Anda di halaman 1dari 15

PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG

BADAN LAYANAN UMUM


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DOKTER AGOESDJAM
Jl. Mayjend D. I. Panjaitan No. 51 Ketapang, Kode Pos: 78851 Telp/Faks (0534) - 3037239
E-mail : rsudagoesdjam@gmail.com

KEPUTUSAN BUPATI KETAPANG


NOMOR /BLU-RSUD/2019

TENTANG
KREDENSIAL DAN REKREDENSIAL STAF MEDIS
PADA BADAN LAYANAN UMUM
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DOKTER AGOESDJAM KABUPATEN
KETAPANG

BUPATI KETAPANG,
Menimbang : a. Bahwa dalam upaya pencapaian visi dan misi Rumah
Sakit Umum Daerah dr. Agoesdjam diperlukan
sumber daya manusia yang berkualitas untuk
menunjang peningkatan mutu pelayanan dan
keselamatan pasien;
b. Bahwa diperlukan proses kredensial pegawai klinis
untuk menjamin keselamatan pasien yang berada di
tanggung jawabnya;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a dan b maka perlu
ditetapkan dengan Keputusan Bupati.

Mengingat : 1. Undang – Undang Nomor 29 tahun 2004 tentang


Praktik Kedokteran (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 4431);
2. Undang – Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
3. Undang – Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5072);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2009 tentang
Tenaga Kesehatan;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No
755/MENKES/PER/IV/2011 tentang
Penyelenggaraan Komite Medis di Rumah Sakit.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien;
7. Peraturan Daerah Kabupaten Ketapang Nomor 2006
tentang Pembentukan Organisasi Rumah Sakit
Umum Daerah Dokter Agoesdjam Kabupaten
Ketapang (Lembaran Daerah Kabupaten Ketapang
Tahun 2006 Nomor 7);
8. Peraturan Bupati Ketapang Nomor 4 Tahun 2007
tentang Tugas Pokok Dan Fungsi Rumah Sakit Umum
Daerah Dokter Agoesdjam Kebupaten Ketapang
(Berita Daerah Kabupaten Ketapang Tahun 2007
Nomor 4);
9. Peraturan Bupati Ketapang Nomor 27 Tahun 2007
tentang Uraian Tugas Rumah Sakit Umum Daerah
Dokter Agoesdjam Kabupaten Ketapang (Berita
Daerah Kabupaten Ketapang Tahun 2007 Nomor 4);
10. Surat Keputusan Bupati Ketapang nomor 040/BLU-
RSUD/2016 tentang Pembentukan dan Pengendalian
Regulasi Pada Badan Layanan Umum Rumah Sakit
Umum Daerah Dokter Agoesdjam Kabupaten
Ketapang.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :
KESATU : Kebijakan Kredensial dan Rekredensial Staf Medis
pada Badan Layanan Umum Rumah Sakit Umum
Daerah Dokter Agoesdjam Kabupaten Ketapang
sebagaimana tercantum dalam lampiran I keputusan
ini;
Panduan Kredensial dan Rekredensial pada Badan
KEDUA : Layanan Umum Rumah Sakit Umum Daerah Dokter
Agoesdjam Kabupaten Ketapang sebagaimana
tercantum dalam lampiran II keputusan ini;
Standar Prosedur Operasional (SPO) tentang
KETIGA : Kredensial dan Rekredensial Staf Medis pada Badan
Layanan Umum Rumah Sakit Umum Daerah Dokter
Agoesdjam Kabupaten Ketapang sebagaimana
tercantum dalam lampiran III keputusan ini;
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
KEEMPAT :

Ditetapkan di Ketapang
Pada tanggal 18 Juli 2019

LAMPIRAN I
KEPUTUSAN BUPATI KETAPANG
NOMOR /BLU-RSUD/2019
TENTANG

KREDENSIAL DAN REKREDENSIAL


STAF MEDIS PADA BADAN LAYANAN
UMUM RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH DOKTER AGOESDJAM
KABUPATEN KETAPANG

KEBIJAKAN KREDENSIAL DAN REKREDENSIAL


PADA BADAN LAYANAN UMUM
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DOKTER AGOESDJAM
KABUPATEN KETAPANG

A. Kebijakan Umum
1. Kredensial staf medis dilakukan dengan tata cara sesuai dengan Buku
Pedoman Kredensial dan Kewenangan Klinis di Rumah Sakit yang
diterbitkan oleh PERSI.
2. Kredensial staf medis dilakukan berdasarkan surat permohonan dari
Direktur Rumah Sakit Kepada Komite Medis di Rumah Sakit Umum
Daerah dr. Agoesdjam Kabupaten Ketapapang.
3. Kredensial dan Rekredensial harus menghasilkan rekomendasi rincian
kewenangan klinis yang diberikan kepada Kepala RSUD dr. Agoesdjam
Kabupaten Ketapang.
4. Rincian Kewenangan Klinis yang ditetapkan oleh Kepala RSUD dr.
Agoesdjam harus diinformasikan kepada seluruh unit.
5. Evaluasi mutu pelayanan medis dilakukan secara terus menerus melalui
audit medis dan akan menjadi dasar bagi Kepala RS untuk melakukan
permintaan rekredensial, bila diperlukan.

B. Kebijakan Khusus
1. Proses kredensial dan rekredensial dokter spesialis dilakukan oleh sub
komite Kredensial bersama dengan Mitra Bestarinya dari RS.
2. Proses Kredensial dan rekredensial dokter umum dilakukan oleh Sub
Komite Kredensial bersama dengan 4 orang dokter spesialis ( Dokter
Spesialis Penyakit Dalam, Dokter Spesialis Obgyns, Dokter Spesialis
Bedah dan Dokter Spesialis Anak).
3. Re- Kredensial dilakukan sekurang kurangnya setiap 3 tahun sekali, atau
kalau terjadi perubahan keadaan staf medis.
4. Sub komite kredensial menggunakan Buku Standar Kompetensi Dokter dan
Standar Kompetensi masing – masing Dokter Spesialis sebagai buku putih
(white paper), yang merupakan dokumen persyaratan terkait kompetensi
yang dibutuhkan dalam melakukan setiap jenis pelayanan medis sesuai
dengan standar kompetensinya.
5. Sub komite kredensial memberikan laporan seluruh hasil kredensial
kepada Ketua Komite Medis untuk diteruskan kepada Kepala Rumah
Sakit, sebagai bahan rapat menentukan kewenangan klinis bagi setiap
staf medis. Hasil rapat akan digunakan sebagai bahan rekomendasi untuk
memberikan Surat Penugasan Klinis dari Kepala Rumah Sakit.
6. Kepala Rumah Sakit membuat Surat Penugasan Klinis kepada staf medis
yang telah dilaksanakan proses kredensial.

LAMPIRAN II
KEPUTUSAN BUPATI KETAPANG
NOMOR /BLU-RSUD/2019
TENTANG
KREDENSIAL DAN REKREDENSIAL
STAF MEDIS PADA BADAN LAYANAN
UMUM RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH DOKTER AGOESDJAM
KABUPATEN KETAPANG
PANDUAN KREDENSIAL DAN REKREDENSIAL
PADA BADAN LAYANAN UMUM
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DOKTER AGOESDJAM
KABUPATEN KETAPANG

BAB I
DEFINISI

1. Proses Kredensial (Credentialing): proses evaluasi suatu rumah sakit


terhadap seorang untuk menentukan apakah yang bersangkutan layak diberi
kewenangan klinis (clinical previlege)menjalankan tindakan medis tertentu
dalam lingkungan rumah sakit tersebut untuk suatu periode tertentu.
2. Proses Re-Kredensial(Re-Credentialing) : proses re-evaluasi oleh rumah
sakit terhadap dokter yang telah bekerja dan memiliki kewenangan klinis
(clinical previlege) di rumah sakit tersebut untuk menentukan apakah yang
bersangkutan masih layak diberi kewenangan klinis tersebut untuk suatu
periode tertentu.
3. Kewenangan klinis (clinical previlege) : kewenangan klinis
untukmelakukan tindakan medis tertentu dalam lingkungan sebuat rumah
sakit tertentu berdasarkan penugasan yang diberikan Direktur Rumah Sakit.
4. Surat Penugasan (clinical appointment) :surat yang diterbitkan oleh
Direktur Rumah Sakit kepada seorang dokter atau dokter gigi untuk
melakukan tindakan medis di rumah sakit tersebut berdasarkan daftar
kewenangan klinis yang ditetapkan baginya.
5. Duty of Due Care : kewajiban untuk memperhatikan dan peduli akan
keselamatan pihak lain.
6. Mitra Bestari (Peer-Group) : sekelompok orang dengan reputasi tinggi yang
memiliki kesamaan profesi, spesialisasi dengan seorang dokter yang sedang
menjalani proses kredensial, dan atau dianggap dapat menilai kompetensi
untuk melakukan tindakan medis tertentu.
7. Tenaga Medis :dokter dan dokter gigi termasuk dokter spesialis dan dokter
gigi spesialis.

BAB II
RUANG LINGKUP

A. Latar Belakang
Menurut undang- undang tentang rumah sakit yang baru ditetapkan, keberadaan
rumah sakit adalah untuk melindungi keselamatan pasien, antara lain dengan
melaksanakan clinicalgovernance bagi para klinisinya. Setiap dokter di rumah sakit
harus bekerja dalam koridor kewenangan klinis (clinical previlege) yang ditetapkan oleh
Direktur rumah sakit.

Walaupun frekuensi kecelakanan yang berkaitan dengan medis dokter di rumah


sakit belum diketahui dengan pasti jumlahnya di Indonesia, namun diduga jumlah
tersebut tidak kecil.

Salah satu faktor krusial dalam keselamatan pasien adalah kewenangan dokter
untuk melakukan tindakan medis yang saat ini tidak dikendalikan dengan adekuat
oleh Komite Medik rumah sakit.Dalam hal seorang dokter kurang kompeten dalam
melakukan tindakan medis tertentu karena sebab apapun, belum ada mekanisme yang
mencegah dokter untuk melakukan tindakan medis tersebut di rumah sakit.Pada
gilirannya kondisi ini dapat menimbulkan kecelakaan pada pasien.

Demi menjaga keselamatan pasien dari tindakan medis yang dilakukan oleh
dokter yang kurang kompeten, rumah sakit perlu mengambil langkah langkah
pengamanan dengan cara pemberian kewenangan klinis melalui mekanisme kredensial
yang dilaksanakan oleh Komite Medik. Beberapa pihak yang terkait dengan upaya ini
adalah Kolegium Kedokteran Indonesia dan Komite Medik rumah sakit.Kolegium
Kedokteran Indonesia dapat menjadi acuan untuk menentukan lingkup dan jenis-jenis
kewenangan klinis bagi setiap cabang ilmu kedokteran. Komite Medikakan
menentukan jenis-jenis kewenangan klinis bagi setiap dokter yang bekerja di rumah
sakit berdasarkan kompetensinya melalui mekanisme kredensial.Dengan terkendalinya
tindakan medis disetiap rumah sakit maka pasien lebih terlindungi dari tindakan medis
yang dilakukan oleh dokter yang tidak kompeten.

Pedoman ini disusun oleh Tim penyusun Pedoman Mekanisme Kredensial Dokter
di Rumah Sakit berdasarkan SK Pengurus Pusat PERSI No. 41/SK/PP.PERSI/II/2008
dengan mengacu pada kelaziman praktik perumah sakitan yang baik di negara maju,
antara lain JCAHO (Joint Commission: Accreditation, Health Care, Certification).
Pedoman ini dimaksudkan agar menjadi panduan bagi rumah sakit di Indonesia untuk
melakukan kredensial para tenaga medis dengan baik, benar dan dapat
dipertanggungjawabkan.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum :
Pedoman ini diterbitkan dengan tujuan utama untuk melindungi keselamatan
pasien melalui mekanisme kredensial dokter di rumah sakit.

2. Tujuan Khusus :
a. Memberikan panduan mekanisme kredensial dan re-kredensial bagi
para dokter di rumah sakit.
b. Memberikan panduan bagi Komite Medik untuk menyusun jenis-jenis
kewenangan klinis (clinical previlege) bagi setiap dokter yang melakukan
tindakan medis di rumah sakit sesuai dengan cabang ilmu kedokteran
yang ditetapkan oleh Kolegium Kedokteran Indonesia.
c. Memberikan panduan bagi Direktur rumah sakit untuk menerbitkan
kewenangan klinis (clinical previlege) bagi setiap dokter untuk
melakukan tindakan medis di rumah sakit.
d. Meningkatan profesionalisme dan akuntabilitas tenaga medis di rumah
sakit.
e. Meningkatkan reputasi dan kredibilitas para dokter dan institusi
rumah sakit dihadapan pasien, penyandang dana dan stake holder
rumah sakit lainnya.

C. KONSEP DASAR KREDENSIAL DOKTER DI RUMAH SAKIT


Salah satu upaya rumah sakit dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya
untuk menjaga keselamatan pasiennya adalah dengan menjaga standar profesi dan
kompetensi para dokter yang melakukan tindakan medis terhadap pasien di rumah
sakit.Upaya ini dilakukan dengan kompeten. Persyaratan dengan cara mengatur agar
setiap tindakan medis yang dilakukan terhadap pasien hanya dilakukan oleh tenaga
medis yang benar-benar kompeten. Persyaratan kompetensi ini meliputi dua komponen

(1)komponen kompetensi keprofesian medis yang terdiri dari pengetahuan,


ketrampilan dan perilaku professional ; dan

(2) komponen kesehatan yang meliputi kesehatan fisik dan mental. Walaupun
seorang dokter telah mendapatkan brevet spesialisasi dari kolegium ilmu kedokteran
yang bersangkutan, namun rumah sakit wajib melakukan verifikasi kembali
kompetensi seseorang untuk melakukan tindakan medis dalam lingkup spesialisasi
tersebut, hal ini dikenal dengan istilah credentialing.

Proses credentialing ini dilakukan dengan dua alasan utama.Alasan pertama,


banyak faktor yang mempengaruhi kompetensi setelah seseorang mendapatkan brevet
spesialisasi dari kolegium.Perkembangan ilmu dibidang kedokteran untuk suatu
tindakan medis tertentu sangat pesat, sehingga kompetensi yang diperoleh saat
menerima brevet bisa kedaluwarsa, bahkan dapat dianggap sebagai tindakan yang
tidak aman bagi pasien. Selain itu, lingkup suatu cabang ilmu kedokteran tertentu
senantiasa berkembang dari waktu kewaktu sehingga suatu tindakan yang semula
tidak diajarkan pada penerimabrevet pada periode tertentu dapat saja belakangan
diajarkan pada lingkup kompetensi yang berbeda beda. Alasan kedua, kesehatan
seseorang dapatsaja menurun akibat penyakit tertentu atau bertambahnya usia
sehingga mengurangi keamanan tindakan medis yang dilakukan.
Kompetensi fisik dan mental dinilai melalui uji kelaikan kesehatan baik fisik
maupun mental.Tindakan verifikasi kompetensi profesi medis tersebut oleh rumah
sakit disebut sebagai mekanisme credentialingdan hal ini dilakukan demi keselamatan
pasien. Tindakan verifikasi kompetensi ini juga dilakukan pada profesi lain untuk
keamanan kliennya. Misalnya kompetensi profesi penerbang (pilot) yang senantiasa
diperiksa secara teratur dalam periode tertentu oleh perusahaan penerbangan. Setelah
seorang dokter dinyatakan kompeten melalui suatu proses kredensial, rumah sakit
menerbitkan suatu ijin bagi yang bersangkutan untuk melakukan serangkaian
tindakan-tindakan medis tertentu di rumah sakit tersebut, hal ini dikenal sebagai
kewenangan klinis (clinical previlege). Tanpa adanya kewenangan klinis (clinical
previlege) tersebut seorang dokter tidak diperkenankan untuk melakukan tindakan
medis dirumah sakit tersebut. Luasnya lingkup kewenangan klinis (clinicalprevilege)
seseorang dokter spesialis dapat saja berbeda dengan koleganya dalam spesialisasi
yang sama, tergantung pada ketetapan Komite Medik tentang kompetensi untuk
melakukan tiap tindakan medis oleh yang bersangkutan berdasarkan hasil kredensial.
Dalam hal tindakan medis seorang dokter membahayakan pasien maka kewenangan
klinis (clinical previlege) seorang dokter dapat saja dicabut sehingga tidak
diperkenankan untuk melakukan tindakan medis tertentu dilingkungan rumah sakit
tertentu.Pencabutan kewenangan klinis (clinical previlege) tersebut dilakukan melalui
prosedur tertentu yang melibatkan Komite Medik.

Kewajiban rumah sakit untuk menetapkan kewenangan klinis (clinical previlege)


tersebut telah diatur dengan tegas dalam Undang-Undang tentang Rumah Sakit.Dalam
Undang-undang rumah sakit pasal 29 ayat (1) telah ditetapkan bahwa setiap rumah
sakit wajib menyusun dan melaksanakan hospital bylaws, yang dalam penjelasan
undang-undang tersebut ditetapkan bahwa setiap rumah sakit wajib melaksanakan
tata kelola klinis yang baik (good clinical governance). Hal ini harus dirumuskan oleh
setiap rumah sakit dalam peraturan internal staf medis Rumah Sakit (medicalstaff
bylaws) antara lain diatur diatur kewenangan klinis (clinical previlege). Kelemahan
rumah sakit dalam menjalankan fungsi kredensial akan menimbulkan tanggungjawab
hukum bagi rumah sakit dalam hal terjadi kecelakaan tindakan medis. Setiap rumah
sakit wajib melindungi pasiennya dari segala tindakan medis yang dilakukan oleh
setiap dokter di rumah sakit tersebut, hal ini dikenal sebagaithe duty of due
care.Tanggungjawab rumah sakit tersebut berlaku tidak hanya terhadap tindakan yang
dilakukan oleh dokter pegawai rumah sakit saja, tetapi juga setiap dokter yang bukan
berstatus pegawai (dokter tamu).Rumah sakit wajib mengetahui dan menjaga
keamanan setiap tindakan medis yang dilakukan dalam lingkungannya demi
keselamatan semua pasien yang dilayaninya sebagai bagian dari the duty of due care.

D. PERANAN KOMITE MEDIK DAN STATUTA STAF MEDIS (MEDICALSTAFF


BYLAWS) DALAM MEKANISME KREDENSIAL
Komite Medik memiliki peran sentral dalam mekanisme kredensial para dokter
karena tugas utamanya menjaga profesionalisme tenaga medis dan melindungi pasien
rumah sakit untuk hal hal yang berkaitan dengan tindakan medis. Disebuah rumah
sakit, Komite Medik dianalogkan dengan konsil kedokteran atau medical board suatu
negarauntuk melindungi masyarakat dari tenaga medis yang tidak kompeten. Tiga
tugas utama Komite Medik adalah (1) menepis tenaga medis yang akan diperbolehkan
mrelakukan tindakan medis dirumah sakit tersebut; (2) memelihara kompetensi dan
memantau kualitas kinerja profesi tenaga medis dan (3) merekomendasikan untuk
melarang tenaga medis yang dianggap tidak aman bagi pasien untuk tidak melakukan
tindakan medis tertentu di rumah sakit tersebut. Oleh karenanya, struktur Komite
Medik paling sedikit mencakup tiga komponen fungsi diatas, yaitu subkomite
kredensial, subkomite mutu profesi medis, dan subkomite disiplin profesi.

Mekanisme kredensial dan re-kredensial di rumah sakit adalah tanggungjawab


Komite Medik yang dilaksanakan oleh subkomite kredensial. Pada akhir proses
kredensial, Komite Medik menerbitkan rekomendasi kepada Direktur rumah sakit
tentang lingkup kewenangan klinis seorang tenaga medis secara rinci (delineation of
clinicalprevilege). Untuk itu sub komite kredensial melakukan serangkaian kegiatan
berupa pemanggilan calon, menyusun mitra bestari, dan melakukan penilaian
kompetensi seorang tenaga medis yang meminta kewenangan klinis tertentu. Selain itu
subkomite kredensial juga menyiapkan berbagai intrumen kredensial dan pemberian
kewenangan klinis untuk disahkan Direktur rumah sakit. Instrument tersebut paling
sedikit meliputi :

(1) perangkat kebijakan rumah sakit tentang kredensial dan kewenangan klinis,

(2) borang – borang (formulir) yang diperlukan, dan

(3) pedoman penilaian kompetensi klinis yang diperlukan untuk memberikan


kewenangan klinis tertentu oleh mitra bestari.

Tugas, fungsi dan wewenang Komite Medik dalam melaksanakan kredensial diatur
dalam statuta medis (medical staff bylaws). Statuta staf medis adalah landasan utama
untuk melakukan kredensial dan rekredensial para dokter di sebuah rumah
sakit.Disebuah rumah sakit statuta staf medis dianalogkan dengan undang-undang
praktik kedokteran (medical practice act) suatu negara yang mengatur keberadaan
konsil kedokteran dan perangkatnya.Statuta staf medis ini ditetapkan oleh Direktur
rumah sakit (untuk rumah sakit pemerintah) atau badan pengampu (governing board)
rumah sakit (untuk rumah sakit non-pemerintah).

Secara umum, statuta staf medis mengatur keberadaan dan mekanisme kerja
Komite Medik.Pelaksanaan kredensial merupakan salah satu hal penting yang diatur
dalam statuta staf medis.Dalam statuta staf medis ini diatur mekanisme pemberian
kewenangan klinis termasuk syarat yang harus dipenuhi oleh seorang tenaga medis
untuk memperoleh kewenangan klinis tersebut. Selain itu, diatur pula tata cara
penentuan mitra bestari untuk melakukan proses kredensial dan tata cara
pengambilan putusan dalam menentukan kewenangan klinis seorang tenaga medis.
Statuta staf medis digunakan sebagai pedoman, norma dan acuan untuk
menyelesaikan berbagai masalah yang timbul sebelum, selama dan sesudah proses
kredensial dan re-kredensial dilakukan.

BAB III

TATA LAKSANA

Proses utama kredensial ditujukan untuk mengendalikan kewenangan


melakukan tindakan medis yang terinci (delination clinical previlege) bagi setiap dokter
yang bertumpu pada tiga tahap. Pertama, praktisi medis melakukan permohonan
untuk memperoleh kewenangan klinis dengan metode self assessment.Kedua, mitra
bestari mengkaji dan memberikan rekomendasi tindakan medis yang diajukan oleh
pemohon. Ketiga, Direktur rumah sakit menerbitkan surat penugasan (clinical
appointment) berdasarkan rekomendasi dari mitra bestari yang berlaku untuk periode
tertentu. Secara perodik, dokter akan melalui proses rekredensial saat masa berlaku
surat penugasannya berakhir, dimana tiga proses inti tersebut akan berulang.
A. Tahap Pertama : Permohonan Untuk Memperoleh Kewenangan Klinis
Setiap tenaga medis mengajukan permohonan kepada Direktur rumah sakit
untuk melakukan tindakan medis. Tenaga medis tersebut mengisi beberapa formulir
yang disediakan rumah sakit, antara lain daftar tindakan medis yang ingin
dilakukannya sesuai dengan bidang keahliannya. Tenaga medis tersebut memilih
tindakan medis yang tertera dalam formulir daftar tindakan medis tersebut dengan cara
mencontreng dan menyerahkan copy semua dokumen yang dipersyaratkan kepada
rumah sakit. Syarat-syarat tersebut meliputi juga kesehatan fisik dan mental untuk
melakukan tindakan medis tertentu.Setelah formulir lengkap rumah sakit
menyerahkan kepada Komite Medik untuk ditindak lanjuti.

B. Tahap Kedua : Kajian Mitra Bestari


Komite Medik menugaskan subkomite kredensial untuk memproses permohonan
tersebut. Subkomite kredensial menyiapkan mitra bestari yang berjumlah 8 orang
sesuai dengan bidang keahliannya yang akan dinilai. Mitra bestari di Rumah Sakit
Umum Daerah Dokter Agoesdjam meliputi dokter spesialis penyakit dalam, kebidanan
dan kandungan, anak, bedah, saraf, dokter umum dan dokter gigi. Mitra bestari
tersebut tidak harus anggota subkomite kredensial. Mitra bestari dapat berasal dari
luar rumah sakit bila diperlukan.

Mitra bestari mengkaji setiap tindakan medis yang diajukan oleh


pemohon.Pengkajian setiap tindakan medis yang diajukan oleh pemohon tersebut
dilakukan secara obyektif didasarkan pada suatu buku putih (white paper).Sebuah
buku putih untuk tindakan medis tertentu yang memuat syarat-syarat kapan seorang
dokter dianggap kompeten melakukan tindakan medis tersebut.Misalnya, dalam buku
putih untuk melakukan tiroidektomi, seorang dokter harus menjalani pendidikan
bedah dasar.Pelatihan-pelatihan tertentu dan telah menangani sejumlah kasus
tertentu dalam kurun waktu tertentu.Berdasarkan buku putih (white paper) tersebut
mitra bestari dapat merekomendasi atau menolak permohonan tindakan medis yang
diajukan.Selain melalui kompetensi, mitra bestari juga menilai kemampuan pemohon
berdasarkan kesehatan fisik dan mental untuk setiap tindakan medis yang
diajukan.Rumah sakit mempersiapkan sarana dan prasarana dan panel dokter untuk
melakukan uji kesehatan fisik dan mental tersebut. Pada akhir proses kredensial, mitra
bestari merekomendasikan sekelompok tindakan medis tertentu yang boleh dilakukan
oleh pemohon di rumah sakit tersebut. Selanjutnya Komite Medik mengkaji kembali
rekomendasi tersebut dan mengadakan beberapa modifikasi bila diperlukan dan
selanjutnya diserahkan kepada Direktur rumah sakit.

C. Tahap Ketiga : Penerbitan Surat Penugasan.


Direktur rumah sakit menerbitkan surat penugasan kepada tenaga medis
pemohon berdasarkan rekomendasi tesebut. Direktur rumah sakit dapat saja meminta
Komite Medik untuk mengkaji ulang rekomendasi tersebut bersama pihak manajemen
rumah sakit bila dianggap perlu.Surat penugasan tersebut memuat daftar sejumlah
kewenangan klinis untuk melakukan tindakan medis bagi tenaga medis pemohon.
Setiap tenaga medis dalam satu bidang spesialisasi tertentu dapat saja memiliki daftar
kewenangan klinis yang berbeda dengan sejawatnya dengan bidang spesialisasi yang
sama. Suatu tindakan medis tertentu di rumah sakit hanya boleh dilakukan oleh dokter
yang telah memiliki surat kewenangan klinis berdasarkan surat penugasan.

Daftar kewenangan klinis seorang tenaga medis dapat dimodifikasi setiap


saat.Seorang tenaga medis dapat saja mengajukan tambahan kewenangan klinis yang
tidak dimiliki sebelumnya dengan mengajukan permohonan kepada Direktur rumah
sakit.Selanjutnya Komite Medikakan melakukan proses kredensial khusus untuk
tindakan tersebut, dan akan memberikan rekomendasinya kepada Direktur rumah
sakit. Namun sebaliknya, kewenangan klinis tertentu dapat saja dicabut, baik untuk
sementara atau seterusnya karena alasan tertentu seperti akan diuraikan pada bab
berakhirnya kewenangan klinis. Kewenangan klinis akan berakhir bila surat
penugasan (clinical appointment) habis masa berlakunya atau dicabut oleh Direktur
rumah sakit. Surat penugasan untuk setiap tenaga medis memiliki masa berlaku untuk
periode tertentu, misalnya dua tahun.Pada akhir masa berlakunya surat penugasan
tersebut rumah sakit harus melakukan rekredensial ini lebih sederhana dibandingkan
dengan proses kredensial awal sebagaimana diuraikan diatas karena rumah sakit telah
memiliki informasi setiap dokter yang melakukan tindakan medis dirumah sakit
tersebut.

Penerbitan ulang surat penugasan (reappointment). Surat penugasan dapat


berakhir setiap saat bila tenaga medis tersebut dinyatakan tidak kompeten untuk
melakukan tindakan medis tertentu.Walaupun seorang tenaga medis pada awalnya
telah memperoleh kewenangan klinis untuk melakukan tindakan medis tertentu,
namun kewenangan itu dapat dicabut oleh rumah sakit berdasarkan pertimbangan
Komite Medik.Pertimbangan pencabutan kewenangan klinis tertentu tersebut
didasarkan pada kinerja profesi dilapangan, misalnya tenaga medis yang bersangkutan
terganggu kesehatannya, baik fisik maupun mental.Selain itu, pencabutan
kewenangan klinis juga dapat dilakukan bila terjadi kecelakaan medis yang diduga
karena inkompetensi atau karena tindakan disiplin dari Komite Medik.Namun
demikian, kewenangan klinis yang dicabut tersebut dapat diberikan kembali bila tenaga
medis tersebut dianggap telah pulih kompetensinya.Dalam hal kewenangan klinis
tertentu seorang tenaga medis diakhiri, komite medis akan meminta subkomite
peningkatan mutu profesi untuk melakukan berbagai upaya pembinaan agar
merekomendasikan kepada Direktur rumah sakit. Pemberian kembali kewenangan
klinis tertentu setelah melalui proses pembinaan. Pada dasarnya kredensial tetap
ditujukan untuk menjaga keselamatan pasien, sambil tetap membina kompetensi
seluruh tenaga medis di rumah sakit. Dengan demikian jelaslah bahwa Komite Medik
dan statuta staf medis memegang peranan penting dalam proses kredensial dan
pemberian kewenangan klinis untuk setiap tenaga medis.
BAB IV

DOKUMENTASI

Semua proses kredensial dan rekredensial harus tercatat dan di simpan dalam file
masing-masing tenaga medis.

Anda mungkin juga menyukai