v
v
PANDUAN PELAYANAN DARAH DAN
TRANSFUSI DARAH
LEMBAR PENGESAHAN
06 Februari 2017
dr. Kertodinoto Direktur
v
PERATURAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT GRAHA SEHAT
NOMOR: 216/Per/RSGS/II/2017
TENTANG
PANDUAN PELAYANAN DARAH DAN TRANSFUSI DARAH
RUMAH SAKIT GRAHA SEHAT
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : PERATURANDIREKTUR RUMAH SAKIT DI RUMAH SAKIT GRAHA SEHAT
TENTANG PANDUAN PELAYANAN DARAH DAN TRANSFUSI DARAH
KEDUA : Panduan Pelayanan Darah dan Transfusi Darah sebagaimana dimaksud
dalam diktum kesatu sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan
ini
KETIGA : Panduan Pelayanan Darah dan Transfusi Darah di Rumah Sakit Graha Sehat
sebagaimana dimaksud dalam diktum kedua wajib dijadikan acuan dalam
pemberian pelayanan pasien sesuai dengan kebutuhan pasien oleh para
profesional pemberi pelayanan di Rumah Sakit Graha Sehat.
KEEMPAT : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila di kemudian
hari ternyata terdapat kekeliruan dalam Peraturan ini akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Kraksaan
Pada tanggal : 06 Februari 2017
dr. Kertodinoto
v
Lampiran
Peraturan Direktur Rumah Sakit Graha Sehat
Nomor : 216/RSGS/Per/II/2017
Tanggal :06 Februari 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang maha Esa atas segala karunia dan
anugerahnya yang telah diberikan kepada penyusun, sehingga Panduan Pelayanan Darah
dan Transfusi Darah Di Rumah Sakit Graha Sehat ini dapat selesai disusun
Panduan ini merupakan panduan kerja bagi semua pihak yang terkait dalam
rangka memberikan pelayanan kepada pasien di Rumah Sakit Graha Sehat
Dalam panduan ini diuraikan tentang penggunaan darah di Rumah Sakit Graha
Sehat. Tidak luput penyusun menyampaikan terima kasih yang sedalam – dalamnya atas
bantuan semua pihak yang telah membantu dan menyelesaikan Panduan Pelayanan
Darah dan Transfusi Di Rumah Sakit Graha Sehat.
TIM PENYUSUN
KATA SAMBUTAN DIREKTUR
Rumah Sakit Graha Sehat Kraksaan sebagai Rumah Sakit Swasta pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara paripurna dituntut untuk selalu
menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan yang terbaik dalam setiap pelayanan yang
diberikan. Oleh karena itu dengan hangat dan berbangga hati kita sambut penerbitan
“Panduan Pelayanan Darah Dan Transfusi Darah” sebagai langkah besar dalam upaya kita
mewujudkan pelayanan yang terstandar dan memfasilitasi pasien dalam melaksanakan
kegiatan kerohanian.
“Panduan Pelayanan Darah Dan Transfusi Darah” ini disusun berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan untuk diterapkan pada proses
pelayanan di Graha Sehat Kraksaan. Upaya penyempurnaan panduan ini perlu terus-
menerus dilakukan sehingga diharapkan akan lebih dapat memenuhi untuk pelayanan
pasien yang seragam di seluruh rumah sakit serta sesuai dengan perkembangan
keilmuan terkini. Panduan ini menjadi pegangan bagi seluruh komponen pelayanan di
Graha Sehat Kraksaan meliputi tenaga medis, keperawatan, kebidanan dan profesional
pemberi asuhan lainnya serta tenaga lain yang terkait.
Semoga Panduan ini dapat bermanfaat dan digunakan dengan baik dan tepat
sehingga tujuan untuk mencapai keamanan dan mutu tinggi dalam menjalankan
pelayanan secara serasi, selaras dan seimbang di Graha Sehat Kraksaan akan semakin
cepat terwujud.
Kepada semua pihak yang telah membantu penerbitan Panduan ini disampaikan
ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya. Semoga upaya
peningkatan pelayanan pasien di rumah sakit ini dapat terus menerus dipelihara dan
dikembangkan dan dapat mencapai harapan kita bersama. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
senatiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Amin
Dr. Kertodinoto
v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................................... iv
KATA SAMBUTAN DIREKTUR........................................................................................................ v
DAFTAR ISI......................................................................................................................................... vi
BAB I DEFINISI.................................................................................................................................... 1
BAB II RUANG LINGKUP................................................................................................................... 2
A. REKOMENDASI PEMBERIAN TRANSFUSI DARAH........................................................................2
B. REAKSI TRANSFUSI.................................................................................................................................... 3
BAB III TATA LAKSANA.................................................................................................................... 6
A. TATA LAKSANA PERMINTAAN DARAH............................................................................................. 6
B. TATA LAKSANA PENYIMPANAN DARAH DAN KOMPONEN DARAH.....................................8
C. TATA LAKSANA IDENTIFIKASI.............................................................................................................. 8
D. TATA LAKSANA PEMBERIAN INFORMED CONSENT...................................................................8
E. TATA LAKSANA PEMBERIAN TRANSFUSI DARAH DAN PRODUK DARAH.......................10
F. TATA LAKSANA PENANGANAN REAKSI TRANSFUSI................................................................10
G. TATA LAKSANA PENCATATAN DAN PELAPORAN.....................................................................11
BAB IV DOKUMENTASI.................................................................................................................. 12
A. FORMULIR PERMINTAAN DARAH.................................................................................................... 12
B. FORMULIR PENCATATAN PEMBERIAN DARAH..........................................................................12
C. FORMULIR PELAPORAN........................................................................................................................ 12
BAB I DEFINISI
1. Transfusi Darah adalah tindakan medis memberikan darah kepada pasien, yang darahnya telah
tersedia dalam botol atau kantong plastik;
2. Pelayanan Darah adalah segala tindakan yang dilakukan dengan tujuan untuk memungkinkan
penggunaan darah bagi keperluan pengobatan dan pemulihan kesehatan yang mencakup
masalah-masalah pengadaaan, pengolahan, dan penyampaian darah kepada pasien.
3. Pelayanan transfusi darah adalah upaya pelayanan kesehatan yang meliputi perencanaan,
pengerahan dan pelestarian pendonor darah, penyediaan darah, pendistribusian darah, dan
tindakan medis pemberian darah kepada pasien untuk tujuan penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan.
4. Unit Transfusi Darah (UTD) adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
donor darah, penyediaan darah, dan pendistribusian darah.
5. Bank Darah Rumah Sakit (BDRS) adalah suatu unit pelayanan di Rumah Sakit yang
bertanggung jawab atas tersedianya darah untuk transfusi yang aman, bermutu, dan dalam
jumlah yang cukup untuk mendukung pelayanan kesehatan di Rumah Sakit dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya.
6. Penyediaan darah adalah rangkaian kegiatan pengambilan darah dan pelabelan darah
pendonor, pencegahan penularan .penyakit, pengolahan darah, dan penyimpanan darah
pendonor.
7. Pendonor darah adalah orang yang menyumbangkan darah atau komponennya kepada pasien
untuk tujuan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
8. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan atau tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif, maupun
rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan atau masyarakat.
9. Darah adalah darah manusia atau bagian-bagiannya yang diambil dan diolah secara khusus
untuk tujuan pengobatan dan pemulihan kesehatan.
10. Produk Darah adalah
a. PRC
b. Trombosit konsentrat
c. Trombosit Apheresis
d. Washed erythrocyte
e. Fresh Frozen Plasma
f. Cryopresipitate
1
BAB II RUANG LINGKUP
Keputusan pemberian transfusi darah diambil oleh dokter penanggung jawab pasien (DPJP)
berdasarkan indikasi yang sesuai dengan kondisi sakit pasien, setelah memberikan informasi
dan edukasi yang cukup serta melibatkan pasien dan keluarga dalam pengambilan keputusan.
Pemberian transfusi darah dilaksanakan setelah pasien dan/atau keluarga memberikan
persetujuan (informed consent).
1. Standar pelayanan darah di BDRS meliputi:
a. Perencanaan kebutuhan darah di RS
b. Permintaan dan penerimaan darah donor dari UTD
c. Permintaan darah dan komponen darah di BDRS
d. Persiapan darah transfusi
e. Pendistribusian darah dari BDRS ke ruang perawatan
f. Penelusuran reaksi transfusi
g. Pengembalian darah ke UTD
h. Sistem pencatatan dan pelaporan di BDRS
i. Rujukan darah langka
j. Rujukan sampel darah
2. Pemberian transfusi darah kepada pasien meliputi:
a. Penggunaan darah rasional
b. Pelayanan transfusi khusus
2
c. Transfusi tidak dilakukan bila kadar Hb ≥10 g/dl, kecuali bila ada indikasi tertentu,
misalnya penyakit yang membutuhkan kapasitas transport oksigen lebih tinggi (contoh:
penyakit paru obstruktif kronik berat dan penyakit jantung iskemik berat)
(Rekomendasi A)
d. Transfusi pada neonatus dengan gejala hipoksia dilakukan pada kadar Hb ≤11 g/dL;
bila tidak ada gejala batas ini dapat diturunkan mencapai 7 g/dL (seperti pada anemia
bayi prematur). Jika terdapat penyakit jantung atau paru atau yang sedang
membutuhkan suplementasi oksigen batas untuk dilakukan transfusi adalah Hb ≤13
g/dL. (Rekomendasi C)
2. Trombosit
a. Trombosit diberikan untuk mengatasi perdarahan pada pasien dengan trombositopenia
bila hitung trombosit <50.000/uL, bila terdapat perdarahan mikrovaskular difus
batasnya menjadi <100.000/uL. Pada kasus DHF dan DIC supaya merujuk pada
penatalaksanaan masing-masing. (Rekomendasi C)
b. Profilaksis dilakukan bila hitung trombosit <50.000/uL pada pasien yang akan
menjalani operasi, prosedur invasif lainnya atau sesudah transfusi masif. (Rekomendasi
C)
c. Pasien dengan kelainan fungsi trombosit yang mengalami perdarahan.
(Rekomendasi C)
3. Plasma beku segar
a. Mengganti defisiensi faktor IX (hemofilia B) dan faktor inhibitor koagulasi baik yang
didapat atau bawaan bila tidak tersedia konsentrat faktor spesifik atau kombinasi.
(Rekomendasi C)
b. Neutralisasi hemostasis setelah terapi warfarin bila terdapat perdarahan yang
mengancam nyawa. (Rekomendasi C)
c. Adanya perdarahan dengan parameter koagulasi yang abnormal setelah transfusi masif
atau operasi pintasan jantung atau pada pasien dengan penyakit hati. (Rekomendasi C)
4. Kriopresipitat
a. Profilaksis pada pasien dengan defisiensi fibrinogen yang akan menjalani prosedur
invasif dan terapi pada pasien yang mengalami perdarahan. (Rekomendasi C)
b. Pasien dengan hemofilia A dan penyakit von Willebrand yang mengalami perdarahan
atau yang tidak responsif terhadap pemberian desmopresin asetat atau akan menjalani
operasi. (Rekomendasi C)
B. REAKSI TRANSFUSI
Risiko transfusi darah sebagai akibat langsung transfusi merupakan bagian situasi klinis yang
kompleks. Jika suatu operasi dinyatakan potensial menyelamatkan nyawa hanya bila didukung
dengan transfusi darah, maka keuntungan dilakukannya transfusi jauh lebih tinggi daripada
risikonya. Sebaliknya, transfusi yang dilakukan pasca bedah pada pasien yang stabil hanya
memberikan sedikit keuntungan klinis atau sama sekali tidak menguntungkan. Dalam hal ini,
risiko akibat transfusi yang didapat mungkin tidak sesuai dengan keuntungannya. Risiko
transfusi darah ini dapat dibedakan atas reaksi cepat, reaksi lambat, penularan penyakit infeksi
dan risiko transfusi masif.
1. Reaksi Akut
Reaksi akut adalah reaksi yang terjadi selama transfusi atau dalam 24 jam setelah transfusi.
Reaksi akut dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu ringan, sedang-berat dan reaksi yang
membahayakan nyawa. Reaksi ringan ditandai dengan timbulnya pruritus, urtikaria dan
3
rash. Reaksi ringan ini disebabkan oleh hipersensitivitas ringan. Reaksi sedang-berat
ditandai dengan adanya gejala gelisah, lemah, pruritus, palpitasi, dispnea ringan dan nyeri
kepala. Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan adanya warna kemerahan di kulit,
urtikaria, demam, takikardia, kaku otot. Reaksi sedang-berat biasanya disebabkan oleh
hipersensitivitas sedang-berat, demam akibat reaksi transfusi non-hemolitik (antibodi
terhadap leukosit, protein, trombosit), kontaminasi pirogen dan/atau bakteri.
Pada reaksi yang membahayakan nyawa ditemukan gejala gelisah, nyeri dada, nyeri di
sekitar tempat masuknya infus, napas pendek, nyeri punggung, nyeri kepala, dan dispnea.
Terdapat pula tanda-tanda kaku otot, demam, lemah, hipotensi (turun ≥20% tekanan darah
sistolik), takikardia (naik ≥20%), hemoglobinuria dan perdarahan yang tidak jelas. Reaksi
ini disebabkan oleh hemolisis intravaskular akut, kontaminasi bakteri, syok septik,
kelebihan cairan, anafilaksis dan gagal paru akut akibat transfusi.
a. Hemolisis intravaskular akut
Reaksi hemolisis intravaskular akut adalah reaksi yang disebabkan inkompatibilitas sel
darah merah. Antibodi dalam plasma pasien akan melisiskan sel darah merah yang
inkompatibel. Meskipun volume darah inkompatibel hanya sedikit (10-50 ml) namun
sudah dapat menyebabkan reaksi berat. Semakin banyak volume darah yang
inkompatibel maka akan semakin meningkatkan risiko.
Penyebab terbanyak adalah inkompatibilitas ABO. Hal ini biasanya terjadi akibat
kesalahan dalam permintaan darah, pengambilan contoh darah dari pasien ke tabung
yang belum diberikan label, kesalahan pemberian label pada tabung dan ketidaktelitian
memeriksa identitas pasien sebelum transfusi. Selain itu penyebab lainnya adalah
adanya antibodi dalam plasma pasien melawan antigen golongan darah lain (selain
golongan darah ABO) dari darah yang ditransfusikan, seperti sistem Idd, Kell atau Duffy.
Jika pasien sadar, gejala dan tanda biasanya timbul dalam beberapa menit awal
transfusi, kadang-kadang timbul jika telah diberikan kurang dari 10 ml. Jika pasien tidak
sadar atau dalam anestesia, hipotensi atau perdarahan yang tidak terkontrol mungkin
merupakan satu-satunya tanda inkompatibilitas transfusi. Pengawasan pasien dilakukan
sejak awal transfusi dari setiap unit darah.
b. Kelebihan cairan
Kelebihan cairan menyebabkan gagal jantung dan edema paru. Hal ini dapat terjadi bila
terlalu banyak cairan yang ditransfusikan, transfusi terlalu cepat, atau penurunan fungsi
ginjal. Kelebihan cairan terutama terjadi pada pasien dengan anemia kronik dan
memiliki penyakit dasar kardiovaskular.
c. Reaksi anafilaksis
Risiko meningkat sesuai dengan kecepatan transfusi. Sitokin dalam plasma merupakan
salah satu penyebab bronkokonstriksi dan vasokonstriksi pada resipien tertentu. Selain
itu, defisiensi IgA dapat menyebabkan reaksi anafilaksis sangat berat. Hal itu dapat
disebabkan produk darah yang banyak mengandung IgA. Reaksi ini terjadi dalam
beberapa menit awal transfusi dan ditandai dengan syok (kolaps kardiovaskular),
distress pernapasan dan tanpa demam. Anafilaksis dapat berakibat fatal bila tidak
ditangani dengan cepat dan agresif.1,8,16,17
d. Cedera paru akut akibat transfusi (Transfusion-associated acute lung injury = TRALI)
Cedera paru akut disebabkan oleh plasma donor yang mengandung antibodi yang
melawan leukosit pasien. Kegagalan fungsi paru biasanya timbul dalam 1-4 jam sejak
awal transfusi, dengan gambaran foto toraks kesuraman yang difus. Tidak ada terapi
spesifik, namun diperlukan bantuan pernapasan di ruang rawat intensif.
2. Reaksi Lambat
a. Reaksi hemolitik lambat
Reaksi hemolitik lambat timbul 5-10 hari setelah transfusi dengan gejala dan tanda
demam, anemia, ikterik dan hemoglobinuria. Reaksi hemolitik lambat yang berat dan
mengancam nyawa disertai syok, gagal ginjal dan DIC jarang terjadi. Pencegahan
4
dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium antibodi sel darah merah dalam plasma
pasien dan pemilihan sel darah kompatibel dengan antibodi tersebut.
b. Purpura pasca transfusi
Purpura pasca transfusi merupakan komplikasi yang jarang tetapi potensial
membahayakan pada transfusi sel darah merah atau trombosit. Hal ini disebabkan
adanya antibodi langsung yang melawan antigen spesifik trombosit pada resipien. Lebih
banyak terjadi pada wanita. Gejala dan tanda yang timbul adalah perdarahan dan
adanya trombositopenia berat akut 5-10 hari setelah transfusi yang biasanya terjadi bila
hitung trombosit <100.000/uL. Penatalaksanaan penting terutama bila hitung
trombosit ≤50.000/uL dan perdarahan yang tidak terlihat dengan hitung trombosit
20.000/uL. Pencegahan dilakukan dengan memberikan trombosit yang kompatibel
dengan antibodi pasien.
c. Penyakit graft-versus-host
Komplikasi ini jarang terjadi namun potensial membahayakan. Biasanya terjadi pada
pasien imunodefisiensi, terutama pasien dengan transplantasi sumsum tulang; dan
pasien imunokompeten yang diberi transfusi dari individu yang memiliki tipe jaringan
kompatibel (HLA: human leucocyte antigen), biasanya yang memiliki hubungan darah.
Gejala dan tanda, seperti demam, rash kulit dan deskuamasi, diare, hepatitis,
pansitopenia, biasanya timbul 10-12 hari setelah transfusi. Tidak ada terapi spesifik,
terapi hanya bersifat suportif.
d. Kelebihan besi
Pasien yang bergantung pada transfusi berulang dalam jangka waktu panjang akan
mengalami akumulasi besi dalam tubuhnya (hemosiderosis). Biasanya ditandai dengan
gagal organ (jantung dan hati). Tidak ada mekanisme fisiologis untuk menghilangkan
kelebihan besi. Obat pengikat besi seperti desferioksamin, diberikan untuk
meminimalkan akumulasi besi dan mempertahankan kadar serum feritin <2.000 mg/l.
e. Supresi imun
Transfusi darah dapat mengubah sistem imun resipien dalam beberapa cara, dan hal ini
menjadi perhatian karena adanya pendapat yang menyatakan bahwa angka rekurensi
tumor dapat meningkat. Selain itu juga terdapat pendapat yang menyatakan bahwa
transfusi darah meningkatkan risiko infeksi pasca bedah karena menurunnya respons
imun: sampai saat ini, penelitian klinis gagal membuktikan hal ini.
Busch dkk18 (1993) melakukan randomized trial terhadap 475 pasien kanker
kolorektal. Penelitian membandingkan prognosis antara pasien kanker kolorektal yang
dilakukan transfusi autolog dengan transfusi allogenik. Didapatkan hasil bahwa risiko
rekurensi meningkat secara bermakna pada pasien yang dilakukan transfusi darah, baik
allogenik maupun autolog, bila dibandingkan dengan yang tidak dilakukan transfusi;
risiko relatif rekurensi adalah 2,1 dan 1,8; angka tersebut tidak berbeda bermakna satu
dengan yang lain.
3. Penularan Infeksi
Risiko penularan penyakit infeksi melalui transfusi darah bergantung pada berbagai hal,
antara lain prevalensi penyakit di masyarakat, keefektifan skrining yang digunakan, status
imun resipien dan jumlah donor tiap unit darah. Saat ini dipergunakan model matematis
untuk menghitung risiko transfusi darah, antara lain untuk penularan HIV, virus hepatitis C,
hepatitis B dan virus human T-cell lymphotropic (HTLV). Model ini berdasarkan fakta bahwa
penularan penyakit terutama timbul pada saat window period (periode segera setelah
infeksi dimana darah donor sudah infeksius tetapi hasil skrining masih negatif).
5
A. TATA LAKSANA PERMINTAAN DARAH
Setiap pasien yang di Rawat Inap, baik di ruangan, ICU atau Kamar Operasi bila membutuhkan
darah maupun komponen darah, mendapatkan Surat Permintaan Darah yang ditandatangani
oleh dokter yang merawat (DPJP). Surat Permintaan Darah tersebut beserta sampel darah yang
diambilkan oleh perawat ruangan dibawa oleh pekarya ke bank darah untuk dilakukan
pencatatan pada bank darah, kemudian pekarya membawa sampel darah dan kelengkapan
formulir ke UTD PMI Kabupaten. Setelah mendapatkan darah dari UTD PMI Kabupaten pekarya
kembali lagi ke bank darah untuk dicek form, kemudian pekarya membawa darah ke perawat
ruangan atau unit peminta.
6
Pasien keluar RS → ditagih.
UPD tiap bulan merekap laporan dan transaksi.
Alur Pelayana n Transfusi Darah
PERMINTAAN TRANSFUSI DARAH
Nomor Dokumen : No. Revisi : Halaman :
Rumah Sakit Graha Sehat
No. Dokumen Unit
Flow Chat :
Aktivitas Dokumen / Catatan Mutu Keterangan
DPJP
Nilai klinis pasien,
informasi kepada keluarga
Keluarga
Setuju, DPJP isi formulir Merupakan format diisi
oleh DPJP/dokter yang
Format permintaan mewakili dan di cross
Perawat Pekarya/Helper check oleh perawat
tranfusi darah
Mengambi Membawa form
l Sampel permintaan
Darah darah dan
sample darah
ke bank darah
Konfirmasi Pekarya/Helper
ketersediaan Mengambil
darah di UTD darah ke UTD
Kabupaten Kabupaten
oleh petugas dibawa ke bank
darah
Ada
Tida
k
Ada
Pekarya/Helper
Mengurus
permintaan
darah keUTD
Kota
7
Perkarya/Helper
membawa darah
dari bank darah ke
unit peminta.
Selesai
8
d. Tujuan dari rencana pemeriksaan atau pengobatan; rincian dari prosedur atau
pengobatan yang dilaksanakan, termasuk tindakan subsider seperti
penanganan nyeri, bagaimana pasien seharusnya mempersiapkan diri, rincian
apa yang akan dialami pasien selama dan sesudah tindakan, termasuk efek
samping yang biasa terjadi dan yang serius
e. Untuk setiap pilihan tindakan, diperlukan keterangan tentang
kelebihan/keuntungan dan tingkat kemungkinan keberhasilannya, dan diskusi
tentang kemungkinan risiko yang serius atau sering terjadi, dan perubahan
gaya hidup sebagai akibat dari tindakan tersebut
f. Nyatakan bila rencana pengobatan tersebut adalah upaya yang masih
eksperimental
g. Bagaimana dan kapan kondisi pasien dan akibat sampingannya akan
dimonitor atau dinilai kembali
h. Nama dokter yang bertanggungjawab secara keseluruhan untuk pengobatan
tersebut, serta bila mungkin nama-nama anggota tim lainnya
i. Bila melibatkan dokter yang sedang mengikuti pelatihan atau pendidikan,
maka sebaiknya dijelaskan peranannya di dalam rangkaian tindakan yang akan
dilakukan
j. Mengingatkan kembali bahwa pasien dapat mengubah pendapatnya setiap
waktu. Bila hal itu dilakukan maka pasien bertanggungjawab penuh atas
konsekuensi pembatalan tersebut.
k. Mengingatkan bahwa pasien berhak memperoleh pendapat kedua dari dokter
lain
l. Bila memungkinkan, juga diberitahu tentang perincian biaya.
2. Informasi diberikan dalam konteks nilai, budaya dan latar belakang mereka.
Sehingga menghadirkan seorang interpreter mungkin merupakan suatu sikap
yang penting, baik dia seorang profesional ataukah salah seorang anggota
keluarga. Ingat bahwa dibutuhkan persetujuan pasien terlebih dahulu dalam
mengikutsertakan interpreter bila hal yang akan didiskusikan merupakan hal yang
bersifat pribadi.
3. Dapat menggunakan alat bantu, seperti leaflet atau bentuk publikasi lain apabila
hal itu dapat membantu memberikan informasi yang bersifat rinci. Pastikan bahwa
alat bantu tersebut sudah berdasarkan informasi yang terakhir. Misalnya, sebuah
leaflet yang menjelaskan tentang prosedur yang umum. Leaflet tersebut akan
membuat jelas kepada pasien karena dapat ia bawa pulang dan digunakan untuk
berpikir lebih lanjut, tetapi jangan sampai mengakibatkan tidak ada diskusi.
4. Apabila dapat membantu, tawarkan kepada pasien untuk membawa keluarga atau
teman dalam diskusi atau membuat rekaman dengan tape recorder
5. Memastikan bahwa informasi yang membuat pasien tertekan (distress ) agar
diberikan dengan cara yang sensitif dan empati. Rujuk mereka untuk konseling
bila diperlukan
6. Mengikutsertakan salah satu anggota tim pelayanan kesehatan dalam diskusi,
misalnya perawat, baik untuk memberikan dukungan kepada pasien maupun
untuk turut membantu memberikan penjelasan
7. Menjawab semua pertanyaan pasien dengan benar dan jelas.
9
8. Memberikan cukup waktu bagi pasien untuk memahami informasi yang diberikan,
dan kesempatan bertanya tentang hal-hal yang bersifat klarifikasi, sebelum
kemudian diminta membuat keputusan
9. Pasien memberikan informed consent dengan menandatangani formulir yang telah
tersedia
1. Pastikan jenis darah yang akan dipakai adalah benar dengan identitas pasien
2. Mengambil form observasi transfusi darah sebagai bukti pencatatan dan pelaporan
3. Observasi TTV untuk pertama kali sebelum komponen darah masuk, jika dalam
batas normal komponen darah dimasukkan secara IV dan dicatat di form observasi
10
transfusi darah dengan mencantumkan nama perawat yang memasukkan
4 Observasi TTV 15 menit pertama saat komponen darah masuk serta memastikan
ada tidaknya reaksi transfusi dan dicatat di form observasi transfusi darah dengan
mencantumkan nama perawat yang melakukan observasi
5. Setelah 15 menit pertama dan sebelum komponen darah habis ada reaksi transfusi
hentikan transfusi dan dicatat di form observasi transfusi darah dengan
mencantumkan nama perawat
6. Kemudian laporkan pada DPJP atau dokter jaga atas reaksi transfuse untuk
mendapatkan pencegahan selanjutnya
7. Jika transfusi darah sampai habis lakukan observasi TTV dan reaksi transfusi
sampai 24 jam dan dicatat di form observasi transfusi darah dengan mencantumkan
nama perawat
2. Laporan Berkala
Laporan berkala adalah laporan yang dikerjakan secara berkala, tiap 1 bulan sekali
dan dilaporkan ke Bagian Rekam Medik RS, meliputi rekapan laporan rutin selama
1 bulan.
11
BAB IV DOKUMENTASI
A. Nama Pasien :
B. Tanggal lahir :
C. No RM :
D. Ruang Rawat :
E. Dokter yang merawat :
Keterangan:
Observasi dilakukan 15 menit pertama setelah pemasangan darah dan saat
selesai pemasangan
dr. Kertodinoto
12