KETERANGAN
NO STD/EP DOKUMEN
SIAP BELUM REVISI
1. 3.3 Kebijakan Direktur tentang Pelayanan Darah √
KETERANGAN
NO STD/EP DOKUMEN
SIAP BELUM REVISI
1. 3.7 Kebijakan Direktur tentang Pelayanan Pasien Restrain √
KEBIJAKAN,
PANDUAN & SPO
PELAYANAN DARAH
PEMERINTAH KABUPATEN KATINGAN
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RSUD MAS AMSYAR KASONGAN
Jl. Rumah Sakit No.01 Kasongan Telp. (0536) 4041041, 4041222 Fax. 4041041
e-mail : rsud_kasongan@ymail.com ; rsud@katingankab.go.id
KASONGAN 74412
TENTANG
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KEDUA : Kebijakan Pelayanan Darah Rumah Sakit Umum Daerah Mas Amsyar
Kasongan sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.
Ditetapkan di : Kasongan
Pada Tanggal : Desember 2017
Direktur
UNIT TRANSFUSI
DARAH
TAHUN 2018
DAFTAR ISI
DIREKTUR
STANDAR PROSEDUR Desember 2017 RSUD MAS AMSYAR
OPERASIONAL KASONGAN
(SPO)
Prosedur Kerja Standar Seleksi Donor adalah suatu Prosedur Kerja Standar
Pengertian yang harus dilaksanakan oleh pelaksana teknis bagian Seleksi Donor yang
terlatih.
a. Tugas : Melakukan seleksi pada setiap donor.
b. Hasil yang ditentukan : Dari donor darah yang sehat didapatkan darah
yang aman.
Tujuan
c. Penggunaan PKS : Untuk menjadi petunjuk standar tentang hal – hal
yang harus dikerjakan.
Cara Kerja :
DIREKTUR
STANDAR PROSEDUR Desember 2017 RSUD MAS AMSYAR
OPERASIONAL KASONGAN
(SPO)
Tujuan Untuk penyumbangan darah yang aman bagi pendonor dan pasien.
Pembacaan hasil :
Terapung < 12 gr % (tidak memenuhi persyaratan)
Melayang = 12 gr % (tidak memenuhi persyaratan)
Tenggelam > 12 gr % (memenuhi persyaratan donor)
DIREKTUR
STANDAR PROSEDUR Desember 2017 RSUD MAS AMSYAR
OPERASIONAL KASONGAN
(SPO)
Interpretasi Hasil
1. + - A + Pos
2. - + B - Neg
3. - - O
4. + + AB
Unit terkait Unit Transfusi Darah
DIREKTUR
STANDAR PROSEDUR Desember 2017 RSUD MAS AMSYAR
OPERASIONAL KASONGAN
(SPO)
Untuk mendapatkan pendonor yang sehat, dari pendonor yang sehat didapatkan
Tujuan darah yang aman.
DIREKTUR
STANDAR PROSEDUR Desember 2017 RSUD MAS AMSYAR
OPERASIONAL KASONGAN
(SPO)
Untuk mengambil darah dari donor yang telah lolos seleksi untuk keperluan
Transfusi.
Tujuan
DIREKTUR
STANDAR PROSEDUR Desember 2017 RSUD MAS AMSYAR
OPERASIONAL KASONGAN
(SPO)
Cross Match Dengan Diamed Gel Tes adalah uji cocok serasi antara darah
pendonor dengan darah pasien yang memerlukan darah menggunakan metoda
Pengertian
Diamed Gel Tes.
Untuk mengtahui apakah sel darah merah donor bisa hidup didalam tubuh
pasien, dan untuk mengetahui ada / tidaknya antibody komplet (tipe IgM)
Tujuan maupun antibody inkomplet (tipe IgG) dalam serum pasien (mayor) maupun
dalam serum donor yang melawan sel pasien (minor).
DIREKTUR
STANDAR PROSEDUR Desember 2017 RSUD MAS AMSYAR
OPERASIONAL KASONGAN
(SPO)
Sifilis adalah infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri yang
Pengertian dapat menginfeksi kulit, mulut, alat kelamin, serta system saraf.
Cara Kerja :
Untuk Serum / Plasma :
1. Biarkan reagen pada suhu kamar.
DIREKTUR
STANDAR PROSEDUR Desember 2017 RSUD MAS AMSYAR
OPERASIONAL KASONGAN
(SPO)
DIREKTUR
STANDAR PROSEDUR Desember 2017 RSUD MAS AMSYAR
OPERASIONAL KASONGAN
(SPO)
Hepatitis C adalah salah satu penyakit yang dapat menyerang hati. Penyakit
Pengertian yang disebabkan oleh virus ini dapat memicu infeksi dan inflamasi pada hati.
Cara Kerja :
Untuk Serum / Plasma :
1. Biarkan reagen pada suhu kamar.
2. Buka kemasan lalu beri identitas sampel pada membrane.
Prosedur 3. Teteskan 1 tetes (30 μI) sampel dengan menggunakan dropper atau
mikropipet 30 μI dalam sumur (s) pada membran.
4. Tunggu dan biarkan menyerap.
5. Teteskan 1 tetes (30 μI) diluents HCV.
6. Baca hasil dalam waktu 15 menit setelah penambahan sampel (jangan
melebihi 20 menit).
DIREKTUR
STANDAR PROSEDUR Desember 2017 RSUD MAS AMSYAR
OPERASIONAL KASONGAN
(SPO)
Cara Kerja :
Untuk Serum / Plasma :
1. Biarkan reagen pada suhu kamar.
DIREKTUR
STANDAR PROSEDUR RSUD MAS AMSYAR
OPERASIONAL KASONGAN
(SPO)
Suatu prosedur pemberian darah atau komponen darah melalui jalur intravena
Pengertian dari donor darah yang cocok dengan darah pasien setelah dilakukan
pemeriksaan crossmatching (reaksi silang).
Identifikasi :
Cara Kerja :
1) Pastikan infus telah terpasang dengan baik dan sesuai dengan nomor kanul
yang dibutuhkan, dan mulailah dengan infus NaCI 0.9% sekitar 50 ml
dengan menggunakan set tranfusi.
2) Sebelum pemberian transfusi darah/transfusi produk darah, lakukan
observasi dasar: Nadi, pernafasan, tensi darah, suhu dan Sp02.
3) Kenakan sarung tangan.
4) Pindahkan set transfusi dari cairan NaCI 0.9% ke kantong darah (sesuai
SPO mengganti cairan infus).
5) Gunakan blood warmer jika diperlukan pada kondisi tertentu seperti
tranfusi massive atau pasien post anesthesia. Untuk transfusi rutin biasanya
tidak diperlukan.
6) Berikan infus dengan tetesan sangat pelan (5 ml/mnt) selama 15 menit
untuk melihat reaksi alergi (menggigil, sakit kepala, mual dan muntah,
tachikardi, gatal, kemerahan atau hipotensi).
7) Perawat harus tinggal di Kamar pasien untuk 15 menit pertama.
8) Check tanda-tanda vital setelah 5 menit untuk 15 menit pertama dan
selanjutnya setiap 30 menit selama transfusi.
9) Observasi rutin pada pasien tidak sadar di ruang operasi atau unit perawatan
intensif (ICU) tetap dilakukan, berupa tambahan dan dicatat terpisah dari
observasi transfusi darah. Perhatian khusus ditujukan selama 15 atau 20
menit di awal transfusi, untuk mengobservasi kemungkinan adanya
hipotensi, hemoglobinuria atau oliguria.
10) Pada akhir transfusi, alat pemberi darah dibilas dengan larutan natrium
klorida 0,9% dalam jumlah cukup, untuk membersihkan saluran infus dari
darah, lalu alat tersebut akan dibuang, kecuali pakai leukocytedepletion
filter.
11) Lepaskan set transfusi darah yang sudah digunakan dan masukkan ke
tempat sampah medis.
12) Pembuangan kemasan bekas darah disimpan di ruang dirty utility selama 24
jam jika ada
13) kemungkinan permintaan investigasi terhadap bacteriological oleh
laboratorium.
14) Kemasan bekas darah yang kosong akan dimasukan dalam kantong
biohazard dan diberi
15) Tanggal.
16) Kemasan kantong darah bekas di perlakukan sebagai "waste disposal".
17) Lepaskan sarung tangan.
18) Cuci tangan.
19) Lanjutkan observasi pasien.
20) Laporan kepada Dokter, jika:
a) Timbul menggigil.
b) Ruam.
c) Kemerahan.
d) Sesak napas.
e) Nyeri pada extremitas atau pinggang.
f) Suhu Tidak Normal.
Kebijakan :
1. Lihatlah pengepakan sampel apakah dalam kondisi yang baik atau sudah rusak.
2. Lihat label pada sampel apakah sama dengan yang tertera pada surat pengantar.
3. Lihat jenis sampel
4. Lihat volume sampel apakah sesuai dengan kebutuhan pemeriksaan.
5. Lihat kondisi sampel.
6. Lihat apakah ada dokumen yang menyertai.
7. Lihat apakah ada informasi klinis yang menyertai.
Direktur
Kebijakan :
Direktur
Kebijakan :
Direktur
Kebijakan :
A
Tidak Memenuh ya
i syarat?
Tidak Hb Memenuhi ya
syarat?
Tidak ya
Sehat?
Direktur
Kebijakan :
Donor cuci 2 lengan
Donor berbaring
Berhasil ?
Dibatalkan
Perawatan kantong berisi darah
Pencatatan
Direktur
Kebijakan :
Darah
Lengkap
Pencatatan
No. kantong
Pemutaran
PRC Plasma
segar
Pembekuan
FFP
Direktur
Kebijakan :
1. - - - Darah keluar
Keterangan :
1. Crossmatch Mayor,Minor dan AC = negative
→ Darah pasien cocok dengan darah donor
→ Darah dapat diberikan kepada pasien
Direktur
Kebijakan :
1. Hidupkan tombol power pada bagian belakang body centrifuge, pada display akan terbaca
“Wait Please” menandakan bahwa suhu didalam chamber incubator belum mencapai 37°C
buka LID Incubator dengan cara mengangkatnya ke atas, tempatkan 3 rak plastic untuk
tempat dudukan kartu Berjajar sesuai dengan jumlah timer (3 rak)
2. Setelah suhu didalam chamber incubator mencapai 37°C pada display akan terbaca “Ready”
Menandakan incubator siap digunakan
3. Buka LID incubator, masukan kartu yang akan di inkubasi ke dalam rak
4. Tutup LID centrifuge sehingga pada display terbaca “Ready”
5. Tekan timer 1 atau 2 ata 3, tergantung dimana posisi kartu ditempatkan pada rak , lampu
pada timer Yang ditekan akan menyala. Timer akan menghitung mundur dari posisi 15 menit
6. Apabila waktu inkubasi telah selesai, alarm akan berbunyi dan lampu timer akan padam
7. Pindahkan kartu ke dalam ID-Centrifuge untuk diputar
PERAWATAN :
Direktur
Kebijakan :
1. Sambungkan kabel power dengan sumber listrik. Hidupkan tombol power pada bagian
belakang body Centrifuge, pada display akan terbaca “ready”
2. Tekan tombol open sehingga LID centrifuge akan terbuka
3. Masukan kartu yang akan diputar pada posisi berhadapan (apabila jumlah kartu genap) atau
apabila Jumlah kartu yang akan diputar ganjil, tambahkan penyemimbang dengan kartu baru
4. Tutup LID Centrifuge sehingga pada display terbaca “ready”
5. Tekan tombol start / stop, centrifuge akan mulai berputar, setelah RPM mencapai 1030,
Maka timer Akan menghitung mundur dari 10 menit
6. Setelah berhenti berputar, alarm aka berbunyi dan LID akan terbuka secara otomatis
7. Angkat kartu, baca dan catat hasil reaksi
PERAWATAN :
Direktur
Kebijakan :
1. Atur volume pada dispenser dengan cara menekan tombol bagian atas sambil memutarnya
searah Jarum jam sebesar 180° lepaskan tombol maka pada bagian samping tombol akan
terbaca volume Yang akan diambil oleh dispenser 0,5 ML (500uL) atau 1 ML (1000uL)
2. Pasang selang pada bagian bawah dispenser, lakukan disinfeksi pada selang dengan alcohol
70%
3. Masukan selang pada botol ID-DILUENT 2 dan putar searah jarum jam sampai erat
4. Tekan berkali-kali tombol bagian atas sampai cairan terbuang melalui mulut selang dispenser
5. Dispenser siap digunakan
PERAWATAN :
Direktur
1. DEFINISI
Suatu prosedur pemberian darah atau komponen darah melalui jalur intravena dari donor
darah yang cocok dengan darah pasien setelah dilakukan pemeriksaan crossmatching (reaksi
silang).
2. TANGGUNG JAWAB
3. TUJUAN
a) Agar prosedur pemberian darah transfusi dapat berlangsung dengan aman dan efektif.
b) Agar kebutuhan darah dan komponen darah bagi pasien segera dapat dipenuhi.
c) Agar masalah atau reaksi yang muncul selama transfusi darah dapat segera ditangani
dengan baik.
4. INDIKASI
2) Konsentrat trombosit
a) Kegagalan sumsum tulang (Bone marrow failure)
Trombosit <10x103/pL Jika tidak ada faktor risiko lain untuk perdarahan (lihat
dibawah ini)
Trombosit <20x103/pL Jika terdapat faktor risiko (demam, antibiotik, kegagalan
hemostatik, risiko perdarahan intrakranial)
b) Pembedahan/prosedur invasive
Trombosit <50x103/pL. Namun jumlah yang lebih tinggi dari ini mungkin diperlukan
dalam operasi dengan risiko tinggi perdarahan, seperti bedah saraf.
c) Fungsi trombosit tidak sempurna
Transfusi jika terdapat perdarahan atau risiko tinggi perdarahan, terlepas dari jumlah
trombosit yang sebenarnya.
d) Perdarahan/ transfusi masif
Pertahankan trombosit >50x103/pL jika thrombocytopaenia kemungkinan dapat
menyebabkan perdarahan
Maintain trombosit >100x103/pL dengan adanya perdarahan mikrovaskular atau
"diffuse microvascular bleeding (DIC)" or CNS trauma
1) Semua pasien yang memperoleh transfusi darah, harus mengenakan gelang identifikasi.
2) Transfusi PRC seharusnya dimulai dalam waktu 30 menit setelah darah keluar dari
lemari
pendingin laboratorium, dan transfusi untuk satu kantong harus selesai maksimal dalam
waktu 4 jam.
3) Setaip saat hanya satu kantong darah yang diperbolehkan keluar dari pendingin
laboratorium,kecuali terdapat pemberian transfusi darah sangat cepat dalam jumlah
besar.
4) Dua pertugas harus melakukan pemeriksaan identitas pasien dan kantong darah di sisi
tempat tidur pasien, dan salah satu pertugasnya harus merupakan perawat terlatih atau
tenaga medis terlatih
5) Reaksi transfusi yang berat dapat timbul dalam 15 menit pertama saat unit kantong darah
diberikan. Observasi pasien secara ketat selama periode ini.
6) Trombosit tidak boleh diberikan melalui perangkat pemberi darah yang telah digunakan
untuk transfusi darah sebelumnya.
7) Lama pemberian transfusi yang direkomendasikan, kecuali ada indikasi klinis lainnya.
a) Sel Darah Merah (PRC) maksimum 4 Jam
b) FFP 30 menit — 1 jam
c) Trombosit 30 menit
d) Kriopresipitat 30 menit
6. PERALATAN
1) Perlengkapan pemasangan infuse dengan kanul nomor 18 atau 20 (Jika pasien belum
terpasang
2) infuse).
3) Set infus tranfusi darah
4) NaCL 0.9% 100 ml
5) Leucodepletion filter (jika diperlukan)
6) Infusion pump
7) Sarung tangan bersih
8) Blood warmer (jika diperlukan)
9) Form PMI
10) Form cairan Infus
11) Kartu kendali
12) Kantong darah
7. PERSIAPAN
1) Kaji pada lembaran pesanan dokter, instruksi pemberian transfusi darah, yaitu jenis,
jumlah, cara dan waktu tranfusi darah diberikan.
2) Kaji apakah pasien memakai infus dan besarnya kanul yang dipakai apakah sesuai untuk
pemberian transfusi, serta kaji jenis set yang dipakai
3) Kaji kondisi pasien, tanda-tanda vital, jika suhu tubuh lebih dari 37.8 OC beritahu dokter
sebelum proses tranfusi
8. PROSEDUR
1) Cuci tangan
2) Jelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada pasien atau keluarga
9. DOKUMENTASI
1) Catatan — tanggal, jam, nama dan tanda tangan pertugus yang cek dan pemberikan
transfusi darah di:
2) Form UTD
3) Kartu kendali
4) Form Pemberian infus — dokumentasi nomor kantong di additive kolom
5) Observasi catatan di observasi form
6) Catatan respon pasien kepada transfusi darah
10. REFERENSI
03. SINGKATAN
UTD : Unit Transfusi Darah
PRC : Packed Red Cells
TC : Thrombocyt Consetrate
FFP : Fresh Frozen Plasma
LP : Liquid Plasma
BC : Buffy Coat
WB : Whole Blood
WE : Washed Erytrocyt
PRP : Platelet Rich Plasma
PPP : Platelet Poor Plasma
AHF : Anti Hemophili Faktor
04. PERSIAPAN
4.1 Persiapan peralatan dipakai ulang
5. Balance 1 buah
9. Termos 1 buah
3. Kapas secukupnya
4. Alkohol 70 % secukupnya
5. Alkohol 96 % 5 liter
6. Dry ice 5 kg
• Nomor kantong
• Tanggal pengambilan
• Tanggal kadaluarsa
• Tanggal pengolahan
• Nama petugas
Pengolahan komponen darah harus sesuai dengan referensi dan mengikuti prosedur kerja
Standar yang ada pada Unit Transfusi Darah.
.
08. EVALUASI HASIL
1. Cocokan kembali hasil komponen darah, apakah sudah sesuai dengan lembar kerja.
2. Harus ada orang kedua yang mencek kembali hasil produk.
3. Produk – produk yang tidak memenuhi persyaratan harus dipisahkan untuk penanganan
Lebih Lanjut.
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
TENTANG
Menimbang : a. bahwa dalam Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Mas Amsyar
Kasongan, perlu adanya kebijakan tentang Pelayanan Pasien Restrain;
b. bahwa agar dapat membantu semua pasien dengan resiko jatuh,
kecenderungan melukai diri, dan yang menghambat proses pengobatan
sehingga dalam pelayanan dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya
Keputusan Direktur RSUD Mas Amsyar Kasongan sebagai landasan
bagi penyelenggaraan Pelayanan Pasien Restrain;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada butir a
dan b perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum
Daerah Mas Amsyar Kasongan;
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KEDUA : Kebijakan Pelayanan Pasien Restrain Rumah Sakit Umum Daerah Mas
Amsyar Kasongan sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila dikemudian
hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Kasongan
Pada Tanggal : Desember 2017
Direktur
PANDUAN
PELAYANAN PASIEN RESTRAIN
BAB I
DEFINISI
Pengertian dasar restraint adalah “ membatasi gerak” atau “membatasi kebebasan”
pengertian secara internasional : restraint adalah suatu metode / cara pembatasan / restriksi yang
disengaja terhadap gerakan / perilaku seseorang dalam hal ini, “perilaku” yang dimaksudkan
adalah tindakan yang direncanakan, bukan suatu tindakan yang tidak disadari / tidak disengaja /
sebagai suatu refleks.
BAB II
RUANG LINGKUP
Ruang lingkup pelayanan restraint yaitu semua pasien dengan resiko jatuh, kecenderungan
melukai diri sendiri, dan yang menghambat proses pengobatan.
BAB III
TATALAKSANA
A. JENIS RESTRAINT
1. Pembatasan Fisik
a. Melibatkan satu atau lebih staf untuk memegangi pasien, menggerakkan pasien, atau
mencegah pergerakan pasien.
b. Jika pasien dapat dengan mudah meloloskan diri / melepaskan diri dari pegangan
staf, maka hal ini tidak dianggap sebagai suatu restraint.
c. Pemegangan fisik: biasanya staf memegangi pasien dengan tujuan untuk melakukan
suatu pemeriksaan fisik / tes rutin.
2. Pembatasan Mekanis
Melibatkan penggunaan suatu alat. Misalnya :
a. Penggunaan Sarung Tangan khusus di ruang rawat intensif (Intensive Care Unit ICU)
b. Peralatan sehari – hari : ikat pinggang / sabuk untuk mencegah pasien jatuh dari
kursi, penggunaan pembatas di sisi kiri dan kanan tempat tidur (bedrails) untuk
mencegah pasien jatuh / turun dari tempat tidur.
c. Pengontrolan kebebasan gerak pasien : penggunaan kunci, penyekat, tombol
pengatur, dan sebagainya.
3. Pembatasan Kimia
a. Melibatkan penggunaan obat – obatan untuk membatasi pasien.
b. Obat – obatan dianggap sebagai suatu restraint hanya jika penggunaan obat – obatan
tersebut tidak sesuai dengan standar terapi pasien dan penggunaan obat – obatan ini
hanya ditujukan untuk mengontrol perilaku pasien / membatasi kebebasan bergerak
pasien.
c. Obat – obatan ini dapat merupakan obat – obatan yang secara rutin diresepkan,
termasuk obat yang dijual bebas.
d. Pemberian obat – obatan sebagai bagian dari tata laksana pasien tidak dianggap
sebagai restraint. Misalnya obat – obatan psikotik untuk pasien psikiatri, obat sedasi
untuk pasien dengan insomnia, obat anti-ansietas untuk pasien dengan gangguan
cemas, atau analgesic untuk mengatasi nyeri.
e. Criteria untuk menentukan suatu penggunaan obat dan kombinasinya tidak tergolong
restraint adalah:
Obat – obatan tersebut diberikan dalam dosis yang sesuai dan telah disetujui oleh
Food And Drug Administration (FDA) dan sesuai dengan indikasinya.
Penggunaan obat mengikuti / sesuai dengan standar praktik kedokteran yang
berlaku.
Penggunaan obat untuk mengobati kondisi medis tertentu pasien berdasarkan
pada gejala pasien, keadaan umum pasien, dan pengetahuan klinisi / dokter yang
merawat pasien.
Penggunaan obat tersebut diharapkan dapat membantu pasien mencapai kondisi
fungsionalnya secara efektif dan efisien.
f. Jika secara keseluruhan efek obat tersebut menurunkan kemampuan pasien untuk
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya secara efektif, maka obat tersebut tidak
digunakan sebagai terapi standar untuk pasien. Tidak menggunakan “pembatasan
kimia” (obat sebagai restraint) untuk tujuan kenyamanan staf, untuk mendisiplinkan
pasien, atau sebagai metode untuk pembalasan dendam.
g. Efek samping penggunaan obat haruslah dipantau secara rutin dan ketat.
4. Pembatasan Psikologis
B. INDIKASI
1. Pasien menunjukkan perilaku yang berisiko membahayakan dirinya sendiri dan atau
orang lain.
2. Tahanan pemerintah (yang legal / sah secara hokum) yang dirawat dirumah sakit.
3. Pasien yang membutuhkan tata laksana emergensi (segera) yang berhubungan dengan
kelangsungan hidup pasien.
4. Pasien yang memerlukan pengawasan dan penjagaan ketat di ruangan yang aman.
5. Restraint atau isolasi digunakan jika intervensi lainnya yang lebih tidak restriktif tidak
berhasil / tidak efektif untuk melindungi pasien, staf, atau orang lain dari ancaman
bahaya.
2. Dampak psikologis
a. Depresi
b. Penurunan fungsi kognitif
c. Isolasi emosional
d. Kebingungan (confusion)
BAB IV
DOKUMENTASI
Dokumentasi meliputi :
1. Kondisi pasien
2. Perilaku pasien
3. Alas an dan jenis penggunaan restraint
4. Respon pasien terhadap intervensi
5. Evaluasi perilaku dan kondisi pasien setelah aplikasi restraint
RSUD MAS
No. Dokumen No. Revisi Halaman
AMSYAR
KASONGAN 445/ /PP/TU- 1/1
RSUD/XI/2017
Diterbitkan Ditetapkan di Kasongan,
DIREKTUR
STANDAR PROSEDUR Desember 2017 RSUD MAS AMSYAR
OPERASIONAL KASONGAN
(SPO)
Pelayanan pasien adalah penyediaan jasa oleh Rumah Sakit kepada orang
sakit yang dirawat di Rumah Sakit yang bertujuan untuk mengurangi atau
menyembuhkan keluhan yang berhubungan dengan kesehatan orang sakit
tersebut.
Pengertian
Restraint adalah suatu metode/cara pembatasan/restriksi yang disengaja
terhadap gerakan/perilaku seseorang. Dalam hal ini, ‘perilaku‘ yang
dimaksudkan adalah tindakan yang direncanakan, bukan suatu tindakan yang
tidak disadari/tidak disengaja/sebagai suatu refleks.
Sebagai acuan kepada staf medis mengenai teknik membatasi ruang gerak
Tujuan pasien yang bertujuan untuk melindungi atau menghindari menciderai diri,
orang lain dan lingkungan baik secara fisik, mekanis maupun kimia.
Lampiran :
Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Mas Amsyar Kasongan
Nomor :
Tanggal : Desember 2017
Kebijakan :
1. Yang berwenang untuk membuat keputusan mengenai penggunaan restraint adalah dokter
penanggungjawab pasien (DPJP).
a) Jika rumah sakit menggunakan protocol yang mencakup juga mengenai penggunaan
restraint / isolasi, intsruksi spesifik dari dokter penanggungjawab pasien tetap diperlukan
setiap kali hendak mengaplikasikan restraint / isolasi.
b) Jika dokter penanggungjawab pasien tidak hadir saat dibutuhkan intruksi, maka
tanggungjawab ini harus didelegasikan kepada dokter lainnya. Dokter yang menerima
delegasi nantinya akan mengkonsultasikan pasien kepada dokter penanggungjawab via
telepon.
2. Setiap pasien harus dinilai dan intervensi yang diberikan haruslah sesuai dengan kebutuhan
dan kepentingan pasien.
3. Restraint ini berperan sebagai cara / alternative terakhir jika metode yang kurang restriktif
lainnya tidak berhasil / tidak efektif untuk memastikan keselamatan pasien, staf, atau orang
lain. Oleh karena itu, restraint ini tidak boleh dianggap sebagai prosedur / respons standar
dalam penanganan pasien.
4. Intruksi mengenai penggunaan restraint ini tidak boleh diberlakukan sebagai intruksi pro re
nata (jika perlu).
5. Tidak terdapat criteria mengenai perilaku apa saja yang dianggap membahayakan.
Keputusan mengenai perilaku berbahaya ini dibuat berdasarkan penilaian oleh dokter
(clinical judgement)
6. Intruksi penggunaan restraint yang bertujuan untuk manajemen perilaku destruktif /
membahayakan harus dievaluasi dalam kurun waktu tertentu, seperti tercantum di bawah
ini :
a) 4 jam untuk dewasa ≥ 18 tahun ke atas
b) 2 jam untuk anak dan remaja usia 9 – 17 tahun
c) 1 jam untuk anak < 9 tahun
7. Perlu diketahui : batas waktu evaluasi di atas tidak berlaku pada kasus penggunaan restraint
dengan tujuan manajemen perilaku non – destruktif.
8. Restraint hanya boleh dilanjutkan selama kondisi membahayakan tersebut masih
berlangsung dan jika kondisi membahayakan tersebut telah teratasi, penggunaan restraint
harus segera dihentikan.
9. Suatu kondisi pembebasan restraint sementara yang diawasi secara langsung oleh staf
dengan tujuan memenuhi kebutuhan pasien (seperti pergi ke kamar mandi, makan, atau
latihan gerak tubuh) tidak dianggap sebagai pemberhentian restraint.
10. Dalam mengaplikasi restraint, terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu :
a) Penggunaan restraint harus mempunyai batas waktu pemberlakuannya (maksimal 24
jam)
b) Batas waktu berlakunya Intruksi restraint hampir berakhir, perawat yang bertugas harus
menghubungi dokter melaporkan mengenai keadaan klinis serta hasil asesmen dan
evaluasi terkini pasien, sekaligus menanyakan apakah instruksi restraint ini akan
dilanjutkan atau tidak (diperbaharui).
11. Untuk kasus aplikasi restraint pada pasien dengan perilaku destruktif :
a) Pasien harus ditemui dan dievaluasi secara langsung dalam waktu 1 jam setelah
diberlakukannya instruksi restraint oleh dokter yang bertugas atau perawat / asisten
dokter yang terlatih.
b) Dokter yang bertanggungjawab terhadap pasien harus menemui pasien secara langsung
dan melakukan asesmen dan evaluasi terhadap pasien sebelum menulis instruksi baru
mengenai penggunaan restraint (dalam 24 jam)
12. Kesemuanya ini harus dicatat dalam rekam medis pasien, termasuk hasil asesmen dan
evaluasi pasien dan alas an penggunaan restraint.
13. Aplikasi restraint harus sejalan / sesuai dengan modifikasi tertulis dalam rencana asuhan
keperawatan pasien.
14. Penggunaan restraint ini tidak boleh menjadi penghalang / penghambat dalam pemberian
penanganan / intervensi lain yang juga diperlukan pasien.
15. Sebaiknya dipilih metode yang paling tidak restriktif dalam pengaplikasian restraint, tetapi
harus menjamin keselamatan pasien, staf, dan orang lain dari ancaman bahaya.
16. Penggunaan restraint untuk pencegahan jatuh dan mengontrol perilaku pasien tidak boleh
dianggap sebagai bagian dari pelayanan yang bersifat rutin.
17. Penggunaan restraint harus sesuai dengan prinsip etis seperti dibawah ini :
a) Beneficence : bertujuan untuk kepentingan pasien
b) Non – Maleficence : tidak membahayakan pasien / merugikan pasein
c) Justice : memperlakukan semua pasien dengan setara dan adil
d) Autonomy : menghargai hak pasien dalam mengambil keputusan terhadap dirinya sendiri
18. Dalam menggunakan restraint, harus mempertimbangkan antara resiko yang dapat
ditimbulkan akibat penggunaan restraint dengan resiko yang dapat timbul akibat perilaku
pasien.
19. Penggunaan borgol, atau alat restriktif lainnya oleh petugas keamanan pemerintah (non –
rumah sakit) untuk tujuan sebagai alat pertahanan / penegakan hokum dan tidak dianggap
sebagai satu intervensi restraint dalam layanan kesehatanyang digunakan oleh staf rumah
sakit untuk mengekang pasien.
20. Rumah sakit sebaiknya mewajibkan staf terlibat (staf yang mengaplikasikan restraint, staf
yang bertugas memantau, menilai, atau memberikan pelayanan) memiliki pengetahuan dan
memperoleh pelatihan.
21. Rumah sakit harus melaporkan kasus kematian yang berkaitan dengan penggunaan restraint
kepada pusat layanan kesehatan setempat. Pelaporan tersebut berupa :
a) Laporan kasus kematian yang terjadi saat pasien dilakukan restrain
b) Laporan khusus kematian yang terjadi dalam 24 jam setelah pasien dibebaskan dari
restraint.
c) Setiap kematian yang terjadi dalam waktu 1 minggu setelah pengaplikasian restraint
dimana terdapat pertimbangan bahwa restraint ini berkontribusi baik secara langsung
maupun tidak langsung terhadap kematian pasien.
Direktur
PELAYANAN DARAH
Pelayanan darah dan produk darah dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
Pelayanan darah dan produk darah harus diberikan sesuai dengan peraturan
perundang-perundangan meliputi antara lain
Staf kompeten dan berwenang melaksanakan pelayanan darah dan produk darah
serta melakukan monitoring dan evaluasi.
PELAYANAN DARAH
Standar AP.5.11
Standar AP.5.11.1
Rumah sakit menetapkan regulasi bahwa seorang profesional yang kompeten dan
berwenang, bertanggung jawab untuk penyelenggaraan pelayanan darah dan
menjamin pelayanan yang diberikan sesuai peraturan perundangan dan standar
pelayanan.
Standar AP.5.11.2
Yang Perlu Diketahui Pada Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit edisi 1
Setiap elemen penilaian dilengkapi dengan (R) atau (D), atau (W) atau (O) atau
(S), atau kombinasinya yang berarti sebagai berikut :
(R) = Regulasi, yang dimaksud dengan regulasi adalah dokumen pengaturan yang
disusun oleh rumah sakit yang dapat berupa kebijakan, prosedur (SPO),
pedoman, panduan, peraturan Direktur rumah sakit, keputusan Direktur rumah
sakit dan atau program.
(D) = Dokumen, yang dimaksud dengan dokumen adalah bukti proses kegiatan atau
pelayanan yang dapat berbentuk berkas rekam medis, laporan dan atau
notulen rapat dan atau hasil audit dan atau ijazah dan bukti dokumen
pelaksanaan kegiatan lainnya.
(O) = Observasi, yang dimaksud dengan observasi adalah bukti kegiatan yang
didapatkan berdasarkan hasil penglihatan/observasi yang dilakukan oleh
surveior.
(S) = Simulasi, yang dimaksud dengan simulasi adalah peragaaan kegiatan yang
dilakukan oleh staf rumah sakit yang diminta oleh surveior.
(W) = Wawancara, yang dimaksud dengan wawancara adalah kegiatan tanya jawab
yang dilakukan oleh surveior yang ditujukan kepada pemilik/representasi
pemilik, direktur rumah sakit, pimpinan rumah sakit, profesional pemberi
asuhan (PPA), staf klinis, staf non klinis, pasien, keluarga, tenaga kontrak dan
lain-lain.
TENTANG
Menetapkan :
KEDUA : Kebijakan Informed Consent Rumah Sakit Umum Daerah Mas Amsyar
Kasongan sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila dikemudian
hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Kasongan
Pada Tanggal : Desember 2017
Direktur
Kebijakan :
Direktur
A. Definisi
Informed Consent adalah persetujuan tindakan kedokteran yang diberikan oleh pasien
atau keluarga terdekatnya/pengampu setelah mendapatkan penjelasan secara lengkap
mengenai tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut.
a. Keluarga terdekat adalah suami atau isteri, orang tua yang sah atau anak kandung, dan
saudara kandung.
b. Pengampu adalah orang atau badan yang ditetapkan pengadilan sebagai pihak yang
mewakili kepentingan seseorang tertentu (dalam hal ini pasien) yang dinyatakan berada di
bawah pengampuan.
B. Ruang Lingkup
Pelaksanaan Informed Consent (IC) di Rumah Sakit Umum Daerah Mas Amsyar Kasongan :
1. UGD dan Rawat Jalan
a. Pasien atau keluarga diminta persetujuan untuk persetujuan tindakan medis umum
(general consent).
b. Pasien atau keluarga diminta persetujuan setiap akan dilakukan medis khusus (tindakan
medis berisiko tinggi yang dapat mengakibatkan kematian / kecacatan).
2. Rawat Inap, ICU, dan kamar Operasi
Pasein atau keluarga diminta persetujuan setiap akan dilakukan tindakan medis khusus
(tindakan medis berisiko tinggi yang dapat mengakibatkan kematian / kecacatan).
C. Tata Laksana
Pasien dan keluarganya menerima penjelasan yang memadai tentang penyakit, saran
pengobatan, dan para pemberi pelayanan, sehingga mereka dapat membuat keputusan tentang
pelayanan.
1. Petugas memberikan penjelasan tentang rencana pengobatan pasien, meliputi :
a. Kondisi pasien
b. Usulan pengobatan
c. Nama individu yang memberikabn pengobatan
d. Kemungkinan alternatif
e. Kemungkinan keberhasilan
f. Kemungkinan timbulnya masalah selama masa pemulihan
g. Kemungkinan yang akan terjadi apabila tidak diobati.
2. Pasien dijelaskan mana saja yang termasuk tindakan medis umum (general consent) dan
yang termasuk tindakan medis khusus.
3. Pasien dimintai persetujuan pada formulir persetujuan umum (general consent) untuk
persetujuan tindakan kedokteran umum pada awal masuk Rumah Sakit.
4. Untuk tindakan medis khusus diminta setiap sebelum melakukan tindakan kedokteran
khusus pada formulir persetujuan tindakan kedokteran.
5. Petugas memperkenalkan identitas pada dokter dan praktisi yang lain yang bertanggung
jawab melayani mereka.
6. Petugas menjelaskan siapa saja yang dapat memberi persetujuan dalam Informed Consent :
b. Pasien sendiri, yaitu apabila pasien telah berumur 21 tuhan atau telah menikah.
c. Bagi pasien di bawah umur 21 tahun, Informed Consent diberikan oleh mereka menurut
urutan hak sebagai berikut :
1) Ayah / ibu kandung
2) Saudara-saudara kandung
d. Bagi pasien di bawah umur 21 tahun dan tidak mempunyai orang tua atau orang tuanya
berhalangan hadir, Informed Consent diberikan oleh mereka menurut urutan hak
sebagai berikut :
1) Ayah / ibu adopsi
2) Saudara-saudara kandung
3) Induk semang
e. Bagi pasien dewasa yang telah menikah / orang tua, Informed Consent diberikan oleh
mereka menurut urutan hak sebagai berikut :
1) Suami / isteri
2) Ayah / ibu kandung
3) Anak-anak kandung
4) Saudara-saudara kandung
f. Bagi pasien dewasa dengan gangguan mental, Informed Consent diberikan oleh mereka
menurut urutan hak sebagai berikut :
1) Ayah / ibu kandung
2) Wali yang sah
3) Saudara-saudara kandung
D. Dokumentasi
Semua format informed consent didokumentasikan dalam berkas rekam medis pasien.
PEMERINTAH KABUPATEN KATINGAN
BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
RSUD MAS AMSYAR KASONGAN
Jl. Rumah Sakit No.01 Kasongan Telp. (0536) 4041041, 4041222 Fax. 4041041
e-mail : rsud_kasongan@ymail.com ; rsud@katingankab.go.id
KASONGAN 74412
PEMBERIAN INFORMASI
Pemberian Informasi
2 Dasar Diagnosis
3 Tindakan Kedokteran
4 Indikasi Tindakan
5 Tata Cara
6 Tujuan
7 Risiko
8 Komplikasi
9 Prognosis
11 Lain-Lain
Dengan ini menyatakan bahwa saya telah menerangkan hal-hal di atas secara benar Tanda Tangan
dan jelas dan memberikan kesempatan untuk bertanya dan/ atau berdiskusi.
Dengan ini menyatakan bahwa saya telah menerima informasi sebagaimana di atas Tanda Tangan
yang saya beri tanda/paraf di kolom kanannya, dan telah memahaminya.
*Bila pasien tidak kompeten atau tidak mau menerima informasi, maka penerima informasi adalah wali atau
keluarga terdekat
Saya memahami perlunya dan manfaat tindakan tersebut sebagaimana telah dijelaskan seperti di atas kepada saya,
termasuk risiko dan komplikasi yang mungkin timbul.
Saya juga menyadari bahwa oleh karena ilmu kedokteran bukanlah ilmu pasti, maka keberhasilan tindakan
kedokteran bukanlah keniscayaan, melakinkan sangat bergantung kepada izin Tuhan Yang Maha Esa.
Nama Pasien :
Tanggal Lahir :
No. RM :
Ruang Rawat :
Dokter yang Merawat :
Tanggal / Jam Pemasangan :
Keterangan :
Nama Pasien :
Tanggal Lahir :
No. RM :
Ruang Rawat :
Dokter yang Merawat :
Keterangan :
- Observasi dilakukan 15 menit pertama setelah pemasangan darah dan saat selesai pemasangan darah.
FORM LAPORAN INSIDEN PASIEN JATUH DAN ANGKA KEJADIAN CEDERA AKIBAT RESTRAINT
Tanggal
No Indikator Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
1. Jumlah
Pasien Jatuh
2. Jumlah
Pasien yang
Beresiko
Jatuh adalah
Pasien Baru
3. Jumlah
Pasien
dengan
Cedera
Akibat
Restraint
4. Jumlah
Pasien Yang
dipasang
Restraint
FORM LAPORAN ANGKA KEJADIAN KESALAHAN PEMBERIAN OBAT RESTRAIN OLEH PERAWAT
Tanggal
No Indikator Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
1. Salah Pasien
Salah Nama
dan Tidak
Sesuai
Indentitas
2. Salah Waktu
2.1. Terlambat
Pemberian
obat
2.2. Pemberian
Obat Yang
Terlalu
Cepat
2.3. Obat Stop
Tetap