Anda di halaman 1dari 18

Asuhan Keperawatan Lansia Dengan Gangguan Cerna

Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok


pada Mata Kuliah Komunitas II Semester Lima
yang Diampu oleh Ns. Nikmatul K, M.Kep.
Di Susun Oleh :

1. Nabila puspaningrum
2. Hilmalana saparudin
3. Hady zulkarnain
4. Ira dwi patmawati
5. Muhammad Reza
6. Devi Novia
7. Titis wahyu
8. Dewi retno
9. Alfu chasanatul
10. Rizki rahmawati

PROGRAM SARJANA ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADYAH SEMARANG

TAHUN AJARAN 2018/2019


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-Nya maka dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul ” asuhan keperawatanLansia Gangguan
Pencernaan“Penyusunan makalah ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata pelajaran integumen di Universitas Muhamadiyah Semarang.

Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada :

1. Ns.Nikmatul K,M.Kep. selaku dosen pengampu pada mata kuliah integumen


2. Rekan-rekan semua yang mengikuti perkuliahan komunitas II
3. Keluarga yang selalu mendukung penyusun.
4. Semua pihak yang ikut membantu penyusunan makalah “asuhan keperawatan Lansia
Gangguan Pencernaan ” yang tidak dapat penyusun sebutkan satu persatu.

Dalam penyusunan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan


baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penyusun.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penyusun harapkan demi penyempurnaan
pembuatan tugas portofolio ini.

Semarang,14 Oktober 2018


DAFTAR ISI

JUDUL ………………………………………………………………………..1

KATA PENGANTAR …………………………………………………………2

DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A Latar Belakang.................................................................................4
B Tujuan Penulisan..............................................................................4
C Metode Penulisan.............................................................................4

BAB II KONSEP DASAR

A Pengertian.........................................................................................5
B Etiologi/Predisposisi........................................................................6
C Klasifikasi .......................................................................................6
D Patofisiologi.....................................................................................6
E Manifestasi klinik.............................................................................7
F Komplikasi ......................................................................................8
G Penatalaksanaan ..............................................................................9

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PHEMFIGUS

DAFTAR PUSTAKA 18
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses
kehidupan yang ditandai dengan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress
lingkungan. Penurunan kemampuan berbagai organ, fungsi dan sistem tubuh itu bersifat
alamiah/fisiologis. Penurunan tersebut disebabkan berkurangnya jumlah dan kemampuan
sel tubuh. Pada umumnya tanda proses menua mulai tampak sejak usia 45 tahun dan akan
menimbulkan masalah pada usia sekitar 60 tahun. Penuaan atau proses terjadinya tua
adalah suatu proses memghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri/ mengganti dan mempertahankan fungsi normal sehingga tidak dapat
bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki kerusakan yang diderita (Constantinides,
1994). Teori biologis dalam proses menua mengacu pada asumsi bahwa proses menua
merupakan perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi tubuh selama masa hidup
( Zairt , 1980). Seiring dengan proses menua tersebut, tubuh akan mengalami berbagai
masalah kesehatan atau yang biasa disebut sebagai penyakit degenerative.
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah gangguan motilitas
usus, hiperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap
makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula. Diare
adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah
padat).
B. Tujuan penulisan
Tujuan Umum
Untuk mengetahui secara menyeluruh mengenai konsep teori Asuhan Keperawatan
phemifigus
Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mendefinisikan Pengertian
2. Mahasiswa mampu mendefinisikan Etiologi/Predisposisi
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Klasifikasi
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan Patofisiologi
5. Mahasiswa mampu memahami dan menyebutkan Manifestasi Klinik
6. Mahasiwa mampu memahami dan menjelaskan Komplikasi
7. Mahasiswa mampu memahami dan menyebutkan Penatalaksanaan
8. Mahasiswa mampu memahami ,menjelaskan,mengaplikasikan asuhan
keperawatan
C. Metode penulisan
Metode penulisan yang digunakan yaitu studi pustaka yang mengambil beberapa
referensi buku yang berkaitan dengan makalah ini. Serta tim penulis memperoleh data
dari internet

BAB II

KONSEP DASAR

A. Pengertian
1. Gerontik berasal dari kata gerontology dan geriatric. Gerontologi adalah cabang ilmu
yang membahas atau menangani tentang proses penuaan dan masalah yang timbul
pada orang yang berusia lanjut. Sedangkan geriatric berkaitan dengan penyakit atau
kecacatan yang terjadi pada orang yang berlanjut usia. Keperawatan gerontik adalah
suatu bentuk pelayanan professional yang didasarkan ilmu dan kiat/tekhnik
keperawatan gerontik yang berbentuk bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual yang
komprehensif, .Seseorang dengan usia diatas 65 tahun akan dikatakan sebagai lansia.
Lansia merupakan suatu tahapan lanjut dari proses kehidupan manusia dimana akan
terjadi proses penurunan fungsi tubuh (Setianto dalam Effendi, 2009).
2. Klasifikasi
Menurut WHO, lansia dapat diklasifikasikan menjadi (Nugroho, 2009):
a. Usia pertengahan : 45-59 tahun (middle age)
b. Lansia : 60-74 tahun (elderly)
c. Lansia tua : 75-90 tahun (old)
d. Lansia sangat tua : >90 tahun (very old)
3. Karakteristik Lansia (Dewi, 2014)
1. Berusia > 60 tahun.
2. Kebutuhan dan masalah sangat bervariasi dari rentang sehat hingga sakit, dari
kebutuhan biologis hingga spiritual, serta dari koping yang adaptif hingga
maladaptif.
3. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.
4. Tugas Perkembangan Lansia (Dewi, 2014)
1. Mempersiapkan diri dengan adanya penurunan kondisi.
2. Mempersiapkan diri untuk pensiun.
3. Membina hubungan yang baik dengan orang seusianya.
4. Mempersiapkan kehidupan baru.
5. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan.
5. Perubahan Fisik Lansia (Dewi, 2014)
1. Sistem kardiovaskuler : kekuatan otot jantung menurun, katup jantung mengalami
penebalan, kelistrikan jantung mulai kurang efektif
2. Sistem respirasi : otot abdomen melemah sehingga menurunkan usaha untuk
inspirasi dan ekspirasi, daya recoil paru menurun, penebalan membran alveoli-
kapiler sehingga mengganggu pertukaran gas.
3. Sistem muskuloskeletal : penurunan masa tulang, kartilago menipis sehingga
sendi menjadi kaku, masa otot berkurang.
4. Sistem integumen : elastisitas kulit menurun, kulit menipis.
5. Sistem gastrointestinal : reflek menelan melemah, sekresi asam lambung
menurun, peristaltik usus menurun.
6. Sistem urinaria : penurunan kapasitas kandung kemih, sering kencing.
7. Sistem saraf : terjadi penurunan jumlah neuron di otak, masa otak berkurang.
B. Pencernaan
Banyak masalah GI yang dihadapi oleh lansia berkaitan gaya hidup. Mulai dari gigi
sampai anus terjadi perubahan morfologik degeneratif, antara lain perubahan atrofi pada
rahang, mukosa, kelenjar dan otot-otot pencernaan. Berikut ini merupakan yang terjadi
pada system GI akibat proses menua :
1.  Rongga mulut.
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada rongga mulut akibat proses
menua:
1) Hilangnya tulang periosteum dan periduntal, pengurangan dentin, dan retaksi dari
struktur gusi. Implikasi dari hal ini adalah tanggalnya gigi, kesulitan dalam
mempertahankan pelekatan gigi palsu yang lepas.
2) Hilangnya kuncup rasa. Implikasi dari hal ini adalah mukosa mulut tampak lebih
merah dan berkilat. Bibir dan gusi tampak tipis karena penyusutan epithelium dan
mengandung keratin.
3) Air liur/saliva disekresikan sebagai respon terhadap makanan yang telah
dikunyah. Saliva memfalisitasi pencernaan melalui mekanisme sebagai berikut :
penyediaan enzim pencernaan, pelumasan dari jaringan lunak, remineralisasi pada
gigi. Pada lansia saliva telah mengalai penuruan.
2. Esophagus, Lambung, dan Usus.
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada esophagus, lambung dan usus
akibat proses menua :
1) Diatasi esophagus, kehilangan tonus sfingterjantung, dan peurunan refleks
muntah. Implikasi dari hal ini adalah peningkatan aspirasi.
2) Atrofi penurunan sekresi asam hidroklorik mukosa lamung sebesar 11% sampai
40 % dari populasi. Implikasi dari hal ini adalah perlambatan dalam mencerna
makanan dan mempengaruhi penyerapan vitamin B12, bakteri usus halus akan
bertambah secara berlebihan dan menyebabkan kurangnya penyerapan lemak.
3) Penurunan motilitas lambung. Implikasi dari hal ini adalah penurunan absorbsi
obat-obatan, zat besi, kalsium,vitamin B12, dan konstipasi sering terjadi.

3.  Saluran empedu, Hati, Kandung Empedu, dan pancreas


Pada hepar mengalami penurunan aliran darah sampai 35% pada usia lebih dari 80
tahun. Berikut ini merupaka perubahan yang terjadi pada saluran empedu,hati, dan
pancreas akibat proses menua :
1) Pengecilan ukuran hai dan pancreas. Implkasi dari hal ni adalah terjadi
penurunan kapasitas dalam menimpan dan mensintesis protein dan enzim-enzim
pencernaan.
2) Perubahan proporsi lemak empedu tanpa diikuti perubahan metabolisme asam
empedu yang signifikan. Implikasi dari hal ini adalah peningkatan sekresi
kolesterol.

C. Penyakit pencernaan pada lansia


1. Sembelit (Konstipasi)
onstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan dengan gejala mengalami
pengerasan feses yang sulit untuk dibuang yang dapat menyebabkan kesakitan pada
penderitanya. Konstipasi dapat disebabkan oleh pola makan, hormon, akibat
samping obat-obatan (Aluminium hidroksida (dalam antasid yang dijual
bebas), Garam bismuth, Garam besi, Antikolinergik, Obat darah tinggi (anti-
hipertensi), Golongan narkotik, Beberapa obat penenang dan obat tidur), dan juga
karena kelainan anatomis. Biasanya, konstipasi disebabkan karena defekasi yang
tidak teratur sehingga feses mengeras dan sulit dikeluarkan.
2. Diare
Diare terjadi karena adanya rangsangan yang berlebihan pada mukosa usus sehingga
gerakan otot usus meningkat dan makanan kurang terserap secara sempurna. Faktor
kebersihan juga menjadi sebab diare. Diare yang disebabkan bakteri atau salah
makan. Pengobatannya Untuk cara mengobati Diare adalah dengan Perawatan yang
terpenting untuk mengobati diare adalah memastikan kecukupan asupan cairan dan
garam (elektrolit). 
3. Wasir atau hemoroid.
Wasir atau hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah balik (vena) di dalam
anyaman pembuluh darah. Keluhan pertama kali yaitu darah segar menetes setelah
buang air besar (BAB). Biasanya tanpa disertai rasa nyeri dan gatal di anus.
Pencegahannya adalah perlu diet tinggi serat dengan makan sayur sayuran dan buah-
buahan yang bertujuan membuat volume tinjanya besar, tetapi lembek, sehingga saat
BAB, karena tidak perlu mengejan dapat merangsang wasir.
4.  Ulkus Peptikum
Ulkus Peptikum adalah luka berbentuk bulat atau oval yang terjadi karena lapisan
lambung atau usus dua belas jari (duodenum) telah termakan oleh asam lambung
dan getah pencernaan. Ulkus yang dangkal disebut erosi. Pepsin adalah suatu enzim
yang bekerja sama dengan asam klorida (HCl) yang dihasilkan oleh lapisan lambung
untuk mencerna makanan, terutama protein. Ulkus peptikum terjadi pada lapisan
saluran pencernaan yang telah terpapar oleh asam dan enzim-enzim pencernaan,
terutama pada lambung dan usus dua belas jari.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian

Untuk mengetahui  kemampuan dan kekuatan lansia baik secara fisik, psikologis,


social dan spiritual, maka perlu dilakukan pengkajian terhadap secara menyeluruh
menyangkut aspek tersebut.

1. Fisik/Biologis

Pengkajian fisik / biologis dilakukan dengan cara wawancara, pemeriksaan fisik


dan pemeriksaan penunjang yang diperlukan. Riwayat kesehatan lansia dikaji dengan
menanyakan tentang:

a. pandangan lansia tentang kesehatannya


b. kegiatan yang mampu dilakukan lansia
c. kekuatan fisik lansia : kekuatan otot, sendi, penglihatan, pendengaran
d. kebiasaan lansia merawat diri sendiri
e. kebiasaan makan, minum, istirahat / tidur, buang air besar / kecil
f. kebiasaan gerak badan / olahraga
g. perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan
h. kebiasaan lansia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan minum obat
i. masalah-masalah seksual yang dirasakan

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara periksa pandang, perabaan, ketok dan dengar
untuk mengetahui perubahan system tubuh, antara lain : systemintegument,
muskuloskletal, respirasi, kardiovaskuler, perkemihan, persyarafan, dan fungsi sensoris
misalnya : penglihatan, pendengaran, pengecapan dan penciuman.

2. Psikologis 

Pemeriksaaan psikologis dilakukan saat  berkomunikasi dengan lansia untuk


melihat fungsi kognitif termasuk daya ingat, proses berfikir, dan juga perlu dikaji alam
perasaan, orientasi terhadap realitas dan kemampuan lansia dalam penyelesaian
masalahnya.

Perubahan yang umum terjadi antara lain : daya ingat yang menurun. Proses fikir
yang lambat dan adanya perasaan sedih serta merasa kurang diperhatikan. Hal-hal yang
perlu dikaji pada lansia meliputi :

a. apakah mengenal masalah-masalah utamanya


b. apakah optimis memandang sesuatu dalam kehidupan
c. bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan
d. apakah merasa dirinya dibutuhkan atau tidak
e. bagaimana mengatasi masalah atau stress yang dialami
f. apakah mudah untuk menyesuaikan diri
g. apakah lansia sering mengalami kegagalan
h. apa harapan sekarang dan yang akan dating. Dll

3. Sosial – ekonomi

Penilaian sosial dilihat dari bagaimana lansia membina keakraban dengan teman
sebaya maupun dengan lingkungannya dan bagaimana keterlibatan lansia dalam
organisasi social. Status ekonomi juga turut mempengaruhi yaitu dari penghasilan yang
mereka peroleh.

Perasaan sejahtera dalam kaitannya dengan social ekonomi, hal inipun terkait
dengan harga dirinya. Lansia yang mempunyai penghasilan tentu merasa dirinya berharga
karena masih mampu menghasilkan sesuatu untuk dirinya sendiri dan orang lain. Hal-hal
yang perlu dikaji antara lain :

a. apa saja kesibukan lansia


b. dari mana saja sumber keuangannya
c. dengan siapa ia tinggal
d. kegiatan organisasi sosial apa yang diikuti lansia
e. bagaimana pandangan lansia berhubungan dengan orang lain diluar rumah
f. siapa saja yang biasa mengunjunginya
g. seberapa besar ketergantungannya
h. apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginannya dengan fasilitas yg ada

4. spiritual

Penilaian spiritual terkait dengan keyakinan agama yang dimiliki manusia dan
sejauhmana keyakinan tersebut dapat menjalankan ibadahnya dengan baik, keyakinan
tersebut benar-benar diresapi dalam kehidupan sehari-hari ia akan lebih mudah
menyesuaikan diri terhadap proses penuaan. yang perlu dikaji pada lansia :

a. apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya


b. apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan,
misalnya penyantunan anak yatim atau fakir miskin dan lain-lain
c. bagaimana cara lansia menyelesaikan masalah, apakah dengan berdoa jika
menghadapi masalah
d. apakah lansia terlihat sabar dan tawakal
Dari hasil pengkajian atau data-data yang diperoleh dari pertanyaan diatas dapat
dianalisa / disimpulkan, dirumuskan masalah atau diagnosa keperawatan yang mungkin
timbul pada lansia. Beberapa masalah keperawatan yang umum ditemukan pada lansia
antara lain :

1. Fisik / biologi
a. gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan pemasukan
makanan yang tidak adekuat
b. gangguan persepsi berhubungan dengan gangguan pendengaran / penglihatan
c. kurangnya perawatan diri berhubungan dengan penurunan minat dalam merawat diri
d. resiko cedera fisik : jatuh berhubungan dengan penyesuaian terhadap penurunan
fungsi tubuh tidak adekuat
e. perubahan pola eliminasi berhubungan dengan pola makan yang tidak efektif
f. gangguan pola tidur berhubungan dengan kecemasan atau nyeri
g. gangguan pola napas berhubungan dengan penyempitan jalan napas atau adanya
sekret  pada jalan napas
h. gangguan mobilisasi berhubungan dengan kekakuan sendi dan lain-lain
2. Psikologis  - social
a. menarik diri dari lingkungan berhubungan dengan perasaan tidak mampu
b. isolasi sosial berhubungan dengan perasaan curiga
c. depresi berhubungan dengan isolasi social
d. harga diri rendah berhubungan dengan perasaan ditolak
e. koping yang tidak adekuat berhubungan dengan ketidakmampuan mengungkapkan
perasaan secara tepat
f. cemas berhubungan dengan sumber keuangan terbatas.
3. Spiritual
a. reaksi berkabung atau berduka berhubungan dengan ditinggal pasangan
b. penolakan terhadap proses penuaan berhubungan dengan ketidaksiapan menghadapi
kematian
c. marah terhadap tuhan berhubungan dengan kegagalan yang dialami
d. perasaan tidak tenang berhubungan dengan ketidakmampuan melakukan ibadah
secara tepat.

B. Perencanaan

Sesuai dengan permasalahan yang dialami lansia disusun perencanaan dengan tujuan agar
lansia / keluarga dan tenaga kesehatan terutama perawat baik yang melakukan perawatan di
rumah maupun dipanti dapat membantu lansia, sehingga dapat berfungsi seoptimal mungkin
sesuai dengan kemampuan dan kondisi fisik, psikologis dan sosial dengan tidak tergantung
pada orang lain.
Tujuan tindakan keperawatan pada lansia diarahkan untuk pemenuhan kebutuhan dasar
antara lain :

1) Pemenuhan kebutuhan nutrisi


2) Meningkatnya keamanan dan keselamatan
3) Memelihara kebersihan diri
4) Memelihara keseimbangan istirahat / tidur
5) Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi yang efektif

Tindakan keperawatan :

1. pemenuhan kebutuhan nutrisi

Peran pemenuhan gizi pada lansia adalah untuk mempertahankan kesehatan dan
kebugaran dan memperlambat timbulnya penyakit degeneratif seperti kerapuhan tulang
(osteoporosis) dan penyakit yang terjadi pada lansia sehingga dapat menjamin hari tua
yang sehat dan tetap aktif. Gangguan nutrisi pada lansia dapat disebabkan oleh factor
fisik, psikologi dan sosial. Penurunan alat penciuman dan pengecapan, pengunyahan
kurang sempurna dan rasa kurang nyaman saat makan karena gigi geligi kurang lengkap,
rasa penuh diperut dan sukar buang air besar karena melemahnya otot lambung dan usus
akan menyebabkan nafsu makan lansia kurang. Perubahan peran karena tugas-tugas
perkembangan pada lansia menyebabkan timbulnya kecemasan dan putus asa, dapat
menyebabkan lansia menolak makan atau makan berlebihan. Seringkali keluarga /
lingkungan sangat melindungi lansia, tidak memberi kesempatan untuk menentukan
keinginan lansia, hal inipun menyebabkan ia menolak makan atau makan berlebihan

Masalah gizi yang sering timbul pada lansia adalah :

 Gizi berlebihan ;Kebiasaan makan banyak waktu muda sukar dirubah. Apabila pada
lansia penggunaan kalori berkurang karena berkurangnya aktivitas dapat menyebabkan
berat badan berlebihan. Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit,
misalnya penyakit jantung, penyempitan pembuluh darah, kencing manis, tekanan darah
tinggi dan sebagainya.
 Gizi berkurang: Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan menyebabkan
berat badan berkurang dari normal. Bila pemenuhan protein pun berkurang dapat
menyebabkan banyak kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki misalnya : rambut cepat
rontok, daya tahan terhadap penyakit organ tubuh yang vital. Gizi kurang dapat
disebabkan oleh masalah sosial ekonomi gangguan penyakit, serta ketidaktahuan
keluarga akan makanan bergizidan kebiasaan makanan yang salah dari usia mudah.
 Kekurangan vitamin : Disebabkan karena kekurangan konsumsi buahdan sayuran dalam
makanannya. Apalagi bila hal ini ditambah dengan kekurangan protein dalam makanan.
 Kelebihan vitamin : Sering usia lanjut mencoba bermacam-macam vitamin tanpa resep
dokter, yang sebenarnya tidak mereka perlukan. Dosis yang berlebihan dari vitamin ini
akan terbuang tanpa guna dan mempertinggi biaya.
 Kebutuhan gizi pada lansia kurang lebih sama dengan kebutuhan nutrisi pada orang
dewasa normal, hanya yang mungkin diubah adalah jenis yang utama, bentuk dan
pengurangan porsi untuk mengimbangi aktivitasnya.
 Kalori, pada lansia pria adalah 2.100 kalori sedangkan untuk wanita adalah 1.700 kalori,
kebutuhan tersebut dapat dimodifikasikan tergantung keadaan usia lanjut, misalnya
gemuk atau kurus atau disertai penyakit lain (kencing manis, dll).
 Karbohidrat, dianjurkan 60% dari jumlah kalori. Berikan golongan gula yang mudah
diserap karena tidak mengalami pengubahan lebih lanjut pada proses metabolisme,
misalnya madu, nasi, buah-buahan yang manis.
 Lemak, pemakaian yang berlebihan tidak dianjurkan karena menyebabkan timbulnya
hambatan pada pencernaan dan terjadinya penyakit. Berikan 15 % - 20 %dr total kalori
yg dibutuhkan.
 Vitamin & mineral, kebutuhannya sama dgn usia muda.pemenuhan kebutuhan
didapatkan dr makanan berupa sayur-sayuran & buah-buahan.
 Air, kebutuhan sekitar 6-8 gls/hrkrn menurunnya fx ginjal & mencegah konstipasi maka
pemasukan air yg banyak sgt dianjurkan.

Rencana makanan untuk lansia

1) Berikan makanan porsi kecil tapi sering


2) Banyak minum & kurangi makan: dapat meringankan pekerjaan ginjal & dapat
memperlancar pengeluaran sisa makanan, hindari makanan yang terlalu asin
3) Beri makanan yg mengandung serat,agar buang air besar menjadi mudah & teratur
4) Batasi pemberian mkanan yang mengandung tinggi kalori agar badan dalam
keadaan seimbang seperti: gula,makananmanis,minyak,makanan berlemak.
5) Membatasi minum kopi dan teh, bila perlu diencerkan untuk merangsang gerakan
usus & menambah nafsu makan.
2. Meningkatkan keamanan & keselamatan lansia

Kecelakaaan sering terjadi pada lansia antara lain: jatuh, kecelakaan lalu lintas
dan kebakaran. Hal ini berkaitan dengan proses penuaan dimana fleksibilitas dari kaki
mulai berkurang, ditandai dengan timbulnya masalah mobilisasi akibat nyeri, pada sendi-
sendi. Situasi tersebut menyebabkan usila tidak mampu menyanggah tubuhnya dengan
baik.Selain itu penurunan fungsi pengindaraan dan pendengaran menyebabkan lansia
tidak dapat mengamati situasi sekitarnya,sehingga sering terjadi bahaya kecelakaan lalu
lintas dan luka baker. Selanjutnya, kecelakaan / jatuh dapat puola akibat lingkungan yang
tidak tepat untuk lansia, misalnya pencahayaan yang kurang, lantai yang licin atau tidak
rata, tangga yang tidak diberi tanda pengaman, kursi atau tempat tidur yang mudah
bergerak.Untuk mencegah resiko kecelakaan diatas, beberapa tindakan yang harus
dilakukan antara lain:

 Klien / lansia
a. biarkan lansia menggunakan alat bantu untuk meningkatkan keselamatan.
b. latih lansia untuk pindah dari tempat tidur ke kursi
c. biasakan menggunakan pengaman tempat tidur jika tidur
d. jika klien mengalami masalah fisik, misalnya rematik, gangguan persyarafan, latih
klien untuk berjalan dan latih klien menggunakan alat bantu berjalan
e. bantu klien berjalan ke kamar mandi, terutama untuk lansia yang menggunakan obat
penenang atau diuretika
f. menggunakian kacamata jika berjalan atau melakukan sesuatu
g. usahakan ada yang menemani jika bepergian.

 Lingkungan
a. tempatkan klien diruangan khusus dekat ke kantor sehingga mudah di observasi
apabila lansia dirawat diruang perawatan lansia
b. letakkan bel di bawah bantal dan ajarkan cara menggunakannya
c. gunakan tempat tidur yang tidak terlalu tinggi
d. letakkan meja kecil dekat tempat tidur agar lansia mudah menempatkan alat-alat
yang selalu digunakan
e. upayakan lantai bersih, rata, tidak licin dan basah
f. kunci semua peralatan yang menggunakan roda untuk lansia yang menggunakan
g. pasang pegangan dikamar mandi
h. hindari lampu yang redup dan menyilaukan
i. sebaiknya gunakan lampu 70 atau 100 watt
j. jika pindah dari ruangan terang ke gelap ajarkan klie lansia untuk memejamkan mata
sesaat
k. gunakan sandal atau sepatu yang beralas karet

 Memelihara kebersihan diri

Akibat proses penuaan, sebagian lansia mengalami kemunduran / motivasi untuk


melakukan perawatan diri secara teratur. Kadang kala kurangnya perawatan diri pada
lansia akibat penurunan daya ingat, sehingga tidak dapat melakukan upaya kebersihan
diri secara tepat dan teratur. Hal ini juga berkaitan dengan kebiasaan lansia pada usia
muda. Jika usila tersebut pada saat mudanya orangnya rapi, tentu ia akan tetap
melakukan aktivitas perawatan diri dengan baik, perawatan diri yang kurang dapat
pula akibat dari kelemahan atau ketidakmampuan fisik lansia. Akibat dari proses
penuaan kelenjar keringat berkurang seringkali kulit lansia bersisik dan kering. Upaya
yang dilakukan untuk kebersihan diri antara lain:

a. mengingatkan atau membantu lansia untuk melakukan upaya kebersihan diri


misalnya, cuci rambut, sikat gigi, ganti pakaian, dll.
b. menganjurkan lansia untuk menggunakan sabun lunak yang mengandung miyak atau
berikan skinlotion
c. mengingatkan / membantu lansia untuk membersihkan lubang telinga, mata, dan
gunting kuku

 Memelihara keseimbangan istrahat dan tidur

Pada umunya lansia mengalami gangguan tidur, upaya yang dapat dilakukan
antara lain:

a. menyediakan tempat atau waktu tidur yang nyaman


b. mengatur lingkungan yang cukup, pentilasi bebas dari bau-bauan
c. melatih lansia melakukan latihan fisik ringan untuk melancarkan sirkulasi darah dan
melenturkan otot-otot. Latihan fisik ini dapat dilakukan sesuai hobby, misalnya
berkebun, berjalan santai, dll.
d. memberikan minuman hangat sebelum tidur misalnya, susu hangat.

 Meningkatkan hubungan interpersonal

Masalah yang umum ditemukan pada lansia yaitu daya ingat yang menurun,
pikun, depresi, lekas marah dan mudah tersinggung, curiga. Hal ini disebabkan
karena hubungan inter personal yang tidak adikuat. Upaya yang dilakukan antara
lain:

a. berkomunikasi dengan manusia dengan kontak mata


b. memberikan stimulus / mengingatkan lansia terhadap kegiatan yang akan dilakukan
c. menyediakan waktu untuk berbincang-bincang dengan lansia
d. memberikan lansia kesempatan untuk mengekspresikan / terhadap respon verbal dan
non verbal lansia
e. melibatkan lansia untuk keperluan tertentu sesuai dengan kemampuan lansia
f. menghargai pendapat lansia
C. Pelaksanaan

Semua tindakan yang telah direncanakan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan


lansia. Hal-hal yang perlu diperhatikan:

1) berbicara dengan lembut dan sopan


2) memberikan penjelasan dengan bahasa yang mudah dimengerti dan dilakukan
berulan kali, jika perlu dengan gambar
3) memberikan kesempatan pada lansia untuk bertanya

D.  Penilaian

Setiap tindakan yang telah dilakukan perlu dievaluasi / dinilai baik verbal maupun non
verbal untuk mengetahui sejauh mana lansia atau keluarga mampu melakukan apa yang
telah dianjurkan.contoh: aplikasi asuhan keperawatan pada lansia

 Diagnosa keperawatan: resiko terjadi cedera fisik: jatuh berhubungan dengan


penurunan fungsi penglihatan dan pandangan.
 Tujuan jangka panjang: Lansia dapat memelihara kemanan dan keselamatan dan
tidak terjadi trauma fisik
 Tujuan jangka pendek:  setelah tindakan keperawatan, lansia dapat:
1) Mengidentifikasi hal-hal yang mungkin terjadi akibat penglihatan berkurang
2) Melakukan aktivitas sehari-hari tanpa trauma fisik
 Intervensi keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya       
b. Jelaskan penurunan fungsi tubuh karena proses penuaan
c. Jelaskan kebutuhan, keamanan, dan keselamatan akibat penurunan fungsi
tubuh
d. Ciptakan lingkungan atau ruangan yang cukup penerangan, lantai tidak licin
dan basah
e. Hindari lantai kamar mandi dan wc yang licin dan beri pegangan dan pasang
bel
f. Dekatkan barang-barang keperluannya seperti: kacamata, sikat gigi, alat
cukur, dll.
g. Letakkan bel di bawah bantal dan ajarkan cara penggunaannya bila perlu
bantuan
h. Perhatian khusus pada lansia yang baru dapat jalan belum siap mobilisasi atau
lansia dengan lingkungan baru
i. Ajarkan cara menggunakan alat bantu, pindah / turun dari tempat tidur,
bangun pada malam hari untuk bak
j. Jelaskan efek samping dari obat dan cara-cara minum obat. Ulangi dan
perkuat instruksi dengan instruksi tulisan.
k. Libatkan keluarga dalam perawatan lansia
l. Ulangi penjelasan-penjelasan bila diperlukan dengan kata-kata sederhana dan
spesifik

Pelaksanaan : melaksanakan tindakan keperawatan yang telah disusun dengan


menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, perlahan-lahan dan sabar, ulangi
penjelasan yang belum dimengerti.

E. Evaluasi

Setelah selesai melakukan tindakan keperawatan perlu dikaji respon verbal dan non  verbal
lansia / keluarga terhadap tindakan keperawatan yang dilakukan dengan mengacu pada
tujuan. Hasil pengkajian digunakan untuk menyusun rencana tindak lanjut keperawatan.

Selain asuhan keperawatan individu pada lansia, dapat dilakukan asuhan keperawatan
keluarga lansia, yang ditujukan untuk asuhan keperawatan keluarga di rumah.

Anda mungkin juga menyukai