Anda di halaman 1dari 22

PANDUAN

PELAYANAN
TRIASE

Jl. Ir. H. Juanda, No. 123


Cikampek – Karawang

Telp. (0264) 8386 222 / 8385 999


Fax. (0264) 8388 936
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT HELSA
NOMOR :
280/SPer/DIR/helsa/X/2018
TENTANG

PEMBERLAKUAN PANDUAN PELAYANAN TRIASE


RUMAH SAKIT HELSA

DIREKTUR RUMAH SAKIT HELSA


Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan dan
mewujudkan efektivitas pelayanan di rumah sakit, maka
perlu dibuatkan panduan pelayanan triase di instalasi
gawat darurat guna mendapatkan penanganan segera
sesuai kebutuhan;
b. bahwa agar pemberian pelayanan dapat berjalan
dengan baik dan lancar serta pengambilan keputusan
yang tepat maka diperlukan panduan pelaksanaan;
c. bahwa untuk pelaksanaan butir (a) dan (b) tersebut di
atas perlu ditetapkan dengan Peraturan Direktur Rumah
Sakit.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun


2009 tentang Kesehatan;
2. Undang -Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun
2009 tentang Rumah Sakit;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1204/Menkes/SK/per/X/2004 tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang
Keselamatan Pasien Rumah Sakit;
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 270/Menkes/III/2007 tentang Pedoman
Manajerial Pencegahan Pengendalian Infeksi di rumah
sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya;
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 382/Menkes/III/2007 tentang Pedoman
Pencegahan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1075/Menkes/SK/VII/2003 tentang Sistem
Informasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja;
8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit.
MEMUTUSKAN

Menetapkan : PANDUAN PELAYANAN TRIASE

KESATU : Memberlakukan Panduan Pelayanan Triase Rumah Sakit


helsa sebagaimana terlampir dalam Peraturan Direktur
Rumah Sakit;

KEDUA : Memberlakukan Panduan Pelayanan Triase Rumah Sakit


helsa dimaksud dalam Diktum KESATU sebagaimana
tercantum dalam lampiran peraturan ini;

KETIGA : Apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan


dalam keputusan ini, maka akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya;

KEEMPAT : Surat peraturan ini mulai berlaku sejak 22 Oktober sampai


dengan 22 Oktober 2021.

Ditetapkan di : Cikampek
Tanggal : 22 Oktober 2018

DIREKTUR RUMAH SAKIT HELSA,

Dr. Irwan Heriyanto., MARS


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat kepada
kami sehingga kami dapat menyelesaikan Panduan Pelayanan Triase Rumah Sakit
helsa sesuai dengan waktunya.
Panduan ini merupakan panduan kerja bagi semua pihak yang terkait
dalam penanganan segera sesuai kebutuhan pada pasien di Rumah Sakit helsa.
Panduan Pelayanan Triase ini meliputi definisi, ruang lingkup, tata laksana serta
dokumentasi. Semoga panduan ini dapat membantu para petugas terkait dalam
memberikan pelayanan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun ARK yang sudah
membantu dalam menyusun Panduan Pelayanan Triase sehingga panduan ini
dapat terselesaikan. Tim Pokja ARK yang membantu dalam penyusunan Panduan
Pelayanan Triase. Pembimbing yang sudah membantu dalam memberikan arahan
kepada kami dalam penyusunan Panduan ini.

Cikampek, 22 Oktober 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1
BAB II RUANG LINGKUP................................................................................3
BAB III TATA LAKSANA.................................................................................7
BAB IV DOKUMENTASI.................................................................................17

ii
LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT
NOMOR : 280/Sper/DIR/helsa/X/2018
TANGGAL : 22 Oktober 2018
TENTANG : PEMBERLAKUAN PANDUAN PELAYANAN TRIASE

BAB I
DEFINISI

Perkembangan triase modern tidak lepas dari perkembangan sistem


layanan gawat darurat. Kehidupan yang semakin kompleks menyebabkan terjadi
revolusi sistem triase baik di luar maupun di dalam rumah sakit. Triase berasal
dari bahasa Perancis ‘tier’, yang memiliki arti “menseleksi’, yaitu teknik untuk
menentukan prioritas penatalaksanaan pasien atau korban berdasarkan derajat
kegawatannya.

Triase adalah suatu sistem pembagian/klasifikasi prioritas pasien


berdasarkan berat ringannya kondisi klien/kegawatannya yang memerlukan
tindakan segera. Triase menjamin pasien untuk mendapatkan prioritas pelayanan
gawat darurat secara tepat dan akurat. Prioritas adalah penetuan mana yang harus
didahulukan mengenai penanganan dan pemindahan yang mengacu tingkat
ancaman jiwa yang timbul.

Pada triase dilakukan survey primer dan sekunder. Survey primer adalah
deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang mengancam jiwa. Survey
Sekunder dilakukan setelah survey primer dan diberikan stabilisasi untuk
melengkapi survey primer dengan mencari perubahan–perubahan anatomi yang
akan berkembang menjadi semakin parah dan memperberat perubahan fungsi vital
yang ada berakhir dengan mengancam jiwa bila tidak segera diatasi.

Triase menjadi komponen yang sangat penting di unit gawat darurat


terutama bila terjadi peningkatan drastis jumlah kunjungan pasien ke rumah sakit.
Pasien yang masuk dalam sistem triase di Instalasi Gawat Darurat, segera
diperiksa untuk menentukan sifat kegawatan penyakit dan jenis pertolongan yang
dibutuhkan. Dokter dan perawat yang kompetent mempunyai batasan waktu
(respon time) untuk mengkaji keadaan tersebut dan memberikan intervensi
secepatnya dalam waktu 5 menit.

1
Tujuan dari sistem triase adalah untuk memastikan bahwa tingkat dan
kualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat adalah sesuai dengan
kriteria klinis, bukan didasarkan pada kebutuhan organisasi atau administrasi.
Standar sistem triase bertujuan untuk mengoptimalkan keselamatan dan efisiensi
pelayanan darurat berbasis-rumah sakit dan untuk menjamin kemudahan akses
terhadap pelayanan kesehatan di seluruh lapisan masyarakat

2
BAB II
RUANG LINGKUP

2.1. Ruang Lingkup Triase


Panduan triase ini hanya berlaku pada pasien yang masuk ke Instalasi
Gawat Darurat RS Helsa dan dipilah berdasarkan keadaan ABCD (Airway,
Breathing, Circulation, Disability/Consciousness).
Pada umumnya, triase dapat dialakukan pada keadaan seperti:
1. Multiple Casualty Incident (MCI) atau triase sehari-hari di IGD
Keadaan dimana terdapat lebih dari satu pasien, namun jumlah pasien dan
kegawatdaruratan pasien tidak melebih kapasitas dari fasilitas kesehatan di
RS untuk dapat menanganinya. Pada kondisi seperti ini, pasien dengan
ancaman nyawa diprioritaskan.
2. Mass Casualty Event (MCI) atau triase dalam keadaan bencana
Pada keadaan bencana dimana jumlah pasien dan kegawatdaruratan pasien
melebihi kemampuan suatu rumah sakit dan jumlah staf untuk
menanganinya. Pada kondisi seperti ini, pasien dengan survival rate
(pasien dengan kemungkinan angka hidup yang tinggi atau selamat tinggi)
dan memerlukan sarana prasarana paling sedikit akan diprioritaskan.

2.2. Penilaian Dalam Triase


1. Primary survey (Circulation, Airway and Breathing) untuk menghasilkan
prioritas I dan seterusnya
2. Secondary survey (Head to Toe) untuk menghasilkan prioritas I, II, III dan
selanjutnya
3. Monitoring korban akan kemungkinan terjadinya perubahan-perubahan
pada C,A,B,derajat kesadaran dan tanda vital lainnya.
4. Perubahan prioritas karena perubahan kondisi korban

Menurut Brooker (2008), dalam prinsip triase diberlakukan sistem


prioritas, prioritas adalah penentuan mana yang harus didahulukan mengenai
penanganan dan pemindahan yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang
timbul:
1. Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan menit
2. Dapat meninggal dalam hitungan jam.
3. Trauma ringan.
4. Sudah meninggal.

3
Penilaian triase dilakukan berdasarkan pada 5 kategori:
1. Gawat darurat
2. Gawat tidak darurat
3. Darurat tidak gawat
4. Tidak gawat tidak darurat
5. Pasien meninggal

Pada triase diberikan labeling berdasarkan tingkat prioritas seperti :


LEVEL RESPON KETERANGAN JENIS KASUS
I Segera Pasien dalam keadaan  Cardiac Arrest / henti
(Resusitasi) kritis dan mengancam jantung
nyawa atau anggota  Anafilaksis
badannya menjadi cacat  Trauma multipel /
bila tidak segera mendapat kompleks / cedera berat
pertolongan atau tindakan yang membutuhkan
darurat resusitasi
 Syok
(Gawat Darurat)  Pasien tidak sadar (GCS 3-
9) overdosis, kejang,
cedera kepala).
 Obstruksi jalan nafas berat
 Distress pernafasan berat
Pasien berada dalam  Nyeri dada akut,
keadaan gawat, akan aritmia jantung hebat,
menjadi kritis dan cedera kepala (GCS 9 -
mengancam nyawa bila 13),
tidak segera mendapat  Gangguan pernafasan
pertolongan atau tindak berat (PO2 < 85%),
obstruksi pernafasan
darurat.
parsial
II  Distress pernafasan
≤ 15 menit (Gawat Tidak Darurat)
(Emergensi) sedang (RR ≥ 35x/mnt)
 Nyeri hebat,
sengatan/gigitan
binatang berbisa
 Overdosis (sadar)
 Gangguan psikiatri berat
 Perdarahan
 Fraktur luas
 Pasien dengan suhu
> 39oC

4
Pasien berada dalam  Cedera kepala (GCS >13)
keadaan tidak stabil, dapat  Nyeri abdomen sedang
berpotensi menimbulkan  Distress pernafasan
masalah serus tetapi tidak ringan (RR≥26-35x/mnt)
III  Fraktur tertutup
≤ 30 menit memerlukan tindakan
(Urgensi)  Penyakit-penyakit akut
darurat, dan tidak
 Trauma dengan nyeri
mengancam nyawa. sedang

(Darurat Tidak Gawat)


Pasien datang dengan  Cedera kepala ringan
keadaan stabil, tidak (tanpa muntah dan
mengancam nyawa, dan tanda- tanda vital
tidak memerlukan normal), nyeri ringan
IV tindakan segera.  Nyeri kepala ringan
(Less ≤ 60 menit  Sakit ringan
urgent)  Ganti verban
(Tidak Gawat Tidak
 Permintaan rujukan
Darurat)
 Kontrol ulang
 Medical cek up
 GCS 15
Pasien datang dengan  Death on arrival
keadaan sudah meninggal,
nadi tidak teraba, tidak ada
V ≤ 120 nafas, pupil midriasis total,
(Meninggal) menit tidak ada refleks cahaya,
EKG asystol

(Meninggal)

Klasifikasi berdasarkan tingkat prioritas (labeling)


KLASIFIKASI KETERANGAN
Prioritas I  Mengancam jiwa atau fungsi vital, perlu resusitasi dan
(Merah) tindakan bedah segera, mempunyai kesempatan hidup yang
besar. Penanganan dan pemindahan bersifat segera yaitu
gangguan pada jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi.
Contohnya sumbatan jalan nafas, tension pneumothorak,
syok hemoragik, luka terpotong pada tangan dan kaki,
combutio (lukabakar) tingkat II dan III > 25%

5
Prioritas II  Potensial mengancam nyawa atau fungsi vital bila tidak
(Kuning) segera ditangani dalam jangka waktu singkat. Penanganan
dan pemindahan bersifat jangan terlambat. Contoh: patah
tulang besar, combutio (luka bakar) tingkat II dan III < 25
%, trauma thorak / abdomen, laserasi luas, trauma bola mata.
Prioritas III  Perlu penanganan seperti pelayanan biasa, tidak perlu
(Hijau) segera. Penanganan dan pemindahan bersifat terakhir.
Contoh luka superfisial, luka-luka ringan
Prioritas 0  Kemungkinan untuk hidup sangat kecil, luka sangat
(Hitam) parah. Hanya perlu terapi suportif. Contoh henti jantung
kritis, trauma kepala kritis

6
BAB III
TATA LAKSANA

3.1. Triase di Instalasi Gawat Darurat


Triase rutin yang dilakukan di IGD dimulai saat pasien masuk dari pintu
IGD. Pertama-tama perawat dan atau dokter akan memperkenalkan diri (jika
memungkinkan), setelah itu dilakukan triase. Saat triase, penting untuk
memprioritaskan kasus yang benar gawat darurat dengan tepat dan cepat (life
saving). Pengumpulan data subjektif dan objektif dilakukan dengan cepat, tidak
lebih dari 5 menit.
Pertama-tama perawat dan dokter di IGD melakukan penilaian pasien
sebagai berikut:
 Airway (A) dan kontrol servikal
 Breathing (B) dan ventilasi oksigen
 Circulation (C) dan kontrol perdarahan
 Disability (D) / Mental status: kemampuan untuk mengikuti perintah.
 Exposure (E) dan cegah hipotermia

A. Melakukan Primary Survey


Tindakan untuk mencari keadaan yang mengancam nyawa adalah:
1. Airway dengan kontrol servical
a. Penilaian :
 Mengenal keadaan airway dengan: inspeksi, auskultasi, dan
palpasi
 Penilaian secara cepat dan tepat akan adanya obstruksi.
b. Pengelolaan airway
 Lakukan chin lift dan atau jaw trust dengan kontrol servikal
 Bersihkan airway dari benda asing bila perlu suction jika ada
suara mengorok atau gurgling
 Pasang gudel.
c. Fiksasi leher
d. Mengangap kemungkinan adanya fraktur servical pada semua pasien
dengan multi trauma terlebih bila ada gangguan kesadaran atau luka
diatas klavikula.

2. Breathing dan ventilasi oksigen


a. Penilaian :
 Buka leher dan dada penderita dengan tetap memperhatikan
kontrol servical
 Hitung dan perhatikan dalamnya pernapasan

7
 Inspeksi dan palpasi leher dan thoraks untuk mengenali
kemungkinan terdapat deviasi trakhea, ekspansi thoraks simetris
atau tidak, pemakaian otot otot tambahan dan tanda tanda cidera
lainya.
 Perkusi thoraks untuk menentukan redup atau hipersonor.
 Auscultasi thoraks bilateral.
b. Pengelolaan
 Pemberian oksigen konsentrasi tinggi dengan pemakaian NRBM
10-12 ltr/mnt
 Ventilasi dengan bag valve mask
 Menghilangkan tension pneumothoraks
 Menutup open pneumothoraks
 Memasang Saturasi oksigen
c. Evaluasi

3. Circulation dengan kontrol perdarahan


a. Penilaian
 Mengetahui sumber perdarahan eksternal yang fatal.
 Mengetahui sumber perdarahan yang internal
 Periksa nadi pasien: kecepatan, kualitas, keteraturan, pulsus
paradoksus. Tidak ditemukanya pulsasi dari arteri besar yang
merupakan tanda untuk memerlukan resusitasi masif segera.
 Periksa warna kulit, kenali tanda tanda sianosis.
 Periksa tekanan darah.
b. Pengelolaan
 Penekanan langsung pada sumber perdarahan eksternal
 Kenali perdarahan internl, kebutuhn untukintervensi bedah serta
konsultasi pada ahli bedah
 Pasang iv canule 2 jalur ukuran besar sekaligus untuk mengambil
sampel darah untuk pemeriksan laboratorium dan Analisa gas
darah
 Beri cairan kristaloid dengan tetesan cepat
 Cegah hipothermia

4. Disability (penilaian status neurologis)


a. Tentukan tingkat kesadaran memakai skor GCS
Nilai tingkat kesadaran GCS (secara
kuantitatif)
1) Eye (penilaian kemampuan membuka mata) = 4
 4 Spontan / membuka mata dengan sendirinya tanpa
dirangsang
 3 Dengan rangsang suara (dilakuakn dengan menyuruh pasien

8
untuk membuka mata
 2 Dengan rangsang nyeri (memberikan rangsangan nyeri,
Misalnya menekan kuku jari)
 1 Tidak ada respon meskipun sudah dirangsang
2) Verbal (penilaian kemampuan / respon bicara) = 5
 5 Orientasi baik, bicara jelas
 4 Bingung, berbicara mengacau (berulang-ulang),
disorientasi tempat dan waktu
 3 Mengucapkan kata-kata yang tidak jelas
 2 Suara tanpa arti
 1 Tidak ada respon
3) Motorik (penilaian kemampuan gerakan tubuh) = 6
 6 Mengikuti perintah pemeriksa
 5 Melokalisir nyeri, menjangkau dan menjauhkan stimulus
saat diberi rangsang nyeri
 4 Withdraws, menghindar atau menarik tubuh untuk
menjauhi stimulus saat diberi rangsang nyeri
 3 Flexi abnormal, salah satu tangan atau keduanya menekuk
saat diberi rangsang nyeri
 2 Extensi abnormal, salah satu tangan atau keduanya
bergerak lurus (ekstensi) di sisi tubuh saat diberi
rangsang nyeri.
 1 Tidak ada respon

Interpretasi nilai GCS


1) Nilai GCS (15-14) : Composmentis
2) Nilai GCS (13-12) : Apatis
3) Nilai GCS (11-10) : Delirium
4) Nilai GCS (9-7) : Somnnolen
5) Nilai GCS (6-5) : Sopor
6) Nilai GCS (4) : Semi Coma
7) Nilai GCS (3) : Coma

Penilaian kesadaran pasien dapat dilakukan secara kualitatif yaitu


dengan AVPU.
1) Alert : sadar dan dapat berinteraksi dengan lingkungan
2) Voice : respon terhadap suara
3) Pain : respon terhadap nyeri
4) Unresponsive : tidak respon pada stimuli apapun yang sudah
diberikan

9
b. Nilai pupil : besarnya isokor atau tidak, refleks cahaya dan awasi
tanda-tanda lateralisasi
c. Evaluasi dan re-evaluasi airwa,oksigenasi, ventilasi dan circulation

5. Exposure
a. Buka pakaian pasien untuk melihat dengan jelas apakah ada cedera
yang lain.
b. Cegah hipotermia : beri selimut hangat dan tempatkan pada ruangan
yang hangat

Setelah dilakukan penilaian maka pasien dilabel :


1. Prioritas I : Gawat Darurat (Resusitation), label merah yang
membutuhkan resusitasi dan tindakan segera
2. Prioritas II : Gawat tidak darurat (Emergent), label kuning, yang
berpotensi mengancam jiwa/fungsi organ bila tidak segera ditangani
dalam kurang dari 15 menit
3. Prioritas III : Darurat tidak gawat (Urgent), label kuning, pasien yang
tidak berpotensi mengancam jiwa/fungsi organ tapi harus dilakukan
tindakan dalam 30 menit.
4. Prioritas IV : Tidak Gawat Tidak Darurat (Less Urgent), label hijau, di
mana pasien memiliki nafas normal, denyut jantung normal, dan dapat
atau tidak perlu memerlukan tindakan observasi sehingga bisa
dilakukan tindakan dalam 60 menit.
5. Prioritas V : Pasien meninggal contohnya pada kasus Death on arrival
di mana pasien sudah tidak ditemukan napas, denyut nadi, EKG flat,
pupil midriasis total, dan tidak ada refleks cahaya sehingga dapat
dilakukan tindakan dalam 120 menit.

10
3.2. Kriteria Triase
Contoh kriteria triase di IGD :
Kategori Gawat Gawat Tidak Darurat Tidak Pasien
Darurat Darurat Tidak Gawat Gawat Meninggal
Tidak
Darurat
Pemeriksaan Segera Memerlukan Memerlukan Perawatan Tidak
dilakukan tindakan tindakan dapat ditunda dibutuhkan
tindakan definitif definitif 60 menit perawatan,
dalam 5 sesuai sesuai diarahkan ke
menit penyebab, penyebab, pemulasaran
dapat ditunda dapat ditunda jenazah
15 menit 30 menit

Kesadaran  GCS <9  GCS 9-12  GCS>12  GCS 15  Refleks


 Kejang  Gelisah/ Cahaya (-
 Tidak ada Apatis /-)
respon  Hemipares  Tanda
is Kehidupan
 Nyeri dada (-)
 DOA

Jalan Nafas  Sumbatan  Bebas  Bebas  Bebas


 Ancaman
Pernafasan  Henti  Takipnea  Frekuensi  Frekuensi  EKG
nafas  Sesak nafas nafas Asystole
 RR<10x/  Mengi normal normal
mnt
 Sianosis
Sirkulasi  Henti  Nadi  Nadi kuat  Nadi kuat  Denyut
jantung teraba  Frekuensi  Frekuensi nadi (-)
 Nadi tidak kuat/lemah nadi nadi
teraba  HR<50x/ normal normal
 Akral menit  TDS 100-  TDS 100-
dingin  HR>100x/ 120 120
menit mmHg mmHg
 Pucat  TDD 60-  TDD 60-
 Akral 80 mmHg 80 mmHg
dingin
 CRT >2
detik
 TDS> 160
 TDD> 100

11
B. Secondary Survey
Setelah dilakukan primary survey dan penempatan triase berdasarkan
prioritas dan labeling, pasien akan dilakukan penanganan berdasarkan
kebutuhannya. Setelah pasien stabil maka selanjutnya akan di lakukan secondary
survey berupa head-to-toe examination. Sehingga pasien dapat dilakukan
penilaian ulang untuk prioritas kegawatdaruratannya.

3.3. Alur Triase di Instalasi Gawat Darurat

Gambar diatas merupakan alur pasien yang masuk di IGD dan dilakukan
triase.
 Apabila pasien masuk triase merah, maka pasien bisa langsung ke ruang
resusitasi untuk diberikan penanganan segera. Dari ruang resusitasi pasien
bisa dipindahkan ke ruangan selanjutnya seperti HCU, ICU, ICCU, PICU,
Ruang OK, terminal care ataupun ruang rawat inap biasa apabila pasien
didapatkan sudah stabil. Pasien triase merah dapat berubah menjadi triase
kuning apabila terjadi perbaikan atau menjadi triase hitam bila terjadi
perburukan saat assessment ulang.

12
 Apabila pasien masuk ke triase kuning, pasien akan dilakukan tindakan
sesuai dengan keluhan pasien, atau dilakukan monitoring. Pasien bisa
masuk ke ruang rawat inap biasa atau ruang ok untuk tindakan definitive
ataupun diperbolehkan pulang setelah diobservasi dan diberikan terapi.
Pasien triase kuning dapat menjadi triase merah bila terjadi perburukan
keadaan dan bisa menjadi triase hijau bila terjadi perbaikan keadaan saat
assessment ulang.
 Apabila pasien masuk ke triase hijau, pasien bisa dilakukan penanganan
sesuai keluhan di ruang tindakan atau dapat dipulangkan sebagai rawat
jalan. Pasien hijau dapat menjadi kuning saat dilakukan assessment ulang.
 Pasien hitam seperti pasien death on arrival setelah dilakukan triase maka
dapat dipindahkan langsung ke pemulasaran jenazah.
3.4. Triase START
Triage START (Simple Triage dan Rapid Treatment) merupakan suatu
proses triase yang dibuat untuk membantu petugas IGD baik perawat maupun
dokter untuk dapat menangani dengan cepat kasus bencana (Mass Casuality
Event). Dengan menggunakan sistem triase START setiap petugas IGD baik
perawat maupun dokter dapat melakuakan penanganan keadaan emergensi
terutama pada keadaan bencana dengan datang ke tempat berlangsungnya.
Setiap petugas IGD diharapkan dapat melakukan penilaian cepat dan
akurat dalam waktu kurang dari 5 menit untuk menentukan kegawatdaruratan
pasien.
Sebagai contoh alur triase pada MCE dapat digambarkan sebagai alur
seperti berikut :

13
Gambar START Triage pada dewasa

1. Jika pasien ditemukan masih dapat berjalan sendiri atau menolong


dirinya sendiri. Pasien dengan luka-luka ringan dan superfisial, nyeri
ringan, memar, lecet, diberikan prioritas ringan/minor (hijau).
Dianjurkan pada pasien hijau untuk diarahkan ke tempat dilakukan
penanganan pertama.
2. Jika pasien tidak dapat berjalan, maka diperiksa apakah pasien
bernapas. Pasien dicek dengan cara look, listen and feel.
a. Jika pasien tidak bernapas, lakukan reposisi jalan napas. Bila pasien
tidak bernapas spontan setelah dilakukan reposisi jalan napas
dan tidak ditemukan denyut nadi karotis, pupil midriasis total dan
tidak ada refleks cahaya, pasien masuk ke prioritas terakhir
(hitam) dan pasien dipindahkan ke pemulasaran jenazah.

14
b. Bila setelah dilakukan reposisi napas pasien mulai bernapas
spontan maka diberikan label merah (prioritas tinggi/immediate)
3. Jika pasien bernapas spontan, dilakukan penilaian respiratory rate
a. Jika RR > 30x/menit (pada anak <15 atau >45x/menit) pasien
diberikan label merah (prioritas tinggi/immediate)
b. Jika RR <30x/menit (pada anak 15-45x/menit) maka pasien
dilakukan pemeriksaan perfusi
4. Pasien bernapas spontan dengan RR<30x/menit (pada anak 15-
45x/menit), dilakukan pemeriksaan perfusi
a. Jika tidak teraba nadi pada arteri radialis atau CRT ≥ 2 detik, pasien
dikategorikan label merah (prioritas tinggi/immendiate)
b. Teraba nadi pada arteri radialis atau CRT ≤ 2 detik, dilakukan
pemeriksaan status mentalis
5. Pemeriksaan status mentalis
a. Pasien tidak mampu melaksanakan perintah sederhana (pada anak-
anak dapat menggunakan metode AVPU, pada pasien anak yang
merespon dari stimulus nyeri atau tidak ada respon), pasien
dikategorikan label merah (prioritas tinggi/immediate).
b. Pasien mampu melaksanakan perintah sederhana (pada anak-anak
dapat menggunakan metode AVPU, pada pasien anak yang
merespon dari stimulus verbal atau sadar penuh), pasien
dikategorikan label kuning (prioritas sedang/delayed)

15
Gambar Jump START pada anak

16
BAB IV
DOKUMENTASI

Pendokumentasian Triase tercatat dalam Form Triase dan Asessment IGD,


di rekap / simpan dalam status rekam medis pasien, sebagai bahan perencanaan
atau resume medis pasien.

17

Anda mungkin juga menyukai