Laporan Kasus BBLR
Laporan Kasus BBLR
DI SUSUN OLEH :
PADA TANGGAL :
07 MARET 2022
Asuhan Kebidanan Pada By. Ny.N Usia 2 Jam dengan Berat Badan Lahir Rendah
Di Ruang Bayi Rumah Sakit Harapan Bunda Batam
Tahun 2022
Di Susun Oleh :
Pada Tanggal
07 Maret 2022
i
PERNYATAAN KEASLIAN
NIM : 526080619009
Prodi D-III Kebidanan Institut Kesehatan Mitra Bunda, dengan ini saya
Yang Menyatakan
Mahasiswa
Siti Alvira
526080619009
ii
KATA PENGANTAR
Penulis
iii
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
Bali (5,8%), Sulawesi Barat (7,2%), Jambi (7,5%), Riau (7,6%), dan
Sulawesi Utara (7,9%). Angka tersebut belum mencerminkan kondisi
sebenarnya yang ada di masyarakat karena belum semua berat badan bayi
yang dilahirkan dapat dipantau oleh petugas kesehatan, khususnya yang
ditolong oleh dukun atau tenaga non-kesehatan lainnya (SDKI,2019)
Angka Kematian Bayi adalah kematian yang terjadi sebelum anak
mencapai tepat umur 1 tahun per 1000 kelahiran hidup. Mendukung upaya
pemerintah pusat, maka Pemerintah Daerah Kota Batam dengan leading
sektor Dinas Kesehatan bersama instansi terkait lainnya serta seluruh elemen
masyarakat Kota Batam terus berupaya untuk menurunkan angka kematian
bayi seoptimal mungkin. Dibanding tahun sebelumnya, pada tahun 2017
terjadi sedikit kenaikan dari 4,5 per 1000 kelahiran hidup menjadi 5,7 per
1000 Kelahiran hidup (DinKes Kota Batam,2018)
Dalam survei yang dilakukan sejak 2013 hingga 2017, diklasifikasikan
lima mortalitas kematian bayi. Pertama, kematian neonatum atau peluang
terjadinya kematian pada nol sampai 28 hari pasca kelahiran. Dalam indikator
itu, angka kematiannya mencapai satu anak per seribu kelahiran (1,5%).
Selanjutnya adalah post neonatum atau peluang kematian di selisih antara
kematian bayi dan kematian neonatum atau satu sampai sebelas bulan, yang
dalam SDKI tercatat (0,8%). Selanjutnya adalah kematian bayi; yakni
peluang kematian di usia nol sampai sebelas bulan, yang tercatat (2,4%).Lalu,
di rentang usia satu sampai empat tahun, atau yang diklasifikasikan sebagai
kematian anak yang tercatat (0,7%). Terakhir adalah kematian balita, yakni
peluang kematian sebelum mencapai usia lima tahun yang mencatatkan angka
tertinggi (3,6%).Angka kematian anak di Indonesia pada periode lima tahun
sebelum survei diperoleh, hasil angka kematian neonatum sebesar 15 per
seribu kelahiran hidup, angka kematian bayi sebesar 24 per seribu kelahiran
hidup, dan angka kematian balita sebesar 32 per seribu kelahiran hidup
(SDKI,2018)
Berat badan lahir rendah adalah salah satu indicator dalam tumbuh
kembang anak hingga masa status gizi yang diperoleh janin selama dalam
3
kandungan. Pada negara berkembang, berat bayi lahir rendah (BBLR) masih
menjadi salah satu permasalahan defiensi zat gizi. Berat badan lahir rendah
adalah berat badan kurang dari 2500 gram, tanpa memandang gestasi
(Kosim,2012). Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah beresiko
tinggi mengalami mortalitas dan morbiditas pada masa pertumbuhannya
(Manuaba,2015).
Menurut WHO pada tahun 2019 di dunia terdapat kejadian BBLR
adalah 15,5%, yang berarti sekitar 20,6 juta bayi tersebut lahir setiap tahun,
96,5% di antaranya di negara-negara berkembang. Tingkat BBLR dalam
pengembangan Negara (16,5%) lebih dari dua kali lipat tingkat di
kembangkan Daerah (7%). Berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu
masalah utama di negara berkembang. India adalah salah satu negara dengan
tingkat tertinggi kejadian BBLR. Sekitar 27% bayi yang lahir di India adalah
BBLR. Asia Selatan memiliki kejadian tertinggi, dengan 28% bayi dengan
BBLR, Sedangkan Asia Timur / Pasifik memiliki tingkat terendah, yaitu 6%
(WHO, 2019).
Berdasarkan data yang didapatkan dari Dinas Kesehatan Kota Batam,
jumlah kejadian BBLR adalah sebanyak 377 bayi (1,19%) dari 31.744
kelahiran hidup yang di timbang, kasus ini menurun di banding tahun 2010
sebanyak 1.015 (3,2%) (DinKes Kota Batam,2018)
Bayi dengan badan lahir rendah (BBLR) akan meningkatkan angka
kematian bayi. Berat badan lahir sangat menentukan prognosa dan komplikasi
yang terjadi. Hal ini akan bertambah buruk jika berat badan tidak bertambah
untuk waktu yang lama (Maryunani,2016).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Bhaskar Kumar Ravi tahun 2015
terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian BBLR yaitu ibu
hamil yang berumur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, ibu
mempunyai riwayat BBLR sebelumnya, tingkat kemiskinan, berat yang
kurang, kurang Gizi, anemia, hipertensi, dan pendidikan yang rendah.
Cakupan Jarak kehamilan, pemeriksaan tekanan darah, penimbangan berat
badan dan cakupan pemeriksaan kadar hemoglobin merupakan faktor resiko
4
2. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan pengkajian dan pengumpulan data secara lengkap
pada Bayi Baru Lahir dengan BBLR di Ruang Bayi Rumah Sakit
Harapan Bunda Batam Tahun 2022.
b. Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial berdasarkan
interpretasi data dasar pada Bayi Baru Lahir dengan BBLR di Ruang
Bayi Rumah Sakit Harapan Bunda Batam Tahun 2022.
c. Mengantisipasi masalah potensial yang timbul pada Bayi Baru Lahir
dengan BBLR di Ruang Bayi Rumah Sakit Harapan Bunda Batam
Tahun 2022.
d. Melaksanakan antisipasi atau tindakan segera pada Bayi Baru Lahir
dengan BBLR di Ruang Bayi Rumah Sakit Harapan Bunda Batam
Tahun 2022.
e. Menyusun perencananaan berdasarkan rasionalisme pada Bayi Baru
Lahir dengan BBLR di Ruang Bayi Rumah Sakit Harapan Bunda
Batam Tahun 2022.
f. Melaksanakan asuhan kebidanan berdasarkan rencana yang telah di
buat pada Bayi Baru Lahir dengan BBLR di Ruang Bayi Rumah
Sakit Harapan Bunda Batam Tahun 2022.
g. Melaksanakan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan pada
Bayi Baru Lahir dengan BBLR di Ruang Bayi Rumah Sakit Harapan
Bunda Batam Tahun 2022.
1.4 Manfaat Penulisan
1. Teoritis
Hasil penelitian ini memberikan sumbangan disiplin ilmu kebidanan
dan tidak menutup kemungkinan bagi disiplin ilmu lainnya.
2. Praktis
a. Bagi Lahan Praktik
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan study banding dalam
melaksanakan Asuhan Kebidanan pada bayi Neonatus Cukup Bulan
Sesuai Masa Kehamilan dan Bayi Berat Lahir Rendah.
6
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) adalah berat bayi saat lahir
kurang dari 2500 gram yang merupakan hasil dari kelahiran premature
(sebelum 37 minggu usia kehamilan). Bayi dengan berat badan
lahirrendah sangat erat kaitannya dengan mortalitas dan morbiditas,
sehinggaakan menghambat pertumbuhan dan perkembangan kognitif serta
penyakitkronis di kemudian hari (Manuaba,2015)
7
8
2.3 Patofisiologi
tidak menderita sakit, dan tidak ada gangguan gizi pada masa prahamil
maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi lebih besar dan lebihsehat dari
pada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebaliknya. Ibu dengankondisi
kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR,vitalitas
yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita
anemia.Ibu hamil umumnya mengalami deplesi atau penyusutan besi sehingga
memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk
metabolisme besi yang normal. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan
gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupunsel
otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin didalam
kandungan, abortus, cacat bawaan, dan BBLR. Hal ini menyebabkan
morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna
lebih tinggi, sehingga kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan premature
juga lebih besar (Nelson, 2015).
2.4 Etiologi
1. Faktor Ibu (maternal)
a. Usia Ibu Umur ibu terlalu muda (< 20 tahun) ataupun terlalu tua (> 35
tahun) merupakan salah satu faktor risiko penyebab BBLR. Penyulit
pada kehamilan remaja (< 20 tahun) lebih tinggi dibandingkan kurung
waktu reproduksi sehat (usia 20-30 tahun) keadaan ini disebabkan
belum matangnya alat reproduksi untuk hamil, sehingga dapat
merugikan kesehatan ibu maupun perkembangan dan pertumbuhan
janin. Keadaan tersebut akan lebih menyulitkan bila ditambah dengan
tekanan (stres) psikologik, sosial ekonomi, sehingga memudahkan
terjadinya keguguran, BBLR, mudah terjadi infeksi, anemia
kehamilan, keracunan kehamilan (gestosis) dan kematian ibu yang
tinggi. gangguan persalinan, pre eklampsia dan perdarahan antepartum.
Ibu hamil > 35 tahun terjadi penurunan fungsi organ melalui proses
penuaan dan jalan lahir juga tambah kaku sehingga terjadi persalinan
macet dan pendarahan, selain itu dapat melahirkan bayi belum cukup
10
2.5 Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada bayi dengan berat lahir rendah yaitu:
1) Sindrom aspirasi meconium
Sindrom aspirasi mekonium adalah gangguan pernapasanpada
bayi baru lahir yang disebabkan oleh masuknyamekonium (tinja
bayi)ke paru-paru sebelum atau sekitar waktukelahiran (menyebabkan
kesulitan bernafas pada bayi).
2) Hipoglikemi simptomatik
Hipoglikemi adalah kondisi ketidaknormalan kadar glokosa
serum yang rendah. Keadaan ini dapat didefinisikan sebagai
kadar glukosa dibawah 40 mg/dL. Hipoglikemi sering terjadi
pada BBLR, karena cadangan glukosa rendah, terutama pada
laki-laki.
3) Penyakit membrane hialin
yang disebabkan karena membrane surfaktan belum sempurna atau
cukup, sehingga alveoli kolaps.Sesudah bayi mengadakan aspirasi
tidak tertinggal udara dalam alveoli, sehingga dibutuhkan tenaga
negative yang tinggi untuk pernafasan berikutnya.
4) Asfiksia neonatorum
Asfiksia neonatorum ialah suatu keadaan bayi baru lahir
yang gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.
5) Hiperbilirubinemia (gangguan pertumbuhan hati)
Hiperbilirubinemia (icterus bayi baru lahir) adalah meningginya
kadar bilirubin di dalam jaringan ekstravaskuler, sehingga kulit,
konjungtiva, mukosa dan alat tubuh lainnya berwarna kuning.
(Mitayani,2016)
2.6 Pencegahan
Menurut Manuaba (2015), dengan mengetahui berbagai faktor penyebab
berat badan lahir rendah dapat dipertimbangkan langkah pencegahan dengan
cara:
14
2.7 Penanganan
Mengingat belum sempurnanya kerja alat-alat tubuh yang perlu untuk
pertumbuhan dan perkembangan dan penyesuaian diri dengan lingkungan
hidup diluar uterus maka perlu diperhatikan pengaturan suhu lingkungan,
pemberian makanan, dan bila perlu pemberian oksigen, mencegah infeksi serta
mencegah kekurangan vitamin dan zat besi (Winkjosastro, 2016)
a) Mempertahankan suhu tubuh
Bayi prematur mudah dan cepat sekali menderita hipotermia bila
berada di lingkungan dingin. Bila bayi dirawat di dalam inkubator, maka
suhunya untuk bayi dengan berat badan kurang dari 2 kg adalah 35°C dan
untuk bayi berat badan 2-2,5 kg 34°C agar ia dapat mempertahankan suhu
tubu sekitar 37°C suhu inkubator dapat diturukan 1°C perminggu untuk
bayi dengan berat badan kurang dari 2 kg secara berangsur-angsur ia dapat
diletakan didalam tempat tidur bayi dengan suhu lingkungan 27°C-29°C.
Bila inkubator tidak ada, pemanasan dapat dilakukan dengan membungkus
bayi dan meletakkan botol-botol hangat di sekitar atau dengan memasang
lampu petromaks didekatkan pada tempat tidur bayi. Bayi dalam inkubator
hanya dipakaikan popok. Hal ini penting untuk memudahkan pengawasan
mengenai keadaan umum, tingkah laku, pernapasan dan kejang
(Winkjosastro, 2016).
Hampir seluruh bayi BBLR memerlukan perawatan di rumah sakit
setelah lahir. Penanganan dapat dilakukan sesuai dengan usia
kehamilan, kondisi kesehatan, serta respons bayi terhadap pengobatan
atau prosedur tertentu. Untuk bayi BBLR dengan komplikasi tertentu,
seperti paru-paru yang belum matang atau masalah pada usus, maka
bayi tersebut perlu dirawat di ruang perawatan intensif neonatal
(NICU). Di ruang ini, petugas medis akan membaringkan bayi di
tempat tidur yang suhunya telah diatur, serta memberikan susu dengan
teknik dan alat khusus. Bayi baru diperbolehkan pulang setelah
komplikasi dapat diatasi dan ibunya dapat memberikan ASI secara
normal.
16
a. Dukungan respirasi
Tujuan primer dalam asuhan bayi resiko tinggi adalah mencapai dan
mempertahankan respirasi. Banyak bayi memerlukan oksigen suplemen dan
bantuan ventilasi. Bayi dengan atau tanpa penanganan suportif ini
diposisikan untuk memaksimalkan oksigenasi karena pada BBLR beresiko
mengalami defisiensi surfaktan dan periadik apneu.Dalam kondisi seperti ini
diperlukan pembersihan jalan nafas, merangsang pernafasan, diposisikan
miring untuk mencegah aspirasi, posisikan tertelungkup jika mungkin
karena posisi ini menghasilkan oksigenasi yang lebih baik,terapi oksigen
diberikan berdasarkan kebutuhan dan penyakit bayi. Pemberian oksigen
100% dapat memberikan efek edema paru dan retinopathy of prematurity.
b. Termoregulasi
Kebutuhan yangpaling krusial pada BBLR setelah tercapainya
respirasi adalah pemberian kehangatan eksternal. Pencegahan kehilangan
panas pada bayi distress sangat dibutuhkan karena produksi panas
merupakan proses kompleks yang melibatkan sistem kardiovaskular,
neurologis, dan metabolik.Bayi harus dirawat dalam suhu lingkungan yang
netral yaitu suhu yang diperlukan untuk konsumsi oksigen dan pengeluaran
kalori minimal. Menurut Thomas (1994) suhu aksilaroptimal bagi bayi
dalam kisaran 36,5°C –37,5°C, sedangkan menurut Sauer dan Visser (1984)
suhu netral bagi bayi adalah 36,7°C –37,3°C.
e. Nutrisi
Nutrisi yang optimal sangat kritis dalam manajemen bayi BBLR tetapi
terdapat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi mereka karena
berbagai mekanisme ingesti dan digesti makanan belum sepenuhnya
berkembang. Jumlah, jadwal,dan metode pemberian nutrisi ditentukan oleh
ukuran dan kondisi bayi. Nutrisi dapat diberikan melalui parenteral ataupun
enteral atau dengan kombinasi keduanya.
Bayi preterm menuntut waktu yang lebih lama dan kesabaran dalam
pemberian makan dibandingkan bayi cukup bulan. Mekanisme oral-faring
dapat terganggu oleh usaha memberi makan yang terlalu cepat. Penting
untuk tidak membuat bayi kelelahan atau melebihi kapasitas mereka dalam
menerima makanan. Toleransi yang berhubungan dengan kemampuan bayi
menyusu harus didasarkan pada evaluasi status respirasi, denyut jantung,
saturasi oksigen, dan variasi dari kondisi normal dapat menunjukkan stress
dan keletihan.
Bayi akan mengalami kesulitan dalam koordinasi mengisap, menelan,
dan bernapas sehingga berakibat apnea, bradikardi, dan penurunan saturasi
oksigen.Pada bayi dengan reflek menghisap dan menelan yang kurang,
nutrisi dapat diberikan melalui sonde ke lambung.
f. Penghematan energy
Salah satu tujuan utama perawatan bayi resiko tinggi adalah menghemat
energi, Oleh karena itu BBLR ditangani seminimal mungkin. Bayi yang
dirawat di dalam inkubator tidak membutuhkan pakaian , tetapi hanya
membutuhkan popok atau alas. Dengan demikian kegiatan melepas dan
memakaikan pakaian tidak perlu dilakukan. Selain itu, observasi dapat
dilakukan tanpa harus membuka pakaian.
Bayi yang tidak menggunakan energi tambahan untuk aktivitas
bernafas, minum, dan pengaturan suhu tubuh, energi tersebut dapat
digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan. Mengurangi tingkat
kebisingan lingkungan dan cahaya yang tidak terlalu terang meningkatkan
kenyamanan dan ketenangan sehingga bayi dapat beristirahat lebih banyak.
20
STUDI KASUS
B. ANAMNESA
Pada tanggal : 07 Januari 2022 Pukul : 21:30 WIB
1. Riwayat Penyakit Kehamilan:
a. Perdarahan : Tidak ada
b. Pre Eklampsi : Ada
c. Eklampsia : Tidak ada
d. Penyakit kelamin : Tidak ada
e. lain-lain : Tidak ada
21
22
2. KebiasanWaktu Hamil
a. Makanan : Nasi, sayur-sayuran dan lauk pauk
b. Obat-obatan/Jamu : Tidak ada
c. Lain-lain : Tidak ada
3. Riwayat Perslinan Sekarang
a. Jenis Persalinan : SC dengan indikasi letak sungsang
b. Di tolong oleh : dr.SPOG kolaborasi bidan
c. Ketuban Pecah : Spontan / AmniotomiLamanya :
d. Komplikasi persalinan
Ibu : Tidak ada
Bayi : Tidak ada
f. Keadaanbayibarulahir
Nilai Apgar : 8/9
Jumla
Tanda 0 1 2 h
Nilai
Menit Frekuensi jantung [ ] Tidak ada [ ] < 100 [√] >100
Ke - 1 Usaha nafas [ ] tidak ada [√] Lambat tak beraturan [ ] Menangis
Tonus otot [ ] Lumpuh [ ] Ext. Flexsi sedikit kuat 8
22
23
RESUSITASI
I. INTERPRETASI DATA
DIAGNOSA : By. Ny S usia 1 jam dengan BBLR
DS : Ibu melahirkan pada tanggal 7 Maret 2022, pukul 19:30
WIB secara SC dengan indikasi letak sungsang
25
Tidak Ada
IV. PERENCANAAN
1. Inform consent dan inform choice pada keluarga
2. Lakukan pencegahan hipotermi pada bayi
3. Anjurkan ibu memberikan ASI ekslusif pada bayi
4. Anjurkan teknik menyusui yang benar
5. Rawat tali pusat.
V. PENATALAKSANAAN
1. Melakukan inform consent dan inform choice kepada keluarga serta
memberitahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan, tanda-tanda vital: denyut
jantung 140 x/I, pernafasan 40 x/I, suhu 36,5 0C, berat badan 2100gram,
panjang badan 43cm, keadaan bayi baik dan dirawat di incubator.
2. Melakukan pencegahan hipotermi pada bayi dengan menyalakan lampu di
tempat tidur bayi dan membedong bayi
3. Menganjurkan ibu memberikan ASI ekslusif pada bayi. Rangsangan oleh
hisapan bayi merangsang hipofisis posterior mengeluarkan hormone
oksitosin untuk sekresi ASI dan hipofisis anterior untuk mengeluarkan
ASI yang dibutuhkan bayi. Pentingnya ASI ekslusif berguna untuk
petumbuhan dan perkembangan bayi.
4. Menganjurkan teknik menyusui yang benar yaitu pertama mengeluarkan
sedikit ASI lalu oleskan pada bagian areola (putting) ibu setelah itu dekap
bayi dengan badan bayi mengarah pada ibu, lalu masukan putting ke
dalam mulut bayi pastikan semua masuk, biarkan bayi menyusu kurang
26
lebih 3-5menit, lakukan secara bergantian dengan kedua payudara ibu, lalu
setelah selesai masukan jari kelingking ibu kemulut bayi untuk
mengeluarkan putting setelah itu oles kembali dengan mengeluarkan
sedikit ASI.
5. Merawat tali pusat yaitu dengan perawatan terbuka, dan jangan
memberikan tambahan apapun ke kassa seperti betadine atau alcohol.
Adanya luka yang terbuka dan lembab dapat terjadi tempat berkembang
biaknya mikroorganisme.
VI. EVALUASI
1. Ibu dan keluarga sudah mengetahui hasil pemeriksaan
2. Telah dilakukan pencegahan hipotermi
3. Ibu bersedia memberikan ASI ekslusif pada bayinya
4. Ibu sudah mengerti dan mempraktikkan cara menyusui yang benar
5. Telah dilakukan perawatan tali pusat terbuka
27
Catatan Perkembangan:
Tanggal Subjektif:
08-03-2022 1. Keadaan bayi sudah mulai membaik
2. Bayi sudah menyusui pada ibunya
Jam : 22.00 WIB Objektif:
Keadaan umum : sedang
Kesadaran : compos mentis
Suhu : 37,2 Celcius
Respirasi : 42 x/i
Denyut jantung : 128 x/i
Berat badan : 2.450 gram
Warna kulit : kemerahan
Refleks menghisap dan menelan: sedang
Assesment:
By.Ny.N usia 1 hari dengan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR)
Planning:
1. Melakukan informed concent dan inform choice
untuk mendapatkan persetujuan dari keluarga
atas tindakan yang akan dilakukan pada By
Ny.N dengan BBLR , hasil pemeriksaan, tanda-
tanda vital: Bb : 2450 gram, suhu : 37,1 ̊c, RR :
42x/I, Hr : 128 x/I , warna kulit : kemerahan .
-Ibu Keluarga telah mengisi informed concent
dan informed choice serta telah menyetujui
tindakan yang akan dilakukan , Ibu dan
28
30
31
C. Planning
Asuhan kebidanan pada bayi Ny.N sesuai kolaborasi dengan dokter
spesialis anak dan protap Rumah Sakit Harapan Bunda Batam, pada saat
bayi lahir tidak dilakukan IMD dan bayi langsung dibawa ke ruang bayi
untuk penanganan awal bayi baru lahir dengan BBLR untuk mencegah
masalah-masalah yang spesifik. Menurut Varney (2015), pada kasus
BBLR ini potensial terjadi hipotermi, asfiksia, hipoglikemi, hiperbilirubin,
dan aspirasi mekonium. Namun, pada bayi Ny.N tidak terjadi masalah
potensial seperti asfiksia dan hipotermi karena ada penanganan yang
baik.Setelah dilihat bayinya tampak baik menangis kuat dan tonus otot
aktif.Lalu bayi dilakukan pemeriksaan fisik untuk diobservasi keadaan
umum dan TTV lebih lanjut.Sementara itu, untuk pemberian minum pada
bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram dalam keadaan sehat bayi
tidak langsung diberi minum, namun dipuasakan terlebih dahulu selama 2-
3 jam. Hal ini sesuai dengan pendapat Maryunani (2015) bahwa pada bayi
dismatur (kecil masa kehamilan) pemberian minum bayi sekitar 3 jam
setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung. Pada 3 jam
setelah persalinan bayi mulai di beri PASI melalui oral 15 ml/3 jam untuk
memeriksa reflex menelan bayi. Kemampun bayi baru lahir cukup bulan
untuk menelan dan mencerna makanan masih terbatas juga hubungan
antara esophagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang
mengakibatkan gumoh pada bayi baru lahir dan bayi muda. Kapasitas
lambung sendiri masih sangat terbatas, kurang dari 30 cc untuk seorang
bayi lahir cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan bertambah secara
lambat bersamaan dengan tumbuhnya bayi. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Maryunani (2015) bahwa reflex bayi BBLR masih lemah
sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit dengan
frekuensi yang lebih sering, permulaan cairan yang diberikan 50-60 cc/kg
bb/hari terus dinaikan sampai mencapai sekitar 200 cc/kg bb/hari.
33
5.1 KESIMPULAN
Setelah dilakukan asuhan kebidanan bayi baru lahir pada By. Ny. N sesuai
dengan metode SOAP yaitu dari pengumpulan data subjektif,data
objektif,mengidentifikasi diagnose,dan penatalaksanaan maka dapat
disimpulkan :
1. Dari hasil pengkajian data subjektif dapat dilakukan dengan baik dengan
hasil bayi Ny. N lahir tanggal 07 Januari 2022 jam 19:30, jenis kelamin
perempuan,dengan persalinan SC dan tidak ada komplikasi saat persalinan
2. Dari hasil pengkajian data objektif di dapatkan hasil yaitu keadaan umum
bayi baik, suhu 36,50C, pernafasan 40x/menit, heart rate 140x/menit, berat
badan 2.450 gram, panjang badan 44cm,lingkar kepala 33cm, dan lingkar
dada 30 cm dan tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.
3. Setelah pengkajian data subjektif dan data objektif dilakukan maka dapat
dibuat interpretasi data atau menegakkan. Diagnosa yang dapat diambil
adalah Bayi Ny.N usia 2 jam dengan BBLR.
4. Dari diagnosa yang telah ditentukan pada bayi Ny. N maka
penatalaksanaan yang akan diberikan adalah Melakukan inform consent
dan inform choice kepada keluarga serta memberitahu ibu dan keluarga
hasil pemeriksaan, tanda-tanda vital: denyut jantung 140 x/I, pernafasan
40 x/I, suhu 36,50C, berat badan 2.450 gram, panjang badan 44 cm,
keadaan bayi baik. Menganjurkan ibu memberikan ASI ekslusif pada bayi.
Rangsangan oleh hisapan bayi merangsang hipofisis posterior
mengeluarkan hormone oksitosin untuk sekresi ASI dan hipofisis anterior
untuk mengeluarkan ASI yang dibutuhkan bayi. Pentingnya ASI ekslusif
berguna untuk petumbuhan dan perkembangan bayi,Menganjurkan teknik
menyusui yang benar yaitu pertama mengeluarkan sedikit ASI lalu oleskan
pada bagian areola (putting) ibu setelah itu dekap bayi dengan badan bayi
34
35
mengarah pada ibu, lalu masukan putting ke dalam mulut bayi pastikan
semua masuk, biarkan bayi menyusu kurang lebih 3-5menit, lakukan
secara bergantian dengan kedua payudara ibu, lalu setelah selesai masukan
jari kelingking ibu kemulut bayi untuk mengeluarkan putting setelah itu
oles kembali dengan mengeluarkan sedikit ASI ,dan merawat tali pusat
yaitu dengan perawatan terbuka, dan jangan memberikan tambahan
apapun ke kassa seperti betadine atau alcohol. Adanya luka yang terbuka
dan lembab dapat terjadi tempat berkembang biaknya mikroorganisme.
5.2 SARAN
1. Bagi Institusi
Sebagai sumber informasi untuk kemajuan perkembangan ilmu kebidanan
dan sebagai referensi untuk mengetahui perbandingan antara praktik di
lahan dengan teori.
2. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa lebih memahami teori bayi baru lahir sehingga
mampu meningkatkan ketrampilan dalam memberikan asuhan kebidanan
pada BBLR.
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, 2015, Asuhan Pada Bayi Berat Lahir Rendah, Jakarta: Salemba
Medika