Anda di halaman 1dari 14

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PEMERIKSAAN FISIK GANGGUAN SISTEM


ENDOKRIN

OLEH :

1. ANDI NUR ANNISA PO714201171005

2. ANGGI AINUN NISA PO714201171006

3. ASRIANI PO714201171007

D.IV KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam melakukan pengkajian pada sistem endokrin ini agak sedikit sulit dikarenakan
gambaran klinis atau tanda gejalanya sangat bervariasi. Perlu pemahaman fisiologis dari setiap
Hormon untuk bisa melakukan pemeriksaan pada sistem endokrin ini, data pengkajian itu sendiri
bisa didapat melalui anamnesa dan pemeriksaan Fisik.

B. TUJUAN PENULISAN

Adapun tujauan kami menulis makalah ini adalah untuk:

1. Dapat mengetahui bagaimana pemeriksaan fisik pada gangguan sistem endokrin.

2. Dapat melakukan asuhan keperawatan setelah melakukan pemeriksaan fisik.

3. Untuk memenuhi tugas yang telah diberikan oleh dosen.

C. RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan fisik pada gangguan sistem
endokrin..?

2. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan fisik pada gangguan sistem endokrin..?


BAB II

PEMBAHASAN

Pemeriksaan diagnostik sistem endokrin agak sedikit sulit dilakukan karena gambaran
klinis atau tanda gejalanya bervariasi. Untuk itu perlu pemahaman fisiologis dari setiap hormon.
Data itu bisa didapat melalui anamnesa dan pemeriksaan Fisik

A. ANAMNESA

1. Data Demografi

a. Identitas klien

b. Identitas penanggung

c. Usia klien

d. Jenis kelamin

e. Tempat tinggal klien (alamat)

f. Tanggal masuk rumah sakit.

2. Riwayat kesehatan keluarga.

Kaji kemungkinan adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan seperti yang
dialami klien/pasien atau gangguan secara langsung dengan gangguan hormonal :

 Obesitas : dicurigai karena hipotiroid

 Gangguan Tumbang : dicurigai adanya gangguan GH, Kel. Tiroid, dan kelenjar gonad

3. Riwayat Kesehatan dahulu :

Kaji kondisi yang pernah dialami oleh Keluarga diluar gangguan yang dirasakan sekarang
khususnya gangguan yang mungkin sudah berlangsung lama karena tidak mengganggu aktivitas,
kondisi ini tidak dikeluhkan, seperti :
 Tanda-tanda seks sekunder yang tidak berkembang : amenore, bulu rambut tidak tumbuh,
buah dada tidak berkembang bagi perempuan.

 BB yang tidak sesuai dengan usia, misalnya selalu kurus meskipun banyak makan

 Gangguan psikologis seperti mudah marah, sensitif, sulit bergaul dan tidak mudah
berkonsentrasi

 penggunaan obat-obatan yang dapat merangsang aktivitas hormonal : hidrokortison,


levothyroxine, kontrasepsi oral dan obat antihipertensi.

4. Riwayat Diet :

Perubahan status nutrisi atau gangguan pada saluran pencernaan dapat mencerminkan
gangguan endokrin tertentu, pola dan kebiasaan makan yang salah dapat menjadi faktor
penyebab. Oleh karena itu kondisi berikut perlu dikaji :

 Adanya nausea, muntah dan nyeri abdomen.

 Penurunan atau penambahan BB yg drastis.

 Selera makan yg menurun atau bahkan berlebihan.

 Pola makan dan minum sehari-hari.

 Kebiasaan mengkonsumsi makanan yg dapat menggangu fungsi endokrin seperti makanan yg


bersift goitrogenik thd tiroid.

5. Masalah kesehatan sekarang

Pengembangan dari keluhan utama. Fokuskan pertanyaan yang menyebabkan


keluarga/pasien meminta bantuan pelayanan, seperti :

 Apa yg dirasakan pasien saat ini

 Apakah masalah atau gejala yang dirasakan terjadi secara tiba-tiba atau perlahan-lahan dan
sejak kapan dirasakan

 Bagaimana gejala tersebut mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari

 Bagaimana pola eliminasi : urine

 Bagaimana fungsi seksual dan reproduksi


 Apakah ada perubahan fisik tertentu yang sangat menggangu pasien

 Hal-hal lain yang perlu dikaji karena berhubungan dengan fungsi hormonal secara umum :

6. Tingkat Energi :

Perubahan kekuatan fisik dihubangkan dengan sejumlah gangguan hormonal khusunya


disfungsi kelenjar tiroid dan adrenal. Kaji kemampuan klien/pasien dalam melakukan aktifitas
sehari-hari.

7. Pola Eliminasi dan keseimbangan cairan

Pola eliminasi khususnya urine dipengaruhi oleh fungsi endokrin secara langsung oleh
ADH, aldosteron, dan kortisol.

8. Pertumbuhan dan Perkembangan

Secara langsung tumbang dibawah pengaruh GH, Kelenjar tiroid dan kelenjar gonad.
Gangguan tumbang dapat terjadi semenjak dalam kandungan, itu terjadi pada ibu hamil
hipertiroid. Kaji gangguan tumbang yang dialami semenjak lahir atau terjadi selama proses
pertumbuhan.

Kaji secara lengkap dari penambahan ukuran tubuh dan fungsinya: Tingkat intelegensi,
kemampuan berkomunikasi dan rasa tanggung jawab. Kaji juga perubahan fisik dan dampaknya
terhadap kejiwaan.

9. Seks dan reproduksi

Pada wanita kaji siklus menstruasi (lamanya), volume, frekuensi dan perubahan fisik
terutama sensasi nyeri atau kram abdomen. Jika bersuami kaji :

 Apakah pernah hamil

 Abortus

 Melahirkan

Pada Pria kaji apakah mampu ereksi dan orgasme dan kaji juga apakah terjadi perubahan
bentuk dan ukuran alat genitalnya.
B. PEMERIKSAAN FISIK

 Ada 2 aspek utama yang dapat digambarkan, yaitu :

1. Kondisi kelenjar endokrin : testis dan tiroid

2. Kondisi jaringan atau organ sebagai dampak dari gangguan endokrin

 Inspeksi :

1. Disfungsi sistem endokrin :

Menyebabkan perubahan fisik sebagai dampaknya terhadap tumbang, keseimbangan cairan dan
elektrolit, seks dan reproduksi, metabolisme dan energi.

2. Hal-hal yg harus diamati :

Penampilan umum : Apakah pasien tampak kelemahannya :berat, sedang dan ringan

3. Amati bentuk dan proporsi tubuh :

Apakah terjadi kekerdilan atau seperti raksasa

4. Pemeriksaan Wajah :

Fokuskan pada abnormalitas struktur, bentuk dan ekspresi wajah seperti dahi, rahang dan bibir

5. Pada Mata :

Amati adanya edema periorbital dan exopthalamus serta ekspresi wajah tampak datar atau
tumpul.

6. Pada Daerah Leher :

Amati bentuk leher apakah tampak membesar, asimetris, warna kulit sekitar leher apakah
terjadi hiper/hipopigmentasi dan amati apakah itu merata.

7. Apakah terjadi hiperpigmentasi pada jari, siku dan lutut :

Biasanya dijumpai pada orang yang mengalami gangguan kelenjar. Adrenal

8. Apakah terjadi Vitiligo atau hipopigmentasi pada kulit :

Biasanya tampak pada orang yang mengalami hipofungsi kelenjar adrenal sebagai akibat
destruksi melanosit dikulit oleh proses autoimun.
9. Amati adanya penumpukan massa otot berlebihan pada leher bagian belakang atau disebut
bufflow neck atau leher/punuk kerbau : Terjadi pada K hiperfungsi adrenokortikal.

10. Amati keadaan rambut axilla dan dada :

Pertumbuhan rambut yang berlebihan pada dada dan wajah wanita disebut hirsutisme dan
amati juga adanya striae pada buah dada atau abdomen biasanya dijumpai pada hiperfungsi
adrenokortikal.

 Palpasi

Hanya kelenjar tiroid dan testis yg dapat diperiksa secara palpasi

 Auskultasi :

Auskultasi pada daerah leher diata tiroid dapat mengidentifikasi bunyi " bruit". Bunyi yg
dihasilkan karena turbulensi pada Pembuluh darah tiroidea.

 Pengkajian Psikososial

Mengkaji kemampuan koping klien/pasien, dukungan Keluarga serta keyakinan


klien/pasien tentang sehat dan sakit. Perubahan-perubahan fisik, fungsi seksual dan reproduksi
serta perubahan-perubahan lainnya yang disebabkan oleh gangguan sistem endokrin akan
berpengaruh terhadap konsep diri klien.

C. PENGKAJIAN DIAGNOSTIK

1. PEMERIKSAAN KELENJAR HIPOFISE

a. Foto Tengkorak (Kranium)

 Dilakukan untuk melihat kondisi seila tursica (tumor atau atrofi)

 Tidak di butuhkan persiapan fisik secara khusus

b. Foto Tulang (Osteo)

 Untuk melihat kondisi tulang

 Pada gigankisme – pertambahan ukuran dan panjang tulang

 Pada akromegali – pertambahan kesamping tulang-tulang ferifer

 Persiapan fisik khusus tidak ada

c. Ct Scan Otak
 Untuk melihat kemungkinan adanya tumor pada hipofisis atau hipotalamus

 Persiapan fisisk tidak ada.

d. Pemeriksaan Darah dan Urine

 Kadar Growth hoemone (GH)

o Nilai normal 10 pg/ml

o Meningkat pada bulan-bulan pertama kelahiran

o Spesimen darah vena 5 cc

o Tanpa persiapan khusus

 Kadar thyroid stimulatin hormone (TSH)

o Nilai normal 6-10 pg/ml

o Untuk menentukan apakah gangguan tiroid bersifat primer atau sekunder

o Spesimen vena 5 cc

o Tanpa persiapan khusus

 Kadar adrenocotricotropine hormon (ACTH)

o Pengukuran dilakukan dengan tes supresi deksametason

o Spesimen darah vena kurang lebih 5 cc dan urine 24 jam

Persiapan :

1. Tidak ada pembatasan makanan dan minuman

2. Bila klein menggunakan obat-obatan kortisol atau antagonisnya dihentikan dulu 24 jam
sebelumnya

3. Bila obat harus diberikan lampirkan sejenis obat dan dosisnya pada lembaran pengiriman
spesimen

4. Cegah stres fisik dan fisikologis

Pelaksanaan :

1. Klien diberikan deksametason 4x0,5 ml/hari selama lamanya 2 hari

2. Besok paginya darah vena diambil kurang lebih 5 cc


3. Urine ditampung selama 24 jam

4. Spesimen dikirim ke laboratorium

Hasil :

Normal bila

1. Kadar ACTH dalam darah menurun kortisol darah kurang dari 5 mg/dl

2. 17-hydroxy-cortico-streroid (17 –OHCS) dalm urine kurang dari 2,5 mg

Cara sederhana

1. Pemberian deksametason 1 mg per oral tengah malam

2. Pada pagi hari, darah vena diambil kurang lebih 5 cc

3. Urine ditampung selama 5 hari

4. Spesimen dikirim ke laboratorium

Hasil :

1. Normal bila kadar kortisol darah lebih kecil sama dengan 3 mg/dl

2. Ekskresi 17 OHCS dalm urine kurang dari 2,5 mg

2. PEMERIKSAAN FISIK KELENJAR TIROID

a. Uptake Radioaktif (Ray)

 Tujuan : menukur kemampuan kelenjar tiroid dalam menangkap yodium

 Persiapan :

1. Klien puasa 6-8 jam

2. Jelaskan tujuan dan prosedur

 Persiapan klien :

1. Klien diberikan yodium radioaktif 50 microcuri per oral


2. Dengan alat pengukur (di taruh di atas klenjer tiroid) di ukur radioaktif yang bertahan

3. Dapat pula di ukur clearance yodium melalui ginjal dengan mengumpul kan urine selama
24jam dan di ukur kadar radioaktif yodium

 Hasil

Banyak yodium yang ditahan oleh kalenjer tiroid di hitung dalam persentase

1. Normal : 10-35%

2. Menurun : < 10% (pada hipotiroidisme) 3. Meningkat > 35% (pada tirotoksis,pengobatan
panjang hipertiroidisme)

b. T3 dan T4 Serum

 Pemeriksaan fisik secara khusus tidak ada

 Spesimen darah vena 5-10 cc

 Nilai normal pada dewasa: yodium bebas 0,1-0,6 mg/dl T3 0,2-0,3 mg/dl T4 6-12 mg/dl

 Pada anak T3180-240 mg/dl

c. Upatake T3 Resin

 Tujuan mengukur jumlah hormon tiroid (T3) atau thyrcid binding globulin (TBG) tak jenuh

 TBG meningkat pada hippertirodisme menurun pada hipotiroidisme

 Spesimen darah vena 5cc

 Persiapan: puasa 6-8 jam

 Nilai normal

• Dewasa : 25-35% uptake oleh resin

• Anak : umur nya tidak ada

d. Protein Boun Iondine

 Tujuan: mengukur yodium yg terikat dengan protein plasma

 Nilai normal 4-8 mg% dalam 100ml darah

 Spesimen darah vena 5-10 cc

 Klien di puasakan 6-8jam sebelum pemeriksaan


e. Basal Metabolic Rate

 Tujuan: pengukuran secara tidak langsung jumlah oksigen yang dibutuhkan di bawah kondisi
basal selama beberapa waktu

 Persiapan :

1. Klien puasa 12jam

2. Hindari kondisi yang menimbulkan kecemasan dan stres

3. Klien harus tidur sedikit nya 8 jam

4. Tidak mengkonsumsi analgetik & sedatif

5. Jelaskan pada klien tujuan pemeriksaandan prosedur nya

6. Tidak boleh bangun dari tempat tidur sampai pemeriksaan di lakukan

 Penatalaksanaan

Pengukuran kalorimetri dengan menggunakan metabolator

 nilai normal :

pria 53 kalori perjam

wanita 60 kalori perjam

 Metode Harris Benedict Untuk Mengukur BMR

Pria:

BMR = 66 + (13,7 x BB(kg) ) + ( 5 x TB(cm) ) +(6,8 x U(thn) )

Wanita

BMR = 665 + (9,6 x BB(kg) + (1,8 x TB (cm) ) + (4,7 x U (thn) )


f. Scanning Thyroid

 Radio loding scanning

Untuk menentukan apakah nodul tiroid tunggal atau majemuk dan berfungsi atau tidak berfungsi

 Uptake iodine

o Untuk menentukan pengambilan yodium dari plasma

o Nilai normal 10-30% dalam 24jam

3. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK KELENJER PARATIROID

a. Percobaan Sulkowitch

 Dilakukan untuk memeriksa perubahan jumlah kalsium dalam urine

 Menggunakan reagen sulkowitch

 Persiapan

1. Urine 24 jam ditapung

2. Diet rendah kalsium 2 hari berturut-turut.

 Penatalaksanaan

1. Masukkan urin 3ml ke dalam tabung (2 tabung)

2. Tabung pertama masukkan reagen sulkowitch, tabung kedua hanya sebagai kontrol.

 Pembacaan secara kuantitatif

1. Negatif ( - ) juka tidak terjadi keruhan

2. Positif ( + ) terjadi keruhan yang halus

3. Positif (+ + ) kekeruhan sedang

4. Positif ( + + + ) kekeruhan banyak timbul dalam waktu < 20 detik

5. Positif ( + + + + ) kekeruhan hebat, terjadi seketika

b. Percobaan Ellwort-Howard

 Percobaan didasarkan pada diuresis fosfat yang dipengaruhi oleh parathormon.


 Pada hipoparatiroid, diuresis fosfor mencapai 5-6x nilai normal

 Pada hiperparatiroid, diuresis tidak banyak berubah.

 Cara pemeriksaannya :

1. Klien disuntikkan parathormon intravena

2. Urin ditampung dan diukur kadar fosfatnya.

c. Percobaan Kalsium Intravena

Normal bila fosfor serum meningkat dan fosfor diuresis berkurang.

4. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK KELENJAR PANKREAS

a. Pemeriksaan Gula Darah (puasa)

 Tujuannya untuk menilai kadar gula darah setelah puasa selama 8-10 jam.

 Nilai normal

1. Dewasa : 70-110mg/dl

2. Anak-anak : 60-100mg/dl

3. Bayi : 50-80mg/dl

 Persiapan

1. Klien di puasakan 8-10 jam sebelum pemerksaan

2. Jelaskan rtujuan dan prosedur tindakan

 Pelaksanaan

1. Spesimen adalah darah vena ± 5 cc

2. Gunakan antikoagulasi bila pemeriksaan tidak dapat dilakukan

3. Pengobatan insulin atau oral hipoglikemi sementara dihentikan

4. Setelah pengambilan darah, klien diberi minum dan makan serta obat sesuai program.

Anda mungkin juga menyukai