Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam melakukan pengkajian pada sistem endokrin ini agak sedikit sulit
dikarenakan gambaran klinis atau tanda gejalanya sangat bervariasi. Perlu
pemahaman fisiologis dari setiap Hormon untuk bisa melakukan pemeriksaan
pada sistem endokrin ini, data pengkajian itu sendiri bisa didapat melalui
anamnesa dan pemeriksaan Fisik. Adapun dalam makalah ini akan membahas
pengkajian pada sistem endokrin secara umum serta tanda dan gejala yang bisa
ditemui pada gangguan sistem endokrin. Kami mengambil judul "Pengkajian
Umum dan Prosedur Diagnostik" dikarenakan guna untuk memenuhi tugas yang
telah diberikan oleh dosen untuk menabah nilai dalam semester pendek mata
kuliah endokrin.

B. Tujuan Penulisan
Adapun tujauan kami menulis makalah ini adalah untuk :
1. Dapat mengetahui bagaimana pemeriksaan fisik pada gangguan sistem
endokrin.
2. Dapat melakukan asuhan keperawatan setelah melakukan pemeriksaan fisik.
3. Untuk memenuhi tugas yang telah diberikan oleh dosen.

C. Rumusan Masalah
1. Apa saja yang perlu diperhatikan dalam melakukan pemeriksaan fisik pada
gangguan sistem endokrin?
2. Bagaimana cara melakukan pemeriksaan fisik pada gangguan sistem
endokrin?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik sistem endokrin agak sedikit sulit dilakukan karena
gambaran klinis atau tanda gejalanya bervariasi. Untuk itu perlu pemahaman
fisiologis dari setiap hormon. Data itu bisa didapat melalui anamnesa dan
pemeriksaanfisik.
1. ANAMNESA
a. Data Demografi
1) Identitas klien
2) Identitas penanggung
3) Usia klien
4) Jenis kelamin
5) Tempat tinggal klien (alamat)
6) Tanggal masuk rumah sakit.
b. Riwayat kesehatan keluarga.
Kaji kemungkinan adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan
seperti yang dialami klien/pasien atau gangguan secara langsung dengan
gangguan hormonal :
- Obesitas : dicurigai karena hipotiroid
- Gangguan Tumbang : dicurigai adanya gangguan GH, Kel. Tiroid, dan
kelenjar gonad
c. Riwayat Kesehatan dahulu :
Kaji kondisi yang pernah dialami oleh Keluarga diluar gangguan yang
dirasakan sekarang khususnya gangguan yang mungkin sudah berlangsung
lama karena tidak mengganggu aktivitas, kondisi ini tidak dikeluhkan,
seperti :
- Tanda-tanda seks sekunder yang tidak berkembang : amenore, bulu
rambut tidak tumbuh, buah dada tidak berkembang bagi perempuan.
- BB yang tidak sesuai dengan usia, misalnya selalu kurus meskipun
banyak makan
- Gangguan psikologis seperti mudah marah, sensitif, sulit bergaul dan
tidak mudah berkonsentrasi
- Penggunaan obat-obatan yang dapat merangsang aktivitas hormonal :
hidrokortison, levothyroxine, kontrasepsi oral dan obat antihipertensi.
d. Riwayat Diet
Perubahan status nutrisi atau gangguan pada saluran pencernaan dapat
mencerminkan gangguan endokrin tertentu, pola dan kebiasaan makan
yang salah dapat menjadi faktor penyebab. Oleh karena itu kondisi berikut
perlu dikaji:
- Adanya nausea, muntah dan nyeri abdomen.
- Penurunan atau penambahan BB yg drastis.
- Selera makan yg menurun atau bahkan berlebihan.
- Pola makan dan minum sehari-hari.
- Kebiasaan mengkonsumsi makanan yg dapat menggangu fungsi
endokrin seperti makanan yg bersift goitrogenik thd tiroid.
e. Masalah kesehatan sekarang
Pengembangan dari keluhan utama. Fokuskan pertanyaan yang
menyebabkan keluarga/pasien meminta bantuan pelayanan, seperti :
- Apa yg dirasakan pasien saat ini
- Apakah masalah atau gejala yang dirasakan terjadi secara tiba-tiba atau
perlahan-lahan dan sejak kapan dirasakan
- Bagaimana gejala tersebut mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari
- Bagaimana pola eliminasi : urine
- Bagaimana fungsi seksual dan reproduksi
- Apakah ada perubahan fisik tertentu yang sangat menggangu pasien
- Hal-hal lain yang perlu dikaji karena berhubungan dengan fungsi
hormonal secara umum :
f. Tingkat Energi
Perubahan kekuatan fisik dihubangkan dengan sejumlah gangguan
hormonal khusunya disfungsi kelenjar tiroid dan adrenal. Kaji kemampuan
klien/pasien dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
g. Pola Eliminasi dan keseimbangan cairan
Pola eliminasi khususnya urine dipengaruhi oleh fungsi endokrin secara
langsung oleh ADH, aldosteron, dan kortisol.
h. Pertumbuhan dan Perkembangan
Secara langsung tumbang dibawah pengaruh GH, Kelenjar tiroid dan
kelenjar gonad. Gangguan tumbang dapat terjadi semenjak dalam
kandungan, itu terjadi pada ibu hamil hipertiroid. Kaji gangguan tumbang
yang dialami semenjak lahir atau terjadi selama proses pertumbuhan.
Kaji secara lengkap dari penambahan ukuran tubuh dan fungsinya: Tingkat
intelegensi, kemampuan berkomunikasi dan rasa tanggung jawab. Kaji
juga perubahan fisik dan dampaknya terhadap kejiwaan.
i. Seks dan reproduksi
Pada wanita kaji siklus menstruasi (lamanya), volume, frekuensi dan
perubahan fisik terutama sensasi nyeri atau kram abdomen. Jika bersuami
kaji:
- Apakah pernah hamil
- Abortus
- Melahirkan
Pada Pria kaji apakah mampu ereksi dan orgasme dan kaji juga apakah
terjadi perubahan bentuk dan ukuran alat genitalnya.
2. PEMERIKSAAN FISIK
Ada 2 aspek utama yang dapat digambarkan, yaitu :
1. Kondisi kelenjar endokrin : testis dan tiroid
2. Kondisi jaringan atau organ sebagai dampak dari gangguan endokrin
- Inspeksi :
a) Disfungsi sistem endokrin :
1) Menyebabkan perubahan fisik sebagai dampaknya terhadap
tumbang, keseimbangan cairan dan elektrolit, seks dan reproduksi,
metabolisme dan energi.
2) Hal-hal yg harus diamati :
Penampilan umum : Apakah pasien tampak kelemahannya :berat,
sedang dan ringan
3) Amati bentuk dan proporsi tubuh :
Apakah terjadi kekerdilan atau seperti raksasa
4) Pemeriksaan Wajah :
Fokuskan pada abnormalitas struktur, bentuk dan ekspresi wajah
seperti dahi, rahang dan bibir
5) Pada Mata :
Amati adanya edema periorbital dan exopthalamus serta ekspresi
wajah tampak datar atau tumpul.
6) Pada Daerah Leher :
Amati bentuk leher apakah tampak membesar, asimetris, warna
kulit sekitar leher apakah terjadi hiper/hipopigmentasi dan amati
apakah itu merata.
7) Apakah terjadi hiperpigmentasi pada jari, siku dan lutut :
Biasanya dijumpai pada orang yang mengalami gangguan kelenjar.
Adrenal
8) Apakah terjadi Vitiligo atau hipopigmentasi pada kulit :
Biasanya tampak pada orang yang mengalami hipofungsi kelenjar
adrenal sebagai akibat destruksi melanosit dikulit oleh proses
autoimun.
9) Amati adanya penumpukan massa otot berlebihan pada leher
bagian belakang atau disebut bufflow neck atau leher/punuk
kerbau : Terjadi pada K hiperfungsi adrenokortikal.
10) Amati keadaan rambut axilla dan dada :
Pertumbuhan rambut yang berlebihan pada dada dan wajah wanita
disebut hirsutisme dan amati juga adanya striae pada buah dada
atau abdomen biasanya dijumpai pada hiperfungsi adrenokortikal.
- Palpasi
Hanya kelenjar tiroid dan testis yg dapat diperiksa secara
palpasi
- Auskultasi :
Auskultasi pada daerah leher diata tiroid dapat mengidentifikasi
bunyi " bruit". Bunyi yg dihasilkan karena turbulensi pada
Pembuluh darah tiroidea.
- PengkajianPsikososial
Mengkaji kemampuan koping klien/pasien, dukungan Keluarga
serta keyakinan klien/pasien tentang sehat dan sakit. Perubahan-
perubahan fisik, fungsi seksual dan reproduksi serta perubahan-
perubahan lainnya yang disebabkan oleh gangguan sistem
endokrin akan berpengaruh terhadap konsep diri klien.

B. Pengkajian Diagnostik
1. Pemeriksaan kelenjar Hipofise
a. Foto Tengkorak (Kranium)
- Dilakukan untuk melihat kondisi seila tursica (tumor atau atrofi)
- Tidak di butuhkan persiapan fisik secara khusus
b. Foto Tulang (Osteo)
- Untuk melihat kondisi tulang
- Pada gigankisme – pertambahan ukuran dan panjang tulang
- Pada akromegali – pertambahan kesamping tulang-tulang ferifer
- Persiapan fisik khusus tidak ada
c. Ct Scan Otak
- Untuk melihat kemungkinan adanya tumor pada hipofisis atau
hipotalamus
- Persiapan fisisk tidak ada.
d. Pemeriksaan Darah dan Urine
- Kadar Growth hoemone (GH)
 Nilai normal 10 pg/ml
 Meningkat pada bulan-bulan pertama kelahiran
 Spesimen darah vena 5 cc
 Tanpa persiapan khusus
- Kadar thyroid stimulatin hormone (TSH)
 Nilai normal 6-10 pg/ml
 Untuk menentukan apakah gangguan tiroid bersifat primer atau
sekunder
 Spesimen vena 5 cc
 Tanpa persiapan khusus
- Kadar adrenocotricotropine hormon (ACTH)
 Pengukuran dilakukan dengan tes supresi deksametason
 Spesimen darah vena kurang lebih 5 cc dan urine 24 jam

2. Pemeriksaan Fisik Kelenjar Hipofise


a. Uptake Radioaktif (Ray)
- Tujuan : menukur kemampuan kelenjar tiroid dalam menangkap
yodium
- Persiapan :
1. Klien puasa 6-8 jam
2. Jelaskan tujuan dan prosedur
 Persiapan klien :
1. Klien diberikan yodium radioaktif 50 microcuri per oral
2. Dengan alat pengukur (di taruh di atas klenjer tiroid) di ukur
radioaktif yang bertahan
3. Dapat pula di ukur clearance yodium melalui ginjal dengan
mengumpul kan urine selama 24jam dan di ukur kadar radioaktif
yodium
 Hasil
Banyak yodium yang ditahan oleh kalenjer tiroid di hitung dalam
persentase
1. Normal : 10-35%
2. Menurun : < 10% (pada hipotiroidisme) 3. Meningkat > 35%
(pada tirotoksis,pengobatan panjang hipertiroidisme)
b. T3 dan T4 Serum
 Pemeriksaan fisik secara khusus tidak ada
 Spesimen darah vena 5-10 cc
 Nilai normal pada dewasa: yodium bebas 0,1-0,6 mg/dl T3 0,2-0,3
mg/dl T4 6-12 mg/dl
 Pada anak T3180-240 mg/dl
c. Upatake T3 Resin
 Tujuan mengukur jumlah hormon tiroid (T3) atau thyrcid binding
globulin (TBG) tak jenuh
 TBG meningkat pada hippertirodisme menurun pada
hipotiroidisme
 Spesimen darah vena 5cc
 Persiapan: puasa 6-8 jam
 Nilai normal
• Dewasa : 25-35% uptake oleh resin
• Anak : umur nya tidak ada
d. Protein Boun Iondine
 Tujuan: mengukur yodium yg terikat dengan protein plasma
 Nilai normal 4-8 mg% dalam 100ml darah
 Spesimen darah vena 5-10 cc
 Klien di puasakan 6-8jam sebelum pemeriksaan
e. Basal Metabolic Rate
 Tujuan: pengukuran secara tidak langsung jumlah oksigen yang
dibutuhkan di bawah kondisi basal selama beberapa waktu
 Persiapan :
1. Klien puasa 12jam
2. Hindari kondisi yang menimbulkan kecemasan dan stres
3. Klien harus tidur sedikit nya 8 jam
4. Tidak mengkonsumsi analgetik & sedatif
5. Jelaskan pada klien tujuan pemeriksaandan prosedur nya
6. Tidak boleh bangun dari tempat tidur sampai pemeriksaan di
lakukan
 Penatalaksanaan
Pengukuran kalorimetri dengan menggunakan metabolator
 nilai normal :
pria 53 kalori perjam
wanita 60 kalori perjam
 Metode Harris Benedict Untuk Mengukur BMR
Pria:
BMR = 66 + (13,7 x BB(kg) ) + ( 5 x TB(cm) ) +(6,8 x U(thn) )

Wanita
BMR = 665 + (9,6 x BB(kg) + (1,8 x TB (cm) ) + (4,7 x U (thn) )

f. Scanning Thyroid
 Radio loding scanning
Untuk menentukan apakah nodul tiroid tunggal atau majemuk dan
berfungsi atau tidak berfungsi
 Uptake iodine
o Untuk menentukan pengambilan yodium dari plasma
o Nilai normal 10-30% dalam 24jam

3. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK KELENJER PARATIROID


a. Percobaan Sulkowitch
 Dilakukan untuk memeriksa perubahan jumlah kalsium dalam
urine
 Menggunakan reagen sulkowitch
 Persiapan
1. Urine 24 jam ditapung
2. Diet rendah kalsium 2 hari berturut-turut.
 Penatalaksanaan
1. Masukkan urin 3ml ke dalam tabung (2 tabung)
2. Tabung pertama masukkan reagen sulkowitch, tabung kedua
hanya sebagai kontrol.
 Pembacaan secara kuantitatif
1. Negatif ( - ) juka tidak terjadi keruhan
2. Positif ( + ) terjadi keruhan yang halus
3. Positif (+ + ) kekeruhan sedang
4. Positif ( + + + ) kekeruhan banyak timbul dalam waktu < 20 detik
5. Positif ( + + + + ) kekeruhan hebat, terjadi seketika
b. Percobaan Ellwort-Howard
 Percobaan didasarkan pada diuresis fosfat yang dipengaruhi oleh
parathormon.
 Pada hipoparatiroid, diuresis fosfor mencapai 5-6x nilai normal
 Pada hiperparatiroid, diuresis tidak banyak berubah.
 Cara pemeriksaannya :
1. Klien disuntikkan parathormon intravena
2. Urin ditampung dan diukur kadar fosfatnya.
c. Percobaan Kalsium Intravena
Normal bila fosfor serum meningkat dan fosfor diuresis berkurang.
4. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK KELENJAR PANKREAS
a. Pemeriksaan Gula Darah (puasa)
 Tujuannya untuk menilai kadar gula darah setelah puasa selama 8-
10 jam.
 Nilai normal
1. Dewasa : 70-110mg/dl
2. Anak-anak : 60-100mg/dl
3. Bayi : 50-80mg/dl
 Persiapan
1. Klien di puasakan 8-10 jam sebelum pemerksaan
2. Jelaskan rtujuan dan prosedur tindakan
 Pelaksanaan
1. Spesimen adalah darah vena ± 5 cc
2. Gunakan antikoagulasi bila pemeriksaan tidak dapat dilakukan
3. Pengobatan insulin atau oral hipoglikemi sementara dihentikan
4. Setelah pengambilan darah, klien diberi minum dan makan serta
obat sesuai program.

Anda mungkin juga menyukai