Anda di halaman 1dari 8

PATOFISIOLOGI

SISTEM ENDOKRIN

Disusun Oleh :

MUHAMMAD REZA (G2A016006)

PRODI S-1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2018
PATOFISIOLOGI SISTEM ENDOKRIN

Kelainan – kelainan pada kelenjar endokrin yang terjadi dapat diakibatkan oleh :
a. Peradangan atau infeksi.
b. Tumor atau keganasan.
c. Degenerasi.
d. Idiopatik.
Dampak yang ditimbulkan oleh kondisi patologis diatas terhadap kelenjar
endokrin dapat berupa :
a. Perubahan bentuk kelenjar tanpa disertai perubahan sekresi hormonal.
b. Peningkatan sekresi hormone yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin sering
diistilahkan dengan hiperfungsi kelenjar.
c. Penurunan sekresi hoemon yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin, dan
diistilahkan dengan hipofungsi kelenjar.
Adanya hubungan timbal balik antara kelenjar hipofise sebagai master of
gland dengan kelenjar targetnya. Penyebab yang bersifat primer bila penyebabnya
ada pada kelenjar penghasil hormone itu sendiri. Bersifat sekunder, bila
penyebabnya ada pada kelenjar diatasnya. Bersifat tertier, bila penyebabnya diluar
primer dan sekunder seperti penggunaan obat-batan tertentu yang dapat
mempengaruhi fungsi kelenjar. Untuk pemahaman yang lebih mengenai
patofisiologi siste endokrin, ada 2 hal yang haru dipahami dengan baik :
a. Efek dari setiap hormone yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin terhadap
jaringan atau organ sasaranya.
b. Fungsi organ/jaringan sasaran setiap hormone.

Setiap kelenjar sistem endokrin melepaskan hormon tertentu ke dalam aliran


darah. Hormon-hormon ini berjalan melalui darah ke sel-sel lain dan membantu
mengendalikan atau mengkoordinasikan banyak proses dalam tubuh.
Gangguan endokrin biasanya dikelompokkan menjadi dua kategori:
1. Penyakit endokrin yang terjadi ketika kelenjar memproduksi terlalu banyak
atau terlalu sedikit hormon endokrin, yang disebut ketidakseimbangan
hormon.
2. Penyakit endokrin karena perkembangan lesi (seperti nodul atau tumor) dalam
sistem endokrin, yang mungkin atau tidak dapat mempengaruhi kadar hormon.
Sistem umpan balik endokrin yang membantu mengontrol keseimbangan
hormon dalam aliran darah. Jika tubuh memiliki terlalu banyak atau terlalu sedikit
hormon tertentu, sistem umpan balik akan memberikan sinyal kepada kelenjar
untuk memperbaiki masalah. Ketidakseimbangan hormon dapat terjadi jika sistem
umpan balik ini memiliki kesulitan menjaga tingkat yang tepat dari hormon dalam
aliran darah, atau jika tubuh tidak dapat membersihkan mereka dari aliran darah
dengan benar.
Peningkatan atau penurunan kadar hormon endokrin dapat disebabkan oleh:
a. Masalah dengan sistem umpan balik endokrin
b. Kegagalan kelenjar untuk merangsang kelenjar lain untuk melepaskan hormon
(misalnya, masalah dengan hipotalamus dapat mengganggu produksi hormon
di kelenjar pituitari)
c. Kelainan genetik, seperti beberapa endokrin meoplasia (MEN) atau
hipotiroidisme kongenital
d. Infeksi
e. Cedera kelenjar endokrin
f. Tumor kelenjar endokrin
Macam-macam dan Patofisiologi Penyakit Sistem Endokrin

1. Hipotiroid
Hipotiroid merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya hipofungsi
tiroid yang berjalan lambat dan diikuti oleh gejala-gejala kegagalan tiroid.
Keadaan ini terjadi akibat kadar hormone tiroid berada dibawah nilai optimal.
Patofisiologi
Kelenjar tiroid membutuhkan iodine untuk sintesis dan mensekresi
hormone tiroid. Jika diet seseorang kurang mengandung iodine atau jika
produksi dari hormone tiroid tertekan untuk alasan yang lain, tiroid akan
membesar sebagai usaha untuk kompensasi dari kekurangan hormone. Pada
keadaan seperti ini, goiter merupakan adaptasi penting pada suatu defisiensi
hormone tiroid. Pembesaran dari kelenjar terjadi sebagai respon untuk
meningkatkan respon sekresi pituitary dari TSH. TSH menstimulasi tiroid
untuk mensekresi T4 lebih banyak, ketika level T4 darah rendah. Biasanya,
kelenjar akan membesar dan itu akan menekan struktur di leher dan dada
menyebabkan gejala respirasi disfagia.
Penurunan tingkatan dari hormone tiroid mempengaruhi BMR secara
lambat dan menyeluruh. Perlambatan ini terjadi pada seluruh proses tubuh
mengarah pada kondisi achlorhydria (penurunan produksi asam lambung),
penurunan traktus gastrointestinal, bradikardi, fungsi pernafasan menurun, dan
suatu penurunan produksi panas tubuh.
Perubahan yang paling penting menyebabkan penurunan tingkatan
hormone tiroid yang mempengaruhi metabolisme lemak. Ada suatu
peningkatan hasil kolesterol dalam serum dan level trigliserida dan sehingga
klien berpotensi mengalami arteriosclerosis dan penyakit jantung koroner.
Akumulasi proteoglikan hidrophilik di rongga interstitial seperti rongga
pleural, cardiac, dan abdominal sebagai tanda dari mixedema.
Hormon tiroid biasanya berperan dalam produksi sel darah merah, jadi
klien dengan hipotiroidisme biasanya menunjukkan tanda anemia karena
pembentukan eritrosit yang tidak optimal dengan kemungkinan kekurangan
vitamin B12 dan asam folat.
2. Diabetes Militus
Pancreas yang disebut kelenjar ludah perut, adalah kelenjar penghasil
insulin yang terletak di belakang lambung. Di dalamnya terdapat kumpulan sel
yang berbentuk seperti pulau pada peta, karena itu disebut pulau-pulau
Langerhans yang berisi sel beta yang mengeluarkan hormone insulin yang
sangt berperan dalam mengatur kadar glukosa darah.
Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta tadi dapat diibaratkan sebagai anak
kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel, untuk
kemudian di dalam sel glukosa tersebut dimetabolisasikan menjadi tenaga.
Bila isulin tidak ada, maka glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam
sel dengan akibat kadar glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel
dengan akibat kadar glukosa dalam darah meningkat. Keadaan inilah yang
terjadi pada diabetes mellitus tipe 1.
Pada keadaan diabetes mellitus tipe 2, jumlah insulin bisa normal, bahkan
lebih banyak, tetapi jumlah reseptor (penangkap) insulin di permukaan sel
kurang. Reseptor insulin ini dapat diibaratkan sebagai lubang kunci pintu
masuk ke dalam sel. Pada keadaan DM tipe 2, jumlah lubang kuncinya
kurang, sehingga meskipun anak kuncinya (insulin) banyak, tetapi karena
lubang kuncinya (reseptor) kurang, maka glukosa yang masuk ke dalam sel
sedikit, sehingga sel kekurangan bahan bakar (glukosa) dan kadar glukosa
dalam darah meningkat. Dengan demikian keadaan ini sama dengan keadaan
DM tipe 1, bdanya adalah pada DM tipe 2 disamping kadar glukosa tinggi,
kadar insulin juga tinggi atau normal. Pada DM tipe 2 juga bisa ditemukan
jumlah insulin cukup atau lebih tetapi kualitasnya kurang baik, sehingga gagal
membawa glukosa masuk ke dalam sel. Di samping penyebab di atas, DM
juga bisa terjadi akibat gangguan transport glukosa di dalam sel sehingga
gagal digunakan sebagai bahan bakar untuk metabolism energy.
3. Hipertiroidisme
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika.
Pada kebanyakan  penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua
sampai tiga kali dari ukuran normalnya, disertai dengan banyak hiperplasia
dan lipatan-lipatan sel-sel folikel ke dalam folikel, sehingga  jumlah sel-sel ini
lebih meningkat beberapa kali dibandingkan dengan pembesaran kelenjar.
Juga, setiap sel meningkatkan kecepatan sekresinya beberapa kali lipat dengan
kecepatan 5-15 kali lebih besar daripada normal.
Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu
yang ,menyerupai TSH, biasanya bahan -bahan ini adalah antibodi
immunoglobulin yang disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin),
yang berikatan dengan reseptor membran yang sama dengan reseptor yang
mengikat TSH. Bahan -bahan tersebut merangsang aktivasi cAM dalam sel,
dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme. Karena itu pada pasien
hipertiroidisme kosentrasi TSH menurun, sedangkan konsentrasi TSI
meningkat. Bahan ini mempunyai efek perangsangan yang panjang pada
kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH yang hanya
berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh
TSI selanjutnya  juga menekan pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis
anterior.
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid,dipaksa mensekresikan hormon
hingga diluar batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel
sekretori kelenjar tiroid membesar. Gejala klinis pasien yang sering
berkeringat dan suka hawa dingin termasuk akibat dari sifat hormon tiroid
yang kalorigenik, akibat peningkatan laju metabolisme tubuh yang diatas
normal. Bahkan akibat proses metabolisme yang menyimpang ini, terkadang
penderita hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan
sinaps saraf yang mengandung tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme
ini menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus dengan frekuensi 10-15
kali perdetik, sehingga penderita mengalami gemetar tangan yang abnormal.
Nadi yang takikardi atau diatas normal juga merupakan salah satu efek
hormon tiroid pada sistem kardiovaskuler. Eksopthalmus yang terjadi
merupakan reaksi inflamasi autoimun yang mengenai daerah jaringan
periorbital dan otot-otot ekstraokuler, akibatnya bola mata terdesak keluar.

4. Sindrom Cushing
Sindrom Cushing adalah penyakit kronis ketika hiperfungsi korteks
adrenal memproduksi jumlah kortisol atau ACTH yang berlebih di dalam
sirkulasi. Cushing lebih sering terjadi pada wanita, dengan rata – rata usia
awitan antara 30 dan 50 tahun. Namun, penyakit ini dapat terjadi di segala
usia, khususnya akibat terapi farmakologi. Orang yang mendapat steroid
dalam jangka waktu lama (misal, untuk pengobatan arthritis, setelah
transplantasi organ, atau sebagai tambahan pada kemoterapi) resiko
mengalami penyakit ini meningkat.
Patofisiologi
Sindrom Cushing dapat terjadi akibat berbagai penyebab. Sejauh ini
penyebab terseringnya adalah iatrigenik; hanya 2,6 kasus baru penyakit
Cushing per sejuta populasi yang didiagnosa per tahun (McPhee & Papadakis,
2009).
Etiologi tersering penyakit ini adalah sebagai berikut :
 Sindrom Cushing iatrogenic, akibat terapi jangka panjang dengan preparat
glukokortikoid farmakologis poten.
 Bentuk hipofisis, dengan hipersekresi AVTH oleh tumor jinak hipofisis
(disebut penyakit Cushing). Ini paling sering disebabkan oleh adenoma
hipofisis kecil, dengan produksi berlebih ACTH persisten tetapi tidak
teratur dan acak. Sebanyak 43% penyakit Cushing disebabkan oleh
hipersekresi ACTH oleh hipofisis.
 Bentuk ektopik, disebabkan oleh tumor yang mengeluarkan ACTH
(misalnya kanker paru sel kecil). Pada bentuk ini, ACTH juga acak dan
berkala, tetapi lebih besar disbanding penyakit Cushing.
 Bentuk adrenal, akibat kelebihan sekresi kortisol oleh tumor adrenal jinak
atau ganak. Kelebihan sekresi menekan produksi ACTH hipofisis,
mengakibatkan atrofi korteks adrenal yang tidak terkena.

Anda mungkin juga menyukai