian fungsi
endokrin lebih rumit dibandingkan dengan sistem lainnya.

B. Pengkajian Umum Sistem Endokrin


1) Data Demografi
2
Usia dan jenis kelamin merupakan data dasar yang penting. Beberapa
gangguan endokrin baru jelas dirasakan pada usia tertentu merupakan proses patologis
sudah berlangsung sejak lama. Kelainan-kelainan somatik harus selalu dibandingkan
dengan usia dan gender , misalnya berat badan dan tinggi badan. Tenpat tinggal juga
merupakan data yang perlu di kaji, khususnya tempat tinggal pada masa bayi dan
kanak-kanak dan juga tempat tinggal klien sekarang.
2) Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengkaji kemungkinan adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan
seperti yang di alami klien atau gangguan tertentu yang berhubungan secara langsumg
dengan gangguan hormonal seperti:
a. Obesitas
b. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
c. Kelainan pada kelenjar tiroid
d. Diabetes mellitus
e. Infertilitas
Dalam mengidentivikasi informasi ini tentunya perawat harus dapat
menerjemahkan informasi yang ingin diketahui dengan bahasa yang sederhana dan di
mengerti oleh klien atau keluarga.
3) Riwayat Kesehatan dan Keperawatan Klien
Perawat mengkaji kondisi yang pernah dialami oleh klien di luar gangguan yang
dirasakan sekarang khususnya gangguan yang mungkin sudah berlangsung lama bila
di hubungkan dengan usia dan kemungkinan penyebabnya namun karena tidak
mengganggu aktivitas klien, kondisi ini tidak di keluhkan.
Tanda-tanda seks sekunder yang tidak berkembang, misalnya amenore, bulu
rambut tidak tumbuh, buah dada tidak berkembang dan lain-lain. Berat badan yang
tidak sesuai dengan usia, misalnya selalu kurus meskipun banyak makan dan lain-lain.
Gangguan psikologis seperti mudah marah, sensiif, sulit bergaul dan tidak
mampu berkonsentrasi, dan lain-lain.
Hospitalisasi, perlu dikaji alasan hospitalisasi dan kapan kejadiannya. Bila klien
dirawat beberapa kali, urutkan sesuai dengan waktu kejadiannya.
Juga perlu memperoleh informasi tentang penggunaan obat-obatan di saat
sekarang dan masa lalu. Penggunaan obat-obatan ini mencakup obat yang di peroleh
dari dokter atau petugas kesehatan maupun obat-obatan yang di peroleh secara
bebas.jenis obat-obatan yang mengandung hormon atau yang dapat merangsang
aktivitas hormonal seperti hidrokortison;levothyroxine; kontrasepsi oral; dan obat-
obatan anti hipertensif.
4) Riwayat Diit

3
Perubahan status nutrisi atau gangguan pada saluran pencernaan dapat saja
mencerminkan gangguan endokrin tertentu atau pola dan kebiasaan makan yang salah
dapat menjadi faktor penyebab, pleh karena itu kondisi berikut ini perlu di kaji:
a. Adanya nausea, muntah dan nyeri abdomen
b. Penurunan atau penambahan berat badan yang drastic
c. Selera makan yang menurun atau bahkan berlebihan
d. Pola makan dan minum sehari-hari
e. Kebiasaan mengkonsumsi makanan yang dapat mengganggu fungsi endokrin,
seperti makanan yang bersifat goitrogenik terhadap kelenjar tiroid
5) Status Sosial Ekonomi
Karena status sosial ekonomi nerupakan aspek yang sangat peka bagi banyak
orang maka hendaknya dalam mengidentifikasi kondisi ini perawat melakukannya
bersama-sama dengan klien. Menghindarkan pertanyaan yang mengarah pada jumlah
atau nilai pendapatan melainkan lebih di fokuskan pada kualitas pengelolaan suatu
nilai tertentu. Mendiskusikan bersama-sama bagaiman klien dan keluarganya
memperoleh makanan yang sehat dan bergizi, upaya mendapatkan pengobatan bila
klien dan keluarganya sakit dan upaya mempertahankan kesehatan klien dan keluarga
tetap optimal dapat mengungkapkan keadaan sosial ekonomi klien dan menyimpulkan
bersama-sama merupakan upaya untuk mengurangi kesalahan penafsiran
6) Masalah Kesehatan Sekarang
Atau disebut juga keluhan utama. Perawat memfokuskan pertanyaan pada hal-hal
yang menyebabkan klien meminta bantuan pelayanan seperti :
a. Apa yang di rasakan klien?
b. Apakah masalah atau gejala yang dirasakan terjadi secara tiba-tiba atau
perlahan dan sejak kapan dirasakan?
c. Bagaimana gejala itu mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari?
d. Bagaimana pola eliminasi baik fekal maupun urine?
e. Bagaimana fungsi seksual dan reproduksi?
f. Apakah ada perubahan fisik tertentu yang sanat menggangu klien?
Hal-hal yang berhubungan dengan fungsi hormonal secara umum :
1) Tingkat energi
Perubahan kekuatan fisik di hubungkan dengan sejumlah gangguan
hormonal khususnya disfungsi kelenjar tiroid dan adrenal.perawat
mengakaji bagaimana kemampuan klien dalam melakukan aktivitas sehari-
hari, apakah dapat di lakukan sendiri tanpa bantuan, dengan bantuan atau
sama sekali klien tidak berdaya melakukannya atau bahkan klien tidur
sepanjang hari merupakan informasi yang sangat penting. Kaji juga
bagaimana asupan makanan klien apkah berlebih atau kurang.

4
2) Pola eliminasi dan keseimbangan cairan
Pola eliminasi khususnya urine dipengaruhi oleh fungsi endokri.
Secara langsung oleh ADH,Aldosteron, dan kortisol.perawat menanyakan
tentang pola berkemih dan jumlah volume urine. Dan apakah klien sering
terbangun malam hari untuk berkemih. Nyatakan volume urine dalam gelas
untuk memudahkan persepsi klien. Eliminasi urine tentu sangat
berhubungan erat dengan keseimbangan air dan elektrolit tubuh. Bila dari
hasil anamnesa ada hal yang mengindikasikan voume urine berlebih,
pertanyaan kita di arahkan lebih jauh ke kemungkinan klien kekurangan
cairan, kaj apakah klien mengalami gejala kurang cairan dan bagaimana
klien mengatasinya. Tanyakan seberapa besar volume cairan yang
dikonsumsi setiap hari. Kaji pola sebelum sakit untuk membandingkan pola
sebelum sakit untuk membandingan pola yang ada sekarang.
3) Pertumbuhan dan perkembangan
Secara langsung pertumbuhan dan perkembangan ada di bawah
pengaruh GH, kelenjar tiroid dan kelenjar gonad. Gangguan pertumbuhan
dan perkembangan dapat saja terjadi semenjak di dalam kandungan bila
hormon yang mempengaruhi tumbang fetus kurang seperti hipotiroid pada
ibu. Kondisi ini dapat pula terjadi setelah bayi lahir artinya selama proses
tumbang terjadi disfungsi GH atau mungkin Gonad dan kelenjar tiroid.
Perlu mengkaji gangguan ini apakah terjadi semenjak bayi di lahirkan
dengan tubuh yang kerdil, atau terjadi selama proses pertumbuhsn dan
bahkan tidak dapat di identifikasi jelas kapan mulai tampak gejala tersebut.
Mengkajisecara lengkap pertambahan ukuran tubuh dan fungsinya misalnya
bagaimaa tingkat intelegensia, kemampuan berkomunikasi, inisiatif dan rasa
tanggung jawab. Kaji pula apakah perubahan fisik tersebut mempengaruhi
kejiwaan klien.
4) Seks dan Reproduksi
Fungsi seksual dan reproduksi sama penting untuk di kaji baik klien
wanita maupun pria. Pada klien wanita, kaji siklus menstruasinya mencakup
lama, volume, frekuensi dan perubahan fisik termasuk sensasi nyeri atau
kramp abdomen sebelum selama dan sesudah haid. Untuk volume gunakan
satuan jumlah pembalut yang di gunakan, kaji pula pada umur berapa klien
pertama kali menstruasi. Bila klien bersuami , kaji apakah pernah hamil,

5
abortus, dan melahirkan. Jumlah anak yang pernah di lahirkan dan apakah
klien menggunakan cara tertentuuntuk membatasi kelahiran atau cara untuk
mendapatkan keturunan. Pada klien pria, kaji apakah klien mampu ereksi
dan orgasme dan bagaimana perasaan klien setelah melakukannya, adakah
perasaan puas dan menyenangkan. Tanyakan pula adakah perubahan bentuk
dan ukuran alat genitalnya.
Mengkaji hal-hal yang berhubungan dengan seks masih seringkali
menjadi hal yang tabu untuk di perbincangkan padahal seharusnya itu tidak
perlu terjadi. Jika perbincagan tentang seks ii di lakukan dalam konteks
therapi maka tidak perlu malu. Perawat perlu mawas diri dengan
perasaannya, bersikap dewasa, dan berwibawa sehingga perasaan segan dan
malu dapat diminimalkan bahkan dihilangkan.
5) Pemeriksaan fisik
Melalui pemeriksaan fisik ad dua aspek utama yang dapat di
gambarkan yaitu:
a. Kondisi kelenjar endokrin.
b. Kondisi jaringan atau organ sebagai dampak dari kondisi endokrin.
Pemeriksaan fisik terhadap kondisi kelenjar hanya dapat dilakukan
terhadap kelenjar tiroid dan kelenjar gomad pria (testes).Secara
umum,tekhenik pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan dalam memperoleh
berbagai penyimpangan fungsi adalah :
a) Inspeksi
Disfungsi sistem endokrin akan menyebabkan perubahan
fisik sebagai dampaknya terhadap pertumbuhan dan perkembangan,
kesembangan cairan dan elektrolit , seks dan reproduksi,
metabolisme dan energi.Berbagai pperubahan fisik dapat
berhubungan dengan satu atau lebih gangguan endokri, oleh karena
itu dalam melakukan pemeriksaan fisik, perawat tetap berpedoman
pada pengkajian yang komprehensif dengan penekanan pada
gangguan hormonal tertentu dan dampaknya terhadap jaringan
sasaran dan tubuh secara keseluruhan. Jadi menggunakan
pendekatan head-to-toe saja atau menggabungkannya dengan
pendekatan sistem, kedua-duanya dapat digunakan Pertama-tama,
amatilah penampilan umum klien apakah tampak kelemahan berat,
sedang dan ringan dan sekaligus amati bentuk dan proporsi tubuh.

6
Pada pemeriksaan wajah, fokuskan pada abnormalitas struktur,
bentuk dan ekspresi wajah seperti bentuk dahi, rahang dan bibir.pada
mata amati adannya edema periorbita dan exopthalmus serta apakah
ekspresi wajah datar atau tumpul. Amati lidah klien terhadap
kelainan bebtuk dan penebalan, ada tidaknya tremor pada saat diam
atau bila digerakkan. Kondisi ini biasanya terjadi pada gangguan
tiroid.
Didaerah leher, apakah leher tampak membesar, simetris atau
tidak. Pembesaran leher dapat disebabkan pembesaran kelenjar tiroid
dan untuk meyakinkannya perlu dilakukan palpasi.Distensi atau
bendungan pada vena jugularis dapat mengidemtifikasikan kelebihan
cairan atau kegagalan jantung. Amati warna kulit(hiperpigmentasi
atau hipopigmentasi) pada lehe, apakah merata dan cacat lokasinya
dengan jelas. Bila dijumpai kelainan kulit leher, lanjutkan dengan
memeriksa lokasi yang lain di tubuh selakigus. Infeksi jamur,
penembuhan luka yang lama, bersisik dan petechiae lebih sering
dijumpai pada klien dengan hiperfungsi adrenokortikal.
Hiperpigmentasi pada jari, siku dan lutut dijumpai pada klien
hipofungsi kelenjar adrenal.Vitiligo atau hipopigmentasi pada kulit
tampak pada hipofungsi kelenjar adrenal sebagai akibat destruksi
melanosit dikulit oleh proses autoimun. Hipopigmentasi biasa terjadi
di wajah, leher, dan ekstremitas. Penumpukan masa otot yang
berlebihan pada leher bagian belakang yang biasa disebut Bufflow
neck atau leher/punuk kerbau dan terus sampai daerah clavikula
sehingga klien tampak seperti bungkuk, terjadi pada klien
hiperfungsi adrenokortikal. Amati bentuk dan ukuran dada,
pergerakan dan simetris tidaknya.
Ketidakseimbangan hormonal khususnya hormon seks akan
menyebabkan perubahan tanda seks sekunder, oleh sebab itu amati
keadaan rambut axila dan dada. Pertumbuhan rambut yang
berlebihan pada dada dan wajah wanita disebut hirsutisme. Pada
buah dada amati bentuk dan ukuran, simetris tidaknya, pigmentasi
dan adanya pengeluaran cairan. Striae pada buah dada atau abdomen

7
sering dijumpai pada hiperfungsi adrenokortikal.Bentuk abdomen
cembung akibat penumpukan lemak centripetal dijumopai pada
hiperfungsi adrenokortikal.Pada pemeriksaan genetalia, amati
kondisi skrotum dan penis juga klitoris dan labia terhadap kelainan
bentuk.
b) Palpasi
Kelenjar tiroid dan testes, dua kelenjar yang dapat diperiksa
melalui rabaan. Pada kondisi normal, kelenjar tiroid tidak teraba
namun isthmus dapat diraba dengan menengadahkan kepala klien.
Lakukan palpasi kelenjar tiroid perlobus dan kaji ukuran, nodul
tinggal atau multipel, apakah ada rasa nyeri pada saat di palpasi.
Pada saat melakukan pemeriksaan, klien duduk atau berdiri sama
saja namun untuk menghindari kelelahan klien sebaiknya posisi
duduk.Untuk hasil yang lebih baik, dalam melakukan palpasi
pemeriksa berada dibelakang klien dengan posisi kedua ibu jari
perawat dibagian belakang leher dan keempat jari-jari lain ada diatas
kelenjar tiroid.
Palpasi testes di lakukan dengan posisi tidur dan tangan
perawat harus dalam keadaan hangat. Perawat memegang lembut
began ibu jari dan dua jari lain, bandingkan yang satu dengan yang
lainnya terhadap ukuran/besarnya, simetris tidaknya nodul.
Normalnya testes teraba lembut, peka terhadap sinaar dan sinyal
seperti karet.
c) Auskultasi
Mendengarkan bunyi tertentu dengan bantuan stetoskop
dapat menggambarkan berbagai perubahan dalam tubuh.Auskultasi
pada daerah leher, diatas kelenjar tiroid dapat mengidentifikasi“
bruit“. Bruit adalah bunyi yang dihasilkan oleh karena turbulensi
pada pembuluh darah tiroidea. Dalam keadaan normal, bunyi ini
tidak terdengar. Dapat diidentifikasi bila terjadi peningkatan sirkulasi
darah ke kelenjar tiroid sebagai dampak peningkatan aktivitas
kelenjar tiroid.
Auskultasi dapat pula dilakukan untuk mengidentifikasi
perubahan pada pembuluh darah dan jantung seperti tekanan darah,
ritme dan rate jantung yang dapat menggambarkan gangguan
8
keseimbangan cairan, perangsangan katekolamin dan perubahan
metabilisme tubuh.
6) Pengkajian Psikososial
Perawat mengkaji keterampilan koping, dukungan keluarga, teman,
dan handai taulan serta bagaimana keyakinan klien tentang sehat sakit.
Sejaumlah ganguan endokrin yang serius mempengaruhi persepsi klien
terhadap dirinya sendiri oleh karena perubahan-perubahan yang dialami
menyangkut perubahan fisik, fungsi seksual dan reproduksi dan lain-lain yang
akan mempengaruhi konsep dirinya. Kemampuan klien dan keluarga dalam
memberi perawatan di rumah termasuk penggunaan obat-obatan yang
biasanya dapat berlangsung lama perlu dikaji.

C. Pengkajian Diagnostik Sistem Endokrin


1) Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Hipofise
a. Foto Tengkorak (kranium)
Dilakukan untuk melihat sella tursika. Dapat terjadi tumor atau juga atropi.
Tidak dibutuhkan persiapan fisik secara khusus, namun pendidikan kesehatan
tentang tujuan dan prosedur sangatlah penting.
b. Foto tulang (osteo)
Dilakukan untuk melihat kondisi tulang. Pada klien dengan gigantisme
akan dijumpai ukuran maupun panjangnya. Pada akromegali akan dijumpai
tulang-tulang perifer yang bertambah ukurannnya ke samping. Persiapan fisik
secara khusus tidak ada, pendidikan kesehatan diperlukan.
c. CT scan Otak
Dilakukan untuk melihat kemungkinan adanya tumor pada hipofise atu
hipotalamus melalui komputerisasi. Tidak ada persiapan fisik secara khusus,
namun diperlukan penjelasan agar klien dapat diam bergerak selama prosedur.
2) Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Tiroid
a. Up take Radioaktif ( RAI )
Tujuan pemeriksaan adalah untuk mengukur kemampuan kelenjar tiroid
dalam menangkap iodida.
Persiapan:
a) Klien puasa 6-8 jam
b) Jelaskan tujuan dan prosedur
Pelaksanaan:
a) Klien diberi Radioaktif Jodium (I131) per oral sebanyak 50 microcuri.
Dengan alat pengukur yang ditaruh di atas kelenjar tiroid diukur
radioaktif yang tertahan.

9
b) Juga dapat diukur clearence I131 melalui ginjal dengan mengumpulkan
urin selama 24 jam dan diukur kadar radioaktif jodiumnya.
Banyaknya I131 yang ditahan oleh kelenjar tiroid dihitung dalam
persentase sebagai berikut:
 Normal : 10-35%
 Kurang dari : 10% disebut menurun , dapat terjadi pada
hipotiroidisme.
 Lebih dari : 35 % disebut meninggi, dapat terjadi pada
tirotoxikosis atau pada defisiensi jodium yang sudah lama dan
pada pengobatan lama hipertiroidisme.
b. T3 dan T4 Serum
Persiapan fisik secara khusu tidak ada. Spesimen yang dibutuhkan adalah
darah vena sebanyak 5-10 cc.
a. Nilai normal pada orang dewasa:
 Jodium bebas : 0.1-0.6 mg/dl
 T3 : 0.2-0.3 mg/dl
 T4 : 6-12 mg/dl
b. Nilai normal pada bayi/anak:
 T3 : 180-240 mg/dl
c. Up take T3 Resin
Bertujuan untuk mengukur jumlah hormon tiroid ( T3 ) atau tiroid binding
globulin (TBG) tak jenuh. Bila TBG naik berarti hormon tiroid bebas meningkat.
Peningkatan TBG terjadi pada hipertiroidisme. Dibutuhkan spesimen darah vena
sebanyak 5 cc. Klien puasa selama 6-8 jam.
Nilai normal pada :
 Dewasa : 25-35 % uptake oleh resin
 Anak : pada umumya tidak ada
d. Protein Bound Iodine (PBI)
Bertujuan mengukur jodium yang terikat dengan protein plasma. Nilai
normal 4-8 mg% dalam 100 ml darah. Spesimen yang dibutuhkan darah vena
sebanyak 5-10 cc. Klien dipuaskan sebelum pemeriksaan sebelum pemeriksaan
6-8 jam.
e. Laju Metabolisme Basal (BMR)
Bertujuan untuk mengukur secara tidak langsung jumlah oksigen yang
dibutuhkan tubuh di bawah kondisi basal selama beberapa waktu.
Persiapan:
a) Klien puasa sekitar 12 jam
b) Hindari kondisi yang menimbulkan kecemasan dan stress
c) Klien harus tidur paling tidak 8 jam
d) Tidak mengkonsumsi obat-obat analgesik dan sedative
e) Jelaskan pada klien tujuan pemeriksaan dan prosedurnya
10
f) Tidak boleh bangun dari tempat tidur sampai pemeriksaan dilakukan
Pelaksanaan :
a) Segera setelah bangun, dilakukan pengukuran tekanan darah dan nadi
dihitung dengan rumus BMR (0.75 × pulse ) + ( 0.74 × Tek Nadi ) -72.
nilai normal BMR : -10 s/d 15 %
f. Scanning Tyroid
Dapat digunakan dengan beberapa tehnik antara lain :
a) Radio Iodine Scanning. Digunakan untuk menentukan apakah nodul
tiroid tunggal atau majemuk dan apakah panas atau dingin ( berfungsi
atau tidak berfungsi ). Nodul panas menyebabkan hipersekresi jarang
bersifat ganas.
b) Up take Iodine. Digunakan untuk menentukan pengambilan jodium dari
plasma. Nilai normal 10 s/d 30 % dalam 24 jam.
3) Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Paratiroid
a. Percobaan Sulkowitch
Dilakukan untuk memeriksa perubahan jumlah kalsium dalam urine,
sehingga dapat diketahui aktivitas kelenjar paratiroid. Percobaan dilakukan
dengan menggunakan Reagens Sulkowitch. Bila pada percobaan tidak terdapat
endapan maka kadar kalsium plasma diperkirakan antara 5 mg/dl. Endapan
sedikit (fine white cloud) Menunjukkan kadar kalsiun darah normal (6 ml/dl).
Bila endapan banyak, kadar kalsium tinggi.
Persiapan :
a) Urine 24 jam ditampung ditampung.
b) Makanan rendah kalsium 2 hari berturut-turut.
Pelaksanaan :
a) Masukkan urin 3 ml ke dalam 2 tabung.
b) Ke dalam tabung pertama dimasukkan reagens sulkowitch 3 ml, tabung
kedua hanya sebagai kontrol.
Pembacaan hasil secara kuantitatif :
a) Negatif (-) : tidak terjadi kekeruhan
b) Positif (+) : terjadi kekeruhan yang halus
c) Positif (++) : kekeruhan sedang
d) Positif (+++) : kekeruhan banyak timbul dalam waktu kurang dari 20
detik
e) Positif (++++) : kekeruhan hebat, terjadi seketika
b. Percobaan Ellwort – Howard
Percobaan didasarkan pada diuresis pospor yang dipengaruhi oleh
parathormon. Cara pemeriksaan: klien disuntik dengan parathormon melalui
intravena kemudian urin ditampung dan diukur kadar pospornya.pada

11
hipoparatiroid, diuresis pospor bisa mencapai 5-6 kali nilai normal. Pada
hiperparatiroid, diuresis pospornya tidak banyak berubah.
c. Percobaan Kalsium Intravena
Percobaan ini berdasarkan pada anggapan bahwa bertambahnya kadar
serum kalsium akan menekan pembentukkan parathormon. Normal bila pospor
serum meningkat dan pospor diuresis berkurang. Pada hiper paratiroid, pospor
serum dan pospor diuresis tidak banyak berubah. Pada hipoparatiroid, pospor
serum hampir tidak mengalami perubahan tetapi pospor diuresis meningkat.
d. Pemeriksaan radiologi
Persiapan khusus tidak ada. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat
kemungkinan adanya kalsifikasi tulang, penipisan dan osteoporosis. Pada
hipotiroid, dapat dijumpai kalsifikasi bilateral pada dasar tengkorak. Densitas
tulang bisa normal atau meningkat. Pada hipertiroid, tulang menipis, terbentuk
kista dalam tulang serta tuberculae pada tulang.
e. Pemeriksaan Elektrokardiogran ( EKG )
Persiapan khusus tidak ada. Pemeriksaan ini bertujuan untuk
mengidentifikasi kelainan gambaran ekg akibat perubahan kadar kalsium serum
terhadap otot jantung. Pada hiperparatiroid, akan dijumpai gelombang Q – T
yang memanjang sedangkan pada hiperparatiroid interval Q – T mungkin normal
f. Pemeriksaan Elektromiogram ( EMG )
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi perubahan kontraksi
otot akibat perubahan kadar kalsium serum. Persiapan khusus tidak ada.
4) Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Pankreas
Jenis pemeriksaannya adalah gula darah puasa. Bertujuan untuk menilai kadar
gula darah setelah puasa selama 8-10 jam.
Nilai normal :
a) Dewasa : 70-110 md/dl
b) Bayi : 50-80 mg/d
c) Anak-anak :60-100 mg/dl
Persiapan
a) Klien dipuasakan sebelum pemeriksaan dilakukan
b) Jelaskan tujuan prosedur pemeriksaan

Pelaksanaan
a) Spesimen adalah darah vena lebih kurang 5 s/d 10cc.
b) Gunakan anti koagulasi bila pemeriksaan tidak dapat dilakukan segera.
c) Bila klien mendapatkan pengobatan insulin atau oral hipoglikemik untuk
sementara tidak diberikan.
d) Setelah pengambilan darah, klien diberi makan dan minum serta obat-obatan
sesuai program.

12
e) Gula darah 2 jam setelah makan. Sering disingkat dengan gula darah 2 jam PP
(post prandial). Bertujuan untuk menilai kadar gula darah dua jam setelah
makan. Dapat dilakukan secara bersamaan dengan pemeriksaan gula darah puasa
artinya setelah pengambilan darah puasa,kemudian klien disuruh makan
menghabiskan porsi yang biasa lalu setelah dua jam kemudian dilakukan
pengukuran kadar gula darahnya. Atau bisa juga dilakukan secara terpisah
tergantung paad kondisi klien.
f) Prinsip persiapan dan pelaksanaan sama saja namun perlu di ingat waktu yang
tepat untuk pengambilan spesimen karena hal ini dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan. Bagi klien yang mendapat obat-obatan senentara dihentikan
sampai pengambilan spesimen dilakukan.
5) Pemeriksaan Diagnostik pada Kelenjar Adrenal
a. Pemeriksaan Hemokonsentrasi darah
Nilai normal pada :
 Dewasa wanita :37-47 %
 Pria : 45-54%
 Anak-anak :30-40%
 Neonatal :44-62%
Tidak ada persiapan secara khusus. Spesimen darah dapat diperoleh dari
perifer seperti ujung jari atau melalui pungsi intravena. Bubuhi antikoagulan ke
dalam darah untuk mencegah pembekuan.
b. Pemeriksaan Elektrolit Serum ( Na, K, Cl ), dengan nilai normal :
 Natrium : 310 – 335 mg ( 13.6 – 14 meq / liter )
 Kalium : 14 -20 mg% ( 3.5 – 5.0 meq/liter )
 Chlorida : 350-375 mg% (100-106 meq /liter)
Pada hipofungsi adrenal akan terjadi hipernatremi dan hipokalemi, dan
sebaliknya terjadi pada hiperfungsi adrenal yaitu hiponatremia dan
hiperkalemia. Tidak diperlukan persiapan fisik secara khusus.

D. Pemeriksaan darah dan urine


1) Kadar Growth Hormon
Nilai normal 10µg/ml pada anak dan orang dewasa. Pada bayi di bulan-
bulan pertama kelahiran nilai ini meningkat kadarnya. Spesimen adalah darah
venalebih kurang 5 cc. Persiapan khusus secara fisik tidak ada.
2) Kadar Tiroid Stimulating Hormon (Tsh)
Nilai normal 6-10 µg/ml. Dilakukan untuk menentukan apakah gangguan
tiroid bersifat primer atau sekunder. Dibutuhkan darah lebih kurang 5 cc. Tanpa
persiapan secara khusus.
3) Kadar Adenokartiko Tropik (Acth)

13
Pengukuran dilakukan dnegan test supresi deksametason. Spesimen yang
diperlukan adalah darah vena lebih kurang 5 cc dan urin 24 jam.
Persiapan:
a. Tidak ada pembatasan makan dan minum
b. Bila klien menggunakan obat-obatan seperti kortisol dan antagonisnya,
dihentikan lbih dahulu 24 jam sebelumnya.
c. Bila obat-obatan harus diberikan, lamirkan jenis obat dan dosisnya pada
lembar pengiriman specimen
d. Cegah stress fisik dan psikologis
Pelaksanaan:
a. Klien diberi deksametason 4 × 0.5 ml/hari selama-lamanya dua hari
b. Besok paginya darah vena diambil sekitar 5 cc
c. Urine ditampung selama 24 jam
d. Kirim spesimen ( darah dan urin ) ke laboratorium
Hasil, Normal bila ;
a. ACTH menurun kadarnya dalam darah. Kortisol darah kurang dari 5
ml/dl
b. 17-Hydroxi-Cortico-Steroid (17-OHCS ) dalam urin 24 jam kurang dari
2.5 mg.
Cara sederhana dapat juga dilakukan dengan pemberian deksametason 1
mg per oral tengah malam , baru darah vena diambil lebih kurang 5 cc pada pagi
hari dan urin ditampung selama 5 jam. Spesimen dikirim ke laboratorium. Nilai
normal bila kadar kortisol darah kurang atau sama dengan 3 mg/dl dan ekskresi
OHCS dalam urin 24 jam kurang dari 2.5 mg.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sistem endokrin merupakan sistem control kelenjar tanda saluran ductless yang
menghasilkan hormone yang tersirkulasi di tubuh yang melalui aliran arah utuk
mempengaruhi organ-organ lainnya. Hormon bertindak sebagai pembawa pesan dan
dibawa oleh aliran darah keberbagai sel dalam tubuh yang selanjutkan akan
menerjemahkan pesan menjadi suatu tindakan.
Pengkajian yang sistematis dalam keperawatan dibagi dalam empat tahap kegiatan,
yang meliputi ; pengumpulan data, analisis data, sistematika data dan penentuan masalah.
Adapula yang menambahkannya dengan kegiatan dokumentasi data (meskipun setiap
langkah dari proses keperawatan harus selalu didokumentasikan juga).
Fungsi kelenjar endokrin dapat diketahui melalui pengkajian kesehatan dengan
wawancara untuk mengumpulkan data subyektif dan pengkajian fisik untuk
mengumpulkan data obyektif. Beberapa hormon mempengaruhi seluruh jaringan tubuh dan
organ-organ dan manifestasi dari disfungsi nonspesifik, membuat pengkajian fungsi
endokrin lebih rumit dibandingkan dengan sistem lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Bruner and Suddarth, (2002) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8, Volume 2
Jakarta :EGC.

15
Doenges, ME and Moorhouse, MF : Nurse’s Pocket Guide : Nursing Diagnoses with
Interventions, edisi 3. FA Davis, Philadelphia, 1991.

Guyton, Arthur C (2007) Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11, Alih bahasa : Irawati.
Jakarta : EGC.

Mansjoer, A, (2001) Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3, Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapius.

16

Anda mungkin juga menyukai