Anda di halaman 1dari 80

CHECK LISTTELAAH DOKUMEN PELAYANAN DARAH

KETERANGAN
NO STD/EP DOKUMEN
SIAP BELUM REVISI
1. 3.3 Kebijakan Direktur tentang Pelayanan Darah √

SPO / Kebijakan / Panduan Unit Transfusi Darah √

SPO / Kebijakan / Panduan Prosedur Pemberian Transfusi √


Darah / Produk Darah

Form. Pemberian Persetujuan (Informed consent) √

Form. Observasi Transfusi Darah √

Bukti staf yang kompeten dan berwenang melaksanakan transfusi √


darah

CHECK LISTTELAAH DOKUMEN PELAYANAN PASIEN RESTRAINT

KETERANGAN
NO STD/EP DOKUMEN
SIAP BELUM REVISI
1. 3.7 Kebijakan Direktur tentang Pelayanan Pasien Restrain √

SPO / Kebijakan / Panduan Pelayanan Pasien Restraint √

Form. Pemberian Persetujuan (Informed consent) √

Form. Observasi Pemasangan Restraint √

Form. Laporan Insiden Pasien Jatuh dan Angka Kejadian Cedera √


Akibat Restraint
POKJA PELAYANAN DAN
ASUHAN PASIEN (PAP)

KEBIJAKAN,
PANDUAN & SPO
PELAYANAN DARAH
PEMERINTAH KABUPATEN KATINGAN
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RSUD MAS AMSYAR KASONGAN
Jl. Rumah Sakit No.01 Kasongan Telp. (0536) 4041041, 4041222 Fax. 4041041
e-mail : rsud_kasongan@ymail.com ; rsud@katingankab.go.id
KASONGAN 74412

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MAS AMSYAR


KASONGAN
NOMOR : 445 / /TU-RSUD/XII/ 2017

TENTANG

KEBIJAKAN PELAYANAN DARAH


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MAS AMSYAR KASONGAN

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MAS AMSYAR KASONGAN

Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan darah di Rumah Sakit


Umum Daerah Mas Amsyar Kasongan, maka diperlukan upaya
penyelenggaraan pelayanan darah untuk membantu pasien yang
membutuhkan darah;
b. bahwa agar pelayanan darah dapat terlaksana dengan baik, perlu
adanya Keputusan Direktur RSUD Mas Amsyar Kasongan sebagai
landasan bagi penyelenggaraan Pelayanan Darah;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada butir a
dan b perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum
Daerah Mas Amsyar Kasongan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang


Perlindungan Konsumen;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 125. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437);
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 tahun 2004 tentang
pertimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126.
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 153. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5072);
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1996
tentang Tenaga Kesehatan;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1419/Menkes/Per/X/2005 tentang Penyelenggaraan Praktik
Kedokteran;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1438/Menkes/Per/IX/2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran;
9. Peraturan Daerah Kabupaten Katingan Nomor 7 Tahun 2008 Tentang
pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah
Mas Amsyar Kasongan (Lembaran Daerah Kabupaten KatinganTahun
2008 Nomor 7);
10. Peraturan Bupati Katingan Nomor : 5 tahun 2009 tentang Tugas Pokok
dan Fungsi Rumah Sakit Umum Daerah Kasongan Kabupaten
Katingan;
11. Keputusan Bupati Katingan Nomor 900/ 295/ KPTS/ VI/2014 tentang
Penetapan Rumah Sakit Umum Daerah Mas Amsyar Kasongan Untuk
Menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Daerah;
12. Keputusan Bupati Katingan Nomor 445/ 84/ KPTS/ II/ 2016 tentang
Pemberian Izin Operasinal Kepada Rumah Sakit Umum Daerah Mas
Amsyar Kasongan;

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

KESATU : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MAS


AMSYAR KASONGAN TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN
DARAH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MAS AMSYAR
KASONGAN.

KEDUA : Kebijakan Pelayanan Darah Rumah Sakit Umum Daerah Mas Amsyar
Kasongan sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.

KETIGA : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan Pelayanan Darah Rumah


Sakit Umum Daerah Mas Amsyar Kasongan dilaksanakan oleh Bidang
Pelayanan dan Keperawatan Rumah Sakit Umum Daerah Mas Amsyar
Kasongan.
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila dikemudian
hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Kasongan
Pada Tanggal : Desember 2017

Direktur

drg. NOOR SANURI, M.Si


Pangkat : Pembina
NIP : 19661030 200003 1 002
PROSEDUR STANDAR
OPERASIONAL
( SPO )

UNIT TRANSFUSI
DARAH

RSUD MAS AMYAR


KASONGAN

TAHUN 2018
DAFTAR ISI

SPO PROSEDUR PEMBERIAN TRANSFUSI DARAH / PRODUK DARAH

SPO PEMERIKSAAN KADAR HAEMOGLOBIN DONOR

SPO PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH DONOR

SPO PEMERIKSAAN KESEHATAN SECARA SEDERHANA PADA DONOR

SPO INSTRUKSI KERJA PENGAMBILAN DARAH DONOR

SPO CARA KERJA CROSS MATCH DENGAN DIAMED GEL TES

SPO PEMERIKSAAN SIFILIS

SPO PEMERIKSAAN ANTI HIV

SPO PEMERIKSAAN ANTI HCV

SPO PEMERIKSAAN HBSAg

SPO PROSEDUR INDENTIFIKASI PASIEN SEBELUM PEMBERIAN DARAH/PRODUK


DARAH

SPO PROSEDUR KERJA STANDAR SELEKSI DONOR


DAFTAR ISI

KEBIJAKAN KERJA PENERIMAAN SAMPEL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


MAS AMSYAR KASONGAN

KEBIJAKAN CARA KERJA DIRECT COOMBS TES RUMAH SAKIT UMUM


DAERAH MAS AMSYAR KASONGAN

KEBIJAKAN CARA AUTO POOL DONOR (Donor>) PADA CROSS MATCH


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MAS AMSYAR KASONGAN

KEBIJAKAN BAGAN ALUR SELEKSI DONOR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


MAS AMSYAR KASONGAN

KEBIJAKAN BAGAN ALUR PENGAMBILAN DARAH DONOR RUMAH SAKIT


UMUM DAERAH MAS AMSYAR KASONGAN

KEBIJAKAN PEMISAHAN KOMPONEN DARAH DARI KANTONG GANDA 2


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MAS AMSYAR KASONGAN

KEBIJAKAN INTEPRETASI HASIL CROSS MATCH RUMAH SAKIT UMUM


DAERAH MAS AMSYAR KASONGAN

KEBIJAKAN CARA PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN ID-INCUBATOR 37 SII


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MAS AMSYAR KASONGAN

KEBIJAKAN CARA PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN ID-CENTRIFUGE 12


SII RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MAS AMSYAR KASONGAN

KEBIJAKAN CARA PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN ID-DISPENSER


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MAS AMSYAR KASONGAN
DAFTAR ISI

PANDUAN PEMBERIAN TRANSFUSI DARAH ATAU PRODUK DARAH

PANDUAN KERJA STANDAR PENGOLAHAN KOMPONEN DARAH


PROSEDUR KERJA STANDAR SELEKSI DONOR
RSUD MAS AMSYAR
KASONGAN No. Dokumen No. Revisi Halaman

445/ /PP/TU- 1/1


RSUD/XI/2017

Diterbitkan Ditetapkan di Kasongan,

DIREKTUR
STANDAR PROSEDUR Desember 2017 RSUD MAS AMSYAR
OPERASIONAL KASONGAN
(SPO)

drg. NOOR SANURI, M.Si


Pembina
NIP. 19661030 200003 1 002

Prosedur Kerja Standar Seleksi Donor adalah suatu Prosedur Kerja Standar
Pengertian yang harus dilaksanakan oleh pelaksana teknis bagian Seleksi Donor yang
terlatih.
a. Tugas : Melakukan seleksi pada setiap donor.
b. Hasil yang ditentukan : Dari donor darah yang sehat didapatkan darah
yang aman.
Tujuan
c. Penggunaan PKS : Untuk menjadi petunjuk standar tentang hal – hal
yang harus dikerjakan.

Keputusan Direktur RSUD Mas Amsyar Kasongan Nomor : 445/ /TU-


Kebijakan RSUD/ 2017 tentang Pelayanan darah di RSUD Mas Amsyar Kasongan.

Prosedur Peralatan dan bahan -bahan

1. Pendaftaran : formulir pendaftaran dan pena


2. Pemeriksaan BB : Timbangan Badan
3. Pemeriksaan Hb : Blood lancet/microtainer,pipet kapiler,larutan Cu
So4,kapas alcohol, Baker Glass
4. Pemeriksaan kesehatan : Tensimeter, Stetoskope

Cara Kerja :

1. Calon donor mengambil formulir pendaftaran kemudian mengisi dan


menandatanganinya
2. Formulir pendaftaran diberikan kepada petugas
3. Timbang berat badan dan petugas mencatatnya pada formulir pendaftaran
4. Petugas memeriksa Hb calon donor dan mencatatnya ke formulir
pendaftaran
5. Oleh petugas,formulir pendaftaran dibawa ke meja pemeriksa kesehatan
6. Calon donor diperiksa oleh petugas yang berwenang
7. Jika memenuhi persyaratan sebagai donor,maka calon donor dipersilahkan
Menuju ke ruang pengambilan darah ( Aftap )

Unit terkait Unit Transfusi Darah

PEMERIKSAAN KADAR HAEMOGLOBIN DONOR


RSUD MAS AMSYAR
KASONGAN No. Dokumen No. Revisi Halaman

445/ /PP/TU- 1/1


RSUD/XI/2017
Diterbitkan Ditetapkan di Kasongan,

DIREKTUR
STANDAR PROSEDUR Desember 2017 RSUD MAS AMSYAR
OPERASIONAL KASONGAN
(SPO)

drg. NOOR SANURI, M.Si


Pembina
NIP. 19661030 200003 1 002

Pemeriksaan Kadar Haemoglobin Donor adalah pemeriksaan pada darah


Pengertian pendonor menggunakan larutan CuSO4.

Tujuan Untuk penyumbangan darah yang aman bagi pendonor dan pasien.

Keputusan Direktur RSUD Mas Amsyar Kasongan Nomor : 445/ /TU-


Kebijakan RSUD/ 2017 tentang Pelayanan darah di RSUD Mas Amsyar Kasongan.

Prosedur Metoda Melakukan pemeriksaan kadar HB donor dengan larutan CuSO4


BJ.1.052
Prinsip Penyumbangan darah yang aman bagi donor dan pasien
Peralatan Backer glass ukuran 20 ml
Blood lancet
Capillary tube
Kapas
Alkohol 70 %
CuSO4
Cara Kerja
1. Siapakan larutan CusO4 J 1.052 didalam Baker glass Kira – kira
20 ml
2. Desinfeksi ujung jari manis donor dengan kapas alcohol 70 %
3. Tusuk Jari manis dengan posisi vertical,gunakan blood lancet
4. Usap jari donor dengan kapas kering
5. Ambil darah donor dengan menggunakan capilari tube
6. Teteskan darah donor kedalam larutan CuSO4 B J.1.052 tunggu 15 detik

Pembacaan hasil :
Terapung < 12 gr % (tidak memenuhi persyaratan)
Melayang = 12 gr % (tidak memenuhi persyaratan)
Tenggelam > 12 gr % (memenuhi persyaratan donor)

Unit terkait Unit Transfusi Darah

PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH DONOR

RSUD MAS No. Dokumen No. Revisi Halaman


AMSYAR
KASONGAN 445/ /PP/TU- 1/1
RSUD/XI/2017

Diterbitkan Ditetapkan di Kasongan,

DIREKTUR
STANDAR PROSEDUR Desember 2017 RSUD MAS AMSYAR
OPERASIONAL KASONGAN
(SPO)

drg. NOOR SANURI, M.Si


Pembina
NIP. 19661030 200003 1 002

Pemeriksaan Golongan Darah Donor adalah pemeriksaan menggunakan


reagensia yang meliputi Test sera anti – A, Test sera anti – B, dan Test sera anti
Pengertian – D.
Untuk mengetahui golongan darah pendonor yang sesuai dengan kebutuhan
Tujuan pasien.

Keputusan Direktur RSUD Mas Amsyar Kasongan Nomor : 445/ /TU-


Kebijakan RSUD/ 2017 tentang Pelayanan darah di RSUD Mas Amsyar Kasongan.

Prosedur Metoda Slide test


Prinsip Antigen + Antibody = Agglutinasi
Peralatan Objek glass
Blood lancet
Capillary tube
Kapas
Reagensia Test sera anti - A
Test sera anti - B
Test sera anti - D
Cara Kerja
1. Siapakan reagen disuhu kamar
2. Tusuk jari manis dengan posisi vertical,gunakan blood lancet
3. Usap jari donor dengan kapas kering
4. Ambil darah donor dengan menggunakan capillary tube
5. Teteskan 1 tetes darah donor pada permukaan slide ditiga tempat
6. Teteskan Anti - A, Anti - B, dan Anti - D masing – masing 1 tetes diatas
tetesan darah donor.
7. Aduk dengan batang pengaduk masing - masing campuran darah donor
dengan test Sera
Pembacaan hasil :
● Aglutinasi : ada antigen pada sel darah merah donor
● Tidak aglutinasi : tidak ada antigen pada sel darah merah donor

Interpretasi Hasil

Anti - Anti - Golongan Anti -


No. Rh
A B Darah D

1. + - A + Pos

2. - + B - Neg

3. - - O

4. + + AB
Unit terkait Unit Transfusi Darah

PEMERIKSAAN KESEHATAN SECARA SEDERHANA


PADA DONOR
RSUD MAS
No. Dokumen No. Revisi Halaman
AMSYAR
KASONGAN 445/ /PP/TU- 1/1
RSUD/XI/2017

Diterbitkan Ditetapkan di Kasongan,

DIREKTUR
STANDAR PROSEDUR Desember 2017 RSUD MAS AMSYAR
OPERASIONAL KASONGAN
(SPO)

drg. NOOR SANURI, M.Si


Pembina
NIP. 19661030 200003 1 002

Pemeriksaan Kesehatan Secara Sederhana Pada Donor adalah pemeriksaan


kesehatan dengan inspeksi (melihat), Palpasi (meraba nadi) dan auskultasi
(mendengar denyut arteri di lipatan siku dalam) juga melakukan anamnesis
Pengertian
pada pendonor.

Untuk mendapatkan pendonor yang sehat, dari pendonor yang sehat didapatkan
Tujuan darah yang aman.

Keputusan Direktur RSUD Mas Amsyar Kasongan Nomor : 445/ /TU-


Kebijakan RSUD/ 2017 tentang Pelayanan darah di RSUD Mas Amsyar Kasongan.

Prosedur Metoda : 1. Melakukan penilaian hasil pengisian status donor di


formulir pendaftaran
2. Anamnesis (Tanya jawab)
3. Pemeriksaan kesehatan dengan inspeksi (melihat), palpasi
(meraba nadi) dan auskultasi (mendengar denyut arteri
dilipat siku dalam)

Prinsip : Dari donor yang sehat didapat darah yang aman.

Peralatan : Tensimeter,Stetoskop dan pena


Cara Kerja : 1. Donor dipersilahkan duduk dan status donor yang telah
diisi dan ditanda tangani,dievaluasi.
2. Lakukan Tanya jawab tentang penyakit yang sedang
diderita ataupun obat yang diminum.
3. Lengan donor dilipat,dan jika tidak ada kelainan lakukan
perabaan nadi,nilai pengisian dan keteraturannya dan
hitung berapa nadinya.
4. Lakukan pemeriksaan tensi/tekanan darah donor,dengan
cara :
a. pasang manset di 2/3 lengan atas
b. taruh stetoskop dilipat siku dalam
c. pompa tensimeter sampai angka 200 mmHg, lalu
kendorkan
d. bunyi pertama yang terdengar adalah sistole
e. bunyi yang hilang pertama adalah diastole
f. stetoskop diangkat dan lepaskan manset

Hasil : Donor yang dikatakan sehat :


1. Pada formulir pendaftaran tidak ditemukan riwayat
penyakit atau perilaku yang
beresiko tinggi untuk menjadi donor.
2. Pada Tanya jawab,donor tidak sedang menderita penyakit
atau tidak sedan minum
Obat antibiotik atau aspirin
3. Pada pemeriksaan secara inspeksi tak ada kelainan pada
lengan yang akan diambil darahnya.
4. Pemeriksaan secara sederhana denyut nadi dipergelangan
tangan didapatkan nadi yang pengisiannya cukup dan
teratur : 60-80 x/menit
5. Pemeriksaan dengan menggunakan tensimeter didapatkan
tekanan darah Sistole = 90 – 170 mmHg dan Diastole =
60 – 110 mmHg.

Unit terkait Unit Transfusi Darah

INSTRUKSI KERJA PENGAMBILAN DARAH DONOR


No. Dokumen No. Revisi Halaman
RSUD MAS
445/ /PP/TU- 1/1
AMSYAR RSUD/XI/2017
KASONGAN
Diterbitkan Ditetapkan di Kasongan,

DIREKTUR
STANDAR PROSEDUR Desember 2017 RSUD MAS AMSYAR
OPERASIONAL KASONGAN
(SPO)

drg. NOOR SANURI, M.Si


Pembina
NIP. 19661030 200003 1 002

Instruksi Kerja Pengambilan Darah Donor adalah suatu Prosedur Kerja


Pengambilan Darah Pendonor yang harus dilaksanakan oleh pelaksana teknis
bagian Aftap (petugas Pengambilan Darah) yang terlatih.
Pengertian

Untuk mengambil darah dari donor yang telah lolos seleksi untuk keperluan
Transfusi.
Tujuan

Keputusan Direktur RSUD Mas Amsyar Kasongan Nomor : 445/ /TU-


Kebijakan RSUD/ 2017 tentang Pelayanan darah di RSUD Mas Amsyar Kasongan.

Prosedur 1. Persilahkan donor mencuci tangan


2. Persilahkan donor berbaring ditempat tidur yang sudah disediakan dengan
posisi terlentang
3. Tempatkan tangan donor lurus disamping,diatas tempat tidur dengan posisi
menghadap keatas tempat tidur dengan posisi menghadap ke atas
4. Pasang tensimeter dengan posisi slang/pipa tensimeter diatas
5. Identifikasi kantong darah dan tabung sample darah sesuai
● Nomor kantong darah
● Golongan darah
● Tanggal pengambilan
● Tanggal kadaluarsa
● Nama pengambil darah
● Jam pengambilan untuk komponen darah
6. Naikkan tensimeter sampai batas antara systole dengan diastole, raba dan
tentukan letak vena dimana akan dilakukan penusukan,turunkan tensimeter.
7. Ambil kapas betadine mengunakan pinset,kemudian pakai untuk desinfeksi
lokasi yang akan ditusuk dari satu titik tengah,dengan gerakan melingkar
dari arah dalam keluar 1 kali. Hindarkan arah berlawanan karena dapat
membawa kotoran ke lokasi penusukan vena ambil kapas alkohol 70
%,lakukan desinfeksi vena dengan cara yang sama 3-4 kali,gunakan kapas
baru untuk pengulangan.
8. Buatlah simpul longgar pada slang kantong darah ± 15 cm dari arah jarum.
9. Tempatkan kantong darah diatas timbangan darah,timbangan darah berupa
timbangan berat atau timbangan khusus yang bergoyang.
10. Naikkan tensimeter kembali sampai batas systole dan diastole.
11. Lakukan penusukan vena dengan cara :
● Buka tutup jarum, posisi lobang jarum disebelah atas
● Tekan secara pelan legan donor dibawah lokasi penusukan dengan
tangan kiri
● Tusukan jarum 1 atau 2 cm dari vena,dorong sampai berada ditengah
vena. Jangan sampai menembus sisi vena yang lain bisa terjadi
Hematome pada lengan donor
● Aturlah posisi jarum searah dengan vena setelah darah keluar
● Turunkan tensimeter antara 40 mmHg – 50 mmHg
12. Lakukan fiksasi slang dilengan donor dengan menggunakan meditape di 2
(dua) tempat kedudukan agar kedudukan jarum tidak berubah.
13. Kocoklah darah secara perlahan – lahan dan sesering mungkin.
14. Apabila volume darah sudah tercapai sesuai dengan jenis kantong darah
yang dipakai,jepitlah slang dengan klem A ± 5 cm dari arah jarum.
15. Serut slang kantong darah dari klem A kearah kantong darah dengan
menggunakan hand sealer sepanjang ± 5 cm, kemudian jepit slang kantong
darah dengan klem B ± 2 cm dari klem A. Jangan menyerut slang
kantong darah ke arah tubuh donor karena berbahaya bagi donor.
16. Potong slang kantong darah diantara klem A dengan klem B,kemudian
kencangkan simpul pada slang.
17. Tempatkan tabung/botol sample diujung potongan slang,buka klem A dan
dan isilah tabung/botoll sample tersebut dengan darah vena donor langsung
dari slang yang masih ada ditangan donor tersebut.
18. Tutup klem A.
19. Turunkan tensimeter sampai batas nol.
20. Ambil kapas alkohol 70 % letakan diatas tusukan vena dengan sedikit
ditekan, kemudian cabutlah jarum dari tubuh donor secara perlahan.
21. Minta donor menekan bekas tusukan pada vena dengan kapas alcohol 70 %
tadi dan mengangkat tangan keatas.
22. Masukan kedalam tabung/botol sample, darah yang masih tersisa didalam
slang darah. Tutup jarum kembali,buang slang kedalam tempat sampah
infeksius.
23. Serut slang kantong darah dengan hand sealer hingga darah masuk kedalam
kantong darah, kocok perlahan agar tercampur sempurna lepaskan hand
sealer hingga slang darah dapat terisi kembali dengan darah yang telah
tercampur antikoagulan. Ulangi 2-3 kali rapikan slang.
24. Cocokan nomor sample dengan nomor kantong dan nomor pada formulir.
Simpan darah dalam blood bank pada suhu 4ºC ± 2ºC atau biarkan disuhu
kamar bila darah tersebut diperuntukan untuk komponen Trombosit.
25. Periksa luka tusukan pada vena donor, bila tidak ada perdarahan, tutup
dengan tensoplast, amati ± 1 menit.
26. Persilahkan donor keruang istirahat bila tidak ada keluhan dari donor.

Unit terkait Unit Transfusi Darah

CARA KERJA CROSS MATCH DENGAN DIAMED GEL TES

RSUD MAS No. Dokumen No. Revisi Halaman


AMSYAR 445/ /PP/TU- 1/1
KASONGAN RSUD/XI/2017

Diterbitkan Ditetapkan di Kasongan,

DIREKTUR
STANDAR PROSEDUR Desember 2017 RSUD MAS AMSYAR
OPERASIONAL KASONGAN
(SPO)

drg. NOOR SANURI, M.Si


Pembina
NIP. 19661030 200003 1 002

Cross Match Dengan Diamed Gel Tes adalah uji cocok serasi antara darah
pendonor dengan darah pasien yang memerlukan darah menggunakan metoda
Pengertian
Diamed Gel Tes.

Untuk mengtahui apakah sel darah merah donor bisa hidup didalam tubuh
pasien, dan untuk mengetahui ada / tidaknya antibody komplet (tipe IgM)
Tujuan maupun antibody inkomplet (tipe IgG) dalam serum pasien (mayor) maupun
dalam serum donor yang melawan sel pasien (minor).

Keputusan Direktur RSUD Mas Amsyar Kasongan Nomor : 445/ /TU-


Kebijakan RSUD/ 2017 tentang Pelayanan darah di RSUD Mas Amsyar Kasongan.

I. Buat suspensi sel Os & Donor dengan konsentrasi 1 %


Cara : 1. Masukan 500uL Diluent 2 dengan dispenser ke dalam tabung
2. Tambahkan masing-masing 5uL sel darah merah pekat ke dalam
tabung Os & Donor
3. Kocok-kocok hingga homogen → suspense sel 1 %

II. Sediakan Liss/Coombs Card, kemudian berikan identitas Os/Donor, buka


Prosedur penutup alumunium, Dengan bantuan mikropipet, teteskan :
● MAYOR: 50 uL suspensi Sel Donor + 25 uL Serum Os
● MINOR : 50 uL suspensi Sel Os + 25 uL Serum Donor
● AC : 50 uL suspensi Sel Os + 25 uL Serum Os
III. Masukan card ke ID Incubator. Inkubasi 37°C, 15 menit ( tekan tombol
timer 1/2/3)
IV. Setelah selesai, masukan kartu ke ID centrifuge. Tekan tombol star ( lama
pemutaran 10 menit)
V. Baca reaksi

Unit terkait Unit Transfusi Darah


PEMERIKSAAN SIFILIS

RSUD MAS No. Dokumen No. Revisi Halaman


AMSYAR 445/ /PP/TU- 1/1
KASONGAN RSUD/XI/2017

Diterbitkan Ditetapkan di Kasongan,

DIREKTUR
STANDAR PROSEDUR Desember 2017 RSUD MAS AMSYAR
OPERASIONAL KASONGAN
(SPO)

drg. NOOR SANURI, M.Si


Pembina
NIP. 19661030 200003 1 002

Sifilis adalah infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri yang
Pengertian dapat menginfeksi kulit, mulut, alat kelamin, serta system saraf.

Pemeriksaan Sifilis ini untuk mendeteksi antibody treponemal atau Non


Tujuan treponemal dalam serum/plasma/whole blood dari darah donor.
Keputusan Direktur RSUD Mas Amsyar Kasongan Nomor : 445/ /TU-
Kebijakan RSUD/ 2017 tentang Pelayanan darah di RSUD Mas Amsyar Kasongan.

Cara Kerja :
Untuk Serum / Plasma :
1. Biarkan reagen pada suhu kamar.

Prosedur 2. Buka kemasan lalu beri identitas sampel pada membrane.


3. Teteskan 100 μI (3 tetes) sampel dengan menggunakan dropper dalam sumur
(s) pada membran.
4. Baca hasil dalam waktu 15 menit setelah penambahan sampel (jangan
melebihi 20 menit).

Unit terkait Unit Transfusi Darah


PEMERIKSAAN ANTI HIV

RSUD MAS No. Dokumen No. Revisi Halaman


AMSYAR 445/ /PP/TU- 1/1
KASONGAN RSUD/XI/2017

Diterbitkan Ditetapkan di Kasongan,

DIREKTUR
STANDAR PROSEDUR Desember 2017 RSUD MAS AMSYAR
OPERASIONAL KASONGAN
(SPO)

drg. NOOR SANURI, M.Si


Pembina
NIP. 19661030 200003 1 002

HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus. Virus ini


menyerang system kekebalan tubuh. Virus ini melemahkan kemampuan tubuh
Pengertian
dalam melawan infeksi dan penyakit.

Pemeriksaan anti HIV ini untuk mendeteksi antibodi HIV dalam


Tujuan serum/plasma/whole blood dari darah donor.

Keputusan Direktur RSUD Mas Amsyar Kasongan Nomor : 445/ /TU-


Kebijakan RSUD/ 2017 tentang Pelayanan darah di RSUD Mas Amsyar Kasongan.

Prosedur Cara Kerja :


Untuk Serum / Plasma :
1. Biarkan reagen pada suhu kamar.
2. Buka kemasan lalu beri identitas sampel pada membrane.
3. Teteskan 1 tetes (30 μI) sampel dengan menggunakan dropper atau
mikropipet 30 μI dalam sumur (s) pada membran.
4. Tunggu dan biarkan menyerap.
5. Teteskan 1 tetes (30 μI) diluents HIV.
6. Baca hasil dalam waktu 15 menit setelah penambahan sampel (jangan
melebihi 20 menit).

Unit terkait Unit Transfusi Darah

PEMERIKSAAN ANTI HCV


No. Dokumen No. Revisi Halaman
RSUD MAS
445/ /PP/TU- 1/1
AMSYAR RSUD/XI/2017
KASONGAN
Diterbitkan Ditetapkan di Kasongan,

DIREKTUR
STANDAR PROSEDUR Desember 2017 RSUD MAS AMSYAR
OPERASIONAL KASONGAN
(SPO)

drg. NOOR SANURI, M.Si


Pembina
NIP. 19661030 200003 1 002

Hepatitis C adalah salah satu penyakit yang dapat menyerang hati. Penyakit
Pengertian yang disebabkan oleh virus ini dapat memicu infeksi dan inflamasi pada hati.

Pemeriksaan anti HCV ini untuk mendeteksi antibodi hepatitis C dalam


Tujuan serum/plasma/whole blood dari darah donor.

Keputusan Direktur RSUD Mas Amsyar Kasongan Nomor : 445/ /TU-


Kebijakan RSUD/ 2017 tentang Pelayanan darah di RSUD Mas Amsyar Kasongan.

Cara Kerja :
Untuk Serum / Plasma :
1. Biarkan reagen pada suhu kamar.
2. Buka kemasan lalu beri identitas sampel pada membrane.

Prosedur 3. Teteskan 1 tetes (30 μI) sampel dengan menggunakan dropper atau
mikropipet 30 μI dalam sumur (s) pada membran.
4. Tunggu dan biarkan menyerap.
5. Teteskan 1 tetes (30 μI) diluents HCV.
6. Baca hasil dalam waktu 15 menit setelah penambahan sampel (jangan
melebihi 20 menit).

Unit terkait Unit Transfusi Darah


PEMERIKSAAN HBSAg

RSUD MAS No. Dokumen No. Revisi Halaman


AMSYAR 445/ /PP/TU- 1/1
KASONGAN RSUD/XI/2017

Diterbitkan Ditetapkan di Kasongan,

DIREKTUR
STANDAR PROSEDUR Desember 2017 RSUD MAS AMSYAR
OPERASIONAL KASONGAN
(SPO)

drg. NOOR SANURI, M.Si


Pembina
NIP. 19661030 200003 1 002
Hepatitis B adalah penyakit hati menular yang disebabkan oleh virus hepatitis
B (HBV). Virus ini merupakan salah satu tipe dari banyak virus yang
Pengertian
menyerang hati.

Pemeriksaan HBsAg ini untuk mendeteksi antigen hepatitis B dalam


Tujuan serum/plasma/whole blood dari darah donor.

Keputusan Direktur RSUD Mas Amsyar Kasongan Nomor : 445/ /TU-


Kebijakan RSUD/ 2017 tentang Pelayanan darah di RSUD Mas Amsyar Kasongan.

Cara Kerja :
Untuk Serum / Plasma :
1. Biarkan reagen pada suhu kamar.

Prosedur 2. Buka kemasan lalu beri identitas sampel pada membran.


3. Teteskan 100 μI (3 tetes) sampel dengan menggunakan dropper dalam sumur
(s) pada membran.
4. Baca hasil dalam waktu 15 menit setelah penambahan sampel (jangan
melebihi 20 menit).

Unit terkait Unit Transfusi Darah


PROSEDUR PEMBERIAN TRANSFUSI DARAH / PRODUK
DARAH

RSUD MAS No. Dokumen No. Revisi Halaman


AMSYAR 445/ /PP/TU- 1/1
KASONGAN RSUD/XI/2017

Diterbitkan Ditetapkan di Kasongan,

DIREKTUR
STANDAR PROSEDUR RSUD MAS AMSYAR
OPERASIONAL KASONGAN
(SPO)

drg. NOOR SANURI, M.Si


Pembina
NIP. 19661030 200003 1 002

Suatu prosedur pemberian darah atau komponen darah melalui jalur intravena
Pengertian dari donor darah yang cocok dengan darah pasien setelah dilakukan
pemeriksaan crossmatching (reaksi silang).

a) Agar prosedur pemberian darah transfusi dapat berlangsung dengan aman


dan efektif.
b) Agar kebutuhan darah dan komponen darah bagi pasien segera dapat
Tujuan dipenuhi.
c) Agar masalah atau reaksi yang muncul selama transfusi darah dapat segera
ditangani dengan baik.

Keputusan Direktur RSUD Mas Amsyar Kasongan Nomor : 445/ /TU-


Kebijakan
RSUD/ 2017 tentang Pelayanan darah di RSUD Mas Amsyar Kasongan.
Prosedur

Identifikasi :

Nama Lengkap pasien dan Identifikasi positif


Tanggal lahir Cek kembali:
 Gelang identitasi pasien
 Form UTD
 Form Catatan pemberian Infus
 Kartu kendali pada kantong darah
Nomor MR Check kembali:
 Gelang identitas pasien
 Form permintaan transfusi
 Form catatan pemberian infuse
Golongan darah pasien · Form permintaan transfusi
Kartu kendali pada kantong darah
Golongan darah pada Label pada kantong darah
kantong darah Form permintaan transfusi
Kartu kendali pada kantong darah
Nomor kantong darah Label pada kantong darah
Form permintaan transfusi
Kartu kendali pada kantong darah
Catat nomor kantong darah pada kolom
tambahan di form Catatan Pemberian
lnfus
Tanggal kadaluarsa Label pada kantong darah
Integritas kantong Kantong tidak bocor
Tidak ada bekuan darah, perubahan warna
atau benda asing lain
Cek untuk Pastikan kantong sudah diberi label Non-
Reactive untuk Hepatitis B &C, HIV &
Syphilis

Cara Kerja :

1) Pastikan infus telah terpasang dengan baik dan sesuai dengan nomor kanul
yang dibutuhkan, dan mulailah dengan infus NaCI 0.9% sekitar 50 ml
dengan menggunakan set tranfusi.
2) Sebelum pemberian transfusi darah/transfusi produk darah, lakukan
observasi dasar: Nadi, pernafasan, tensi darah, suhu dan Sp02.
3) Kenakan sarung tangan.
4) Pindahkan set transfusi dari cairan NaCI 0.9% ke kantong darah (sesuai
SPO mengganti cairan infus).
5) Gunakan blood warmer jika diperlukan pada kondisi tertentu seperti
tranfusi massive atau pasien post anesthesia. Untuk transfusi rutin biasanya
tidak diperlukan.
6) Berikan infus dengan tetesan sangat pelan (5 ml/mnt) selama 15 menit
untuk melihat reaksi alergi (menggigil, sakit kepala, mual dan muntah,
tachikardi, gatal, kemerahan atau hipotensi).
7) Perawat harus tinggal di Kamar pasien untuk 15 menit pertama.
8) Check tanda-tanda vital setelah 5 menit untuk 15 menit pertama dan
selanjutnya setiap 30 menit selama transfusi.
9) Observasi rutin pada pasien tidak sadar di ruang operasi atau unit perawatan
intensif (ICU) tetap dilakukan, berupa tambahan dan dicatat terpisah dari
observasi transfusi darah. Perhatian khusus ditujukan selama 15 atau 20
menit di awal transfusi, untuk mengobservasi kemungkinan adanya
hipotensi, hemoglobinuria atau oliguria.
10) Pada akhir transfusi, alat pemberi darah dibilas dengan larutan natrium
klorida 0,9% dalam jumlah cukup, untuk membersihkan saluran infus dari
darah, lalu alat tersebut akan dibuang, kecuali pakai leukocytedepletion
filter.
11) Lepaskan set transfusi darah yang sudah digunakan dan masukkan ke
tempat sampah medis.
12) Pembuangan kemasan bekas darah disimpan di ruang dirty utility selama 24
jam jika ada
13) kemungkinan permintaan investigasi terhadap bacteriological oleh
laboratorium.
14) Kemasan bekas darah yang kosong akan dimasukan dalam kantong
biohazard dan diberi
15) Tanggal.
16) Kemasan kantong darah bekas di perlakukan sebagai "waste disposal".
17) Lepaskan sarung tangan.
18) Cuci tangan.
19) Lanjutkan observasi pasien.
20) Laporan kepada Dokter, jika:
a) Timbul menggigil.
b) Ruam.
c) Kemerahan.
d) Sesak napas.
e) Nyeri pada extremitas atau pinggang.
f) Suhu Tidak Normal.

Unit terkait Rawat Inap, IGD, ICU


Lampiran :
Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Mas Amsyar Kasongan
Nomor :
Tanggal : Desember 2017

KEBIJAKAN KERJA PENERIMAAN SAMPEL RUMAH SAKIT UMUM


DAERAH MAS AMSYAR KASONGAN

Kebijakan :

1. Lihatlah pengepakan sampel apakah dalam kondisi yang baik atau sudah rusak.
2. Lihat label pada sampel apakah sama dengan yang tertera pada surat pengantar.
3. Lihat jenis sampel
4. Lihat volume sampel apakah sesuai dengan kebutuhan pemeriksaan.
5. Lihat kondisi sampel.
6. Lihat apakah ada dokumen yang menyertai.
7. Lihat apakah ada informasi klinis yang menyertai.

Direktur

drg. NOOR SANURI, M.Si


Pangkat : Pembina
NIP : 19661030 200003 1 002
Lampiran :
Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Mas Amsyar Kasongan
Nomor :
Tanggal : Desember 2017

KEBIJAKAN CARA KERJA DIRECT COOMBS TES RUMAH SAKIT


UMUM DAERAH MAS AMSYAR KASONGAN

Kebijakan :

I. Buat suspensi sel Os & Donor dengan konsentrasi 1 %


Cara : 1. Masukan 500uL Diluent 2 dengan dispenser ke dalam tabung
2. Tambahkan masing-masing 5uL sel darah merah pekat ke dalam
tabung Os & Donor
3. Kocok-kocok hingga homogen → suspense sel 1 %
II. Sediakan Liss / Coombs Card, berikan identitas sampel
III. Teteskan dengan mikropipet 50 uL Suspensi Sel 1 %
IV. Putar pada ID Centrifuge ( tekan tombol start )
V. Baca reaksi

Direktur

drg. NOOR SANURI, M.Si


Pangkat : Pembina
NIP : 19661030 200003 1 002
Lampiran :
Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Mas Amsyar Kasongan
Nomor :
Tanggal : Desember 2017

KEBIJAKAN CARA AUTO POOL DONOR (Donor>) PADA CROSS


MATCH RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MAS AMSYAR KASONGAN

Kebijakan :

1. Sediakan darah donor yang akan di pooling


2. Pindahkan pada 2 tabung kosong masing-masing sel darah merah donor dan serum/plasma
donor dengan jumlah yang sama.
3. Homogen sel darah merah pada tabung yang berisi pooling sel darah merah donor, buat
suspensi 1 % dengan Diluent 2 dengan cara seperti diatas.
4. Lakukan crossmatch seperti biasa :
Auto Pool : 50 uL pool suspensi sel Donor + 25 uL pool serum Donor

Direktur

drg. NOOR SANURI, M.Si


Pangkat : Pembina
NIP : 19661030 200003 1 002
Lampiran :
Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Mas Amsyar Kasongan
Nomor :
Tanggal : Desember 2017

KEBIJAKAN BAGAN ALUR SELEKSI DONOR RUMAH SAKIT UMUM


DAERAH MAS AMSYAR KASONGAN

Kebijakan :
A

Tidak Memenuh ya
i syarat?

Donor ditolak Pemeriksaan Hb


& gol darah

Tidak Hb Memenuhi ya
syarat?

Donor ditolak Pemeriksaan kesehatan


sederhana

Tidak ya
Sehat?

Donor ditolak Pengambilan


darah

Direktur

drg. NOOR SANURI, M.Si


Pangkat : Pembina
NIP : 19661030 200003 1 002
Lampiran :
Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Mas Amsyar Kasongan
Nomor :
Tanggal : Desember 2017

KEBIJAKAN BAGAN ALUR PENGAMBILAN DARAH DONOR RUMAH SAKIT


UMUM DAERAH MAS AMSYAR KASONGAN

Kebijakan :
Donor cuci 2 lengan

Donor berbaring

Identifikasi kantong darah

Penusukan vena lengan

Berhasil ?

Pengisian kantong darah


ya tidak
Pindah lengan
?
Pengambilan contoh darah

Dibatalkan
Perawatan kantong berisi darah

Pencatatan

Pengiriman darah ke Pengiriman contoh


penyimpanan darah ke bagian uji
karantina saring IMLTD

Direktur

drg. NOOR SANURI, M.Si


Pangkat : Pembina
NIP : 19661030 200003 1 002
Lampiran :
Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Mas Amsyar Kasongan
Nomor :
Tanggal : Desember 2017

KEBIJAKAN PEMISAHAN KOMPONEN DARAH DARI KANTONG GANDA 2


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MAS AMSYAR KASONGAN

Kebijakan :

Darah
Lengkap

Pencatatan
No. kantong

Pemutaran

PRC Plasma
segar

Pembekuan

FFP

Direktur

drg. NOOR SANURI, M.Si


Pangkat : Pembina
NIP : 19661030 200003 1 002
Lampiran :
Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Mas Amsyar Kasongan
Nomor :
Tanggal : Desember 2017

KEBIJAKAN INTEPRETASI HASIL CROSS MATCH RUMAH SAKIT UMUM


DAERAH MAS AMSYAR KASONGAN

Kebijakan :

No. MAYOR MINOR AC/DCT Kesimpulan

1. - - - Darah keluar

2. + - - Ganti darah donor / Rujuk

3. - + - Berikan PRC / Ganti darah donor

4. - + + Beri PRC bila minor lebih kecil / sama dgn AC/DCT

5. + + + Lihat Ket. No. 5

Keterangan :
1. Crossmatch Mayor,Minor dan AC = negative
→ Darah pasien cocok dengan darah donor
→ Darah dapat diberikan kepada pasien

2. Croosmacth Mayor = positif, Minor = negative, AC = negative


→ Periksa kembali golongan darah Os & Donor
→ Periksa DCT pada darah donor, bila hasil positif maka darah donor tersebut harus
disingkirkan karena akan selalu positif pada crossmatch mayor
→ Apabila goldar sudah sama dan DCT donor negative maka kemungkinan ada irregular
antibody pada darah Os
→ Ganti darah donor, lakukan croosmatch lagi sampai didapat hasil crossmatch negative
→ Apabila tidak ditemukan hasil crossmatch yang kompatibel meskipun darah donor telah
diganti maka harus dilakukan Screening dan identifikasi antibody pada serum Os,
dalam hal ini sampel darah dikirim ke UTD Pembina terdekat

3. Crossmatch Mayor = negative, Minor = positif, AC = Negatif


→ Artinya ada Irregular anti body pada serum / plasma donor
→ Solusi : berikan PRC atau ganti dengan darah donor yang lain bila yang diperlukan
adalah plasma, trombosit, WB kemudian lakukan crossmatch lagi

4. Crossmatch Mayor = negative, Minor = positif, AC = positif


→ Lakukan Direct Coombs Test pada Os
→ Apabila DCT = positif, hasil positif pada crossmatch Minor dan AC berasal dari
autoantibody
→ Apabila derajat positif pada Minor sama atau lebih kecil dibandingkan derajat positif
pada AC/DCT, berikan PRC
→ Apabila derajat positif pada Minor lebih besar dibandingkan derajat positif pada AC /
DCT, darah tidak boleh dikeluarkan. Ganti darah donor , lakukan crossmatch lagi
sampai ditemukan positif pada minor sama atau lebih kecil disbanding AC / DCT

5. Mayor, Minor, AC = Positif :


→ Periksa ulang goldar Os maupun donor, baik dengan cell grouping maupun back typing,
pastikan tidak ada kesalahan golongan darah
→ Positif pada Minor kemungkinan berasal dari autoantibody pada Os
→ Sedangkan positif pada mayor, dapat disebabkan oleh Irregular Anti Body pada serum
Os
→ Jika memungkinkan lanjutkan pemeriksaan dengan screening dan identifikasi antibody

Direktur

drg. NOOR SANURI, M.Si


Pangkat : Pembina
NIP : 19661030 200003 1 002
Lampiran :
Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Mas Amsyar Kasongan
Nomor :
Tanggal : Desember 2017

KEBIJAKAN CARA PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN ID-INCUBATOR 37 SII


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MAS AMSYAR KASONGAN

Kebijakan :

1. Hidupkan tombol power pada bagian belakang body centrifuge, pada display akan terbaca
“Wait Please” menandakan bahwa suhu didalam chamber incubator belum mencapai 37°C
buka LID Incubator dengan cara mengangkatnya ke atas, tempatkan 3 rak plastic untuk
tempat dudukan kartu Berjajar sesuai dengan jumlah timer (3 rak)
2. Setelah suhu didalam chamber incubator mencapai 37°C pada display akan terbaca “Ready”
Menandakan incubator siap digunakan
3. Buka LID incubator, masukan kartu yang akan di inkubasi ke dalam rak
4. Tutup LID centrifuge sehingga pada display terbaca “Ready”
5. Tekan timer 1 atau 2 ata 3, tergantung dimana posisi kartu ditempatkan pada rak , lampu
pada timer Yang ditekan akan menyala. Timer akan menghitung mundur dari posisi 15 menit
6. Apabila waktu inkubasi telah selesai, alarm akan berbunyi dan lampu timer akan padam
7. Pindahkan kartu ke dalam ID-Centrifuge untuk diputar

PERAWATAN :

● Membersihkan chamber incubator dengan cara menggunakan alcohol 70 %


● Frekwensi pembersihan chamber dilakukan 2 minggu sekali

Direktur

drg. NOOR SANURI, M.Si


Pangkat : Pembina
NIP : 19661030 200003 1 002
Lampiran :
Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Mas Amsyar Kasongan
Nomor :
Tanggal : Desember 2017

KEBIJAKAN CARA PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN ID-CENTRIFUGE 12 SII


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MAS AMSYAR KASONGAN

Kebijakan :

1. Sambungkan kabel power dengan sumber listrik. Hidupkan tombol power pada bagian
belakang body Centrifuge, pada display akan terbaca “ready”
2. Tekan tombol open sehingga LID centrifuge akan terbuka
3. Masukan kartu yang akan diputar pada posisi berhadapan (apabila jumlah kartu genap) atau
apabila Jumlah kartu yang akan diputar ganjil, tambahkan penyemimbang dengan kartu baru
4. Tutup LID Centrifuge sehingga pada display terbaca “ready”
5. Tekan tombol start / stop, centrifuge akan mulai berputar, setelah RPM mencapai 1030,
Maka timer Akan menghitung mundur dari 10 menit
6. Setelah berhenti berputar, alarm aka berbunyi dan LID akan terbuka secara otomatis
7. Angkat kartu, baca dan catat hasil reaksi

PERAWATAN :

● Membersihkan chamber centrifuge dengan cara menarik rotor, pembersihan dengan


menggunakan Alcohol 70 %
● Frekwensi pembersihan chamber dilakukan 2 minggu sekali

Direktur

drg. NOOR SANURI, M.Si


Pangkat : Pembina
NIP : 19661030 200003 1 002
Lampiran :
Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Mas Amsyar Kasongan
Nomor :
Tanggal : Desember 2017

KEBIJAKAN CARA PENGOPERASIAN DAN PERAWATAN ID-DISPENSER RUMAH


SAKIT UMUM DAERAH MAS AMSYAR KASONGAN

Kebijakan :

1. Atur volume pada dispenser dengan cara menekan tombol bagian atas sambil memutarnya
searah Jarum jam sebesar 180° lepaskan tombol maka pada bagian samping tombol akan
terbaca volume Yang akan diambil oleh dispenser 0,5 ML (500uL) atau 1 ML (1000uL)
2. Pasang selang pada bagian bawah dispenser, lakukan disinfeksi pada selang dengan alcohol
70%
3. Masukan selang pada botol ID-DILUENT 2 dan putar searah jarum jam sampai erat
4. Tekan berkali-kali tombol bagian atas sampai cairan terbuang melalui mulut selang dispenser
5. Dispenser siap digunakan

PERAWATAN :

● Melakukan disinfeksi pada selang dispenser setiap kali mengganti botol ID


DILUENT 2 yang habis

Direktur

drg. NOOR SANURI, M.Si


Pangkat : Pembina
NIP : 19661030 200003 1 002
PANDUAN
PEMBERIAN TRANSFUSI DARAH ATAU PRODUK DARAH

1. DEFINISI

Suatu prosedur pemberian darah atau komponen darah melalui jalur intravena dari donor
darah yang cocok dengan darah pasien setelah dilakukan pemeriksaan crossmatching (reaksi
silang).

2. TANGGUNG JAWAB

Dokter, Perawat terlatih dan bidan terlatih

3. TUJUAN

a) Agar prosedur pemberian darah transfusi dapat berlangsung dengan aman dan efektif.
b) Agar kebutuhan darah dan komponen darah bagi pasien segera dapat dipenuhi.
c) Agar masalah atau reaksi yang muncul selama transfusi darah dapat segera ditangani
dengan baik.

4. INDIKASI

1) Sel darah merah


a) Hb <7g/dL; meskipun nilai Hb lebih rendah dari nilai normal tetapi pada kasus dan
pasien tertentu masih dapat diterima (misal: pasien dalam terapi obat iron)
b) Transfusi dengan indikasi Hb lebih tinggi dari nilai normal untuk situasi
tertentu:
Hb <7-10g/dL Selama operasi terkait dengan risiko kehilangan banyak darah atau
jika adanya gangguan transportasi oksigen.
Hb <8g/dL; Pasien yang sering mendapatkan transfusi atau pasien dengan terapi
sumsum tulang "marrow suppressive therapy" (untuk mengontrol gejala dan
pertumbuhan agar sesuai)
Hb <10g/dL; Hanya untuk populasi tertentu (neonatus)

2) Konsentrat trombosit
a) Kegagalan sumsum tulang (Bone marrow failure)
Trombosit <10x103/pL Jika tidak ada faktor risiko lain untuk perdarahan (lihat
dibawah ini)
Trombosit <20x103/pL Jika terdapat faktor risiko (demam, antibiotik, kegagalan
hemostatik, risiko perdarahan intrakranial)
b) Pembedahan/prosedur invasive
Trombosit <50x103/pL. Namun jumlah yang lebih tinggi dari ini mungkin diperlukan
dalam operasi dengan risiko tinggi perdarahan, seperti bedah saraf.
c) Fungsi trombosit tidak sempurna
Transfusi jika terdapat perdarahan atau risiko tinggi perdarahan, terlepas dari jumlah
trombosit yang sebenarnya.
d) Perdarahan/ transfusi masif
Pertahankan trombosit >50x103/pL jika thrombocytopaenia kemungkinan dapat
menyebabkan perdarahan
Maintain trombosit >100x103/pL dengan adanya perdarahan mikrovaskular atau
"diffuse microvascular bleeding (DIC)" or CNS trauma

3) FFP sesuai berikut ini:


a) Efek warfarin, FFP memiliki cara kerja yang berlawanan dengan walfarin, sehingga
efek koagulasi dari walfarin dosis tinggi dapat diatasi dengan segera.
b) Defisiensi Vit. K, perdarahan yang mengancam jiwa akibat defisiensi vit. K dapat
diterapi dengan menggunakan FFP.
c) Penyakit hati, Jika perdarahan dengan koagulasi yang abnormal.
d) Akut DIC ketika terdapat perdarahan dan koagulasi yang abnormal
e) Setelah dilakukan transfuse massif cardiac bypass untuk perdarahan yang terjadi atau
f) perdarahan dengan adanya koagulasi yang abnormal.

4) Cryoprecipitate diindikasikan untuk:


Defisiensi Fibrinogen, dalam keadaan klinis perdarahan, prosedur invasive, trauma atau
DIC.

5. KEAMANAN DAN PENGUKURAN PENGENDALIAN INFEKSI

1) Semua pasien yang memperoleh transfusi darah, harus mengenakan gelang identifikasi.
2) Transfusi PRC seharusnya dimulai dalam waktu 30 menit setelah darah keluar dari
lemari
pendingin laboratorium, dan transfusi untuk satu kantong harus selesai maksimal dalam
waktu 4 jam.
3) Setaip saat hanya satu kantong darah yang diperbolehkan keluar dari pendingin
laboratorium,kecuali terdapat pemberian transfusi darah sangat cepat dalam jumlah
besar.
4) Dua pertugas harus melakukan pemeriksaan identitas pasien dan kantong darah di sisi
tempat tidur pasien, dan salah satu pertugasnya harus merupakan perawat terlatih atau
tenaga medis terlatih
5) Reaksi transfusi yang berat dapat timbul dalam 15 menit pertama saat unit kantong darah
diberikan. Observasi pasien secara ketat selama periode ini.
6) Trombosit tidak boleh diberikan melalui perangkat pemberi darah yang telah digunakan
untuk transfusi darah sebelumnya.
7) Lama pemberian transfusi yang direkomendasikan, kecuali ada indikasi klinis lainnya.
a) Sel Darah Merah (PRC) maksimum 4 Jam
b) FFP 30 menit — 1 jam
c) Trombosit 30 menit
d) Kriopresipitat 30 menit

6. PERALATAN

1) Perlengkapan pemasangan infuse dengan kanul nomor 18 atau 20 (Jika pasien belum
terpasang
2) infuse).
3) Set infus tranfusi darah
4) NaCL 0.9% 100 ml
5) Leucodepletion filter (jika diperlukan)
6) Infusion pump
7) Sarung tangan bersih
8) Blood warmer (jika diperlukan)
9) Form PMI
10) Form cairan Infus
11) Kartu kendali
12) Kantong darah

7. PERSIAPAN

1) Kaji pada lembaran pesanan dokter, instruksi pemberian transfusi darah, yaitu jenis,
jumlah, cara dan waktu tranfusi darah diberikan.
2) Kaji apakah pasien memakai infus dan besarnya kanul yang dipakai apakah sesuai untuk
pemberian transfusi, serta kaji jenis set yang dipakai
3) Kaji kondisi pasien, tanda-tanda vital, jika suhu tubuh lebih dari 37.8 OC beritahu dokter
sebelum proses tranfusi

8. PROSEDUR

1) Cuci tangan
2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada pasien atau keluarga

9. DOKUMENTASI

1) Catatan — tanggal, jam, nama dan tanda tangan pertugus yang cek dan pemberikan
transfusi darah di:
2) Form UTD
3) Kartu kendali
4) Form Pemberian infus — dokumentasi nomor kantong di additive kolom
5) Observasi catatan di observasi form
6) Catatan respon pasien kepada transfusi darah

10. REFERENSI

a) Guidelines royal childrens hospital 2012, http://www.rch.org. au/bloodtrans/index. cfm?


doc_id =5319 11.2 Blood Transfusion Services of the United Kingdom. (2001)
Handbook of Transfusion Medicine, 3rd Edition (ed. McClelland, D.B.L.) HMSO,
London
b) British Committee for Standards in Haematology, Blood Transfusion Task Force, Royal
College of Nurses and the Royal College of Surgeons of England (1999) The
administration of blood and blood components and the management of transfused
patients. Transfusion Medicine, 9, 227-238.
c) Herbert, P.C. Weels, G., Blajchman, M.A. et al A multi-center, randomised, controlled
clinical trial of transfusion requirements in critical care. NEJM. 1999, 340: 409 - 417
d) Modern Transfusion Medicine, CRC Press, 1995
PANDUAN
KERJA STANDAR PENGOLAHAN KOMPONEN DARAH

01. MAKSUD DAN TUJUAN


Memisahkan Komponen – komponen darah

02. RUANG LINGKUP DAN PEDOMAN LAIN


Prosedur kerja standar ini harus dilaksanakan oleh Teknisi pengolahan komponen darah
yang terlatih pada Unit Transfusi Darah.

03. SINGKATAN
UTD : Unit Transfusi Darah
PRC : Packed Red Cells
TC : Thrombocyt Consetrate
FFP : Fresh Frozen Plasma
LP : Liquid Plasma
BC : Buffy Coat
WB : Whole Blood
WE : Washed Erytrocyt
PRP : Platelet Rich Plasma
PPP : Platelet Poor Plasma
AHF : Anti Hemophili Faktor

04. PERSIAPAN
4.1 Persiapan peralatan dipakai ulang

Siapkan,bersihkan dan rapikan seluruh peralatan dipakai ulang sebagai berikut :

No. Al at Jumlah minimal

1. Hand Sealer 1 buah

2. Electric Sealer 1 buah

3. Hematocrit Centrifuge 1 buah

4. Timbangan darah 1 buah

5. Balance 1 buah

6. Refrigerated Centrifuge 1 buah

7. Plasma Extractor 1 buah

8. Arteri Klem 2 buah

9. Termos 1 buah

10. Gunting 1 buah


11. Frezzer - 30°C 1 buah

12. Frezzer - 50°C (sebagai penganti dry ice + alcohol 1 buah


96 %

13. Tempat kapas 1 buah

14. Tempat sampah 1 buah

4.2 Persiapan bahan & alat habis pakai

Siapkan bahan & alat habis pakai berikut :

No. Al at Jumlah minimal

1. Darah lengkap dalam kantong ganda secukupnya

2. Capilary tube secukupnya

3. Kapas secukupnya

4. Alkohol 70 % secukupnya

5. Alkohol 96 % 5 liter

6. Dry ice 5 kg

7. Washing bag 1 buah

8. NaCl 0,9 % 1.500 cc

9. Lilin / Crito seal secukupnya

10. Almunium ring secukupnya

5 & 6 Untuk pembuatan FFP & AHF

4.3 Persiapan label/stiker

1. Pakai jas laboratorium


2. Cuci tangan dengan sabun
3. Pakai sarung tangan

4.4 Persiapan label/stiker

1. Siapkan label/stiker yang memuat identifikasi

• Nomor kantong
• Tanggal pengambilan
• Tanggal kadaluarsa
• Tanggal pengolahan
• Nama petugas

2. Tempelkan label tersebut pada kantong satelit


05. Ketentuan

1. Semua prosedur dilakukan dengan cara aseptic


2. Waktu pengolahan komponen darah :
• Pengolahan komponen darah yang berkaitan dengan proses pembekuan, hendaknya
Selesai dalam waktu 6 jam setelah selesai pengambilan ( Fresh Frozen Plasma,
Thrombocyt Concentratet)
• Sel darah merah pekat (PRC) dapat dipisahkan kapan saja sampai tanggal
kadaluarsanya.
• Plasma Cair (LP) dapat dipisahkan sampai batas waktu 5 hari setelah tanggal
kadaluarsa
Darah lengkap.
3. Bahan :
Darah lengkap untuk pembuatan Trombocyt Pekat (TC) hendaknya memenuhi
persyaratan :
• Darah dari donor yang tidak makan aspirin dalam waktu 72 jam sebelum
Menyumbangkan Darah.
• Tidak menggunakan Heparin.
• Pada waktu penyadapan, satu kali tusukan dan aliran darah lancar. Darah lengkap
untuk Plasma segar beku (FFP) / Anti Hemophili factor (Cryo).
• Pada waktu penyadapan, satu kali tusukan dan aliran darah lancar.
• Segera masukan kelemari pendingin darah.
4. Wadah :
• Kantong darah ganda
5. Hematocrit Sel Darah Merah Pekat (PRC) hendaknya tidak lebih dari 80 %
6. Pemakaian refrigeratet centrifuge (Alat pemutar berpendingin):
• Setiap kali akan memutar darah dengan centrifuge dalam cup centrifuge dengan
Menggunakan balance.
• Setiap kali pemutaran suhu centrifuge disiapkan terlebih dahulu sesuai dengan
Suhu yang diperlukan.
• Penentuan kecepatan putaran / rotasi per menit
• - Ukur / lihat dari brosur panjangnya lengan centrifuge.
- Pergunakan nomograph :
Tarik garis lurus dari titik panjang lengan centrifuge kea rah titik XG yang sudah
Ditentukan hingga memotong garis rpm titik potong kedua garis tersebut
Menentukan Besarnya rpm.
• Setiap hari, setelah bekerja alat centrifuge dibersihkan sebelum ditinggalkan.

06. BUAT LEMBAR KERJA

1. Buat lembar kerja untuk proses pengolahan komponen darah.


2. Catat tanggal aftap, tanggal pemisahan, No. urut, No. kantong, Golongan darah dan
Jenis Komponen yang dibuat.
3. Semua data yang telah dicatat pada lembar kerja harus dicek oleh orang kedua dan
harus Diparaf.

07. PENGOLAHAN KOMPONEN DARAH

Pengolahan komponen darah harus sesuai dengan referensi dan mengikuti prosedur kerja
Standar yang ada pada Unit Transfusi Darah.

.
08. EVALUASI HASIL

1. Cocokan kembali hasil komponen darah, apakah sudah sesuai dengan lembar kerja.
2. Harus ada orang kedua yang mencek kembali hasil produk.
3. Produk – produk yang tidak memenuhi persyaratan harus dipisahkan untuk penanganan
Lebih Lanjut.

09. PENCATATAN,PELAPORAN DAN ARSIP

1. Isi lembar kerja


2. Isi buku pengolahan komponen darah
3. Buat laporan bulanan pengolahan komponen darah

POKJA PELAYANAN DAN


ASUHAN PASIEN (PAP)
KEBIJAKAN,
PANDUAN & SPO
PELAYANAN PASIEN
RESTRAIN

DAFTAR ISI

SPO PELAYANAN PASIEN RESTRAIN


DAFTAR ISI

KEBIJAKAN PELAYANAN PASIEN RESTRAINT RUMAH SAKIT UMUM


DAERAH MAS AMSYAR KASONGAN

DAFTAR ISI

PANDUAN PELAYANAN PASIEN RESTRAIN

PEMERINTAH KABUPATEN KATINGAN


BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RSUD MAS AMSYAR KASONGAN
Jl. Rumah Sakit No.01 Kasongan Telp. (0536) 4041041, 4041222 Fax. 4041041
e-mail : rsud_kasongan@ymail.com ; rsud@katingankab.go.id
KASONGAN 74412
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MAS AMSYAR
KASONGAN
NOMOR : / /TU-RSUD/XII/ 2017

TENTANG

KEBIJAKAN PELAYANAN PASIEN RESTRAIN


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MAS AMSYAR KASONGAN

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MAS AMSYAR KASONGAN

Menimbang : a. bahwa dalam Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Mas Amsyar
Kasongan, perlu adanya kebijakan tentang Pelayanan Pasien Restrain;
b. bahwa agar dapat membantu semua pasien dengan resiko jatuh,
kecenderungan melukai diri, dan yang menghambat proses pengobatan
sehingga dalam pelayanan dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya
Keputusan Direktur RSUD Mas Amsyar Kasongan sebagai landasan
bagi penyelenggaraan Pelayanan Pasien Restrain;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada butir a
dan b perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum
Daerah Mas Amsyar Kasongan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang


Perlindungan Konsumen;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 125. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437);
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 tahun 2004 tentang
pertimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126.
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 153. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5072);
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1996
tentang Tenaga Kesehatan;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1419/Menkes/Per/X/2005 tentang Penyelenggaraan Praktik
Kedokteran;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1438/Menkes/Per/IX/2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran;
9. Peraturan Daerah Kabupaten Katingan Nomor 7 Tahun 2008 Tentang
pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah
Mas Amsyar Kasongan (Lembaran Daerah Kabupaten KatinganTahun
2008 Nomor 7);
10. Peraturan Bupati Katingan Nomor : 5 tahun 2009 tentang Tugas Pokok
dan Fungsi Rumah Sakit Umum Daerah Kasongan Kabupaten
Katingan;
11. Keputusan Bupati Katingan Nomor 900/ 295/ KPTS/ VI/2014 tentang
Penetapan Rumah Sakit Umum Daerah Mas Amsyar Kasongan Untuk
Menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Daerah;
12. Keputusan Bupati Katingan Nomor 445/ 84/ KPTS/ II/ 2016 tentang
Pemberian Izin Operasinal Kepada Rumah Sakit Umum Daerah Mas
Amsyar Kasongan;

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

KESATU : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MAS


AMSYAR KASONGAN TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN
PASIEN RESTRAIN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MAS AMSYAR
KASONGAN.

KEDUA : Kebijakan Pelayanan Pasien Restrain Rumah Sakit Umum Daerah Mas
Amsyar Kasongan sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.

KETIGA : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan Pelayanan Pasien Restrain


Rumah Sakit Umum Daerah Mas Amsyar Kasongan dilaksanakan oleh
Bidang Pelayanan dan Keperawatan Rumah Sakit Umum Daerah Mas
Amsyar Kasongan.

KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila dikemudian
hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Kasongan
Pada Tanggal : Desember 2017

Direktur

drg. NOOR SANURI, M.Si


Pangkat : Pembina
NIP : 19661030 200003 1 002

PANDUAN
PELAYANAN PASIEN RESTRAIN

BAB I
DEFINISI
Pengertian dasar restraint adalah “ membatasi gerak” atau “membatasi kebebasan”
pengertian secara internasional : restraint adalah suatu metode / cara pembatasan / restriksi yang
disengaja terhadap gerakan / perilaku seseorang dalam hal ini, “perilaku” yang dimaksudkan
adalah tindakan yang direncanakan, bukan suatu tindakan yang tidak disadari / tidak disengaja /
sebagai suatu refleks.

Pengertian lainnya: restraint adalah suatu tindakan untuk menghambat / mencegah


seseorang melakukan sesuatu yang diinginkan. Definisi restraint ini berlaku untuk semua
penggunaan restraint di unit dalam rumah sakit. Pada umumnya, jika pasien dapat melepaskan
suatu alat yang dengan mudah, maka alat tersebut tidak dianggap sebagai suatu restraint.

BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang lingkup pelayanan restraint yaitu semua pasien dengan resiko jatuh, kecenderungan
melukai diri sendiri, dan yang menghambat proses pengobatan.

BAB III
TATALAKSANA

A. JENIS RESTRAINT
1. Pembatasan Fisik
a. Melibatkan satu atau lebih staf untuk memegangi pasien, menggerakkan pasien, atau
mencegah pergerakan pasien.
b. Jika pasien dapat dengan mudah meloloskan diri / melepaskan diri dari pegangan
staf, maka hal ini tidak dianggap sebagai suatu restraint.
c. Pemegangan fisik: biasanya staf memegangi pasien dengan tujuan untuk melakukan
suatu pemeriksaan fisik / tes rutin.
2. Pembatasan Mekanis
Melibatkan penggunaan suatu alat. Misalnya :
a. Penggunaan Sarung Tangan khusus di ruang rawat intensif (Intensive Care Unit ICU)
b. Peralatan sehari – hari : ikat pinggang / sabuk untuk mencegah pasien jatuh dari
kursi, penggunaan pembatas di sisi kiri dan kanan tempat tidur (bedrails) untuk
mencegah pasien jatuh / turun dari tempat tidur.
c. Pengontrolan kebebasan gerak pasien : penggunaan kunci, penyekat, tombol
pengatur, dan sebagainya.
3. Pembatasan Kimia
a. Melibatkan penggunaan obat – obatan untuk membatasi pasien.
b. Obat – obatan dianggap sebagai suatu restraint hanya jika penggunaan obat – obatan
tersebut tidak sesuai dengan standar terapi pasien dan penggunaan obat – obatan ini
hanya ditujukan untuk mengontrol perilaku pasien / membatasi kebebasan bergerak
pasien.
c. Obat – obatan ini dapat merupakan obat – obatan yang secara rutin diresepkan,
termasuk obat yang dijual bebas.
d. Pemberian obat – obatan sebagai bagian dari tata laksana pasien tidak dianggap
sebagai restraint. Misalnya obat – obatan psikotik untuk pasien psikiatri, obat sedasi
untuk pasien dengan insomnia, obat anti-ansietas untuk pasien dengan gangguan
cemas, atau analgesic untuk mengatasi nyeri.
e. Criteria untuk menentukan suatu penggunaan obat dan kombinasinya tidak tergolong
restraint adalah:

 Obat – obatan tersebut diberikan dalam dosis yang sesuai dan telah disetujui oleh
Food And Drug Administration (FDA) dan sesuai dengan indikasinya.
 Penggunaan obat mengikuti / sesuai dengan standar praktik kedokteran yang
berlaku.
 Penggunaan obat untuk mengobati kondisi medis tertentu pasien berdasarkan
pada gejala pasien, keadaan umum pasien, dan pengetahuan klinisi / dokter yang
merawat pasien.
 Penggunaan obat tersebut diharapkan dapat membantu pasien mencapai kondisi
fungsionalnya secara efektif dan efisien.
f. Jika secara keseluruhan efek obat tersebut menurunkan kemampuan pasien untuk
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya secara efektif, maka obat tersebut tidak
digunakan sebagai terapi standar untuk pasien. Tidak menggunakan “pembatasan
kimia” (obat sebagai restraint) untuk tujuan kenyamanan staf, untuk mendisiplinkan
pasien, atau sebagai metode untuk pembalasan dendam.
g. Efek samping penggunaan obat haruslah dipantau secara rutin dan ketat.

4. Pembatasan Psikologis

Dapat meliputi : pemberitahuan secara konstan / terus – menerus kepada pasien


mengenai hal – hal yang tidak boleh dilakukan atau memberitahukan bahwa pasien tidak
diperbolehkan melakukan hal – hal yang mereka inginkan karena tindakan tersebut
berbahaya.
Pembatasan ini dapat juga berupa pembatasan pilihan gaya hidup pasien, seperti :
memberitahukan kepada pasien mengenai waktu tidur dan waktu bangunnya.
Tidaklah memungkinkan untuk membuat suatu daftar mengenai jenis restraint apa saja
yang dapat diterapkan kepada pasien dikarenakan pengaplikasiannya bergantung pada
kondisi pasien saat itu. Suatu pembatasan fisik / mekanis / kimia dapat diterapkan pada
suatu kondisi tertentu, tetapi tidak pada kondisi lainnya.

B. INDIKASI
1. Pasien menunjukkan perilaku yang berisiko membahayakan dirinya sendiri dan atau
orang lain.
2. Tahanan pemerintah (yang legal / sah secara hokum) yang dirawat dirumah sakit.
3. Pasien yang membutuhkan tata laksana emergensi (segera) yang berhubungan dengan
kelangsungan hidup pasien.
4. Pasien yang memerlukan pengawasan dan penjagaan ketat di ruangan yang aman.
5. Restraint atau isolasi digunakan jika intervensi lainnya yang lebih tidak restriktif tidak
berhasil / tidak efektif untuk melindungi pasien, staf, atau orang lain dari ancaman
bahaya.

C. DAMPAK NEGATIF PENGGUNAAN RESTRAINT


1. Dampak fisik
a. Atrofi otot
b. Hilangnya / berkurangnya densitas tulang
c. Ulkus decubitus
d. Infeksi nosocomial
e. Strangulasi
f. Penurunan fungsional tubuh
g. Stress kardiak
h. Inkontinensia

2. Dampak psikologis
a. Depresi
b. Penurunan fungsi kognitif
c. Isolasi emosional
d. Kebingungan (confusion)

D. PERSETUJUAN (INFORMED CONSENT)


Persetujuan merupakan salah satu alat hokum yang legal dimana seorang memberikan
kekuasaan yang sah terhadap tata laksana atau keperawatan. Hal ini dapat mencakup
memberikan persetujuan terhadap suatu bentuk restraint. Dasar persetujuan yang sah identik
dengan persyaratan professional bahwa suatu persetujuan diperlukan sebelum melakukan
suatu tindakan / prosedur. Terdapat tiga persyaratan yang harus dipenuhi sebelum pernyataan
persetujuan oleh individu dapat diterima secara sah, yaitu:
1. Persetujuan harus diberikan oleh seseorang yang kompeten dalam segi mental / kejiwaan
2. Individu yang membuat persetujuan harus memperoleh informasi yang memadai
mengenai kondisinya, risiko dan implikasi penggunaan restraint.
3. Persetujuan ini harus dibuat tanpa adanya paksaan.

BAB IV
DOKUMENTASI

Dokumentasi meliputi :

1. Kondisi pasien
2. Perilaku pasien
3. Alas an dan jenis penggunaan restraint
4. Respon pasien terhadap intervensi
5. Evaluasi perilaku dan kondisi pasien setelah aplikasi restraint

PELAYANAN PASIEN RESTRAIN

RSUD MAS
No. Dokumen No. Revisi Halaman
AMSYAR
KASONGAN 445/ /PP/TU- 1/1
RSUD/XI/2017
Diterbitkan Ditetapkan di Kasongan,

DIREKTUR
STANDAR PROSEDUR Desember 2017 RSUD MAS AMSYAR
OPERASIONAL KASONGAN
(SPO)

drg. NOOR SANURI, M.Si


Pembina
NIP. 19661030 200003 1 002

Pelayanan pasien adalah penyediaan jasa oleh Rumah Sakit kepada orang
sakit yang dirawat di Rumah Sakit yang bertujuan untuk mengurangi atau
menyembuhkan keluhan yang berhubungan dengan kesehatan orang sakit
tersebut.
Pengertian
Restraint adalah suatu metode/cara pembatasan/restriksi yang disengaja
terhadap gerakan/perilaku seseorang. Dalam hal ini, ‘perilaku‘ yang
dimaksudkan adalah tindakan yang direncanakan, bukan suatu tindakan yang
tidak disadari/tidak disengaja/sebagai suatu refleks.

Sebagai acuan kepada staf medis mengenai teknik membatasi ruang gerak
Tujuan pasien yang bertujuan untuk melindungi atau menghindari menciderai diri,
orang lain dan lingkungan baik secara fisik, mekanis maupun kimia.

Keputusan Direktur RSUD Mas Amsyar Kasongan Nomor : 445/ /TU-


Kebijakan RSUD/ 2017 tentang Pelayanan darah di RSUD Mas Amsyar Kasongan.

1. Perawat melakukan skrining terhadap pasien yang dirasa memerlukan


tindakan restrain.
2. Apabila skrining menyatakan bahwa tindakan restraint diperlukan, maka
perawat segera mengidentifikasi pasien sesuai dengan kondisi pasien.
3. Perawat menjelaskan kepada pasien secara meyakinkan untuk
menghentikan perilakunya.
4. Perawat mengulangi penjelasan jika pasien tidak menghentikan perilakunya
akan dilakukan pengikatan.
5. Perawat menjelaskan kepada pasien dan/atau keluarga mengenai alasan
dilakukannya tindakan retsraint.
6. Perawat dengan rekannya mempersiapkan alat-alat yang diperlukan untuk
tindakan restraint apabila tindakan restraint yang akan dilakukan kepada
Prosedur pasien berupa pembatasan fisik atau mekanis.
7. Setelah selesai melakukan tindakan restraint berupa pembatasan fisik atau
mekanis tanpa instruksi dokter, perawat wajib segera melaporkan kepada
dokter penanggung jawab pasien untuk legalitas .
8. Perawat menyiapkan medikasi segera setelah pembatasan fisik atau
mekanis, disesuaikan dengan kondisi pasien.
9. Perawat memberikan medikasi kepada pasien sesuai instruksi dokter
penanggung jawab pasien.
10. Perawat melakukan observasi setiap 60 menit dan didokumentasikan ke
dalam formulir Rekam Medis yang tersedia.
11. Perawat menghentikan tindakan restraint apabila pasien telah mampu
bekerja sama dengan staf Rumah Sakit untuk tetap tenang selama
perawatan.
1. Instalasi Gawat Darurat
2. Ruang Rawat Inap
Unit terkait 3. Unit Perawatan Intensif

Lampiran :
Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Mas Amsyar Kasongan
Nomor :
Tanggal : Desember 2017

KEBIJAKAN PELAYANAN PASIEN RESTRAINT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


MAS AMSYAR KASONGAN

Kebijakan :

1. Yang berwenang untuk membuat keputusan mengenai penggunaan restraint adalah dokter
penanggungjawab pasien (DPJP).
a) Jika rumah sakit menggunakan protocol yang mencakup juga mengenai penggunaan
restraint / isolasi, intsruksi spesifik dari dokter penanggungjawab pasien tetap diperlukan
setiap kali hendak mengaplikasikan restraint / isolasi.
b) Jika dokter penanggungjawab pasien tidak hadir saat dibutuhkan intruksi, maka
tanggungjawab ini harus didelegasikan kepada dokter lainnya. Dokter yang menerima
delegasi nantinya akan mengkonsultasikan pasien kepada dokter penanggungjawab via
telepon.
2. Setiap pasien harus dinilai dan intervensi yang diberikan haruslah sesuai dengan kebutuhan
dan kepentingan pasien.
3. Restraint ini berperan sebagai cara / alternative terakhir jika metode yang kurang restriktif
lainnya tidak berhasil / tidak efektif untuk memastikan keselamatan pasien, staf, atau orang
lain. Oleh karena itu, restraint ini tidak boleh dianggap sebagai prosedur / respons standar
dalam penanganan pasien.
4. Intruksi mengenai penggunaan restraint ini tidak boleh diberlakukan sebagai intruksi pro re
nata (jika perlu).
5. Tidak terdapat criteria mengenai perilaku apa saja yang dianggap membahayakan.
Keputusan mengenai perilaku berbahaya ini dibuat berdasarkan penilaian oleh dokter
(clinical judgement)
6. Intruksi penggunaan restraint yang bertujuan untuk manajemen perilaku destruktif /
membahayakan harus dievaluasi dalam kurun waktu tertentu, seperti tercantum di bawah
ini :
a) 4 jam untuk dewasa ≥ 18 tahun ke atas
b) 2 jam untuk anak dan remaja usia 9 – 17 tahun
c) 1 jam untuk anak < 9 tahun
7. Perlu diketahui : batas waktu evaluasi di atas tidak berlaku pada kasus penggunaan restraint
dengan tujuan manajemen perilaku non – destruktif.
8. Restraint hanya boleh dilanjutkan selama kondisi membahayakan tersebut masih
berlangsung dan jika kondisi membahayakan tersebut telah teratasi, penggunaan restraint
harus segera dihentikan.
9. Suatu kondisi pembebasan restraint sementara yang diawasi secara langsung oleh staf
dengan tujuan memenuhi kebutuhan pasien (seperti pergi ke kamar mandi, makan, atau
latihan gerak tubuh) tidak dianggap sebagai pemberhentian restraint.
10. Dalam mengaplikasi restraint, terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu :
a) Penggunaan restraint harus mempunyai batas waktu pemberlakuannya (maksimal 24
jam)
b) Batas waktu berlakunya Intruksi restraint hampir berakhir, perawat yang bertugas harus
menghubungi dokter melaporkan mengenai keadaan klinis serta hasil asesmen dan
evaluasi terkini pasien, sekaligus menanyakan apakah instruksi restraint ini akan
dilanjutkan atau tidak (diperbaharui).
11. Untuk kasus aplikasi restraint pada pasien dengan perilaku destruktif :
a) Pasien harus ditemui dan dievaluasi secara langsung dalam waktu 1 jam setelah
diberlakukannya instruksi restraint oleh dokter yang bertugas atau perawat / asisten
dokter yang terlatih.
b) Dokter yang bertanggungjawab terhadap pasien harus menemui pasien secara langsung
dan melakukan asesmen dan evaluasi terhadap pasien sebelum menulis instruksi baru
mengenai penggunaan restraint (dalam 24 jam)
12. Kesemuanya ini harus dicatat dalam rekam medis pasien, termasuk hasil asesmen dan
evaluasi pasien dan alas an penggunaan restraint.
13. Aplikasi restraint harus sejalan / sesuai dengan modifikasi tertulis dalam rencana asuhan
keperawatan pasien.
14. Penggunaan restraint ini tidak boleh menjadi penghalang / penghambat dalam pemberian
penanganan / intervensi lain yang juga diperlukan pasien.
15. Sebaiknya dipilih metode yang paling tidak restriktif dalam pengaplikasian restraint, tetapi
harus menjamin keselamatan pasien, staf, dan orang lain dari ancaman bahaya.
16. Penggunaan restraint untuk pencegahan jatuh dan mengontrol perilaku pasien tidak boleh
dianggap sebagai bagian dari pelayanan yang bersifat rutin.
17. Penggunaan restraint harus sesuai dengan prinsip etis seperti dibawah ini :
a) Beneficence : bertujuan untuk kepentingan pasien
b) Non – Maleficence : tidak membahayakan pasien / merugikan pasein
c) Justice : memperlakukan semua pasien dengan setara dan adil
d) Autonomy : menghargai hak pasien dalam mengambil keputusan terhadap dirinya sendiri
18. Dalam menggunakan restraint, harus mempertimbangkan antara resiko yang dapat
ditimbulkan akibat penggunaan restraint dengan resiko yang dapat timbul akibat perilaku
pasien.
19. Penggunaan borgol, atau alat restriktif lainnya oleh petugas keamanan pemerintah (non –
rumah sakit) untuk tujuan sebagai alat pertahanan / penegakan hokum dan tidak dianggap
sebagai satu intervensi restraint dalam layanan kesehatanyang digunakan oleh staf rumah
sakit untuk mengekang pasien.
20. Rumah sakit sebaiknya mewajibkan staf terlibat (staf yang mengaplikasikan restraint, staf
yang bertugas memantau, menilai, atau memberikan pelayanan) memiliki pengetahuan dan
memperoleh pelatihan.
21. Rumah sakit harus melaporkan kasus kematian yang berkaitan dengan penggunaan restraint
kepada pusat layanan kesehatan setempat. Pelaporan tersebut berupa :
a) Laporan kasus kematian yang terjadi saat pasien dilakukan restrain
b) Laporan khusus kematian yang terjadi dalam 24 jam setelah pasien dibebaskan dari
restraint.
c) Setiap kematian yang terjadi dalam waktu 1 minggu setelah pengaplikasian restraint
dimana terdapat pertimbangan bahwa restraint ini berkontribusi baik secara langsung
maupun tidak langsung terhadap kematian pasien.

Direktur

drg. NOOR SANURI, M.Si


Pangkat : Pembina
NIP : 19661030 200003 1 002
DOKUMEN
PENDUKUNG

PELAYANAN DARAH

Standar PAP 3.3

Pelayanan darah dan produk darah dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.

Maksud dan Tujuan PAP 3.3

Pelayanan darah dan produk darah harus diberikan sesuai dengan peraturan
perundang-perundangan meliputi antara lain

1) pemberian persetujuan (informed consent);


2) pengadaan darah;
3) identifikasi pasien;
4) pemberian darah;
5) monitoring pasien;
6) identifikasi dan respons terhadap reaksi transfuse.

Staf kompeten dan berwenang melaksanakan pelayanan darah dan produk darah
serta melakukan monitoring dan evaluasi.

Elemen Penilaian PAP 3.3


1. Ada regulasi pelayanan darah dan produk darah meliputi butir 1 sampai dengan6 pada
maksud dan tujuan. (lihat AP5.11 EP 2). (R)
2. Ada bukti pelaksanaan proses meliputi butir 1) sampai dengan 6) pada maksud dan
tujuan. (D,W)
3. Ada bukti staf yang kompeten dan berwenang melaksanakan pelayanan darah
dan produk darah serta melakukan monitoring dan evaluasi. (lihat AP 5.11, EP 1). (D,W)

(lihat AP5.11 EP 2), (lihat AP 5.11, EP 1)

PELAYANAN DARAH

Standar AP.5.11

Rumah sakit menetapkan regulasi tentang penyelenggaraan pelayanan darah dan


menjamin pelayanan yang diberikan sesuai peraturan perundang-undangan dan
standar pelayanan.

Standar AP.5.11.1

Rumah sakit menetapkan regulasi bahwa seorang profesional yang kompeten dan
berwenang, bertanggung jawab untuk penyelenggaraan pelayanan darah dan
menjamin pelayanan yang diberikan sesuai peraturan perundangan dan standar
pelayanan.

Standar AP.5.11.2

Rumah sakit menetapkan program dan pelaksanaan kendali mutu. Pelayanan


darah
sesuai peraturan perundang-undangan.

Maksud dan Tujuan AP.5.11, AP.5.11.1 dan AP.5.11.2

Pelayanan darah, yang diselenggarakan di rumah sakit, harus berada dibawah


tanggung jawab seorang profesional dengan pendidikan, keahlian, pengalaman
yang
memenuhi syarat dan berdasar peraturan perundangan d.h.i. kerjasama dengan
PMI
(Palang Merah Indonesia). Staf tersebut bertanggung jawab terhadap semua aspek
pelayanan darah di rumah sakit.
Lingkup pelayanan meliputi penetapan, pelaksanaan, dokumentasi dan proses
untuk,
a) Permintaan darah
b) Penyimpanan darah
c) Tes kecocokan
d) Distribusi darah
Proses kendali mutu dari semua jenis pelayanan dilaksanakan dan terdokumentasi
untuk memastikan terselenggaranya pelayanan darah dan atau transfusi yang
aman.
Donor darah dan pelayanan transfusi dilaksanakan sesuai peraturan perundangan
dan standar praktek yang diakui.
Sebelum dilakukan pemberian darah harus ada penjelasan dari DPJPnya dan
persetujuan dari pasien atau keluarga.
Selama pemberian transfusi darah harus dilakukan monitoring dan evaluasi, dan
dilaporkan bila ada reaksi transfusi.
Elemen Penilaian AP.5.11

1. Ada regulasi tentang penyediaan dan pelayanan darah meliputi a) sampai


dengan d) di maksud dan tujuan sesuai dengan peraturan perundangundangan.
(R)
2. Pemberian darah harus mendapatkan persetujuan dari pasien atau keluarga,
yang sebelumnya telah mendapatkan penjelasan tentang tujuan, manfaat,
risiko dan komplikasi pemberian transfusi darah dan produk darah (Lihat juga
HPK.2.1 EP 4, SKP 1 EP 4). (D,W
3. Ada bukti dilaksanakan monitoring dan evaluasi pemberian transfusi darah dan
produk darah dan dilaporkan bila terjadi reaksi transfuse (Lihat juga PAP.3.3
dan PMKP.11). (D,W)

Elemen Penilaian AP.5.11.1

1. Seorang profesional yang kompeten dan berwenang, ditetapkan bertanggung


jawab untuk pelayanan darah dan tranfusi (lihat juga, PAP.3.3; TKRS.9) (R)
2. Ada supervisi meliputi a) sampai dengan d) di maksud dan tujuan. (D,W)

Elemen Penilaian AP.5.11.2

1. Ditetapkan program kendali mutu. (R)


2. Ada bukti pelaksanaan program kendali mutu. (D,W)

PELAYANAN PASIEN RESTRAIN

Standar PAP 3.7

Rumah sakit menetapkan pelayanan penggunaan alat penghalang (restraint).

Elemen Penilaian PAP 3.7

1. Ada regulasi pelayanan penggunaan alat penghalang (restraint). (R).


2. Ada bukti pelaksanaan pelayanan penggunaan alat penghalang (restraint)
sesuai dengan regulasi. (D,W)
3. Ada bukti dilakukan evaluasi pasien secara berkala. (D,W)

Yang Perlu Diketahui Pada Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit edisi 1

Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi 1 merupakan standar pelayanan


berfokus pada pasien untuk meningkatkan mutu dan keselamatan pasien dengan
pendekatan manajemen risiko di Rumah Sakit.

Setiap elemen penilaian dilengkapi dengan (R) atau (D), atau (W) atau (O) atau
(S), atau kombinasinya yang berarti sebagai berikut :
(R) = Regulasi, yang dimaksud dengan regulasi adalah dokumen pengaturan yang
disusun oleh rumah sakit yang dapat berupa kebijakan, prosedur (SPO),
pedoman, panduan, peraturan Direktur rumah sakit, keputusan Direktur rumah
sakit dan atau program.

(D) = Dokumen, yang dimaksud dengan dokumen adalah bukti proses kegiatan atau
pelayanan yang dapat berbentuk berkas rekam medis, laporan dan atau
notulen rapat dan atau hasil audit dan atau ijazah dan bukti dokumen
pelaksanaan kegiatan lainnya.

(O) = Observasi, yang dimaksud dengan observasi adalah bukti kegiatan yang
didapatkan berdasarkan hasil penglihatan/observasi yang dilakukan oleh
surveior.

(S) = Simulasi, yang dimaksud dengan simulasi adalah peragaaan kegiatan yang
dilakukan oleh staf rumah sakit yang diminta oleh surveior.

(W) = Wawancara, yang dimaksud dengan wawancara adalah kegiatan tanya jawab
yang dilakukan oleh surveior yang ditujukan kepada pemilik/representasi
pemilik, direktur rumah sakit, pimpinan rumah sakit, profesional pemberi
asuhan (PPA), staf klinis, staf non klinis, pasien, keluarga, tenaga kontrak dan
lain-lain.

PEMERINTAH KABUPATEN KATINGAN


BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RSUD MAS AMSYAR KASONGAN
Jl. Rumah Sakit No.01 Kasongan Telp. (0536) 4041041, 4041222 Fax. 4041041
e-mail : rsud_kasongan@ymail.com ; rsud@katingankab.go.id
KASONGAN 74412

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MAS AMSYAR


KASONGAN
NOMOR : / /TU-RSUD/XII/ 2017

TENTANG

KEBIJAKAN INFORMED CONSENT


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MAS AMSYAR KASONGAN

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MAS AMSYAR KASONGAN


Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan partisipasi pasien dan keluarga di
Rumah Sakit Umum Daerah Mas Amsyar Kasongan, maka dalam
proses pelayanan pasien dan keluarga dilibatkan;
b. bahwa agar partisipasi pasien dan keluarga dalam pelayanan dapat
terlaksana dengan baik, perlu adanya Keputusan Direktur RSUD Mas
Amsyar Kasongan sebagai landasan bagi penyelenggaraan Informed
Consent;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada butir a
dan b perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum
Daerah Mas Amsyar Kasongan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang


Perlindungan Konsumen;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 125. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437);
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 tahun 2004 tentang
pertimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126.
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
Nomor 153. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5072);
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1996
tentang Tenaga Kesehatan;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1419/Menkes/Per/X/2005 tentang Penyelenggaraan Praktik
Kedokteran;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1438/Menkes/Per/IX/2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran;
9. Peraturan Daerah Kabupaten Katingan Nomor 7 Tahun 2008 Tentang
pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah
Mas Amsyar Kasongan (Lembaran Daerah Kabupaten KatinganTahun
2008 Nomor 7);
10. Peraturan Bupati Katingan Nomor : 5 tahun 2009 tentang Tugas Pokok
dan Fungsi Rumah Sakit Umum Daerah Kasongan Kabupaten
Katingan;
11. Keputusan Bupati Katingan Nomor 900/ 295/ KPTS/ VI/2014 tentang
Penetapan Rumah Sakit Umum Daerah Mas Amsyar Kasongan Untuk
Menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Daerah;
12. Keputusan Bupati Katingan Nomor 445/ 84/ KPTS/ II/ 2016 tentang
Pemberian Izin Operasinal Kepada Rumah Sakit Umum Daerah Mas
Amsyar Kasongan;
MEMUTUSKAN

Menetapkan :

KESATU : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MAS


AMSYAR KASONGAN TENTANG KEBIJAKAN INFORMED
CONSENT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MAS AMSYAR
KASONGAN.

KEDUA : Kebijakan Informed Consent Rumah Sakit Umum Daerah Mas Amsyar
Kasongan sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.

KETIDA : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan Informed Consent Rumah


Sakit Umum Daerah Mas Amsyar Kasongan dilaksanakan oleh Bidang
Pelayanan dan Keperawatan Rumah Sakit Umum Daerah Mas Amsyar
Kasongan.

KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila dikemudian
hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Kasongan
Pada Tanggal : Desember 2017

Direktur

drg. NOOR SANURI, M.Si


Pangkat : Pembina
NIP : 19661030 200003 1 002
Lampiran :
Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Mas Amsyar Kasongan
Nomor :
Tanggal : Desember 2017

KEBIJAKAN INFORMED CONSENT


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MAS AMSYAR KASONGAN

Kebijakan :

1. Dokter Penanggung Jawab Pelayanan Pasien (DPJP) / Perawat memberikan penjelasan


mengenai tindakan medis yang akan dilaksanakan dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh
pasien/keluarga.
2. Pasien/keluarga mendapatkan penjelasan tentang usulan pengobatan/tindakan yang akan
diberikan.
3. Persetujuan tindakan dapat diberikan oleh yang tersebut di dalam panduan, kecuali dalam
keadaan darurat.
4. Daftar tindakan yang memerlukan Informed Consent ditetapkan oleh Rumah Sakit yaitu :
a. Tindakan Medis Umum
1) Pemasangan Infus
2) Pemberian obat injeksi
3) Pemberian obat oral
4) Gantin Verband
5) Pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan laboratorium
6) Yoderm
7) Pengambilan sputum untuk pemeriksaan laboratorium
8) Anastesi local gigi dan mulut
9) Ganti obat perawatan eudodontik
10) Tumpukan gigi
11) Ekstraksi gigi
12) Scalling
13) Vaginal Toucher (VT)
14) Rectal Toucher (RT)
15) Drainage
16) Fundoscopy
b. Tindakan Medis Khusus
1) Pemasangan tranfusi darah
2) Pemasangan kateter tetap
3) Pemasangan Naso Gastric Tube (NGT)
4) Hecting
5) Tindakan pungsi
6) Tindakan operatif
7) Donor darah
8) Kuretase gingiva
9) Pemasangan wile
10) Odontektomi
11) Alveolektomi
12) Reposisi gigi/alveolus
13) Biposi
14) Insisi
15) Kuretase
16) Vakum
17) Elektroensefalografi (EEG)
18) Trans Cranial Doppler (TCD)
19) Injeksilocal
20) Periveral Inserted Cateter Central (PICC)
21) Intubasi
22) Pemasangan ventilator

Direktur

drg. NOOR SANURI, M.Si


Pangkat : Pembina
NIP : 19661030 200003 1 002
INFORMED CONSENT
NO. DOKUMEN NO. REVISI : HALAMAN :
1/1

RSUD MAS AMSYAR


KASONGAN

TANGGAL TERBIT DITETAPKAN :


PROSEDUR DIREKTUR
TETAP

Drg. NOOR SANURI, M.Si


NIP. 19661030 200003 1 002

Pengertian Informed Consent adalah persetujuan tindakan kedokteran yang


diberikan oleh pasien atau keluarga terdekatnya/pengampu setelah
mendapatkan penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran
yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut.

Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk pelaksanaan Informed


Consent di Rumah Sakit Umum Daerah Mas Amsyar Kasongan.

Kebijakan Keputusan Direktur RSUD Mas Amsyar Kasongan Nomor :


445/ / /TU-RSUD/ IX/ 2016 tentang Informed Consent
Rumah Sakit Umum Daerah Mas Amsyar Kasongan.

Prosedur 1. Dokter / perawat mengucapkan salam dan memperkenalkan diri


2. Dokter / perawat memberikan penjelasan tindakan kedokteran
langsung kepada pasien dan / atau keluarganya terdekat, baik
diminta ataupun tidak diminta.
3. Dokter / perawat memberikan penjelasan kepada pasien dan / atau
keluarganya tentang :
b. Diagnosis dan tatacara tindakan kedokteran
c. Tujuan tindakan kedokteran dilakukan
d. Alternatif tindakan lain dan resikonya
e. Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi
f. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
4. Pasien atau keluarganya memberikan persetujuan / penolakan secara
tertulis setelah mendapatkan penjelasan dari dokter.
5. Persetujuan / penolakan diberikan oleh yang berhak memberikan
pada formulir persetujuan / penolakan tindakan kedokteran.
6. Petugas mendokumentasikan persetujuan / penolakan secara tertulis
dalam berkas rekam medis, tanggal, waktu, nama dan tandatangan
pemberi penjelasan dan pemberi persetujuan.
Unit terkait 1. Unit Rawat Inap
2. Unit Rawat Jalan
3. Unit Gawat Darurat
4. Kamar Operasi
5. Unit Perawatan Intensif (ICU)
PANDUAN INFORMED CONSENT

A. Definisi

Informed Consent adalah persetujuan tindakan kedokteran yang diberikan oleh pasien
atau keluarga terdekatnya/pengampu setelah mendapatkan penjelasan secara lengkap
mengenai tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut.
a. Keluarga terdekat adalah suami atau isteri, orang tua yang sah atau anak kandung, dan
saudara kandung.
b. Pengampu adalah orang atau badan yang ditetapkan pengadilan sebagai pihak yang
mewakili kepentingan seseorang tertentu (dalam hal ini pasien) yang dinyatakan berada di
bawah pengampuan.

B. Ruang Lingkup
Pelaksanaan Informed Consent (IC) di Rumah Sakit Umum Daerah Mas Amsyar Kasongan :
1. UGD dan Rawat Jalan
a. Pasien atau keluarga diminta persetujuan untuk persetujuan tindakan medis umum
(general consent).
b. Pasien atau keluarga diminta persetujuan setiap akan dilakukan medis khusus (tindakan
medis berisiko tinggi yang dapat mengakibatkan kematian / kecacatan).
2. Rawat Inap, ICU, dan kamar Operasi
Pasein atau keluarga diminta persetujuan setiap akan dilakukan tindakan medis khusus
(tindakan medis berisiko tinggi yang dapat mengakibatkan kematian / kecacatan).

C. Tata Laksana
Pasien dan keluarganya menerima penjelasan yang memadai tentang penyakit, saran
pengobatan, dan para pemberi pelayanan, sehingga mereka dapat membuat keputusan tentang
pelayanan.
1. Petugas memberikan penjelasan tentang rencana pengobatan pasien, meliputi :
a. Kondisi pasien
b. Usulan pengobatan
c. Nama individu yang memberikabn pengobatan
d. Kemungkinan alternatif
e. Kemungkinan keberhasilan
f. Kemungkinan timbulnya masalah selama masa pemulihan
g. Kemungkinan yang akan terjadi apabila tidak diobati.
2. Pasien dijelaskan mana saja yang termasuk tindakan medis umum (general consent) dan
yang termasuk tindakan medis khusus.
3. Pasien dimintai persetujuan pada formulir persetujuan umum (general consent) untuk
persetujuan tindakan kedokteran umum pada awal masuk Rumah Sakit.
4. Untuk tindakan medis khusus diminta setiap sebelum melakukan tindakan kedokteran
khusus pada formulir persetujuan tindakan kedokteran.
5. Petugas memperkenalkan identitas pada dokter dan praktisi yang lain yang bertanggung
jawab melayani mereka.
6. Petugas menjelaskan siapa saja yang dapat memberi persetujuan dalam Informed Consent :
b. Pasien sendiri, yaitu apabila pasien telah berumur 21 tuhan atau telah menikah.
c. Bagi pasien di bawah umur 21 tahun, Informed Consent diberikan oleh mereka menurut
urutan hak sebagai berikut :
1) Ayah / ibu kandung
2) Saudara-saudara kandung
d. Bagi pasien di bawah umur 21 tahun dan tidak mempunyai orang tua atau orang tuanya
berhalangan hadir, Informed Consent diberikan oleh mereka menurut urutan hak
sebagai berikut :
1) Ayah / ibu adopsi
2) Saudara-saudara kandung
3) Induk semang
e. Bagi pasien dewasa yang telah menikah / orang tua, Informed Consent diberikan oleh
mereka menurut urutan hak sebagai berikut :
1) Suami / isteri
2) Ayah / ibu kandung
3) Anak-anak kandung
4) Saudara-saudara kandung
f. Bagi pasien dewasa dengan gangguan mental, Informed Consent diberikan oleh mereka
menurut urutan hak sebagai berikut :
1) Ayah / ibu kandung
2) Wali yang sah
3) Saudara-saudara kandung

D. Dokumentasi
Semua format informed consent didokumentasikan dalam berkas rekam medis pasien.
PEMERINTAH KABUPATEN KATINGAN
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RSUD MAS AMSYAR KASONGAN
Jl. Rumah Sakit No.01 Kasongan Telp. (0536) 4041041, 4041222 Fax. 4041041
e-mail : rsud_kasongan@ymail.com ; rsud@katingankab.go.id
KASONGAN 74412

FORMAT PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN

PEMBERIAN INFORMASI

Dokter Pelaksana Tindakan

Pemberian Informasi

Penerima Informasi / pemberi


persetujuan*

JENIS INFORMASI ISI INFORMASI TANDA ( √ )

1 Diagnosis (WD & DD)

2 Dasar Diagnosis

3 Tindakan Kedokteran

4 Indikasi Tindakan

5 Tata Cara

6 Tujuan

7 Risiko

8 Komplikasi

9 Prognosis

10 Alternatif & Risiko

11 Lain-Lain

Dengan ini menyatakan bahwa saya telah menerangkan hal-hal di atas secara benar Tanda Tangan
dan jelas dan memberikan kesempatan untuk bertanya dan/ atau berdiskusi.

Dengan ini menyatakan bahwa saya telah menerima informasi sebagaimana di atas Tanda Tangan
yang saya beri tanda/paraf di kolom kanannya, dan telah memahaminya.

*Bila pasien tidak kompeten atau tidak mau menerima informasi, maka penerima informasi adalah wali atau
keluarga terdekat

PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN

Yang bertandatangan di bawah ini, saya, nama ..............................................................................., umur…………….


........................................Laki-laki/perempuan*, alamat............................................................................................

Dengan ini menyatakan persetujuan untuk dilakukannya tindakan...........................................................................


Terhadap saya / ........................................................................... saya* bernama.....................................................

Laki-laki / perempuan*, alamat..................................................................................................................................

Saya memahami perlunya dan manfaat tindakan tersebut sebagaimana telah dijelaskan seperti di atas kepada saya,
termasuk risiko dan komplikasi yang mungkin timbul.

Saya juga menyadari bahwa oleh karena ilmu kedokteran bukanlah ilmu pasti, maka keberhasilan tindakan
kedokteran bukanlah keniscayaan, melakinkan sangat bergantung kepada izin Tuhan Yang Maha Esa.

Kasongan, tanggal ..........................bulan............................tahun.......................pukul......................

Yang menyatakan* Saksi I Saksi II

(......................................) (......................................) (......................................)


DOKUMEN FORM
FORM OBSERVASI PEMASANGAN RESTRAINT

Nama Pasien :
Tanggal Lahir :
No. RM :
Ruang Rawat :
Dokter yang Merawat :
Tanggal / Jam Pemasangan :

TTV Lokasi Restraint


No Tanggal Jam Luka (+/-) Nama Perawat Paraf
Kes TD HR RR S Taka Taki Kaka Kaki

Keterangan :

- maksimal pemasangan restraint selama 24 jam


- evaluasi / observasi pemasangan restraint dilakukan dalam jangka waktu : 60 Menit setelah Pemasangan Restrain
FORM OBSERVASI TRANSFUSI DARAH

Nama Pasien :
Tanggal Lahir :
No. RM :
Ruang Rawat :
Dokter yang Merawat :

Kolf TTV Lokasi


No Tanggal Jam Nama Perawat Paraf Reaksi Alergi Keterangan
Ke TD HR RR S Insersi

Keterangan :

- Observasi dilakukan 15 menit pertama setelah pemasangan darah dan saat selesai pemasangan darah.
FORM LAPORAN INSIDEN PASIEN JATUH DAN ANGKA KEJADIAN CEDERA AKIBAT RESTRAINT

RUANGAN : ___________________ BULAN :_____________________

Tanggal
No Indikator Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
1. Jumlah
Pasien Jatuh
2. Jumlah
Pasien yang
Beresiko
Jatuh adalah
Pasien Baru
3. Jumlah
Pasien
dengan
Cedera
Akibat
Restraint
4. Jumlah
Pasien Yang
dipasang
Restraint
FORM LAPORAN ANGKA KEJADIAN KESALAHAN PEMBERIAN OBAT RESTRAIN OLEH PERAWAT

RUANGAN : ___________________ BULAN :_____________________

Tanggal
No Indikator Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
1. Salah Pasien
Salah Nama
dan Tidak
Sesuai
Indentitas
2. Salah Waktu
2.1. Terlambat
Pemberian
obat
2.2. Pemberian
Obat Yang
Terlalu
Cepat
2.3. Obat Stop
Tetap

Anda mungkin juga menyukai