Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

STANDAR PELAYANAN MINIMAL BAYI BARU LAHIR

DI SUSUN OLEH KELOMPOK III :


1. INDRIYAWATI
2. LIDIA MELLAN DAUNDI
3. MARLIN KARUBABA
4. MARTAFINA ERARI
5. MELINDA
6. MERINA KULLA
7. NELLY YAWAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAYAPURA
PROGRAM STUDI SERJANAH TERAPAN KEBIDANAN
KABUPATEN JAYAPURA
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami ingin mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga makalah
yang berjudul “Standar Pelayanan Minimal Bayi Baru Lahir” ini dapat
diselesaikan.

Kami mengakui bahwa kami adalah manusia yang mempunyai keterbatasan


dalam berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal yang dapat diselesaikan
dengan sangat sempurna. Maka dari itu, kami bersedia menerima kritik dan
saran. Kami akan menerima semua kritik dan saran tersebut sebagai batu
loncatan yang dapat memperbaiki makalah kami di masa datang. Sehingga
semoga dapat diselesaikan dengan hasil yang lebih baik. Dan semoga makalah
ini bermanfaat.

Timika, 13 Februari 2024

Kelompok III

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i


KATA PENGANTAR.............................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................... 3
C. Tujuan.................................................................................. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Standar Pelayanan Minimal Bayi Baru Lahir.......................4

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan..........................................................................6
B. Saran...................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Secara global menurut WHO (World Health Organization) 2021,


sekitar 2,5 juta kematian neonatal dilaporkan tiap tahunnya.
Kematian neonatus menyumbang 44% dari kematian anak. Sekitar
2,9 juta bayi tidak dapat bertahan hidup setelah periode neonatal
(28 hari pertama kehidupan) di seluruh dunia dan sebagian besar
kematian ini terjadi di negara berpenghasilan rendah/menengah.

Indonesia menempati peringkat ke-7 di dunia sebagai negara


yang memiliki tingkat kematian neonatus tinggi. Berdasarkan data
Profil Kesehatan 2021 menunjukkan hasil Angka Kematian Bayi
dan Balita di Indonesia masih cukup tinggi. Angka Kematian
Neonatal (AKN) yaitu sebesar 73,1% dengan jumlah kasus 20.154
angka kematian, Angka Kematian Bayi (AKB) yaitu sebesar 18,5%
dengan jumlah kasus 5.102 angka kematian, Angka Kematian Anak
Balita (AKABA) yaitu sebesar 8,4% dengan jumlah kasus 2.310
angka kematian.

Dari hal tersebut tampak bahwa pelayanan kesehatan neonatal


masih menjadi agenda yang belum selesai dan menjadi tantangan
global. Angka kematian neonatal memberi kontribusi terhadap
73,1% kematian bayi. Untuk mencapai target penurunan AKN dan
AKB pada Millennium Development Goals 2030 maka peningkatan
akses dan kualitas pelayanan bagi bayi baru lahir menjadi prioritas
utama. Tingginya angka kematian neonatal di Indonesia
disebabkan oleh faktor penyakit infeksi dan kekurangan gizi.
Kunjungan neonatal merupakan salah satu intervensi untuk

iii
menurunkan kematian bayi baru lahir. Terkait hal tersebut, pada
tahun 2019 ditetapkan perubahan kebijakan dalam pelaksanaan
kunjungan neonatal, dari 2 kali menjadi 3 kali. Cakupan KN lengkap
di Indonesia menurun pada tahun 2018 dan 2019, namun Kembali
meningkat pada tahun 2020 dan 2021.

Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan mengalami


perubahan yang cukup mendasar dari SPM sebelumnya yang
semula dilandaskan Permenkes RI Nomor 43 Tahun 2016 tentang
SPM Bidang Kesehatan, menjadi didasarkan Permenkes RI Nomor
4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan
Dasar Pada SPM Bidang Kesehatan SPM Bidang Kesehatan
adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang
merupakan urusan pemerintahan wajib yang berhak diperoleh
setiap WNI secara minimal. SPM dapat menjadi landasan
Pemerintah Pusat dalam pemberian insentif, disinsentif dan sanksi
administrasi Kepala Daerah,maupun dalam perumusan kebijakan
nasional, yang tentunya dengan memonitoring potensi daerah.
Hasil evaluasi pencapaian SPM menjadi bahan laporan Pemda.
Pelayanan kesehatan bayi baru lahir adalah salah satu dari 12 jenis
pelayanan dasar pada SPM Kesehatan Daerah Kabupaten / Kota.
Konsep SPM berubah dari kinerja program Kementerian menjadi
kinerja Pemda yang memiliki konsekuensi reward dan punishment.
SPM termasuk salah satu program strategis nasional dan
merupakan hal minimal yang harus dilaksanakan oleh Pemda untuk
rakyatnya, maka target SPM harus 100% setiap tahunnya.
Puskesmas adalah unit terdepan dalam upaya pencapaian target
SPM. Implementasi SPM diharapkan dapat memperkuat sisi
promotif–preventif sehingga jumlah kasus kuratif yang ditanggung
JKN menjadi berkurang.4,5 Salah satu indikator penting untuk
menggambarkan derajat kesehatan masyarakat adalah Angka

iii
Kematian Bayi (AKB). AKB dapat mencerminkan keadaan social
ekonomi masyarakat setempat sebab bayi adalah kelompok usia
paling rentan terhadap pengaruh perubahan lingkungan dan
sosialekonomi.

Penurunan angka kematian ibu dan bayi termasuk dalam target


SDGs yang harus dicapai pada 2030 dan menjadi prioritas penting
pemerintah dalam RPJM Nasional tahun 2015-2019. Indonesia
menempati urutan kedua sebagai Negara dengan angka kematian
ibu dan bayi tertinggi di Asia Tenggara. Setiap 1 jam, 2 ibu dan 8
bayi baru lahir meninggal di Indonesia. Angka tersebut membuat
Indonesia masuk dalam 10 negara dengan jumlah kematian ibu
dan bayi baru lahir tertinggi. BKKBN mencatat angkakematian
neonatal atau sebelum bayi berumur satu tahun menurun dari 32
per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2012 menjadi 15 per 1000
kelahiran hidup pada tahun 2017. Data tersebut berdasarkan hasil
SDKI yang dilakukan BKKBN bersama BPS dan Kementerian RI.
Untuk menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong
kesejahteraan yang baik (good health and well-being) pada 2030,
salah satu target SDGs adalah menurunkan Angka Kematian
Neonatal hingga 12 per 1000 KH. Dalam proses penurunan angka
kematian ibu dan bayi, potensinya adalah jumlah tenaga Kesehatan
terutama bidan telah relatif tersebar ke berbagai daerah Indonesia,
tapi tantangannya adalah kompetensi masih ada yang belum
memadai. Dari berbagai data yang dihimpun USAID Jalin Project.

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam maklah ini adalah Bagaimana
jenis pelayanan dalam penerapan dasar untuk pencapaian SPM
Bayi Baru Lahir

iii
C. TUJUAN
Adapaun tujuan dari makalah ini adalah dapat memahami
pelayanan dalam penerapan dasar untuk pencapaian SPM Bayi
Baru Lahir

iii
BAB II
PEMBAHASAN

A. STANDAR PELAYANAN MINIMAL BAYI BARU LAHIR

1. Pernyataan Standar
“Setiap bayi baru lahir mendapatkan pelayanan kesehatan
sesuai standar. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib
memberikan pelayanan kesehatan bayi baru lahir kepada
semua bayi di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun”.

2. Pengertian
Pelayanan kesehatan bayi baru lahir sesuai standar adalah
pelayanan yang diberikan pada bayi sedikitnya 3 (tiga) kali
pada usia bayi 0-28 hari dan mengacu kepada Pelayanan
Neonatal Esensial sesuai yang tercantum dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2014 tentang Upaya
Kesehatan Anak, dilakukan oleh Bidan dan atau perawat dan
atau Dokter dan atau Dokter Spesialis Anak yang memiliki
Surat Tanda Register (STR). Pelayanan dilakukan di fasilitas
pelayanan kesehatan (Polindes, Poskesdes, Puskesmas, Bidan
praktek swasta, klinik pratama, klinik utama, klinik bersalin,
balai kesehatan ibu dan anak, rumah sakit pemerintah maupun
swasta), Posyandu dan atau kunjungan rumah yaitu:
a. Kunjungan Neonatal ke-1 (KN1) dilakukan pada kurun
waktu 6-48 jam setelah lahir; dilakukan pemeriksaan
pernafasan, warna kulit, gerak aktif atau tidak, ditimbang,
ukur panjang badan, lingkar lengan, lingkar dada,
pemberian salep mata, vitamin K1, hepatitis B, perawatan
tali pusat dan pencegahan kehilangan nafas bayi.

iii
b. Kunjungan Neonatal ke-2 (KN2) dilakukan pada kurun
waktu hari 3 hari-7 hari setelah lahir, dilakukan
pemeriksaan fisik, melakukan perawatan tali pusat,
pemberian asi eksklusif, pola kebersihan, pola istirahat,
keamanan dan tanda-tanda bahaya pada bayi.
c. Kunjungan Neonatal ke-3 (KN3) dilakukan pada kurun
waktu hari 8 hari ke – 28 hari setelah lahir, dilakukan
pemeriksaan pertumbuhan dengan berat badan, tinggi
badan dan nutrisinya.

3. Definisi operasional capaian kinerja


Capaian kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam
memberikan paket pelayanan kesehatan bayi baru lahir dinilai
dari persentase jumlah bayi baru lahir usia 0-28 hari yang
mendapatkan pelayanan kesehatan bayi baru lahir sesuai
standar di wilayah kabupaten/kota tersebut dalam kurun waktu
satu tahun.

4. Target
Dalam permenkes ini target Capaian Kinerja Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota dalam pelayanan kesehatan bayi baru
lahir sesuai standar adalah 100 persen.

5. Rumus dan contoh perhitungan pencapaian SPM

iii
6. Apa yang harus dilakukan/Langkah-langkah Kegiatan
1) Pendataan bayi baru lahir (libatkan kader)
2) Pelayanan kesehatan bayi baru lahir (kunjungi, periksa, berikan
asuhan, dan konsultasi)
3) Pengisian dan pemanfaatan Buku KIA (catat dan
dokumentasikan)
4) Pencatatan dan pelaporan (Catat, rekap, entry ke SID atau ke
PISPK, dan Simpus)
5) Rujukan pertolongan kasus komplikasi pada bayi baru lahir jika
diperlukan

7. Monitoring dan Evaluasi


1) Sistem Informasi Puskesmas, Sistim Informasi Desa
2) Sistem Informasi Rumah Sakit
3) Sistem Informasi Kesehatan Daerah
8. Sumber Daya Manusia
1) Kader, Bidan
2) Perawat
3) Dokter/DLP
4) Dokter Spesialis Anak

Kontribusi Pemerintah Daerah : - Dinkes, Puskesmas dan


jaringannya
Kontribusi Swasta/Masyarakat : - Bidan praktek swasta

iii
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

SPM termasuk salah satu program strategis nasional dan


merupakan hal minimal yang harus dilaksanakan oleh Pemda untuk
rakyatnya, maka target SPM harus 100% setiap tahunnya.
Puskesmas adalah unit terdepan dalam upaya pencapaian target
SPM. Implementasi SPM diharapkan dapat memperkuat sisi
promotif–preventif sehingga jumlah kasus kuratif yang ditanggung
JKN menjadi berkurang. Salah satu indikator penting untuk
menggambarkan derajat kesehatan masyarakat adalah Angka
Kematian Bayi (AKB). AKB dapat mencerminkan keadaan social
ekonomi masyarakat setempat sebab bayi adalah kelompok usia
paling rentan terhadap pengaruh perubahan lingkungan dan social
ekonomi.

B. SARAN
Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat
dan menambah pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf
apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat
yang kurang jelas. Kami hanyalah manusia biasa yang tak luput
dari kesalahan dan kami juga sangat mengharapkan saran dan
kritik dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Sekian
penutup dari kami semoga dapat diterima di hati dan kami ucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya.

iii
DAFTAR PUSTAKA

file:///C:/Users/Lenovo/Downloads/Lampiran%20Perwako%20SPM.pdf
https://cms.depok.go.id/upload/file/2d3994e5ef7a01d6c5f0fd33d694b9da.pdf
https://jurnal.stikescendekiautamakudus.ac.id/index.php/JKM/article/
viewFile/1463/523

https://ibumahir.com/perawatan-bayi/pelayanan-kesehatan-bayi-baru-lahir/

iii

Anda mungkin juga menyukai