PELAYANAN
TRIASE
Ditetapkan di : Cikampek
Tanggal : 22 Oktober 2018
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat kepada
kami sehingga kami dapat menyelesaikan Panduan Pelayanan Triase Rumah Sakit
helsa sesuai dengan waktunya.
Panduan ini merupakan panduan kerja bagi semua pihak yang terkait
dalam penanganan segera sesuai kebutuhan pada pasien di Rumah Sakit helsa.
Panduan Pelayanan Triase ini meliputi definisi, ruang lingkup, tata laksana serta
dokumentasi. Semoga panduan ini dapat membantu para petugas terkait dalam
memberikan pelayanan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun ARK yang sudah
membantu dalam menyusun Panduan Pelayanan Triase sehingga panduan ini
dapat terselesaikan. Tim Pokja ARK yang membantu dalam penyusunan Panduan
Pelayanan Triase. Pembimbing yang sudah membantu dalam memberikan arahan
kepada kami dalam penyusunan Panduan ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
BAB II RUANG LINGKUP................................................................................3
BAB III TATA LAKSANA.................................................................................7
BAB IV DOKUMENTASI.................................................................................17
ii
LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT
NOMOR : 280/Sper/DIR/helsa/X/2018
TANGGAL : 22 Oktober 2018
TENTANG : PEMBERLAKUAN PANDUAN PELAYANAN TRIASE
BAB I
DEFINISI
Pada triase dilakukan survey primer dan sekunder. Survey primer adalah
deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang mengancam jiwa. Survey
Sekunder dilakukan setelah survey primer dan diberikan stabilisasi untuk
melengkapi survey primer dengan mencari perubahan–perubahan anatomi yang
akan berkembang menjadi semakin parah dan memperberat perubahan fungsi vital
yang ada berakhir dengan mengancam jiwa bila tidak segera diatasi.
1
Tujuan dari sistem triase adalah untuk memastikan bahwa tingkat dan
kualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat adalah sesuai dengan
kriteria klinis, bukan didasarkan pada kebutuhan organisasi atau administrasi.
Standar sistem triase bertujuan untuk mengoptimalkan keselamatan dan efisiensi
pelayanan darurat berbasis-rumah sakit dan untuk menjamin kemudahan akses
terhadap pelayanan kesehatan di seluruh lapisan masyarakat
2
BAB II
RUANG LINGKUP
3
Penilaian triase dilakukan berdasarkan pada 5 kategori:
1. Gawat darurat
2. Gawat tidak darurat
3. Darurat tidak gawat
4. Tidak gawat tidak darurat
5. Pasien meninggal
4
Pasien berada dalam Cedera kepala (GCS >13)
keadaan tidak stabil, dapat Nyeri abdomen sedang
berpotensi menimbulkan Distress pernafasan
masalah serus tetapi tidak ringan (RR≥26-35x/mnt)
III Fraktur tertutup
≤ 30 menit memerlukan tindakan
(Urgensi) Penyakit-penyakit akut
darurat, dan tidak
Trauma dengan nyeri
mengancam nyawa. sedang
(Meninggal)
5
Prioritas II Potensial mengancam nyawa atau fungsi vital bila tidak
(Kuning) segera ditangani dalam jangka waktu singkat. Penanganan
dan pemindahan bersifat jangan terlambat. Contoh: patah
tulang besar, combutio (luka bakar) tingkat II dan III < 25
%, trauma thorak / abdomen, laserasi luas, trauma bola mata.
Prioritas III Perlu penanganan seperti pelayanan biasa, tidak perlu
(Hijau) segera. Penanganan dan pemindahan bersifat terakhir.
Contoh luka superfisial, luka-luka ringan
Prioritas 0 Kemungkinan untuk hidup sangat kecil, luka sangat
(Hitam) parah. Hanya perlu terapi suportif. Contoh henti jantung
kritis, trauma kepala kritis
6
BAB III
TATA LAKSANA
7
Inspeksi dan palpasi leher dan thoraks untuk mengenali
kemungkinan terdapat deviasi trakhea, ekspansi thoraks simetris
atau tidak, pemakaian otot otot tambahan dan tanda tanda cidera
lainya.
Perkusi thoraks untuk menentukan redup atau hipersonor.
Auscultasi thoraks bilateral.
b. Pengelolaan
Pemberian oksigen konsentrasi tinggi dengan pemakaian NRBM
10-12 ltr/mnt
Ventilasi dengan bag valve mask
Menghilangkan tension pneumothoraks
Menutup open pneumothoraks
Memasang Saturasi oksigen
c. Evaluasi
8
untuk membuka mata
2 Dengan rangsang nyeri (memberikan rangsangan nyeri,
Misalnya menekan kuku jari)
1 Tidak ada respon meskipun sudah dirangsang
2) Verbal (penilaian kemampuan / respon bicara) = 5
5 Orientasi baik, bicara jelas
4 Bingung, berbicara mengacau (berulang-ulang),
disorientasi tempat dan waktu
3 Mengucapkan kata-kata yang tidak jelas
2 Suara tanpa arti
1 Tidak ada respon
3) Motorik (penilaian kemampuan gerakan tubuh) = 6
6 Mengikuti perintah pemeriksa
5 Melokalisir nyeri, menjangkau dan menjauhkan stimulus
saat diberi rangsang nyeri
4 Withdraws, menghindar atau menarik tubuh untuk
menjauhi stimulus saat diberi rangsang nyeri
3 Flexi abnormal, salah satu tangan atau keduanya menekuk
saat diberi rangsang nyeri
2 Extensi abnormal, salah satu tangan atau keduanya
bergerak lurus (ekstensi) di sisi tubuh saat diberi
rangsang nyeri.
1 Tidak ada respon
9
b. Nilai pupil : besarnya isokor atau tidak, refleks cahaya dan awasi
tanda-tanda lateralisasi
c. Evaluasi dan re-evaluasi airwa,oksigenasi, ventilasi dan circulation
5. Exposure
a. Buka pakaian pasien untuk melihat dengan jelas apakah ada cedera
yang lain.
b. Cegah hipotermia : beri selimut hangat dan tempatkan pada ruangan
yang hangat
10
3.2. Kriteria Triase
Contoh kriteria triase di IGD :
Kategori Gawat Gawat Tidak Darurat Tidak Pasien
Darurat Darurat Tidak Gawat Gawat Meninggal
Tidak
Darurat
Pemeriksaan Segera Memerlukan Memerlukan Perawatan Tidak
dilakukan tindakan tindakan dapat ditunda dibutuhkan
tindakan definitif definitif 60 menit perawatan,
dalam 5 sesuai sesuai diarahkan ke
menit penyebab, penyebab, pemulasaran
dapat ditunda dapat ditunda jenazah
15 menit 30 menit
11
B. Secondary Survey
Setelah dilakukan primary survey dan penempatan triase berdasarkan
prioritas dan labeling, pasien akan dilakukan penanganan berdasarkan
kebutuhannya. Setelah pasien stabil maka selanjutnya akan di lakukan secondary
survey berupa head-to-toe examination. Sehingga pasien dapat dilakukan
penilaian ulang untuk prioritas kegawatdaruratannya.
Gambar diatas merupakan alur pasien yang masuk di IGD dan dilakukan
triase.
Apabila pasien masuk triase merah, maka pasien bisa langsung ke ruang
resusitasi untuk diberikan penanganan segera. Dari ruang resusitasi pasien
bisa dipindahkan ke ruangan selanjutnya seperti HCU, ICU, ICCU, PICU,
Ruang OK, terminal care ataupun ruang rawat inap biasa apabila pasien
didapatkan sudah stabil. Pasien triase merah dapat berubah menjadi triase
kuning apabila terjadi perbaikan atau menjadi triase hitam bila terjadi
perburukan saat assessment ulang.
12
Apabila pasien masuk ke triase kuning, pasien akan dilakukan tindakan
sesuai dengan keluhan pasien, atau dilakukan monitoring. Pasien bisa
masuk ke ruang rawat inap biasa atau ruang ok untuk tindakan definitive
ataupun diperbolehkan pulang setelah diobservasi dan diberikan terapi.
Pasien triase kuning dapat menjadi triase merah bila terjadi perburukan
keadaan dan bisa menjadi triase hijau bila terjadi perbaikan keadaan saat
assessment ulang.
Apabila pasien masuk ke triase hijau, pasien bisa dilakukan penanganan
sesuai keluhan di ruang tindakan atau dapat dipulangkan sebagai rawat
jalan. Pasien hijau dapat menjadi kuning saat dilakukan assessment ulang.
Pasien hitam seperti pasien death on arrival setelah dilakukan triase maka
dapat dipindahkan langsung ke pemulasaran jenazah.
3.4. Triase START
Triage START (Simple Triage dan Rapid Treatment) merupakan suatu
proses triase yang dibuat untuk membantu petugas IGD baik perawat maupun
dokter untuk dapat menangani dengan cepat kasus bencana (Mass Casuality
Event). Dengan menggunakan sistem triase START setiap petugas IGD baik
perawat maupun dokter dapat melakuakan penanganan keadaan emergensi
terutama pada keadaan bencana dengan datang ke tempat berlangsungnya.
Setiap petugas IGD diharapkan dapat melakukan penilaian cepat dan
akurat dalam waktu kurang dari 5 menit untuk menentukan kegawatdaruratan
pasien.
Sebagai contoh alur triase pada MCE dapat digambarkan sebagai alur
seperti berikut :
13
Gambar START Triage pada dewasa
14
b. Bila setelah dilakukan reposisi napas pasien mulai bernapas
spontan maka diberikan label merah (prioritas tinggi/immediate)
3. Jika pasien bernapas spontan, dilakukan penilaian respiratory rate
a. Jika RR > 30x/menit (pada anak <15 atau >45x/menit) pasien
diberikan label merah (prioritas tinggi/immediate)
b. Jika RR <30x/menit (pada anak 15-45x/menit) maka pasien
dilakukan pemeriksaan perfusi
4. Pasien bernapas spontan dengan RR<30x/menit (pada anak 15-
45x/menit), dilakukan pemeriksaan perfusi
a. Jika tidak teraba nadi pada arteri radialis atau CRT ≥ 2 detik, pasien
dikategorikan label merah (prioritas tinggi/immendiate)
b. Teraba nadi pada arteri radialis atau CRT ≤ 2 detik, dilakukan
pemeriksaan status mentalis
5. Pemeriksaan status mentalis
a. Pasien tidak mampu melaksanakan perintah sederhana (pada anak-
anak dapat menggunakan metode AVPU, pada pasien anak yang
merespon dari stimulus nyeri atau tidak ada respon), pasien
dikategorikan label merah (prioritas tinggi/immediate).
b. Pasien mampu melaksanakan perintah sederhana (pada anak-anak
dapat menggunakan metode AVPU, pada pasien anak yang
merespon dari stimulus verbal atau sadar penuh), pasien
dikategorikan label kuning (prioritas sedang/delayed)
15
Gambar Jump START pada anak
16
BAB IV
DOKUMENTASI
17