Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BY.NY.N USIA 2 JAM DENGAN BBLR


DI RUANG BAYI RUMAH SAKIT HARAPAN BUNDA
TAHUN 2022

DIAJUKAN SEBAGAI LAPORAN TUGAS INDIVIDU PRAKTIK KLINIK


KEBIDANAN TINGKAT III SEMESTER V PRODI D-III KEBIDANAN
INSTITUT KESEHATAN MITRA BUNDA

DI SUSUN OLEH :

SITI ALVIRA 526080619009

PADA TANGGAL :
07 MARET 2022

1. PEMBIMBING LAHAN : FITRIYANI , AMD.KEP


TANDA TANGAN :

2. PEMBIMBING AKADEMIK : MONA RAHAYU PUTRI.,SST.,MKM


TANDA TANGAN :
HALAMAN PERSETUJUAN

Asuhan Kebidanan Pada By. Ny.N Usia 2 Jam dengan Berat Badan Lahir Rendah
Di Ruang Bayi Rumah Sakit Harapan Bunda Batam
Tahun 2022

Di Susun Oleh :

Siti Alvira 526080619009

Telah Diselesaikan Laporan Kasus Individu Klinik Kebidanan dan Telah


Disetujui
Oleh Pembimbing Lahan Praktik Maupun Akademik

Pada Tanggal
07 Maret 2022

Pembimbing Lahan Pembimbing Akademik

Fitriyani , Amd.Kep Mona Rahayu Putri.,Sst.,Mkm

i
PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, Mahasiswa:

Nama : Siti Alvira

NIM : 526080619009

Tingkat / Semester : III / VI

Prodi D-III Kebidanan Institut Kesehatan Mitra Bunda, dengan ini saya

Menyatakan bahwa isi laporan yang saya buat adalah benar.

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan dapat


dipergunakan sebagaimana mestinya.

Batam,07 Maret 2022

Yang Menyatakan

Mahasiswa

Siti Alvira
526080619009

CI Ruangan Pembimbing Akademik

Fitriyani , Amd.Kep Mona Rahayu Putri.,Sst.,Mkm

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kami panjatkan kepada Allah


SWT karena rahmat dan karunia nya sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan
ini dengan baik. Dalam Laporan ini ini, saya mengangkat kasus “Asuhan
Kebidanan Pada Bayi Ny.N Usia 2 jam dengan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) Di Ruang Bayi Rumah Sakit Harapan Bunda Batam.
Penulis pun menyadari dengan sepenuh hati bahwa terdapat kekurangan
pada laporan kasus ini. Oleh karena itu kritikan dan saran sangat kami harapkan
kepada pembaca untuk memperbaiki segala kekurangan isi laporan kasus yang
telah saya selesaikan. Sekian yang dapat kami sampaikan, Kami berharap agar
tugas ini dapat bermanfaat di kemudian hari untuk segala pihak yang
membutuhkan.

Batam, 07 Maret 2022

Penulis

iii
iv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Angka Kematian Bayi (AKB) adalah angka yang menunjukkan
banyaknya kematian bayi usia 0 tahun dari setiap 1.000 kelahiran hidup pada
tahun tertentu, atau dapat dikatakan juga sebagai probabilitas bayi meninggal
sebelum mencapai usia satu tahun (dinyatakan dengan per 1.000 kelahiran
hidup). AKB Provinsi Kepulauan Riau berdasarkan kematian bayi yang
dilaporkan tahun 2019 relatif kecil yaitu hanya berkisar 12 per 1.000 KH.
Rendahnya AKB dikarenakan pelaporan rutin kematian bayi, hanya pada
tingkat fasyankes pemerintah sehingga dimungkinkan banyak kasus yang
tidak terlaporkan terutama pada etnis tertentu. Oleh sebab itu, disepakati
sumber data AKB yang dipakai adalah hasil Survei Demografi
Kependudukan (Badan Pusat Statistik) yaitu sebesar 35 per 1.000 KH (SDKI
Tahun 2019).
Angka Kematian Bayi menurut WHO (World Health Organization)
(2018) pada negara ASEAN (Association of South East Asia Nations) seperti
di Singapura 3 per 1000 kelahiran hidup, Malaysia 5,5 per 1000 kelahiran
hidup, Thailan 17 per 1000 kelahiran hidup, Vietnam 18 per 1000 kelahiran
hidup, dan Indonesia 27 per 1000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi di
Indonesia masih tinggi dari negara ASEAN lainnya, jika dibandingkan
dengan target dari MDGs (Millenium Development Goals) tahun 2015 yaitu
23 per 1000 kelahiran hidup (WHO,2018)
Salah satu penyebab utama kematian bayi adalah berat badan lahir
rendah (BBLR). Berdasarkan hasil pengumpulan data kesehatan provinsi
yang berasal dari fasilitas pelayanan kesehatan, lima provinsi mempunyai
presentase BBLR tertinggi adalah Provinsi Papua (27%), Papua Barat
(23,8%), NTT (20,3%), Sumatera Selatan (19,5%), dan Kalimantan Barat
(16,6%). Sedangkan lima provinsi dengan presentase BBLR terendah adalah

1
2

Bali (5,8%), Sulawesi Barat (7,2%), Jambi (7,5%), Riau (7,6%), dan
Sulawesi Utara (7,9%). Angka tersebut belum mencerminkan kondisi
sebenarnya yang ada di masyarakat karena belum semua berat badan bayi
yang dilahirkan dapat dipantau oleh petugas kesehatan, khususnya yang
ditolong oleh dukun atau tenaga non-kesehatan lainnya (SDKI,2019)
Angka Kematian Bayi adalah kematian yang terjadi sebelum anak
mencapai tepat umur 1 tahun per 1000 kelahiran hidup. Mendukung upaya
pemerintah pusat, maka Pemerintah Daerah Kota Batam dengan leading
sektor Dinas Kesehatan bersama instansi terkait lainnya serta seluruh elemen
masyarakat Kota Batam terus berupaya untuk menurunkan angka kematian
bayi seoptimal mungkin. Dibanding tahun sebelumnya, pada tahun 2017
terjadi sedikit kenaikan dari 4,5 per 1000 kelahiran hidup menjadi 5,7 per
1000 Kelahiran hidup (DinKes Kota Batam,2018)
Dalam survei yang dilakukan sejak 2013 hingga 2017, diklasifikasikan
lima mortalitas kematian bayi. Pertama, kematian neonatum atau peluang
terjadinya kematian pada nol sampai 28 hari pasca kelahiran. Dalam indikator
itu, angka kematiannya mencapai satu anak per seribu kelahiran (1,5%).
Selanjutnya adalah post neonatum atau peluang kematian di selisih antara
kematian bayi dan kematian neonatum atau satu sampai sebelas bulan, yang
dalam SDKI tercatat (0,8%). Selanjutnya adalah kematian bayi; yakni
peluang kematian di usia nol sampai sebelas bulan, yang tercatat (2,4%).Lalu,
di rentang usia satu sampai empat tahun, atau yang diklasifikasikan sebagai
kematian anak yang tercatat (0,7%). Terakhir adalah kematian balita, yakni
peluang kematian sebelum mencapai usia lima tahun yang mencatatkan angka
tertinggi (3,6%).Angka kematian anak di Indonesia pada periode lima tahun
sebelum survei diperoleh, hasil angka kematian neonatum sebesar 15 per
seribu kelahiran hidup, angka kematian bayi sebesar 24 per seribu kelahiran
hidup, dan angka kematian balita sebesar 32 per seribu kelahiran hidup
(SDKI,2018)
Berat badan lahir rendah adalah salah satu indicator dalam tumbuh
kembang anak hingga masa status gizi yang diperoleh janin selama dalam
3

kandungan. Pada negara berkembang, berat bayi lahir rendah (BBLR) masih
menjadi salah satu permasalahan defiensi zat gizi. Berat badan lahir rendah
adalah berat badan kurang dari 2500 gram, tanpa memandang gestasi
(Kosim,2012). Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah beresiko
tinggi mengalami mortalitas dan morbiditas pada masa pertumbuhannya
(Manuaba,2015).
Menurut WHO pada tahun 2019 di dunia terdapat kejadian BBLR
adalah 15,5%, yang berarti sekitar 20,6 juta bayi tersebut lahir setiap tahun,
96,5% di antaranya di negara-negara berkembang. Tingkat BBLR dalam
pengembangan Negara (16,5%) lebih dari dua kali lipat tingkat di
kembangkan Daerah (7%). Berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu
masalah utama di negara berkembang. India adalah salah satu negara dengan
tingkat tertinggi kejadian BBLR. Sekitar 27% bayi yang lahir di India adalah
BBLR. Asia Selatan memiliki kejadian tertinggi, dengan 28% bayi dengan
BBLR, Sedangkan Asia Timur / Pasifik memiliki tingkat terendah, yaitu 6%
(WHO, 2019).
Berdasarkan data yang didapatkan dari Dinas Kesehatan Kota Batam,
jumlah kejadian BBLR adalah sebanyak 377 bayi (1,19%) dari 31.744
kelahiran hidup yang di timbang, kasus ini menurun di banding tahun 2010
sebanyak 1.015 (3,2%) (DinKes Kota Batam,2018)
Bayi dengan badan lahir rendah (BBLR) akan meningkatkan angka
kematian bayi. Berat badan lahir sangat menentukan prognosa dan komplikasi
yang terjadi. Hal ini akan bertambah buruk jika berat badan tidak bertambah
untuk waktu yang lama (Maryunani,2016).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Bhaskar Kumar Ravi tahun 2015
terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian BBLR yaitu ibu
hamil yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, ibu
mempunyai riwayat BBLR sebelumnya, tingkat kemiskinan, berat yang
kurang, kurang Gizi, anemia, hipertensi, dan pendidikan yang rendah.
Cakupan Jarak kehamilan, pemeriksaan tekanan darah, penimbangan berat
badan dan cakupan pemeriksaan kadar hemoglobin merupakan faktor resiko
4

dan memiliki hubungan yang bermakna terhadap Kejadian BBLR. Di Iran


ditemukan bahwa usia ibu selain 25-30 tahun saat melahirkan dan usia
perkawinan muda adalah salah satu faktor resiko BBLR (Kumar Ravi,2015)
Dalam meningkatkan kelangsungan hidup bayi memerlukan
penatalaksanan yang terus menerus dan berkesinambungan. Pelayanan
kesehatan neonatal harus dilaksanakan secara terpadu dan berkesinambungan,
sedangkan SDM dan fasilitas masih terbatas dan belum merata, sehingga
perlu di bentuk regionalisasi pelayanan kesehatan neonatal (Fauziah, A,
2016).
Adapun upaya pemerintah untuk menurunkan angka kematian bayi
berat badan lahir rendah yaitu dengan memberikan pengawasan antenatal
yang baik kepada ibu hamil. Memberi nasehat tentang gizi saat kehamilan,
meningkatkan keadaan sosial-ekonomi keluarga dan kesehatan
lingkungan.Dan peran bidan dalam mencegah masalah kematian bayi baru
lahir terlihat dari adanya beberapa program yang telah direncanakan, salah
satunya adalah program pelayanan ANC (Antenatal Care). Pemeriksaan
medis dalam pelayanan antenatal meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik,
diagnosis, pemeriksaan obstetrik dan pemeriksaan diagnosis penunjang.
Berdasarkan uraian data diatas maka penulis tertarik untuk mengangkat
kasus berat badan lahir rendah (BBLR). Sehingga penulis menggunakan
pendekatan manajemen asuhan kebidanan dengan judul "Asuhan Kebidanan
pada Bayi Ny.N usia 2 jam dengan BBLR Di Ruang Bayi Rumah Sakit
Harapan Bunda Batam tahun 2022".

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah adalah
“Bagaimana asuhan kebidanan bayi baru lahir dengan Berat Badan Lahir
Rendah di Ruang Bayi Rumah Sakit Harapan Bunda Batam Tahun 2022?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Dapat memberikan asuhan kebidanan pada kasus bayi baru lahir
dengan BBLR melalui pendekatan manajemen kebidanan Varney?
5

2. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan pengkajian dan pengumpulan data secara lengkap
pada Bayi Baru Lahir dengan BBLR di Ruang Bayi Rumah Sakit
Harapan Bunda Batam Tahun 2022.
b. Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial berdasarkan
interpretasi data dasar pada Bayi Baru Lahir dengan BBLR di Ruang
Bayi Rumah Sakit Harapan Bunda Batam Tahun 2022.
c. Mengantisipasi masalah potensial yang timbul pada Bayi Baru Lahir
dengan BBLR di Ruang Bayi Rumah Sakit Harapan Bunda Batam
Tahun 2022.
d. Melaksanakan antisipasi atau tindakan segera pada Bayi Baru Lahir
dengan BBLR di Ruang Bayi Rumah Sakit Harapan Bunda Batam
Tahun 2022.
e. Menyusun perencananaan berdasarkan rasionalisme pada Bayi Baru
Lahir dengan BBLR di Ruang Bayi Rumah Sakit Harapan Bunda
Batam Tahun 2022.
f. Melaksanakan asuhan kebidanan berdasarkan rencana yang telah di
buat pada Bayi Baru Lahir dengan BBLR di Ruang Bayi Rumah
Sakit Harapan Bunda Batam Tahun 2022.
g. Melaksanakan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan pada
Bayi Baru Lahir dengan BBLR di Ruang Bayi Rumah Sakit Harapan
Bunda Batam Tahun 2022.
1.4 Manfaat Penulisan
1. Teoritis
Hasil penelitian ini memberikan sumbangan disiplin ilmu kebidanan
dan tidak menutup kemungkinan bagi disiplin ilmu lainnya.
2. Praktis
a. Bagi Lahan Praktik
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan study banding dalam
melaksanakan Asuhan Kebidanan pada bayi Neonatus Cukup Bulan
Sesuai Masa Kehamilan dan Bayi Berat Lahir Rendah.
6

b. Bagi Institusi Pendidikan


Dapat dijadikan bahan referensi perpustakaan institut kesehatan mirtra
bunda batam
c. Bagi Profesi
Bidan Meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman secara
langsung sekaligus penanganan dalam menerapkan ilmu yang diperoleh
selama di akademik, serta menambah wawasan dalam penerapan proses
manajemen asuhan kebidanan pada bayi baru lahir Neonatus Cukup
Bulan Sesuai Masa Kehamilan dengan Bayi Berat Lahir Rendah
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah berat bayi saat lahir
kurang dari 2500 gram yang merupakan hasil dari kelahiran premature
(sebelum 37 minggu usia kehamilan). Bayi dengan berat badan
lahirrendah sangat erat kaitannya dengan mortalitas dan morbiditas,
sehinggaakan menghambat pertumbuhan dan perkembangan kognitif serta
penyakitkronis di kemudian hari (Manuaba,2015)

Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan bayi yang


lahirdengan berat badan kurang dari 2.500 gram saat lahir. Bayi BBLR
sebagian besar dikarenakan retardasi pertumbuhan intrauterin (IUGR)
dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu. Bayi BBLR memiliki
risiko empat kali lipat lebih tinggi dari kematian neonatal dari pada bayi yang
berat badan lahir 2.500-3.499 gram. Bayi berat badan lahir rendah (BBLR)
adalah bayi yang berat badannya kurang dari 2500 gram, tanpa
memperhatikan usia gestasi. Bayi BBLR dapat terjadi pada bayi kurang bulan
(kurang dari usia kehamilan 37 minggu) atau pada usia cukup bulan
(intrauterine growth retriction). (Muthayya, 2017).

Menurut World Health Organization (WHO) Bayi Berat Lahir Rendah


(BBLR) didefinisikan sebagai bayi yang lahir dengan berat < 2500 gram.(1,2)
Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam waktu 1 (satu) jam pertama
setelah lahir. Pengukuran dilakukan di tempat fasilitas (Rumah sakit,
Puskesmas, dan Polindes), sedang bayi yang lahir di rumah waktu pengukuran
berat badan dapat dilakukan dalam waktu 24 jam.(4) BBLR dapat terjadi pada
bayi kurang bulan/prematur atau disebut BBLR Sesuai Masa Kehamilan
(SMK)/Appropriate for Gestational Age (AGA), bayi cukup bulan yang
mengalami hambatan pertumbuhan selama kehamilan/Intra Uterine Growth
Restriction (IUGR) disebut BBLR Kecil Masa Kehamilan (KMK)/Small for

7
8

Gestational Age (SGA) dan besar masa kehamilan/Large for Gestational


Age (LGA).(7–10) Angka kejadian prematur pada umumnya adalah sekitar 6-
10%, hanya 1,5% persalinan terjadi pada umur kehamilan (WHO,2015)

2.2 Ciri-Ciri BBLR


Menurut Manuaba (2015), karakteristik BBLR adalah sebagai berikut:
1. Berat kurang dari 2.500 gram
2. Panjang badan kurang dari 47cm
3. Lingkar dada kurang dari 30cm
4. Lingkar kepala kurang dari 33cm
5. Usia kehamilan kurang dari 37minggu
6. Kepala relative besar, kepala tidak tegak
7. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kulit kurang, otot
hipotonik-lemah
8. Pernafasan tidak teratur dapat terjadi gagal nafas, pernafasan sekitar 40-50
kali per menit
9. Kepala tidak mampu tegak
10. Frekuensi nadi 100-140 kali per menit

2.3 Patofisiologi

Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan


yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan
dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu),tapi
berat badan (BB) lahirnya lebih kecil dari masa kehamilannya, yaitu tidak
mencapai 2.500 gram. Masalah ini terjadi karena adanya gangguan
pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh
penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan
keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi
berkurang. (Nelson,2015)
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janintidak
mengalami hambatan, dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat
badan lahir normal. Kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksinormal,
9

tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa prahamil
maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebihsehat dari
pada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengankondisi
kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR,vitalitas
yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita
anemia.Ibu hamil umumnya mengalami deplesi atau penyusutan besi sehingga
memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk
metabolisme besi yang normal. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan
gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupunsel
otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin didalam
kandungan, abortus, cacat bawaan, dan BBLR. Hal ini menyebabkan
morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna
lebih tinggi, sehingga kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan premature
juga lebih besar (Nelson, 2015).

2.4 Etiologi
1. Faktor Ibu (maternal)
a. Usia Ibu Umur ibu terlalu muda (< 20 tahun) ataupun terlalu tua (> 35
tahun) merupakan salah satu faktor risiko penyebab BBLR. Penyulit
pada kehamilan remaja (< 20 tahun) lebih tinggi dibandingkan kurung
waktu reproduksi sehat (usia 20-30 tahun) keadaan ini disebabkan
belum matangnya alat reproduksi untuk hamil, sehingga dapat
merugikan kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan
janin. Keadaan tersebut akan lebih menyulitkan bila ditambah dengan
tekanan (stres) psikologik, sosial ekonomi, sehingga memudahkan
terjadinya keguguran, BBLR, mudah terjadi infeksi, anemia
kehamilan, keracunan kehamilan (gestosis) dan kematian ibu yang
tinggi. gangguan persalinan, pre eklampsia dan perdarahan antepartum.
Ibu hamil > 35 tahun terjadi penurunan fungsi organ melalui proses
penuaan dan jalan lahir juga tambah kaku sehingga terjadi persalinan
macet dan pendarahan, selain itu dapat melahirkan bayi belum cukup
10

bulan. Penelitian Subekti, R (2015) menunjukkan bahwa umur ibu <


20 tahun atau > 35 tahun merupakan faktor risiko kejadian BBLR.
b. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan merupakan faktor yang
mendasari pengambilan keputusan. Pendidikan menentukan
kemampuan menerima dan mengembangkan pengetahuan dan
teknologi. Semakin tinggi pendidikan ibu akan semakin mampu
mengambil keputusan bahwa pelayanan kesehatan selama hamil dapat
mencegah gangguan sedini mungkin bagi ibu dan janinnya, Tinggi
rendahnya taraf pendidikan seseorang akan mendukung dan memberi
peluang terhadap daya serap ilmu pengetahuan dan keinginan serta
kemauan untuk mengetahui setiap hal yang berkaitan dengan
kehamilan. Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu, semakin baik
kemampuan berpikir dan penerimaan informasi tentang pentingnya
perawatan ANC sedini mungkin, sehingga kebutuhan janin terpenuhi
sebagaimana yang diharapkan. Pendidikan juga sangat erat kaitannya
dengan tingkat pengetahuan ibu tentang perawatan kehamilan dan gizi
selama hamil. Ibu yang buta huruf atau berpendidikan rendah memiliki
insidens BBLR lebih tinggi dibandingkan ibu yang berpendidikan
lebih tinggi. Ibu yang berpendidikan rendah mempunyai informasi
kurang tentang perawatan prenatal (perawatan selama kehamilan),
nutrisi selama kehamilan, diet penting, dampak perilaku ibu terhadap
janin. Perbedaan tingkat pendidikan pada daerah perkotaan dan
pedesaan tampak jelas pada tingkat pendidikan SMA dan pendidikan
tinggi, yaitu wanita di perkotaan 2 kali lebih banyak yang menamatkan
SMA dibanding wanita di pedesaan (31% dibandingkan 15%) dan
wanita di perkotaan yang berpendidikan tinggi hampir 3 kali lipat
dibandingkan wanita pedesaan (masing-masing 18% dan 6%).
Penelitian Lestraningsih (2015) menunjukkan bahwa ibu
berpendidikan rendah berisiko 5,20 kali lebih besar melahirkan BBLR
dibanding ibu dengan pendidikan tinggi. Penelitian Simarta (2015)
11

menunjukkan bahwa ibu pendidikan rendah berisiko 2,04 kali lebih


besar melahirkan BBLR.
c. Stres Psikologis Stres merupakan suatu kondisi ketegangan yang
mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi diri seseorang. Stres
psikologis pada ibu hamil cenderung mengarah pada depresi atau
kecemasan. Gejala depresi dapat terjadi tumpang tindih dengan gejala
kecemasan. Gangguan kecemasan lebih didominasi keluhan perasaan
ketakutan dan kekhawatiran, sedangkan depresi didominasi perasaan
kemurungan dan kesedihan. Gangguan psikologis selama kehamilan
dapat meningkatkan produksi hormon adrenalin. Hormon ini masuk ke
peredaran darah akan mempengaruhi jantung (berdebar-debar),
meningkatkan tekanan darah, asam lambung dan menurunkan sistem
immunitas tubuh sehingga ibu mudah sakit. Selain itu, gangguan
psikologis selama kehamilan berhubungan dengan terjadinya
peningkatan indeks 7 resistensi arteri uterina. Hal ini disebabkan
karena terjadi peningkatan konsentrasi noradrenalin dalam plasma,
sehingga aliran darah ke uterus menurun dan uterus sangat sensitif
terhadap noradrenalin sehingga menimbulkan efek vasokonstriksi.
Mekanisme inilah yang mengakibatkan terhambatnya proses
pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterin sehingga terjadi
BBLR. Gangguan psikologis ibu hamil dapat terjadi pada periode
tertentu masa kehamilan dan berpengaruh besar terutama pada janin
jika terjadi pada trimester I dan III. Hal ini disebabkan karena pada
periode ini janin tumbuh dan berkembang sangat pesat. Namun, jika
terdapat gangguan psikologis mengakibatkan terhambatnya
pertumbuhan dan perkembangan janin. Selain mekanisme tersebut
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan sangat
tergantung pada kondisi kesehatan ibu. Kehamilan dengan kondisi
stres, cemas dan dengan depressive symptoms dapat memicu
meningkatnya sekresi hormon kortikotropin (CRH) yang diketahui
berinteraksi dengan hormon sitoksin dan progstaglandin. Hormon ini
12

dapat memediasi kontraksi uterus, sehingga terjadi kelahiran BBLR


termasuk kelahiran preterm. Hasil penelitian rahman et al (2017)
menunjukkan bahwa ibu yang mengalami depresi berisiko 1,9 kali
melahirkan BBLR. Penelitian Nesreen (2015) menunjukkan bahwa ibu
hamil yang mengalami depresi berisiko 2,24 kali melahirkan BBLR.
2. Faktor Janin.
a. Kehamilan ganda.
Berat badan kedua janin pada kehamilan kembar tidak sama, dapat
berbeda antara 50 sampai 1.000 gram, karena pembagian darah pada
plasenta untuk kedua janin tidak sama. Regangan pada uterus yang
berlebihan kehamilan ganda salahs atu faktor yang menyebabkan
kelahiran BBLR. Padakehamilan ganda distensi uterus berlebihan,
sehingga melewati batas toleransi dan sering terjadi partus prematus.
Kebutuhanibu akanzat-zatat makanan pada kehamilan ganda
bertambah yang dapat menyebabkan anemia dan penyakit defisiensi
lain, sehingga sering lahir bayi yang kecil.
b. Hidramnion
Hidramnion yang kadang-kadang disebut polihidramnion merupakan
keadaan cairan amnion yang berlebihan. Hidromnion dapat
menimbulkan persalinan sebelum kehamilan 28 minggu, sehingga
dapat menyebabkan kelahiran prematur dan dapat meningkatkan
kejadian BBLR.
c. Ketuban pecah dini.
Ketuban dinyatakan pecah sebelum waktunya bila terjadisebelum
proses persalinan berlangsung. Ketuban Pecah Dini (KPD) disebabkan
oleh karena berkurangnya kekuatanmembran yang diakibatkan oleh
adanya infeksi yang dapatberasal dari vagina dan serviks. Pada
persalinan normal selaput ketuban biasanya pecah atau di pecahkan
pada proses persalinan.
13

2.5 Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada bayi dengan berat lahir rendah yaitu:
1) Sindrom aspirasi meconium
Sindrom aspirasi mekonium adalah gangguan pernapasanpada
bayi baru lahir yang disebabkan oleh masuknyamekonium (tinja
bayi)ke paru-paru sebelum atau sekitar waktukelahiran (menyebabkan
kesulitan bernafas pada bayi).
2) Hipoglikemi simptomatik
Hipoglikemi adalah kondisi ketidaknormalan kadar glokosa
serum yang rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai
kadar glukosa dibawah 40 mg/dL. Hipoglikemi sering terjadi
pada BBLR, karena cadangan glukosa rendah, terutama pada
laki-laki.
3) Penyakit membrane hialin
yang disebabkan karena membrane surfaktan belum sempurna atau
cukup, sehingga alveoli kolaps.Sesudah bayi mengadakan aspirasi
tidak tertinggal udara dalam alveoli, sehingga dibutuhkan tenaga
negative yang tinggi untuk pernafasan berikutnya.
4) Asfiksia neonatorum
Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir
yang gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.
5) Hiperbilirubinemia (gangguan pertumbuhan hati)
Hiperbilirubinemia (icterus bayi baru lahir) adalah meningginya
kadar bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit,
konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya berwarna kuning.
(Mitayani,2016)
2.6 Pencegahan
Menurut Manuaba (2015), dengan mengetahui berbagai faktor penyebab
berat badan lahir rendah dapat dipertimbangkan langkah pencegahan dengan
cara:
14

1. Melakukan pengawasan hamil dengan seksama dan teratur.


2. Melakukan konsultasi terhadap penyakit yang dapat menyebabkan
kehamilan dan persalinan preterm
3. Memberi nasehat tentang :
a. Gizi saat hamil
b. Meningkatkan pengertian keluarga berencana internal
c. Memperhatikan tentang berbagai kelainan yang timbul dan segera
melakukan konsultasi.
d. Menganjurkan untuk pemeriksaan tambahan sehingga secara dini
penyakit ibu dapat diketahui dan diawasi/diobati
Menurut Erlina (2016), pada kasus Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Mencegah/preventif adalah langkah yang penting. Dan hal-hal yang dapat
dilakukan diantaranya:

1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali


selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu
hamil yang diduga berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah
melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada
institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu.
2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin
dalam rahim, tanda-tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri
selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatanya dan janin
dalam kandunganya dengan baik.
3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinanya pada kurun waktu
reproduksi sehat (20-34 tahun).
4. Perlu dukungan sektor lain yang terikat untuk turut berperan dalam
meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka
dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan
status gizi ibu selama hamil.
15

2.7 Penanganan
Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk
pertumbuhan dan perkembangan dan penyesuaian diri dengan lingkungan
hidup diluar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan,
pemberian makanan, dan bila perlu pemberian oksigen, mencegah infeksi serta
mencegah kekurangan vitamin dan zat besi (Winkjosastro, 2016)
a) Mempertahankan suhu tubuh
Bayi prematur mudah dan cepat sekali menderita hipotermia bila
berada di lingkungan dingin. Bila bayi dirawat di dalam inkubator, maka
suhunya untuk bayi dengan berat badan kurang dari 2 kg adalah 35°C dan
untuk bayi berat badan 2-2,5 kg 34°C agar ia dapat mempertahankan suhu
tubu sekitar 37°C suhu inkubator  dapat diturukan 1°C perminggu untuk
bayi dengan berat badan kurang dari 2 kg secara berangsur-angsur ia dapat
diletakan didalam tempat tidur bayi dengan suhu lingkungan 27°C-29°C.
Bila inkubator tidak ada, pemanasan dapat dilakukan dengan membungkus
bayi dan meletakkan botol-botol hangat di sekitar atau dengan memasang
lampu petromaks didekatkan pada tempat tidur bayi. Bayi dalam inkubator
hanya dipakaikan popok. Hal ini penting untuk memudahkan pengawasan
mengenai keadaan umum, tingkah laku, pernapasan dan kejang
(Winkjosastro, 2016).
Hampir seluruh bayi BBLR memerlukan perawatan di rumah sakit
setelah lahir. Penanganan dapat dilakukan sesuai dengan usia
kehamilan, kondisi kesehatan, serta respons bayi terhadap pengobatan
atau prosedur tertentu. Untuk bayi BBLR dengan komplikasi tertentu,
seperti paru-paru yang belum matang atau masalah pada usus, maka
bayi tersebut perlu dirawat di ruang perawatan intensif neonatal
(NICU). Di ruang ini, petugas medis akan membaringkan bayi di
tempat tidur yang suhunya telah diatur, serta memberikan susu dengan
teknik dan alat khusus. Bayi baru diperbolehkan pulang setelah
komplikasi dapat diatasi dan ibunya dapat memberikan ASI secara
normal. 
16

b) Pemberian nutrisi pada bayi


Susu formula khusus BBLR, bisa diberikan bila ASI tidak dapat
diberikan karena berbagai sebab. Kekurangan minum pada BBLR akan
mengakibatkan ikterus atau bayi kuning (Badriul, 2015). Berat badan
rata-rata 2500-4000 gram  kurang dari 2500 gram menunjukan kecil
untuk usia gestasi, pemberian nutrisi harus diperhatikan. Bayi dengan
dehidrasi harus diberikan infus. Beri minum dengan tetes ASI/sonde
karena reflek menelan BBLR belum sempurna, kebutuhan cairan untuk
bayi baru lahir 120-150 ml/kg BB/ hari. (Muhammad, 2015)
c) Metode kangguru
Untuk merawat bayi prematur atau bayi yang berat badan lahirnya
rendah, dokter juga biasanya akan menyarankan metode kangguru.
Karena dengan dekapan dan mendapatkan ASI dari ibu langsung akan
mempercepat kenaikan berat badan bayi.
d) Mencegah infeksi
Bayi berat lahir rendah mudah sekali terkena daya tahan tubuh
yang masih lemah, kemampuaan leukosit masih kurang dan
pembentukan antibodi belum sempurna, oleh karena itu, upaya
preventif sudah dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak
terjadi persalinan prematuritas (BBLR), dengan demikan perawatan
dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan terisolasi dengan
baik (Manuaba, 2015).Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sangat
rentan akan infeksi, perhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi
termasuk mencuci tangan sebelum memegang  bayi (Sarwono, 2015).
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sangat rentan akan
infeksi, ini disebabkan oleh karena daya tahan tubuh terhadap infeksi
berkurang, relativ belum sanggup membantu antibodi dan daya
fagositosis serta reaksi terhadap peradangan belum oleh karena itu,
perhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi, termasuk mencuci
tanggan sebelum memegang bayi  ( Koswara 2015).
17

2.8 Penatalaksanaan BBLR di Rumah Sakit


Konsekuensi dari anatomi dan fisiologi yang belum matang menyebabkan
bayi BBLR cenderung mengalami masalah yang bervariasi. Hal ini harus
diantisipasi dan dikelola pada masa neonatal.Penatalaksanaan yang dilakukan
bertujuan untuk mengurangi stress fisik maupun psikologis.Adapun
penatalaksanaan BBLR meliputi (Wong, 2008; Pillitteri, 2003) :

a. Dukungan respirasi
Tujuan primer dalam asuhan bayi resiko tinggi adalah mencapai dan
mempertahankan respirasi. Banyak bayi memerlukan oksigen suplemen dan
bantuan ventilasi. Bayi dengan atau tanpa penanganan suportif ini
diposisikan untuk memaksimalkan oksigenasi karena pada BBLR beresiko
mengalami defisiensi surfaktan dan periadik apneu.Dalam kondisi seperti ini
diperlukan pembersihan jalan nafas, merangsang pernafasan, diposisikan
miring untuk mencegah aspirasi, posisikan tertelungkup jika mungkin
karena posisi ini menghasilkan oksigenasi yang lebih baik,terapi oksigen
diberikan berdasarkan kebutuhan dan penyakit bayi. Pemberian oksigen
100% dapat memberikan efek edema paru dan retinopathy of prematurity.
b. Termoregulasi
Kebutuhan yangpaling krusial pada BBLR setelah tercapainya
respirasi adalah pemberian kehangatan eksternal. Pencegahan kehilangan
panas pada bayi distress sangat dibutuhkan karena produksi panas
merupakan proses kompleks yang melibatkan sistem kardiovaskular,
neurologis, dan metabolik.Bayi harus dirawat dalam suhu lingkungan yang
netral yaitu suhu yang diperlukan untuk konsumsi oksigen dan pengeluaran
kalori minimal. Menurut Thomas (1994) suhu aksilaroptimal bagi bayi
dalam kisaran 36,5°C –37,5°C, sedangkan menurut Sauer dan Visser (1984)
suhu netral bagi bayi adalah 36,7°C –37,3°C.

Menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi dapat


dilakukan melalui beberapa cara, yaitu (Kosim Sholeh, 2005):
18

1) Kangaroo Mother Careatau kontak kulit dengan kulit antara bayi


dengan ibunya. Jika ibu tidak ada dapat dilakukan oleh orang lain
sebagai penggantinya.
2) Pemancar pemanas
3) Ruangan yang hangat
4) Inkubator
c. Perlindungan terhadap infeksi
Perlindungan terhadap infeksi merupakan bagian integral asuhan semua
bayi baru lahir terutama pada bayi preterm dan sakit. Pada bayi BBLR
imunitas seluler dan humoral masih kurang sehingga sangat rentan denan
penyakit. Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah infeksi antara
lain :
1. Semua orang yang akan mengadakan kontak dengan bayi harus
melakukan cuci tangan terlebih dahulu.
2. Peralatan yang digunakan dalam asuhan bayi harus dibersihkan secara
teratur.Ruang perawatan bayi juga harus dijaga kebersihannya.
3. Petugas dan orang tua yang berpenyakit infeksi tidak boleh memasuki
ruang perawatan bayi sampai mereka dinyatakan sembuh atau disyaratkan
untuk memakai alat pelindung seperti masker ataupun sarung tangan
untuk mencegah penularan.
d. Hidrasi
Bayi resiko tinggi sering mendapat cairan parenteral untuk asupan
tambahan kalori, elektrolit, dan air. Hidrasi yang adekuat sangat penting
pada bayi preterm karena kandungan air ekstraselulernya lebih tinggi (70%
pada bayi cukup bulan dan sampai 90% pada bayi preterm). Hal ini
dikarenakan permukaan tubuhnya lebih luas dan kapasitas osmotik diuresis
terbatas pada ginjal bayi preterm yang belum berkembang sempurna
sehingga bayi tersebut sangat peka terhadap kehilangan cairan.
19

e. Nutrisi
Nutrisi yang optimal sangat kritis dalam manajemen bayi BBLR tetapi
terdapat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi mereka karena
berbagai mekanisme ingesti dan digesti makanan belum sepenuhnya
berkembang. Jumlah, jadwal,dan metode pemberian nutrisi ditentukan oleh
ukuran dan kondisi bayi. Nutrisi dapat diberikan melalui parenteral ataupun
enteral atau dengan kombinasi keduanya.
Bayi preterm menuntut waktu yang lebih lama dan kesabaran dalam
pemberian makan dibandingkan bayi cukup bulan. Mekanisme oral-faring
dapat terganggu oleh usaha memberi makan yang terlalu cepat. Penting
untuk tidak membuat bayi kelelahan atau melebihi kapasitas mereka dalam
menerima makanan. Toleransi yang berhubungan dengan kemampuan bayi
menyusu harus didasarkan pada evaluasi status respirasi, denyut jantung,
saturasi oksigen, dan variasi dari kondisi normal dapat menunjukkan stress
dan keletihan.
Bayi akan mengalami kesulitan dalam koordinasi mengisap, menelan,
dan bernapas sehingga berakibat apnea, bradikardi, dan penurunan saturasi
oksigen.Pada bayi dengan reflek menghisap dan menelan yang kurang,
nutrisi dapat diberikan melalui sonde ke lambung.
f. Penghematan energy
Salah satu tujuan utama perawatan bayi resiko tinggi adalah menghemat
energi, Oleh karena itu BBLR ditangani seminimal mungkin. Bayi yang
dirawat di dalam inkubator tidak membutuhkan pakaian , tetapi hanya
membutuhkan popok atau alas. Dengan demikian kegiatan melepas dan
memakaikan pakaian tidak perlu dilakukan. Selain itu, observasi dapat
dilakukan tanpa harus membuka pakaian.
Bayi yang tidak menggunakan energi tambahan untuk aktivitas
bernafas, minum, dan pengaturan suhu tubuh, energi tersebut dapat
digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Mengurangi tingkat
kebisingan lingkungan dan cahaya yang tidak terlalu terang meningkatkan
kenyamanan dan ketenangan sehingga bayi dapat beristirahat lebih banyak.
20

Posisi telungkup merupakan posisi terbaik bagi bayipretermdan


menghasilkan oksigenasi yang lebih baik, lebih menoleransi makanan, pola
tidur-istirahatnya lebih teratur. Bayi memperlihatkan aktivitas fisik dan
penggunaan energi lebih sedikit bila diposisikan telungkup.
PMK akan memberikan rasa nyaman pada bayi sehingga waktu tidur
bayi akan lebih lama dan mengurangi stress pada bayi sehingga mengurangi
penggunaan energi oleh bayi.
g. Stimulasi Sensori
Bayi baru lahir memiliki kebutuhan stimulasi sensori yang khusus.
Mainan gantung yang dapat bergerak dan mainan-mainan yang diletakkan
dalam unit perawatan dapat memberikan stimulasi visual. Suara radio
dengan volume rendah, suara kaset, atau mainan yang bersuara dapat
memberikan stimulasi pendengaran. Rangsangan suara yang paling
baikadalah suara dari orang tua atau keluarga, suara dokter, perawat yang
berbicara atau bernyanyi. Memandikan, menggendong, atau membelai
memberikan rangsang sentuhan.Rangsangan suara dan sentuhan juga dapat
diberikan selama PMK karena selama pelaksanaan PMK ibu dianjurkan
untuk mengusap dengan lembut punggung bayi dan mengajak bayi berbicara
atau dengan memperdengarkan suara musikuntuk memberikan stimulasi
sensori motorik, pendengaran, dan mencegah periodik apnea.
BAB III

STUDI KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA BY. NY.N USIA 2 JAM DENGAN BERAT


BADAN LAHIR RENDAH DI RUANG NICU RUMAH SAKIT
HARAPAN BUNDA BATAM TAHUN 2022
I. PENGUMPULAN DATA SUBJEKTIF
A. IDENTITAS
Nama bayi : By.Ny. N
Umur bayi : 2 Jam
Tgl lahir : 07 Maret 2022
Jenis kelamin : Perempuan
No. status reg.:-
BB/PB : 2.450 gram/44 cm
Nama ibu : Ny.N Nama Ayah : Tn.D
Umur : 26 tahun Umur : 28 tahun
Suku Bangsa : Indonesia Suku Bangsa : Indonesia
Agama : islam Agama : islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Telp :0823xxxxxxxxx Telp. : 0822xxxxxxxx

B. ANAMNESA
Pada tanggal : 07 Januari 2022 Pukul : 21:30 WIB
1. Riwayat Penyakit Kehamilan:
a. Perdarahan : Tidak ada
b. Pre Eklampsi : Ada
c. Eklampsia : Tidak ada
d. Penyakit kelamin : Tidak ada
e. lain-lain : Tidak ada

21
22

2. KebiasanWaktu Hamil
a. Makanan : Nasi, sayur-sayuran dan lauk pauk
b. Obat-obatan/Jamu : Tidak ada
c. Lain-lain : Tidak ada
3. Riwayat Perslinan Sekarang
a. Jenis Persalinan : SC dengan indikasi letak sungsang
b. Di tolong oleh : dr.SPOG kolaborasi bidan
c. Ketuban Pecah : Spontan / AmniotomiLamanya :
d. Komplikasi persalinan
Ibu : Tidak ada
Bayi : Tidak ada
f. Keadaanbayibarulahir
Nilai Apgar : 8/9

Jumla
Tanda 0 1 2 h

Nilai
Menit Frekuensi jantung [ ] Tidak ada [ ] < 100 [√] >100
Ke - 1 Usaha nafas [ ] tidak ada [√] Lambat tak beraturan [ ] Menangis
Tonus otot [ ] Lumpuh [ ] Ext. Flexsi sedikit kuat 8

Refleksi [ ] Tak bereaksi [√] Gerakan sedikit [ ] Gerakan aktif


Warna [ ] Biru / pucat [ ] Tubuh kemerahan [√] menangis
Tanggal kaki biru [√] Kemerahan
Menit Frekuensi jantung [ ] Tidak ada [ ] <100 [√] >100
Ke - 2 Usaha nafas [ ] Tidak ada [ ]Lambat tak beraturan [√] Menangis
Tonus otot [ ] Lumpuh [ ] Ext. Flexsisedikit kuat 9

Warna [ ] Tak bereaksi [√ ] Gerakan sedikit [] Gerakanaktif


[ ] BiruPucat [ ] Tubuh kemerahan [√] Menangis
Tangan kaki biru [√] Kemerahan

22
23

RESUSITASI

Pengisapan lender : Tidak/ Ya Rangsangan : Tidak / Ya


Ambu : Tidak / Ya Lamanya :-
Massage jantung : Tidak/ Ya Lamanya :-
Intubasi Endotracheal : Tidak / Ya Lamanya :-
Oksigen : Tidak/ Ya Lamanya :-
Therapi : Tidak ada
Keterangan : BBLR

PEMERIKSAAN FISIK (DATA OBJEKTIF)


a. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik
Suhu : 36,5℃
Pernafasan : 40 x/i
Heart rate : 140 x/i
Berat badan sekarang : 2.450 gram
b. Pemeriksaan Fisik Secara Sistemetis
Kepala :Tidak ada caput succedenum, tidak ada chepal
hematoma
Ubun-ubun :Tidak ada molase
Muka :Tidak ada oedema, Simestris kiri dan kanan, tidak
pucat,warna kulit kemerahan.
Mata :Simetris kiri dan kanan,konjungtiva merah
muda,sclera tidak ikterus
Telinga :Simetris, tidak ada secret
Mulut :Tidak ada labioskiziz dan palatoskiziz, tidak ada
labiopalatoskiziz
Hidung :Tidak ada polip,tidak ada odema,tidak ada secret
Leher :Tidak ada kelenjar thyroid
24

Dada :Tidak ada retraksi dada,simetris kiri dan kanan


Talipusat :Tidak berair, tidak infeksi, tidak berbau
Punggug :Tidak ada spinibifida
Extremitas :Tidak ada polidaktil dan sindaktil
Genetalia :Labia mayora telah menutupi labia minora
Anus :Berlubang
Kulit :Kemerahan
c. Refleks
Refleks Moro : Positif
Refleks Rooting : Positif
Refleks Grahs : Positif
Refleks Suchking: Positif
Refleks Tonic Neek: Positif
d. Antropometri
Lingkar Kepala : 33 cm
Lingkar Dada : 30 cm
Lingkar lengan Atas: 11 cm
e. Eliminasi
Miksi : Sudah / Belum Warna :Tidak ada
Meconium : Sudah / Belum Warna :Tidak ada
f. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah : Hemoglobin : Tidak dilakukan Leukosit :Tidak
dilakukan
Bilirubin : Tidak dilakukan
Urine : Tidak dilakukan
Lain-lain : Tidak dilakukan

I. INTERPRETASI DATA
DIAGNOSA : By. Ny S usia 1 jam dengan BBLR
DS : Ibu melahirkan pada tanggal 7 Maret 2022, pukul 19:30
WIB secara SC dengan indikasi letak sungsang
25

DO : S= 36,5℃ ,Rr= 40 x/I, N= 140 x/I, BB= 2450 gram,


PB= 44 cm, Lk= 33 cm, Ld = 20 cm

II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA MASALAH POTENSIAL


Tidak ada
III. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN AKAN TINDAKAN SEGERA ATAU
KOLABORASI

Tidak Ada

IV. PERENCANAAN
1. Inform consent dan inform choice pada keluarga
2. Lakukan pencegahan hipotermi pada bayi
3. Anjurkan ibu memberikan ASI ekslusif pada bayi
4. Anjurkan teknik menyusui yang benar
5. Rawat tali pusat.
V. PENATALAKSANAAN
1. Melakukan inform consent dan inform choice kepada keluarga serta
memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan, tanda-tanda vital: denyut
jantung 140 x/I, pernafasan 40 x/I, suhu 36,5 0C, berat badan 2100gram,
panjang badan 43cm, keadaan bayi baik dan dirawat di incubator.
2. Melakukan pencegahan hipotermi pada bayi dengan menyalakan lampu di
tempat tidur bayi dan membedong bayi
3. Menganjurkan ibu memberikan ASI ekslusif pada bayi. Rangsangan oleh
hisapan bayi merangsang hipofisis posterior mengeluarkan hormone
oksitosin untuk sekresi ASI dan hipofisis anterior untuk mengeluarkan
ASI yang dibutuhkan bayi. Pentingnya ASI ekslusif berguna untuk
petumbuhan dan perkembangan bayi.
4. Menganjurkan teknik menyusui yang benar yaitu pertama mengeluarkan
sedikit ASI lalu oleskan pada bagian areola (putting) ibu setelah itu dekap
bayi dengan badan bayi mengarah pada ibu, lalu masukan putting ke
dalam mulut bayi pastikan semua masuk, biarkan bayi menyusu kurang
26

lebih 3-5menit, lakukan secara bergantian dengan kedua payudara ibu, lalu
setelah selesai masukan jari kelingking ibu kemulut bayi untuk
mengeluarkan putting setelah itu oles kembali dengan mengeluarkan
sedikit ASI.
5. Merawat tali pusat yaitu dengan perawatan terbuka, dan jangan
memberikan tambahan apapun ke kassa seperti betadine atau alcohol.
Adanya luka yang terbuka dan lembab dapat terjadi tempat berkembang
biaknya mikroorganisme.

VI. EVALUASI
1. Ibu dan keluarga sudah mengetahui hasil pemeriksaan
2. Telah dilakukan pencegahan hipotermi
3. Ibu bersedia memberikan ASI ekslusif pada bayinya
4. Ibu sudah mengerti dan mempraktikkan cara menyusui yang benar
5. Telah dilakukan perawatan tali pusat terbuka
27

ASUHAN KEBIDANAN PADA BY. NY. N USIA 3 HARI DENGAN


BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI NICU RUMAH SAKIT
HARAPAN BUNDA BATAM TAHUN 2021/2022

Catatan Perkembangan:

Tanggal Subjektif:
08-03-2022 1. Keadaan bayi sudah mulai membaik
2. Bayi sudah menyusui pada ibunya
Jam : 22.00 WIB Objektif:
Keadaan umum : sedang
Kesadaran : compos mentis
Suhu : 37,2 Celcius
Respirasi : 42 x/i
Denyut jantung : 128 x/i
Berat badan : 2.450 gram
Warna kulit : kemerahan
Refleks menghisap dan menelan: sedang
Assesment:
By.Ny.N usia 1 hari dengan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR)
Planning:
1. Melakukan informed concent dan inform choice
untuk mendapatkan persetujuan dari keluarga
atas tindakan yang akan dilakukan pada By
Ny.N dengan BBLR , hasil pemeriksaan, tanda-
tanda vital: Bb : 2450 gram, suhu : 37,1 ̊c, RR :
42x/I, Hr : 128 x/I , warna kulit : kemerahan .
-Ibu Keluarga telah mengisi informed concent
dan informed choice serta telah menyetujui
tindakan yang akan dilakukan , Ibu dan
28

keluarga sudah mengetahui hasil pemeriksaan


2. Mengajarkan ibu cara menyusui yang baik dan
benar yaitu pertama mengeluarkan sedikit ASI
lalu mengoleskannya pada putting, lalu pastikan
bagian putting masuk seluruhnya kemulut bayi
untuk mencegah putting susu lecet, bayi disusui
min 5-7menit secara bergantian dengan
payudara kiri dan kanan, lalu setelah selesai
masukan jari kelingking ibu dari samping untuk
mengeluarkan mulut bayi, dan terakhir
mengoleskan kembali putting susu ibu
-Ibu sudah mengerti dan telah dilakukan
3. Menganjurkan kepada ibu dan keluarga untuk
selalu menjaga kebersihan bayinya dengan cara
mencuci tangan sebelum dan sesudah
memegang bayi
-Ibu dan keluarga bersedia untuk mencuci
tangan sebelum dan sesudah memegang bayi
4. Menganjurkan kepada ibu untuk menyusui
bayinya secara on demand
-Ibu bersedia
Tanggal Subjektif
10/03/2022 1. Keadaan bayi sudah baik
Bayi sudah tidak didalam incubator
Jam : 08.00 WIB 2. Bayi menyusui dengan ibunya teratur
Objektif
Keadaan umum : baik
Kesadaran : compos mentis
Denyut jantung : 128 x/i
Pernafasan : 46 x/i
29

Suhu : 37,2 Celcius


Berat badan : 2.500 gram
Reflek menghisap dan menelan baik, gerakan dada
sesuai dengan pola nafas bayi dan warna kulit
kemerahan.
Assesment
By.Ny.N usia 3 hari dengan keadaan umum bayi
baik
Planning
1. Melakukan informed concent dan inform choice
untuk mendapatkan persetujuan dari keluarga
atas tindakan yang akan dilakukan pada By
Ny.N dengan BBLR , hasil pemeriksaan, tanda-
tanda vital: Bb : 2500 gram, suhu : 37,2 ̊c, RR :
46x/I, Hr : 128 x/I
-Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan dan
penjelasan yang sudah diberikan
1. Menganjurkan ibu untuk memberikan ASI
kepada bayinya secara on demand, agar
kenaikan berat badan bayinya cepat
-Ibu bersedia memberikan ASI secara on
demand
2. Mengganti pempers setiap kali BAB/BAK
-Telah dilakukan
3. Mengobservasi tali pusat bayi, menutup dengan
kasa steril
-Telah dilakukan
BAB IV
PEMBAHASAN

Bab ini akan menguraikan pembahasan Asuhan Kebidanan yang


dilakukan di Rumah Sakit Harapan Bunda Batam selama 3 hari asuhan di ruangan
Bayi, pemantauan akan diteruskan sampai bayi dan ibu dapat pulang dari RS.
Penulis akan diuraikan secara narasi menggunakan pendekatan
manajemen kebidanan dengan 7 langkah varney dan di dokumentasikan dalam
bentuk SOAP, maka pembahasan akan diuraikan dalam bentuk SOAP sebagai
berikut:
A. Data Subjektif
Dari hasil pengkajian pada By.Ny.N didapatkan data subjektif sejak
Tanggal 07 Januari 2022, maka pada bab ini penulis akan menguraikan
pembahasan mengenai “Asuhan Kebidanan Pada By.Ny.N Dengan Berat
Badan Lahir Di Ruang Bayi Rumah Sakit Harapan Bunda. By.Ny”N” telah
dilakukan pemeriksaan sesuai standar yang bertujuan untuk mendeteksi dini
keadaan bayi dan untuk memastikan bahwa By.Ny “N” dalam batas normal.
Dari hasil pengkajian data subjektif diperoleh data Ny.N usianya 26
Tahun. Dalam hal ini, usia tidak termasuk dalam faktor predisposisi
terjadinya BBLR. Pada kehamilan ini direncanakan oleh ibu, suami serta
keluarga.Faktor ekonomi juga sangat mempengaruhi terjadinya BBLR.
Keadaan sosial ekonomi secara tidak langsung mempengaruhi kejadian
BBLR, karena pada umumnya ibu dengan keadaan sosial ekonomi yang
rendah akan mempunyai intake nutrisi yang lebih rendah baik secara kualitas
maupun secara kuantitas, yang berakibat kepada rendahnya status gizi pada
ibu hamil.Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal ini
dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.Status
ekonomi biasanya erat hubungannya dengan pendapatan seseorang atau
keluarga.Penghasilan yang terbatas membuat kelangsungan kehamilanya
membuat berbagai masalah kebidanan. Ketergantungan sosial ekonomi pada
keluarga menimbulkan stress dan nilai gizi yang relatif rendah dapat

30
31

menimbulkan berbagai masalah kebidanan sehingga memudahkan


terjadinya Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
B. Data Objektif
Data objektif yang diperoleh pada bayi Ny.N yang lahir tanggal 07
Januari 2022 pukul 19.30 WIB secara SC ditolong oleh bidan dan dokter
di RSHB, jenis kelamin perempuan, menangis, tubuh kemerahan, tonus
otot baik. Meskipun bayi tersebut BBLR, namun secara kematang fisik
dan kematangan organ sudah matang. Hal tersebut sesui menurut
Pantiawati (2017) bahwa tingkat kematangan fungsi sistem organ neonatus
merupakan syarat untuk dapat beradaptasi dengan kehidupan diluar
rahim.Penyakit yang terjadi pada bayi BBLR berhubungan dengan belum
matangnya fungsi organ-organ tubuhnya.Hal ini berhubungan dengan
umur kehamilan saat bayi dilahirkan.
Sesuai advice dokter bayi tidak dilakukan IMD dan langsung
dibawa ke ruang Bayi untuk penangan awal bayi baru lahir dengan BBLR
untuk mencegah komplikasi terjadi. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan
diperoleh data objektif keadaan umum baik berat badan gram, panjang
badan 44 cm, lingkar kepala 33 cm, lingkar dada 30 cm. karakteristik
untuk bayi berat badan lahir rendah sama dengan atau kurang dari 2500
gram, panjang badan 55 kurang atau sama dengan 45 cm, lingkar dada
kurang atau sama dengan 30 cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan hasil pemeriksaan jaringan
lemak dibawah kulit tipis, bayi tampak lemah, verniks sedikit reflek
rooting dan sucking lemah tetapi semakin hari semakin membaik.Data
tersebut sesuai menurut maryanti (2016). Tanda dan gejala bayi premature
dalam kadaan dismatur akan dijumpai kulit terselubung verniks caseosa
tipis atau tidak ada kulit pucat atau bernoda meconium, kering keriput
tipis, jaringan lemak dibawah kulit tipis.
32

C. Planning
Asuhan kebidanan pada bayi Ny.N sesuai kolaborasi dengan dokter
spesialis anak dan protap Rumah Sakit Harapan Bunda Batam, pada saat
bayi lahir tidak dilakukan IMD dan bayi langsung dibawa ke ruang bayi
untuk penanganan awal bayi baru lahir dengan BBLR untuk mencegah
masalah-masalah yang spesifik. Menurut Varney (2015), pada kasus
BBLR ini potensial terjadi hipotermi, asfiksia, hipoglikemi, hiperbilirubin,
dan aspirasi mekonium. Namun, pada bayi Ny.N tidak terjadi masalah
potensial seperti asfiksia dan hipotermi karena ada penanganan yang
baik.Setelah dilihat bayinya tampak baik menangis kuat dan tonus otot
aktif.Lalu bayi dilakukan pemeriksaan fisik untuk diobservasi keadaan
umum dan TTV lebih lanjut.Sementara itu, untuk pemberian minum pada
bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram dalam keadaan sehat bayi
tidak langsung diberi minum, namun dipuasakan terlebih dahulu selama 2-
3 jam. Hal ini sesuai dengan pendapat Maryunani (2015) bahwa pada bayi
dismatur (kecil masa kehamilan) pemberian minum bayi sekitar 3 jam
setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung. Pada 3 jam
setelah persalinan bayi mulai di beri PASI melalui oral 15 ml/3 jam untuk
memeriksa reflex menelan bayi. Kemampun bayi baru lahir cukup bulan
untuk menelan dan mencerna makanan masih terbatas juga hubungan
antara esophagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang
mengakibatkan gumoh pada bayi baru lahir dan bayi muda. Kapasitas
lambung sendiri masih sangat terbatas, kurang dari 30 cc untuk seorang
bayi lahir cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan bertambah secara
lambat bersamaan dengan tumbuhnya bayi. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Maryunani (2015) bahwa reflex bayi BBLR masih lemah
sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit dengan
frekuensi yang lebih sering, permulaan cairan yang diberikan 50-60 cc/kg
bb/hari terus dinaikan sampai mencapai sekitar 200 cc/kg bb/hari.
33

Saat pemberian Susu Formula Bayi BBLR dilakukan pemantauan


reaksi alergi. Saat dipantau bayi tidak ada reaksi alergi terhadap susu
formula. Karena, bayi mudah alergi terhadap zat makanan
tertentu.Keadaan ini terjadi akibat usus bayi masih permeable, sehingga
mudah dilalui oleh protein asing. Selama dilakukan perawatan di rumah
sakit bayi sudah mendapatkan asupan nutrisi (intake) sebanyak 240 cc
yaitu pada hari pertama 6x10-20cc dan kedua 5x20-30cc. Untuk
pemantauan output bayi, pada hari pertama BAK 5x sehari dan BAB 3x
sehari. Hari ke dua BAK 6x sehari dan BAB 2x sehari. Hal ini sesuai
menurut IDAI (2015) bahwa bayi akan BAK 5-6 kali per hari dan BAB 3-
4 kali per hari.
Untuk mencegah terjadinya infeksi pada bayi baik petugas maupun
ibu dan keluarga melakukan tindakan aseptic dan antiseptic seperti
mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi. Hal ini sesuai
pendapat yang diungkapkan oleh Prawirohardjo (2015) bahwa bayi dengan
berat badan lahir rendah (BBLR) angat rentan akan infeksi, perhatikan
prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan sebelum
memegang bayi.
Setelah 3 hari bayi dirawat bayi dipulangkan ketika bayi sudah
dapat menyusu dengan baik, sebelum pulang ibu diberikan penjelasan
mengenai perawatan bayi sehari-hari seperti ASI eksklusif, mengingatkan
mengganti popok/pakaian bayi setiap BAK/BAB, setiap pagi harus
dijemur, dan pencegahan hipotermi, serta memberikan konseling
mengenai gizi pada ibunya guna untuk memenuhi nutrisi bayi.
BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Setelah dilakukan asuhan kebidanan bayi baru lahir pada By. Ny. N sesuai
dengan metode SOAP yaitu dari pengumpulan data subjektif,data
objektif,mengidentifikasi diagnose,dan penatalaksanaan maka dapat
disimpulkan :

1. Dari hasil pengkajian data subjektif dapat dilakukan dengan baik dengan
hasil bayi Ny. N lahir tanggal 07 Januari 2022 jam 19:30, jenis kelamin
perempuan,dengan persalinan SC dan tidak ada komplikasi saat persalinan
2. Dari hasil pengkajian data objektif di dapatkan hasil yaitu keadaan umum
bayi baik, suhu 36,50C, pernafasan 40x/menit, heart rate 140x/menit, berat
badan 2.450 gram, panjang badan 44cm,lingkar kepala 33cm, dan lingkar
dada 30 cm dan tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.
3. Setelah pengkajian data subjektif dan data objektif dilakukan maka dapat
dibuat interpretasi data atau menegakkan. Diagnosa yang dapat diambil
adalah Bayi Ny.N usia 2 jam dengan BBLR.
4. Dari diagnosa yang telah ditentukan pada bayi Ny. N maka
penatalaksanaan yang akan diberikan adalah Melakukan inform consent
dan inform choice kepada keluarga serta memberitahu ibu dan keluarga
hasil pemeriksaan, tanda-tanda vital: denyut jantung 140 x/I, pernafasan
40 x/I, suhu 36,50C, berat badan 2.450 gram, panjang badan 44 cm,
keadaan bayi baik. Menganjurkan ibu memberikan ASI ekslusif pada bayi.
Rangsangan oleh hisapan bayi merangsang hipofisis posterior
mengeluarkan hormone oksitosin untuk sekresi ASI dan hipofisis anterior
untuk mengeluarkan ASI yang dibutuhkan bayi. Pentingnya ASI ekslusif
berguna untuk petumbuhan dan perkembangan bayi,Menganjurkan teknik
menyusui yang benar yaitu pertama mengeluarkan sedikit ASI lalu oleskan
pada bagian areola (putting) ibu setelah itu dekap bayi dengan badan bayi

34
35

mengarah pada ibu, lalu masukan putting ke dalam mulut bayi pastikan
semua masuk, biarkan bayi menyusu kurang lebih 3-5menit, lakukan
secara bergantian dengan kedua payudara ibu, lalu setelah selesai masukan
jari kelingking ibu kemulut bayi untuk mengeluarkan putting setelah itu
oles kembali dengan mengeluarkan sedikit ASI ,dan merawat tali pusat
yaitu dengan perawatan terbuka, dan jangan memberikan tambahan
apapun ke kassa seperti betadine atau alcohol. Adanya luka yang terbuka
dan lembab dapat terjadi tempat berkembang biaknya mikroorganisme.

5.2 SARAN

1. Bagi Institusi
Sebagai sumber informasi untuk kemajuan perkembangan ilmu kebidanan
dan sebagai referensi untuk mengetahui perbandingan antara praktik di
lahan dengan teori.
2. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa lebih memahami teori bayi baru lahir sehingga
mampu meningkatkan ketrampilan dalam memberikan asuhan kebidanan
pada BBLR.
DAFTAR PUSTAKA

. B.G Manuaba, dkk.2017.Pengantar Kuliah Obstetri.Jakarta:EGC.

Doenges, Marilynn E.Rencana Asuhan Kebidanan.2016.Jakarta:EGC.

Data Angka Kematian Bayi di Indonesia.SDKI 2019

Darto, Suharso. 2017.Asuhan pada bayi baru lahir patologipada neonates

Depkes,RI. 2019. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019.Kementrian


Kesehatan Republik Indonesia.

Myles.2015.Buku Ajar Bidan Edisi 14. Jakarta:EGC.

Manuaba, 2015, Asuhan Pada Bayi Berat Lahir Rendah, Jakarta: Salemba
Medika

Muthayya, 2017, Perawatan Berat Bayi Lahir Rendah, Jakarta: ECG

Nining, 2018. Perawatan pada neonates BBLR,Jakarta:EGC

Profil Dinas Kesehatan Kota Batam tentang AKB.Profil Dinkes Kota


Batam,2018

Anda mungkin juga menyukai