Anda di halaman 1dari 50

PEDOMAN PELAYANAN ANESTESI DAN BEDAH

RUMAH SAKIT KARYA MEDIKA II

2018

RUMAH SAKIT KARYA MEDIKA II

JL. SULTAN HASANUDIN NO 63 TAMBUN - BEKASI

Hal 1 dari 50
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT KARYA MEDIKA II

NOMOR : 121/SK/DIR-RSKMII/XI/2018

TENTANG

PEDOMAN PELAYANAN ANESTESI DAN BEDAH

RUMAH SAKIT KARYA MEDIKA II

DIREKTUR RUMAH SAKIT KARYA MEDIKA II

Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit


Karya Medika II, maka diperlukan penyelenggaraan Pelayanan
Instalasi Kamar Bedah.
b. Bahwa agar Pelayanan Anestesi dan Bedah Rumah Sakit Karya
Medika II dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya Pedoman
Pelayanan Anestesi dan Bedah Rumah Sakit Karya Medika II.
c. Bahwa sesuai butir a dan b di atas perlu ditetapkan Keputusan Direktur
Rumah Sakit Karya Medika II tentang kebijakan Pedoman Anestesi dan
Bedah Rumah Sakit Karya Medika II.

Mengingat : 1. Undang –Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2004


tentang Praktik Kedokteran.
2. Undang –Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009
tentang Kesehatan.
3. Undang –Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit.
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 1996
tentang Tenaga Kesehatan.
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit
6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
519/Menkes/Per/III/2011 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pelayanan Anestesiologi dan Terapi Intensif di Rumah Sakit.
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
290/Menkes/Per/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan
Kedokteran
9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 tahun
2017 tentang Keselamatan Pasien.

Hal 2 dari 50
MEMUTUSKAN
Menetapkan
Kesatu : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT KARYA MEDIKA II TENTANG
PEMBERLAKUAN PEDOMAN PELAYANAN ANESTESI DAN BEDAH
RUMAH SAKIT KARYA MEDIKA II.

Kedua : Memberlakukan Pedoman Pelayanan Anestesi dan Bedah Rumah Sakit


Karya Medika II sebagaimana dimaksud pada dictum kesatu terlampir
dalam lampiran keputusan ini terhitung mulai tanggal 07 September
2018.

Ketiga : Dengan dikeluarkannya keputusan Direktur Rumah Sakit ini, maka


apabila terdapat keputusan yang bertentangan dengan keputusan ini
maka keputusan – keputusan yang terdahulu dinyatakan tidak berlaku.

Keempat : Apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam keputusan


ini akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan : di Bekasi
Pada tanggal : 06 September 2018

( Dr. Robinhood Damanik )


Pjs. Direktur

Hal 3 dari 50
Lampiran I :

Peraturan Direktur Rumah Sakit Karya Medika II

Nomor : 121/SK/DIR_RSKM II/XI/2018

Tanggal : 06 September 2018


BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Dalam undang –undang RI no 44 tahun 2009 tentang rumah sakit dijelaskan bahwa
penyelenggaraan rumah sakit bertujuan memberikan perlindungan terhadap
keselamatan pasien (patient safety) ,masyarakat,lingkungan rumah sakit dan sumber
daya manusia di rumah sakit,serta meningkatkan mutu dan mempertahankan
standar pelayanan rumah sakit.Oleh sebab itu rumah sakit berkewajiban
memberikan pelayanan kesehatan yang amam,bermutu,anti diskriminasi dan efektif
dengan mengutamakan kepentingan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.

Pelayanan bedah merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di seluruh


dunia dengan perkiraan sebesar 234 juta operasi setiap tahunnya.Pembedahan
dilakukan disetiap komunitas masyarakat yang kaya maupun yang
miskin,masyarakat perkotaan maupun pedesaan.kejadian yang membahayakan
yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan diantaranya adalah prosedur
pembedahan,resiko komplikasi setelah pembedahan dikarateristikan diberbagai
dunia dan sebuah penelitian di tahun 2010 disebuah Negara indrustri menunjukan
angka 0,4 sampai 0,8 % angka kematian yang diakibatkan karena pembedahan dan
komplikasi akibat pembedahan sebesar 3 sampai 17,5 %.dan angka ini lebih tinggi
pada Negara –negara berkembang termaksud Indonesia (Haynes et al 2009 ).
Penelitian yang lain menunjukkan bahwa 1 daru setiap 150 pasien yang dirawat di
rumah sakit meninggal akibat peristiwa yang merugikan pasien dan hampir dua
pertiga dari kejadian tersebut terkait dengan pembedahan (Vries et al 2010 )

Perkembangan peralatan dan teknologi di rumah sakit juga memiliki dampak dalam
meningkatkan resiko terhadap pasien dan petugas di kamar bedah yang merupakan
salah satu unit khusus di rumah sakit,teknologi canggih meningkatkan kebutuhan
pasien untuk mengukur keselamatan sebagai peralatan dan instrument yang dapat

Hal 4 dari 50
berdampak negarif pada outcome pasien apabila tidak digunakan secara tepat guna
dan perawat kamar bedah harus tahu menggunakan berbagai pealatan –peralatan
dan instrument secara cepat dan tepat.

Bahaya lain yang dihadapi perawat kamar bedah antara lain


terpotong,tertusuk,tergores dalam penggunaan pisau bedah,terpapar gas
anesthesia,obat-obatan dan radiasi,penggunaan cairan pembersih, desinfektan dan
alat sterilisasi dapat merusak kulit,lapisan membrane dan saluran
pernapasan,Kontak dengan permukaan panas,peralatan listrik dapat meyebabkan
permukaan kulit terbakar,masalah otot dan tulang serta nyeri punggung akibat
posisi yang salah dalam memindahkan pasien,stress,bosan dan jenuh yang
disebabkan jadwal dinas,kerja malam dan faktor psikologis lainnya waktu kerja yang
melebihi batas waktu kerja yang sudah ditentukan,karena kurang tenaga sehingga
dapat meyebabkan kelelahan dan kesalahan serta kecelakaan kerja, sebuah
penelitian menunjuhkan bahwa waktu kerja perawat tidak boleh melebihi 12 jam
dalam setiap jadwal dinas atau 40 jam dalam waktu satu minggu (ANA 2011 ).

Meningkatkan keselamatan pasien dan hasil /outcome yang optima pada pasien
yang menjalani pembedahan dapat dilakukan dengan memberikan dukungan dan
kesempatan dalam pengembangan perawat perawat kamar bedah secara
professional dalam melakukan tindakan yang nyata dan salah satunya adalah
penyusunan standar pelayanan keperawatan kamar bedah untuk mencegah
terjadinya bahaya yang dihadapi perawat kamar bedah dan pasien yang menjalani
pembedahan.Standar pelayanan kamar bedah diharapkan dapat dijadiakan sebagai
suatu acuan atau tolak ukur bagi perawat kamar bedah dalam meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan kamar bedah untuk menurunkan angka kematian dan
kecacatan pada pasien yang menjalani pembedahan. Standar pelayanan
keperawatan dapat meliputi perencanan ,pengorganisasian,pelaksanaan asuhan
keperawatan kamar bedah,pembinaan dan pengendalian mutu pelayanan
keperawatan instalasi kamar bedah.

Hal 5 dari 50
2. Tujuan.
2.1. Tujuan umum:
Meningkatan mutu pelayanan di instalasi kamar bedah rumah sakit karya
medika II.
2.2. Tujuana khusus:
2.2.1. Adanya perencanaan pelayanan di instalasi kamar bedah.
2.2.2. Adanya pengorganisasian di instalasi kamar bedah
2.2.3. Adanya asuhan keperawatan di instalasi kamar bedah.
2.2.4. Adanya pembinaan di instalasi kamar bedah
2.2.5. Adanya pengendalian mutu pelayanan dinstalasi kamar bedah

3. Ruang Lingkup

Pembedahan dapat didefinisikan sebagai seni dan pengetahuan untuk mengatasi


penyakit,injuri, dan deformitas melalui operasi, prosedur pembedahan mencakup
interaksi antara pasien dan dokter bedah/anastesi dan perawat dengan berbagai
tujuan mencakup : diagnose,terapi,palliative, kosmetik,preventive dan ekplorasi.

Pembedahan merupakan prosedur medis yang bersifat invasive untuk diagnosis


atau pengobatan penyakit,trauma dan deformitas,karena sifatnya sangat
komplek,sehingga tindakan –tindakan ini menbutuhkan suatu asemen yang lengkap
dan komprehensif,perencanaan asuhan yang terintegrasi,monitoring pasien yang
berkesinambungan dan kreteria transfer guna pelayanan yang
berkelanjutan,rehabilitasi maupun sampai dengan pemulangan pasien. Pelayanan
pembedahan tidak terlepas juga dengan pelayanan anesthesia ,Sehingga pelayanan
pembedahan tidak bias terlepas dari pelayanan anesthesia, kecuali bila pembedahan
itu bersifat local, karena kedua pelayanan ini bersifat sama –sama dalam
menberikan asuhan pada pasien maka perlu adanga sebuah pedoman pelayanan.

Pedoman ini membahas tentang bagimana pelayanan kepada pasien diberikan


dimulai dari diterimanya pasien diruang persiapan operasi dilanjutkan ketika pasien
mendapatkan pelayanan medis atau tindakan pembedahan sampai dengan
penangnan pasca operasi diruang pulih /recovery room

Hal 6 dari 50
Ruang lingkup pelayanan di Rumah Sakit Karya Medika II Tambun meliputi
pemberian pelayanan untuk menunjang pelayanan anesthesia dan memberikan
pelayanan untuk menunjang pelayanan bedah spesialis itu sendiri.

3.1. Cakupan pelayanan anastesi dan sedasi

Pelayanan anastesi meliputi anastesi di dalam kamar operasi ,termaksud sedasi


moderat dan sedasi dalam pada jadwal yang terencana maupun di luar jadwal
seperti operasi emergensi,pelayanan anastesi di rumah sakit harus seragam sesuai
dengan pedoman dan standar pelayanan operasional yang ada,Dokter anastesi yang
bertugas bertanggungjawab terhadapat semua tindakan anastesi mulai dari masa
pre anastesi sampai masa pasca anastesi,Dokter anastesi bertanggung jawab untuk
menjaga dan meningkatkan wawasan serta ketrampilannya termasuk para petugas
anastesi yang lain.

3.2. Cakupan pelayanan kamar operasi pada pasien dengan anastesi sedasi ringan

Pada tindakan bedah yang tidak memerlukan pelayanan anastesi pelayanan

bedah dilakukan dengan mengunakan anastesi local/sedasi ringan.Pemilihan

obat anastesi untuk local anastesi/sedari ringan ditentukan oleh DPJP atau

dokter bedah. Pasien dimonitor secara kontiyu keadaan hemodinamiknya dan

dicatat di formulir monitoring pasien selama anastesi local/sedasi ringan dan

di tanda tangani oleh DPJP

4. Batasan Operasional
a. Bedah
Pembedahan merupakan cabang dari ilmu medis yang ikut berperan terhadap
kesembuhan dari luka atau penyakit melalui prosedur manual atau operasi
dengan tangan..Hal ini memiliki persama dengan kata “chirurgia” (KI-RUR-JIA )
dalam bahasa Yunani “cheir” artinya tangan,”ergon“artinya kerja.
Bedah atau operasi merupakan tindakan pembedahan cara dokter untuk
mengobati nkondisi yang sulit atau tidak mungkin disembuhkan hanya dengan

Hal 7 dari 50
obat-obatan sederhana (potter 2006 )
Selain itu ada juga pada pengaturan tempat untuk dilaksanakan prosedur
operasi,Bedah sehari (ambulatory surgery ) ,yang sering disebut pembedahan
tampa rawat inap (outpatient surgery ) atau pembedahan sehari (one –day-
surgery)
b. Jenis pelayanan bedah
Jenis pelayana bedah di instalasi kamar bedah rumah sakit karya medika
meliputi.
1. Spesialis bedah umum
2. Spesialis bedah kebidanan.
3. Spesialis bedah orthopedic.
4. Spesialis bedah THT.
5. Spesialis bedah mata.
6. Spesialis bedah mulut.
7. Spesialis anestesi

c. Jenis –jenis tindakan bedah


1. Bedah minor
Bedah minor merupakan pembedahan dimana secara relative dilakukan
secara sedehana Tidak memiliki resiko terhadap nyawa pasien dan tidak
memerlukan bantuan asisten untuk Melakukan seperti : membuka abses
suferfisial, pembersihan luka dll
2. Bedah mayor.
Bedah mayor merupakan pembedahan dimana secara relative lebih sulit
untuk dilakukan dari Pembedahan minor,membutuhkan waktu,melibatkan
resiko terhadap nyawa pasien dan Memerlukan asisten,seperti:Caesar,
bedah otak,laparatomi dll
3. Bedah konservatif
Bedah konservatif merupakan pembedahan dimana dilakukan untuk
melakukan perbaikan Terhadap bagian tubuh yang diasumsikan tidak dapat
mengalami perbaikan,dari pada melakukan Amputasi seperti koreksi,dan
imobilisasi dari fraktur pada kaki dari pada amputasi terhadap kaki.

Hal 8 dari 50
4. Bedah Radikal
Bedah radikal merupakan pembedahan dimana akar peyebab atau sumber
dari penyakit tersebut Dibuang,seperti radikal untuk neoplasma dll.
5. Bedah Rekonstruksi
Pembedahan rekonstruksi merupakan pembedahan yang dilakukan untuk
melakukan koreksi Terhadap pembedahan yang telah dilakukan pada
deformitas atau malformasi seperti : Pembedahan terhadap langit-langit
mulut yang terbelah,tendo yang mengalami kontraksi dll.
6. Bedah Plastik.
Bedah plastik merupakan pembedahan dimana dilakukan untuk
memperbaiki defek atau Deformitas,baik dengan jaringan setempat,atau
dengan transfer jaringan dari tubuh lain
d. Sifat Operasi
1. Bedah elektif
Bedah elektif merupakan pembedahan dimana dapat dilakukan penundaan
tampa membahayakan Nyawa pasien.
2. Bedah emergensi
Bedah emergensi merupakan pembedahan yang dilakukan dalam keadaan
sangat mendadak untuk Menghindari komplikasi lanjut dari proses
penyakit atau untuk menyelamatkan nyawa pasien.

Hal 9 dari 50
5. Landasan Hukum.

Penyelenggaraan pelayanan bedah rumah sakit karya medika II sesuai dengan :

1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomer 920/MENKES/PER/1986


tentang Upaya pelayanan Swasta di bidang kesehatan.
2. Peraturan Pemerintah Nomer 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan.
3. Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit Departemen Kesehatan 2008.
4. Peraturan Menteri Kesehatan 1438/MENKES/PER/IX/2010 Tentang Standar
Pelayanan Kedokteran
5. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer
1045/MENKES/PER/XI/2006 Tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit Di
Lingkungan Departeman Kesehatan.
6. Undang-Undang Kesehatan Nomer 36 Tahun 2009.
Pasal 36 ayat 2 : Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
dilakukan dengan pengendalian,pengobatan dan atau
perawatan
Pasal 36 ayat 3 : pengendalian , pengobatan dan atau perawatan dapat
dilakukan berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu
keperawatan
Pasal 24 : bahwa tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya
berkewajiban memetuhi standar profesi,standar
pelayanan dan standar prosedur operasional

7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit:


Pasal 1 ayat 1 : Rumah sakit adalah intitusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan
gawat darurat.
Pasal 43 ayat 1 dan 2 : Rumah sakit wajib menerapkan standar
keselamatan pasien, dilaksanakan melalui pelaporan
insiden, menganalisa, dan menerapkan pemecahan
masalah

Hal 10 dari
dalam rangka menurunkan angka kejadian yang tidak
diharapkan.
8. Undang-undang kesehatan Nomor 36 tahun 2009
Pasal 63 ayat 2 : Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
dilakukan dengan pengendalian, pengobatan dan atau
perawatan.
Pasal 63 ayat 3 : Pengendalian, pengobatan dan atau perawatan dapat
dilakukan berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu
keperawatan.
Pasal 24 :Bahwa tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya
berkewajiban untuk mematuhi standar profesi, standar
pelayanan dan Standar Prosedur Operasional.

Hal 11 dari
BAB II STANDAR

KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


1. Kualifikasi Dokter spesialis.
Dokter spesialis adalah dokter yang telah menyelesaikan pendidikan
spesialisasi sesuai sepasialinya dengan kompetensi dibidang nya masing –
masing spesialis untuk melakukan tindakan.
Dokter spesialis yang ada di rumah sakit karya medika II meliputi :
- Bedah umum
- Bedah kebidanan
- Bedah ortopedi
- Bedah THT
- Bedah urologi
- Bedah mulut
- Bedah mata
- Spesialis anesthesia.

2. Kualifikasi Tenaga perawat di instalasi kamar bedah Rumah Sakit Karya


Medika II tambun terdiri :
a. Asisten operator
Pengertian
Petugas yang membantu operator / dokter dalam melaksanakan tindakan
pembedahan terhadap pasien.

Tanggung jawab
Agar terlaksananya tindakan pembedahan dengan baik.

Syarat
- Dokter/perawat yang terlatih secara intern di kamar bedah
- Mengguasi betul dan pahan tentang aseptic antiseptic
- Menggenal dengan baik teknik operasi yang akan dilakukan

Hal 12 dari
- Mampu mengelola pasien selama tindakan berlangsung
- Menggenal dengan baik instrument yang diperlukan.
- Menggenal kakteristik semua operator dengan baik dan mampu bekerja
sama.
- Teliti dan cekatan.
- Diutamakan yang sudah berpengalaman.

Tugas utama
Sebelum operasi
- Berkomunikasi dengan operator mengenai rencana tindakan dan
kemungkinan komplikasi yang terjadi.
- Memastikan identitas pasien dan kelengkapan adminitrasi
- Selalu memeriksa kembali pasien yang akan dilakukan tindakan
pembedahan
- Memastikan kelengkan instrument dan peralatan.
- Memastikan kesiapan fasilitas kamar operasi
- Membantu memposisikan pasien
- Membantu operator melakukan antiseptic
- Membantu operator melakukan draping dengan duk steril
- Berkomunikasi dengan anestesi tentang kesiapan tindakan dan kondisi
pasien

Selama operasi
- Membantu operator dalam setiap tindakan yang dilakukan
- Memberikan lapang pandang yang baik pada areal operasi selama
tindakan
- Membantu dan meminimalisir perdarahan
- Mengawasi kondisi pasien dan berkomunikasi dengan anestesi
- Mengawasi kinerja intrumen.
- Mengantisipasi kebutuhan operator selama tindakan selangkah didepan
operator
- Bertindak sebagai menajer dari tim pendukung tindakan operasi

Hal 13 dari
Sesudah operasi
- Membantu menutup luka operasi,membersihkan pasien
- Membantu transport pasien
- Membantu memberikan penjelasan kepada keluarga dan pasien.
- Berkomunikasi dengan operator tentang tindakan post operasi

b. Perawat instrument

Pengertian

Petugas kamar bedah yang secara steril mengelola semua kebutuhan


instrument sebelum, selama dan sesudah tindakan pembedahan
berlangsung.

Tanggung Jawab

Menjaga kelengkapan ,kecukupan dan kesterilan instrument yang di


perlukan sebelum,selama dan sesudah tindakan pembedahan,serta
melaporkan semua tindakan kepada operator /dokter

Syarat:

- Perawat yang sudah terlatik intern di rumah sakit


- Menguasai betul teknik aseptic antiseptic
- Mengenal dengan baik teknik pembedahan yang dilakukan
- Mengenal dan menguasai dengan baik segala jenis dan kegunaan
instrument

Tugas utama:

Sebelum operasi

- Meyiapkan instrument yang akan di gunakan untuk tindakan


pembedahan.
- Memeriksa ulang persiapan instrumen,pastikan kelengkapan intrumen.
- Membantu asisten melakukan aseptic antiseotik.

Hal 14 dari
- Membantu melakukan draping dengan duk steril
- Menghitung kembali instrument ,kassa.dll dan melaporkan kepada
asistendan operator

Selama operasi

- Membantu asisten dalam memberikan instrument yang diperlukan


dalam tindakan
- Memperhatikan penggunaan produk kassa.
- Menjaga agar daerah operasi selalu steril
- Menyususn kembali instrument yang habis digunakan agar tidak
menumpuk.
- Sebelum menutup luka operasi pastikan kembali menghitung kasa
,jarum dll
- Melaporkan kepada asisten dan operator prihal kelengkapan kasa
,instrument dll
- Memastikan kembali kelengkapan instrument,kassa dll

Sesudah operasi

- Membersihkan luka operasi,keringkan dan tutup dengan kassa steril


- Menutup luka operasi yang sudah diberikan kassa dengan
hypafix/plester
- Melepaskan duk,priksa duk klem jangan ada yang tertinggal
- Merendam instrument dalam Waskom dengan larutan pencuci selama
10 mnt
- Memisahkan jarum,bisturi dan membuang pada tempat yang telah
disediakan
- Mencuci instrument dan menghitung kembali serta member lebel
sebelum di steri di cssd

Hal 15 dari
c. Perawat sirkuler ( omlop)

Pengertian.

Petugas kamar bedah yang tidak steril( tidak memakai jas dan sarung
tangan steril )

Tanggungjawab

Membantu memenuhi seluruh kebutuhan kamar operasi terutama disaat


proses pembedahan berlangsung terutama dalam suplai kebutuhan barang
– barang steril.

Syarat

- Perawat terlatih intern rumah sakit.


- Menguasai teknik aseptic antiseptic.
- Mengenal dengan baik teknik operasi yang dilakukan dan kemungkinan
kegawatannya.
- Mengenal dengan baik instrument yang di gunakan dan letah
penyimpanan serta bahan medik lainnya dalam ruang kamar operasi.
- Cekatan dan inisiatif

Tugas utama

Sebelum operasi
- Cuci tangan bedah tetapi tidak memakai jas dan sarung tangan steril.
- Memeriksa persiapan ruangan yang akan di gunakan operasi.
- Membantu mempersiapkan instrument bersama perawat instrument.
- Identifikasi pasien dan serah terima pasien,memastikan kelengkapan
adminitrasi.
- Membantu transport pasien seyamam mungkin.
- Menganti baju pasien dengan baju khusus kamar operasi.
- Membantu memposisikan pasien di meja operasi.
- Meyambungkan alat-alat ke supply listrik,meyambungkan selang dan
kabel seteril dengan alat non steril sperti saction dan diatermi dll

Hal 16 dari
- Menbatu tem steril mengenakan aprom,jas operasi dll.
- Mengisi buku catatan operasi,catatan pasien ,formulir pemeriksaan dll.
- Bersama instrument menghitung jumlah kasa dan instrument yang di
siapkan

Selama operasi

- Melihat jalannya operasi dan selalu memenuhi alat ,supply instrument


tambahan yang diperlukan.
- Selalu berada di lingkungan sekitar areal operasi di dalam kamar operasi.
- Selalu berkomunikasi dengan perawat instrument bila meninggalkan
ruang operasi.
- Menerima specimen /jaringan untuk pemeriksaan dll serta mengelolanya
dengan benar.
- Bila tindakan operasi sudah hampir selesai, menghitung kembali kassa
dan instrument yang telah di gunakan dan meloporkan kembali ke
perawat instrument.dan mencatat fke dalam form yang telah disediakan
- Menjaga agar kamar operasi selalu bersih dan nyaman.

Sesudah operasi.

- Menyediakan Waskom yang berisi air dan cairan clorin untuk merendam
alat.
- Membantu melepas jas tim steril.
- Membantu melakukan fiksasi dengan kassa .
- Membersihkan pasien dari darah dan kotoran dari badan pasien.
- Memakaikan pakaian pasien dengan baik.
- Transport pasien ke ruang pemulihan bersama perawat anestesi atau
serah terima pasien dengan petugas rawat inap
- Meyiapkan laporan oerasi dan kelengkapan lainnya
- Membantu membersihkan instrument dan mengecek kembali
kelengkapan nya.

Hal 17 dari
B. Distribusi ketenagaan
Dalam pelayanan bedah perlu menyediakan sumber daya manusia yang
kompeten, cekatan dan mempunyai kemampuan sesuai dengan perkembangan
teknologi sehingga dapat memberikan pelayanan yang optimal, efektif, dan
efesien. Atas dasar tersebut diatas, maka perlu kiranya menyediakan,
mempersiapkan dan mendayagunakan sumber-sumber yang ada. Untuk
menunjang pelayanan bedah di instalasi kamar bedah i, maka dibutuhkan tenaga
dokter, perawat yang mempunyai pengalaman, keterampilan dan pengetahuan
yang sesuai.

C. Pengaturan jaga
Pengaturan jaga atau jadwal dinas adalah pengaturan tugas pelayanan bagi
perawat untuk melaksanakan tugas pelayanan di instalasi kamar operasi sehingga
semua kegiatan pelayanan bedah dapat terkoordinir dengan baik. Pengaturan
dinas dibuat 2 shift dalam 24 jam yaitu :
- Dinas Pagi Jam 07:00 sampai dengan Jam 14:00
- Dinas Sore Jam 14:00 sampai dengan Jam 21:00
- On call Jam 21 sampai dengan Jam 07:00
- Hari minggu/libur on coll 24 jam

Hal 18 dari
BAB III

STANDAR FASILITAS

A. Denah ruangan

R . C u c i

in stru m e n

S p o o l H o ck

T o ile t
R S t e r il A la t

L IF T P e n y im p a n

T o ile t A la t
O K I

R R

R . A D M

R . C u c i

O K II
R .

K a ru
R . D o k te r R . P e ra w a t

Keterangan :

: Alur Kotor

: Alur Steril

B. Pembagian zona di Instalasi kamar bedah.

1. Zona 1 ( zona steril rendah )


Zona ini terdiri dari area adminitrasi,ruang tunggu keluarga pasien .
2. Zona 2 ( zona steril sedang )
Zona ini terdiri dari ruang istirahat dokter,ruang pertemuan perawat kamar
bedah,ruang transfer pasien.ruang ganti pakaian dokter dan perawat,

Hal 19 dari
3. Zona 3 (zona steril tinggi )
Zona ini meliputi ruang operasi yang terdiri dari ruang persiapan
(Peralatan/instrument steril, areal scrub up (cuci tangan ) ,ruang
pemulihan,ruang penyimpanan perlengkapan bedah dan anestesi,
4. Zona 4 (zona steril sangat tinggi)
Zona ini adalah ruang operasi dengan tekanan udara positif.

C. Standar Fasilitas.
1. Ruand adminitrasi
- 3 bh meja ½ biro
- komputer 1set
- 5 bh kursi
- 1 rak sepatu
- 1 bh rak fail
- 1 bh tv
- 1 bh telepon
- 2 bh tulis
2. Ruang dokter.
- 1 bh meja ½ biro
- 1 bh kursi
- 2 bh tempat tidur
- 4 bh loker kecil
3. Ruang perawat
- 1 bh lemari loker
- 1 bh lemari pakaian
- 1 bh tempat pakaian kotor.
- 1 bh dispenser
4. Ruang kepala perawat
- 1 bh meja ½ biro
- 1 bh kursi
- 1 set computer
- 1 bh lemari fail

Hal 20 dari
5. Ruang peyimpanan intrumen steril non steril
- 4 bh lemari kaca
- 1 bh rak kayu
- 1 bh lemari es untuk obat
6. Ruang penerimaan
- 2 brangkar
- 1 manometer oksigen
- 1 standar infus
- 1 bh tensi meter air raksa
- 1 bh lemari baju khusus kamar operasi
7. Ruang pemulihan/ruang RR
- 1 tempat tidur
- 2 manometer oksigen
- 1 bh monitor
- 1 bh mesin penghangat
- 2 bh standar infus
8. Ruang cuci tangan
- ruang cuci tangan terdiri 3 kran air hangat
- 1 bh dispenser cairan cuci tangan
- 1 bh dispenser alcohol
- 1bh tempat sikat tangan yang berisi 5 bh sikat tangan
9. ruang operasi 1 s/d 2 masing – masing terdiri dari :
- 1bh mesin anesthesia
- bh mesin monitor
- 1 bh meja operasi
- 1 bh lampu operasi LED
- 1 bh mesin diatermi
- 1 bh mesin saction
- 1 bh lampu baca foto
- 1 bh alat pengukur temperatur dan kelembahban ruangan

Hal 21 dari
10. Instrumen

Jenis Instrumen Jumlah Ket

Untuk operasi appendik,hernia


Bedah Umum 3 set ,lipoma,laparatomi,fam.dll

Caesaria,histrektomi.ket,mioma
Bedah Kebidanan
3 set uteri,kiste dll

Untuk operasi pasang wire atau


Ortopedi 2 set pasang plate dll

Operasi tonsillitis dan sinusitis


THT 2 set

Operasi tur prostat,sacse.dll


Urologi 1 set dengan mengunakan monitor.

Vena seksi,sircum ,bedah anak


Masquito 2 set dll yang sifatnya micro/ lembut

Opersi batu empedu,operasi


laparascopi 1 set
apendiktomi.

Hal 22 dari 50
BAB IV

TATA LAKSANA PELAYANAN

Tata laksana Pelayanan kamar bedah rumah sakit karya medika II , meliputi :

A. Alur petugas dan pasien


Alur petugas dan pasien terpisah ,tidak satu pintu,begitu juga dengan pintu
masuh pasien dan pintu keluar setelah tindakan juga terpisah.

B. Pakaian petugas
Petugas instalasi ( dokter dan perawat ) kamar bedah harus menganti baju
yang dari luar dengan baju khusus kamar operasi dan menggunakan tutup
kepala (topi ) , penutup mulut (masker ) dan alas kaki sesuai dengan ketentuan
yang berlaku di kamar operasi.

C. Pelayanan Anestesi dan sedasi


Pelayanan ini berlaku seragam bagi semua pasien yang mendapat pelayanan
anestesi. Semua tindakan pelayanan peri-anestesi dan sedasi didokumentasikan
dalam rekam medis pasien dan ditandatangani oleh dokter anestesi yang
bertanggung jawab dalam pelayanan anestesi tersebut. Pelayanan anestesi dan
sedasi dapat dilakukan diluar kamar bedah dengan persiapan sesuai standar.

1. Pengelolaan Pre Anestesi dan pra sedasi


a. Seorang Spesialis Anestesi bertanggung jawab untuk menilai dan
menentukan status medis pasien pre anestesi dan pra sedasi, membuat
rencana pengelolaan anestesi dan sedasi, asesmen pre anestesi dan pra
sedasi dan memberi informasi (informed consent) Anastesi dan sedasi
kepada pasien dan keluarga. Informasi berisi tentang rencana tindakan
anestesi dan sedasi beserta alternatifnya, manfaat dan resiko dari

Hal 23 dari
tindakan tersebut dan dicatat dalam lembar khusus informed consent
Anastesi dan sedasi yang disertakan dalam rekam medis pasien.
b. Sebelum dimulai tindakan anestesi dan sedasi dilakukan pemeriksaan
ulang pasien, kelengkapan mesin, alat, dan obat anestesi dan resusitasi.
Spesialis Anestesi yang bertanggung jawab melakukan verifikasi,
memastikan prosedur keamanan telah dilaksanakan dan dicatat dalam
rekam medis pasien.

2. Standard Pengelolaan Preanestesi dan pra sedasi


a. Proses assessment pre anestesi dan pra sedasi dilakukan pada semua
pasien setelah pasien yang akan menjalani prosedur bedah
dikonsultasikan ke bagian anestesi untuk dilakukan operasi elektif
minimal dalam 1 x 24 jam sebelum operasi, atau sesaat sebelum operasi,
seperti pada pasien emergensi.
b. Dokter Spesialis Anestesi bertanggung jawab untuk melakukan
pemeriksaan pasien pre anestesi dan pra sedasi untuk membuat
asesmen pre anestesi dan pra sedasi dan rencana anestesi dan sedasi.
Resume dari evaluasi pre anestesi dan pra sedasi dan rencana anestesi
dan sedasi dicatat dalam rekam medis pasien.
c. Demi peningkatan keamanan dan keselamatan pasien, sebelum
dilakukan anastesi, dokter spesialis anastesi bertanggung jawab atas
pelaksanaan prosedur sign in di kamar operasi
d. Spesialis Anestesi dibantu Penata anestesi bertanggung jawab
melakukan verifikasi di ruang persiapan operasi atau area pelayanan
anestesi dan sedasi, pemeriksaan ulang pasien untuk menilai assesmen
pra sedasi memastikan prosedur keamanan telah dilaksanakan, dicatat
dalam rekam medis anestesi dan dalam bentuk check list (sign in).
e. Sebelum induksi anestesi dilakukan, pengecekan kelengkapan mesin,
alat, dan obat anestesi dan resusitasi.

Hal 24 dari
3. Pemantauan Selama Anestesi Umum, Regional dan sedasi
Berlaku pada anestesi umum maupun regional dan standard pemantauan
ini dapat berubah dan direvisi seperlunya sesuai dengan perkembangan
teknologi dan ilmu anestesi.
a. Tenaga anestesi yang berkualifikasi tetap berada dalam wilayah kamar
operasi selama tindakan anestesi umum maupun regional.
b. Selama pemberian anestesi tenaga anestesi yang bertanggung jawab
harus secara kontinu mengevaluasi tanda-tanda vital pasien seperti
oksigenasi, ventilasi, sirkulasi, suhu dan perfusi jaringan yang semuanya
dicatat dalam lembar rekam medis anestesi. Interval waktu pengawasan
bisa setiap tiga, lima menit, atau sesuai dengan penilaian dokter
penanggung jawab terhadap keadaan pasien.
c. Pada pelayanan sedasi monitoring dilakukan secara kontinu sesuai
ketentuan monitoring status fisiologis pasien

4. Standar Pengelolaan Selama Anestesi dan sedasi


a. Tenaga anestesi yang berkualifikasi (Dokter Spesialis Anestesi dan atau
penata/perawat anestesi) tetap berada dalam wilayah kamar operasi
selama tindakan anestesi umum, regional dan sedasi.
b. Bila ada bahaya langsung (radiasi) dan diperlukan pemantauan jarak
jauh yang intermiten maka harus ada alat pelindung bagi tenaga
anestesi.
c. Selama pemberian anestesi dan sedasi tenaga anestesi yang
bertanggung jawab harus mengevaluasi tanda-tanda vital pasien :
- Oksigenasi, dipantau kontinual dengan pengamatan visual atau alat
seperti oksimetri pulsa
- Ventilasi, dipantau kontinual dengan pengamatan klinis seperti
pengembangan dada, auskultasi, pengembangan kantong udara
(bag), dan bila terpasang pipa trakeal atau sungkup laryngeal posisi
pemasangan yang tepat harus selalu dicek.

Hal 25 dari
- Sirkulasi dan perfusi, dipantau kontinual dengan bed side monitor,
untuk tekanan darah minimal tiap 5 (lima) menit, oksimetri pulsa,
EKG dan produksi urin sesuai kebutuhan.
- Suhu, jika diperkirakan terjadi perubahan suhu yang bermakna
secara klinis maka monitor suhu dilakukan secara berkala
d. Semua tindakan, kejadian dicatat dalam rekam medis anestesi yang
akan disertakan dalam rekam medis pasien.

5. Pengelolaan Pasca Anestesi dan pasca sedasi


a. Semua pasien yang menjalani anestesi umum , regional dan sedasi
harus menjalani tatalaksana pasca anestesi dan pasca sedasi yang
tepat, pemindahan pasien ke ruang pulih harus didampingi tenaga
anestesi yang mengerti kondisi pasien.
b. Setelah tiba di ruang pulih , pasien tetap di monitor dan tetap di bawah
kendali perawat anestesi dan perawat ruang pulih secara bersam –
sama melakukjan pengawasan.
c. Kondisi tanda vital pasien dimonitor secara kontinu atau dengan
interval 3–5 menit. atau sesuai dengan penilaian dokter penanggung
jawab terhadap keadaan pasien.
d. Dr Spesialis Anestesi bertanggung jawab atas pengeluaran pasien dari
ruang pulih berdasar kriteria yang ada.
e. Pada pasien pasca sedasi dilakukan monitoring area pelayanan anestesi
dan sedasi.

6. Standar Pengelolaan Pasca Anestesi dan pasca sedasi


a. Semua pasien pasca tindakan anestesi dan pasca sedasi menjalani
perawatan dan monitoring pasca aneshesia dan pasca sedasi di ruang
pulih atau area pelayanan anestesi sampai dikeluarkan di ruang pulih
atau area pelayanan anestesi dalam tanggung jawab dr Spesialis
Anestesi yang bertugas.
b. Dalam ruang pulih sadar harus tersedia alat-alat monitor pasien serta
alat dan obat emergensi.

Hal 26 dari
c. Waktu masuk dan kondisi pasien setelah tiba di ruang pulih dicatat.
d. Tenaga anestesi yang menangani pasien di ruang pulih sadar dicatat.
e. Tenaga anestesi yang mengelola pasien harus berada di ruang pulih
sampai tenaga perawat khusus di ruang pulih menerima pengalihan
tanggung jawab.
f. Tanda-tanda vital pasien dimonitor dan dicatat dengan metode yang
sesuai dengan kondisi pasien.
g. Pasien dikeluarkan dari ruang pulih berdasar kriteria yang telah dibuat
oleh kepala pelayanan anestesi.
h. Instruksi pasca anestesi harus diberikan pada petugas atau perawat
ruangan sebelum pasien dibawa kembali ke ruangan perawatan
umum.
i. Monitoring pasca sedasi dilakukan dengan mengacu pada aldrete
score.
Tabel Skor Pemulihan Aldrette
Kesadaran Nilai
A. Orientasi baik 2
B. Dapat dibangunkan 1
C. Tidak dapat atau susah dibangunkan 0
Warna
A. Pink, perlu O2, saturasi O2>92% 2
B. Pucat/ kehitaman, perlu O2, saturasi O2>90% C. 1
Sianosis, dengan O2, saturasi O2<90% 0
Aktivitas
A. 4 eksremitas bergerak 2
B. 2 ekstremitas bergerak 1
C. Tidak ada gerakan 0
Respirasi
A. Dapat nafas dalam dan batuk 2
B. Nafas dangkal, sesak 1
C. Apnea, obstruksi 0

Hal 27 dari
Kardiovaskuler
A. Tensi berubah < 20% 2
B. Tensi berubah 20%-30% C. Tensi 1
berubah 50% 0
Skor
>8 Pindah ruang
5-8 biasa
Observasi, kalau
<5 perlu ICU/HCU
ICU/HCU/rujuk rs lain

7. Standar Pencatatan dan Pelaporan


a. Tindakan-tindakan, perubahan rencana dan kejadian yang terkait
dengan persiapan dan pelaksanaan pengelolaan pasien selama pre-
anestesi dan pra sedasi. selama anestesi dan sedasi dan pasca
anestesi dan pasca sedasi dicatat secara kronologis dalam catatan
anestesi dan sedasi yang disertakan dalam rekam medis pasien.
b. Catatan anestesi diverifikasi dan ditandatangani oleh dokter
anestesiologi yang melakukan tindakan anestesi dan sedasi dan
bertanggung jawab atas semua yang dicatat tersebut.
c. Catatan anestesi harus memuat:
 Tanggal Operasi.
 Jam dimulai dan diakhirinya anestesi dan pembedahan.
 Dokter operator dan asisten.
 Dokter Spesialis Anestesi dan peñata/perawat anestesi di kamar
operasi atau ruang pulih sadar.
 Diagnosa pre dan pasca operasi.
 Jenis Pembedahan.
 Keadaan pasien pre anestesi dan status fisik berdasar ASA.
 Teknik anestesi beserta obat yang digunakan selama anestesi.

Hal 28 dari
 Jumlah cairan masuk dan keluar termasuk perdarahan, urin dan
cairan rongga ketiga.
 Tanda vital pasien selama operasi.
 Waktu masuk dan keluar ruang pulih sadar beserta kriterianya.
 Keadaan dan tanda vital selama di ruang pulih sadar.
 Instruksi pasca anestesi

8. Jenis – jenis sedasi


Dokter spesialis anestesi bertanggung jawab atas pemberian sedasi
moderat dan dalam termasuk anestesi umum kepada pasien, termasuk
dalam memonitor keadaan umum dan tanda-tanda vital pasien serta
pemberian instruksi tatalaksana pasca pemberian sedasi. Untuk anestesi
lokal dengan sedasi ringan tanggung jawab ada pada masing-masing
dokter penanggung jawab pasien. Pada pemberian anestesi lokal dengan
jumlah besar, keadaan pasien harus dimonitor seperti pada pemberian
sedasi moderat dan dalam.

a. Kriteria Sedasi Ringan


Pasien dalam keadaan sadar dan mampu berkomunikasi setiap saat
tanpa perubahan fungsi kardiorespirasi.

b. Kriteria Sedasi sedang


- Pasien memiliki respon terhadap perintah verbal.
- Pasien dapat menjaga patensi jalan nafasnya sendiri.
- Perubahan ringan dari respon ventilasi.
- Fungsi kardiovaskuler masih normal.
- Dapat terjadi gangguan orientasi lingkungan serta motorik ringan
sampai sedang.

c. Kriteria Sedasi berat / Dalam


- Pasien tidak mudah dibangunkan tetapi masih memberikan respon
terhadap stimulasi berupa nyeri.

Hal 29 dari
- Respon ventilasi menurun, tidak dapat menjaga patensi jalan
nafasnya.
- Fungsi kardiovaskuler masih baik.
- Membutuhkan alat monitor yang lebih lengkap dari sedasi moderat
atau ringan.

D. Pelayanan instalasi kamar bedah


Pelayanan di instalasi kamar bedah rumah sakit karya medika II dilaksanakan
dalam waktu 24 jam dengan pembagian tiga shiff, yaitu:
- Shif pagi jam 07.00 wib sampai jam 14.00 wib
- Shif siang jam 14.00 wib samapai jam 21.00 wib
- Shiff malam (oncoll ) jam 21.00 samapai jam 07.00 wib
- hari minggu / libur sistim oncoll 24 jam

E. Penjadwalan rencana operasi


Penjadwalan pasien yang akan di operasi di kamar bedah agar dapat
dilaksanakan sesuai jadwal yang telah ditentukan. Prosedur penjadwalan
operasi di instalasi kamar bedah dibedakan mejadi 2 bagian yaitu :

1. Penjadwalan operasi elektif


Penjadwalan dimana jam tindakan bedah di minta atau diusulkan oleh
operator yang bersangkutan dan disetujui oleh tim kamar operasi dengan
pertimbangan kondisi dan situasi dikamar bedah saat itu,apakah sudah ada
jadwal tindakan bedah yang sudah terjadwal atau belum,sehingga jadwal
tindakan bisa disesuaikan dengan jumlah kamar tindakan yang ada dan
personil kamar bedah yang bertugas saat itu .
2. Penjadwalan operasi cito.
Penjadwalan operasi yang dilakukan ditengah adanya operasi yang sedang
berlansung yang sifat nya segara harus dilakukan tindakan.karena sifatnya
segera,sedangkan sudah ada jadwal yang tersusun,tim kamar bedah lakukan
koordinasi dengan operator yang sudah terjadwal,apakah akan maju atau
mundur dari jadwal dan jam yang sudah di sepakati, sehingga jadwal

Hal 30 dari
operasi elektif yang sudah disusun oleh tim kamar operasi tetap dapat
berlangsung sesuai jadwal walaupun ada penundaan jam tindakan.

F. Penerimaan Pasien
- Serahtrima pasien
Menerima pasien yang akan dilakukan tindakan operasi yang diantar petugas,
baik rawat inap, IGD, poliklinik maupun ODC. Agar tidak terjadi kesalahan
pasien dan kesalahan diagnose / tindakan maka perawat petugas di ruang
penerimaan memeriksa dan mencocokan data kelengkapan rekam medis
pasien yang antara lain yaitu :
1. Nama pasien dan tanggal lahir ( bila pasien di bawah umur bisa
ditanyakan kepada keluarga pasien ).
2. Memastikan tanda /site marking pada daerah yang akan dilakukan
tindakan /insisi sudah sesuai dengan catatan di berkas rekam medis
pasien
3. Riwayat penyakit ( asma, alergi obat, dan riwayat penggunaan obat
steroid dalam tiga bulan terakhir).
4. Terpasang gigi palsu atau tidak, bila ya, petugas anesthesi membantu
untuk melepaskannya
5. Di saran untuk sudah/tidak menggunakan perhiasan.
6. Pastikan kuku dan bibir pasien bebas dari zat pewarna ( cutek dan lipstick )
bila masih ada, petugas membantu membersihkannya.
7. Dokumen pasien : ( Informed consend, hasil pemeriksaan Laboratorium,
hasil pemeriksaan Radiologi, hasil pemeriksaan fisik terakhir ).

- Asesmen pasien
1. Asuhan setiap pasien bedah direncanakan berdasarkan atas informasi dan
dari hasil asesmen.
2. Diagnose praoperasi dan rencana operasi di catat di rekam medic pasien
oleh dokter penenggungjawab pelayanan (DPJP) sebelum tindakan
operasi di mulai.

Hal 31 dari
3. Hasil asesmen yang digunakan untuk menentukan rencana tindakan
operasi dicatat oleh dokter penanggungjawab (DPJP) direkam medic
pasien sebelum tindakan dilakukan/dimulai.

G. Persiapan Operasi
Dalam memberian rasa aman dan nyaman kepada pasien,keluarga dan mereka
yang memutuskan menerima cukup penjelasan untuk berpartisipasi dalam
keputusan asuhan pasien dan memberikan persetujuan,maka penjelasan
tersebut diberikan secara terinstegrasioleh para professional pemberi asuhan
( DPJP ) dibantu oleh menejer pelayanan pasien yang mencakup sebagai
berikut :
1. Diagnosa (WD dan DD )
2. Dasar diagnose.
3. Tindakan yang akan dilakukan
4. Indikasi tindakan.
5. Tata cara tindakan yang akan dilakukan.
6. Tujuan dari tindakan,
7. Resiko dari tindakan
8. Komplikasi dan prognosis dari tindakan yang dilakukan.
9. Alternatif dan resiko
10. Kemungkinan kebutuhan produk darah

H. Informed consend
1. Setelah pasien,keluarga atau yang dapat mengambil keputusan
mendapatkan edukasi dan imformasi,selanjutnya mengisi form
persetujuan/penolakan (imformed consend ) dan tanda tangan begitu pula
sebagai saksi baik dari rs maupun keluarga pasien
2. Untuk operasi yang melibatkan/ bersama spsesialis lain ( consul ) edukasi
dan informasi dilakukan oleh spseialis yang bersangkutan serta form
perstujuan dan penolakan tetap di buat.

Hal 32 dari
I. Kerjasama antar Disiplin
1. Pendaftaran rencana operasi
Pendaftaran operasi, Poliklinik.unit gawat darurat,rawat inap mendaftar ke
kamar bedah dan kamar bedah menentukan jadwal operasi yang sudah
dikoordinasikan dengan anesathesi dan Operator yang bersangkutan ,tim
kamar bedah mempersiapkan instrumen, , obat dan alkes yang diperlukan
serta tim bedah menghubungi unsur yang terkait diantaranya depo farmasi,
anestesi, teknisi, kebersihan, CSSD. Jadwal rencana operasi di sudah disepati
diberitahu ulang kembali ruangan terkait, dokter Anestesi-Reanimasi,
dokter operator yang bersangkutan

2. Pelaksanaan tindakan operasi.


1. Persiapan operasi
Evaluasi Pra bedah, Dokter operator harus melakukan evaluasi pra bedah
untuk menentukan kemungkinan pemeriksaan tambahan dan konsultasi
spesialis lain untuk membuat suatu asesmen pra bedah. Semua informasi
yang diberikan pada pasien, mengenai kondisi pasien, rencana tindakan,
alternatif tindakan,tingkat keberhasilan, kemungkinan-kemungkinan yang
terjadi dan rencana pengelolaan pasca bedah harus didokumentasi lengkap
dan disertakan dalam rekam medis pasien dan ditandatangani oleh dokter
bedah yang bersangkutan
2. Pra operatif
Dimulai dengan serah terima pasien di ruang peneriman instalasi kamar
bedah dari perawat ruangan dengan perawat penerimaan instalasi kamar
bedah di antara Berkas medis pasien

3. Penandaan lokasi daerah operasi


Penandaan Lokasi operasi oleh operator dilakukan di ruang perawatan ,
dengan tanda garis menggunakan spidol permanen. Penandaandilakukan
pada semua kasus-kasus yang memungkinkan untuk dilakukan penandaan,
sebagai contoh pengecualian pada kasus pembedahan mata, syaraf, THT,
gigi dan mulut, seccaria(SC)

Hal 33 dari
4. Melakukan sign in sesuai prosedur
Prosedur sign in dilakukan oleh tugas penerima di ruang penerimaan
Saat pasien sudah diserahtrimakan dari petugas ruangan dengan petugas
penerimaan di instalasi kamar bedah dengan cara melakukan
pengecekan/ceklist oleh petugas penerimaan dengan di damping
dokter/peñata anestesi sesuai dengan prosedur sign in.

5. Intra operatif
Prosedur umum intra operasif
- Dilakukan Aseptik dan antiseptik pada area operasi
- Dilakukan penutupan area non steril dengan linen operasi steril
- Dilakukan time out sesuai prosedur.
- Membantu pelaksanaan tindakan operasi
- Dilakukan sign out sesuai preosedur
- Dilakukan penutup luka operasi

6. Post operatif
1. Saat pasien dari ruang operasi ke ruang pemulihan dan diobservasi di
ruang pulih dibawah tanggungjawab dokter anestesi/ penata
2. Melakukan monitoring
3. Setelah pasien sadar,dengan persetujuan anestesi,pasien dipindahkan
keruang rawat inap dan diserahkan kembali berkas medis pasien.
4. Bila post operasi pasien memerlukan perawatan ruang intensif
,pasien diantar langsung keruang intensif oleh dokter anestesi/piñata
dan perawat instalasi kamar bedah disertakan berkas rekan medis
pasien,terlebih dahulu petugas /perawat instalasi kamar operasi
member tahu via telpon ke ruang intensif tersebut.
5. Ada rencana asuhan baik medis,keperawatan dan PPA lainnya pasca
operasi yang dibutuhkan pasien dan di catat direkam medis pasien
dalam waktu 24 jam.

Hal 34 dari
6. Rencana asuhan pasca operasi dibuat oleh dokter penanggungjawab
pelayanan (DPJP) ,perawat dan professional pemberi asuhan (PPA)
lainnya guna untuk memenuhi kebutuhan segera pasien pascaoperasi.
7. Dokter penenggungjawab pelayanan (DPJP) memverifikasi bila rencana
asuhan pasca operasi di buat oleh dokter bedah yang didelegasikan.

7. Pemakaian alat kesehatan (implan )


1. Rumah sakit karya medika II menjamin pemilihan dan penggunaan
implant berdasarkan undang-undang yang berlaku serta melakukan
evaluasi secara berkala.
2. Adanya modifikasi surgical safety ceklist untuk menjamin ketersedian
alat/implan di rumah sakit karya medika II
3. Adanya tenaga yang terlatih yang dibutuhkan untuk pemasangan
implant.
4. Adanya laporan dan evaluasi jika ada kejadian yang tidak diharapkan
terkait implant.
5. Rumah sakit menjamain tentang kesterilan impalan yang di gunakan.
6. Intruksi khusus .terkait implant sesudah dipasang kepada pasien.
7. Rumah sakit menjamin mampu melakukan telusur .jika terjadi
penarikan alat implant sesuai prosedur yang berlaku.

8. Laporan tindakan pembedahan.


Dokter operator (DPJP) harus mendokumentasi di dalam laporan
operasi semua informasi yang terkait tindakan bedah dan digunakan
untuk menyusun rencana asuhan lanjutan. Hal yang harus di catat
memuat minimal :
a. Diagnosis pasca bedah.
b. Nama dokter operator dan asisten.
c. prosedur bedah yang dilakukan dan rincian temuan
d. Ada dan tidak ada komplikasi.
e. Spesimen bedah untuk pemeriksaan.
f. Jumlah darah yang hilang dan yang masuh lewat tranfusi.

Hal 35 dari
g. Nomer pendaftaran alat yang di pasang (implant )
h. Tanggal,waktu dan tanda tangan dokter yang bertanggungjawab

J. Program mutu dan keselamatan pasien


Pelayanan bedah merupakan tindakan beresiko,oleh karena perencanaan
pelaksanaan tindakan membutuhkan tingkat kehati-hatian dan akurasi tinggi
sehubungan hal itu instalasi kamr bedah harus menetapkan program mutu dan
keselamatan pasien dan terintegrasi dengan mutu rumah sakit
Adapun mutu di instalasi kamar bedah meliputi :
1.pelaksanaan asesmen prabedah.
2.penandaan lokasi opeasi
3. pelaksanaan surgical safety ceklist.
4.pemantuan diskrepansi diagnosis pre dan post operasi.
5. Bukti monitoring dan evaluasi dari program mutu tersebut.

K. Pembersihan ruang tindakan.


Pembersihan ruang tindakan sesuai prosedur dan di bagi dalam :
1. Pembersihan harian
Dilakukan setiap harinya sebelum tindakan.
2. Pembersihan mingguan
Dilakukan satu kali dalam satu minggu
3. Pembersihan sewaktu.
Dilakukan setelah tindakan yang dianggap perlu/sangat
infeksius dan perlu dilakukan pembersihan ulang.

Hal 36 dari
L. Alur penerimaan pasien
ALUR PASIEN DI KAMAR OPERASI

Mulai

Perawat
- Menerima informasi tentang rencana operasi dari
rawat jalan , rawat inap, UGD. RO Khusus

Perawat Perawat
- Segera menentukan jadwal - Memastikan / membuat jadwal
operasi di sesuaikan dengan operasi sesuai permintaan /
jadwal yang sudah ada. Ya CITO Tidak
kondisi ruang OK.

Perawat/ Penata An.


1. Menghubungi Dr. Anesthesi/ Bedah.
2. Menyiapkan ruangan, alkes.
3. Member informasi balik ke ruangan, tempat pasien
dirawat.

Perawat
1. Serah terima pasien (dokumen, diruang penerimaan
2. Mengganti baju pasien dengan baju khusus OK.
3. Asesmen Pra-Anesthesi + Sign In

Perawat
1. Memindahkan pasien ke R. Persiapan Theater OK.
2. Membantu Dr Anesthesi dalam pemberian pre-
eduksai
3. Asesmen Pre - Anesthesi

Perawat
1. Memindahkan pasien ke meja operasi
2. Pasang alat monitor
3. Time Out
4. Asesmen Intra Operasi

Perawat
1. Memindahkan ke R. RR
2. Asesmen Post Operasi
3. Serah Terima Dokumen Observasi
4. Observasi TTV Serah terima dengan perawat ruangan RR

Hal 37 dari
M. Alur Pemindahan pasien dari Kamar Operasi

PROSEDUR PINDAH RUANG DARI KAMAR OPERASI

RR

Perlu
Perawatan Ya
Internsif
Perawat
- Memberitahukan ke ADM +
Perawat Tidak Ruang asal
1. Memberitahu Refuse ADM. - Menganjurkan keluarga ke ADM
Tidak
2. Cek apakah ada patologi DI RAWAT RI
3. Persiapan obat pulang
4. Keluarga diberi tahu ke ADM Tidak
Ada Tempat
Ya

Perawat
1. Memberitahu ruang perawat Prosedur Rujukan
perawat untuk menjemput
pasien. Ya
2. Melakukan serah terima pasien
/ dokumen.
Perawat
1. Menginformasikan ke R. ICU
tentang ICU pasien yang akan
dirawat.
2. Mengantarkan pasien ke ICU
3. Serah terima pasien/dokumen

Selesai

Hal 38 dari
N. Alur instrument

Tindakan

Intrumen Pasca
Tindakan

Dekontaminasi

Proses pencucian
Biasa

Pengeringan Biasa

Packing/set Non Packing

Sterilisasi di Pusat
Sterilisasi

Distribusi

Penyimpanan

Hal 39 dari
O. Alur Pengelolaan Linen
Linen Kotor

Linen Non Infeksius Linen Potential

Dekontaminasi

Disinfeksi

Proses pencucian baiasa

Pengeringan, Pernaikan, Penyetrikaan, Packing

Linen Non Tindakan Linen Tindakan

Sterilasi di CSSD

Distribusi

Penyimpanan

Hal 40 dari
BAB V

LOGISTIK

Program pengendalian logistic disusun untuk mengatur kegiatan pengadaan dan


pemeliharaan barang,alat,obat dan alat kesehatan ruang operasi yang di susun setiap
tahunnya yang mengacu pada kebutuhan tahunan ruang operasi dan dilaporkan dalam
laporan tahunan. Kelompok barang logistic ini meliputi,alat medic dan keperawatan,alat
elektronik,alat kantor,rumah tangga dan barang habis pakai

Tujuan pengadaan logistik adalah agar pengadaan kebutuhan akan barang di ruang
operasi terencana dan terpantau dengan baik,sehingga tercapai efiensi dan
penghematan biaya serta kualitasnya dapat di pertanggungjawabkan.Ruang operasi
dalam memberikan pelayanan tentu membutuhkan alat/instrument bedah,obat –
obatan alat tulis kantor,alat rumah tangga,yang sangat berguna dalam memberikan
pelayanan kepada pasien dan mendukung pekerjaan yang bersifat adminitrasi di ruang
operasi.

Kecuali untuk obat/farmasi pengadannya dalam bentuk depo yang ada di ruang
operasi,bentuk pengadaannya ditentukan dan diatur oleh farmasi ,sistimya,

pelaporannya dan juga tenaga/petugas yang bertugas di depo farmasi di ruang operasi.

Kebutuhan akan logistic di ruang operasi tersebut di penuhi oleh bagian logistic,yang
meliputi :

A. Logistik Medis
1. Perencanaan
Ruang operas membuat perencanaani akan kebutuhan alat kesehatan dalam
satu tahun yang akan diajukan dalam permintaan sesuai dengan program
tahunan,tetapi apa bila ruang operasi membutuhkan alat/alkes diluar
perencanaan dapat mengajukan permintaan cito ke Direktur medik dan
keperawatan dengan tembusan ke bagian logistik medic

Hal 41 dari
2. Pengadaan
Ruang operasi melakukan kegiatan untuk mengadakan barang alkes sesuai
dengan yang sudah direncanakan dalam bentuk PO permintaan yang di tanda
tanagi oleh penanggungjawat ruang operasi .kabid keperawatan.Direktur
pelayanan kemudian di serahkan ke bagian pengadaan rumah sakit.

3. Penerimaan
Ruang operasi menerima semua barang alkes yang telah di ajukan dan
mengecek ,apakah barang yang kita minta sesuai dengan permintan,kemudian
membuat tanda terima barang, dan memesuhkan ke dalam daftar inventaris
ruanga operasi .Setiap petugas ruang operasi bertanggungjawab terhadap
semua alat yang sudah diberikan oleh rumah sakit melalui logistic alkes dengan
cara merawat dan mengunakan sesuai dengan prosedur yang berlaku.

4. Penghapusan
Penghapusan barang /alkes di ruang operasi dilakukan apabila barang /alkes
rusak atau sudah tak dapat digunakan lagi dengan cara dibuatkan laporan
pengembalian barang yang kemudian diserahkan ke bagian alkes.

5. Alur pengadaan logistic medis.

B. Logistik Umum
1. Perencanaan
Ruang operasi merencanakan kebutuhan rumah tangga,alat tulis kantor yang
dilakukan setiap tahunnya,selanjutnya perencanaan kebutuhan disesuaikan
dengan jadwal logistic umum dimana permintan barang kebutuhan rumah
tangga,alat tulis kantor dan lain-lain dilakukan seminggu sekali,kecuali cito
kebutuhan bias dilakukan permintaan saat itu juga sesuai dengan prosedur yang
berlaku permintaan barang cito.

Hal 42 dari
2. Pengadaan.
Ruang operasi melakukan kegiatan barang logistic umum yang telah
direncanakan dengan cara pengajuan PO setiap hari senin ,setelah dilakukan
pengecekan barang .dan pada hari kamis barang yang kita butuhkan
diterima,sesuai dengan Po permohonan barang logistic umum.

3. Penerimaan.
Barang –barang yang telah kita telah diterima kemudian oleh ruang operasi
lakukan stok/iventaris dan kemudian di simpan dan digunakan sesuai dengan
kebutuhan ruang operasi dalam mendukung pelayanan.

4. Alur pengadaan barang logistic umum

Hal 43 dari
BAB VI KESELAMATAN

PASIEN

A. Pengertian
Keselamatan pasien adalah suatu sistim di mana rumah sakit membuat asuhan
pasien lebih aman.Hal ini termaksud asesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan
hal yang berhubungan dengan risiko pasien,pelaporan dan analisis
insiden,kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjut serta implementasi solusi
untuk meminimalkan timbulnya risiko.
Sedangkan insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang
dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm ( penyakit, cidera, cacat,
kematian atau lain –lain ) yang tidak seharusnya terjadi

B. Tujuan
Tujuan keselamatan pasien adalah mencegah terjadinya cidera yang di sebabkan
oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil.
Selain itu keselamatan pasien ini mempunyai tujuan agar tercipta budaya
keselamatan pasien di rumah sakit,meningkatkan akuntabilitas rumah sakit
terhadap pasien dan masyarakat,menurunkan kejadian yang tidak diharapkan di
rumah sakit dan terlaksananya program –program pencegahan sehingga tidak
terjadi pengulangan kejadian yang tidak diharapkan di rumah sakit terhadap
pelayanan pasien.

C. Tata laksana keselamatan pasien


Dalam melaksankan keselamatan pasien terdapat 7 ( tujuh) langkah menuju
keselamatan pasien rumah sakit.Adapun tujuh langkah tersebut adalah :
1. Membangun kesadaran akan nilai –nilai keselamatan pasien,menciptakan
kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil.
2. Meminpin dan mendukung karyawan.Membangun komitmen dan fokus yang
kuat dan jelas tentang keselamatan pasien.

Hal 44 dari
3. Mengintegrasikan aktifitas pengelolan risiko.Mengembangkan sistim dan proses
pengelolaan risiko,serta melakukan identifikasi dan asesmen hal potensial
bermasalah
4. Mengembangkan sistim pelaporan.Memastikan karyawan agar dengan mudah
dapat melaporkan kejadian atau insiden serta rumah sakit mengatur pelaporan
kepada KKP RS ( komite keselamatan pasien rumah sakit )
5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien. Mengembangkan cara-cara
komunikasi yang terbuka dengan pasien
6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien.Mendorong
karyawan untuk melakukan analisis akar masalah untuk belajar bagaimana dan
mengatasi kejadian itu timbul.
7. Mencegah cidera melalui implementasi sistim keselamatan pasien.
Menggunakan informasi yang ada tentang kejadian atau masalah untuk
melakukan perubahan pada sistim pelayanan.
8. Implementasi keselamatan pasien di rumah sakit karya medika II meliputi:
8.1. Identifikasi pasien.
8.2. Komunikasi efektif.
8.3. Peningkatan keamanan obat.
8.4. Kepastian tepat lokasi,tepat prosedur dan operasi.
8.5. Pengurangan resiko infeksi terkait pelayanan rumah sakit.
8.6. Pencegahan pasien jatuh.
9. Dalam melaksanakan keselamatan pasien (sebagai mana di atur dalam undang-
undang kesehatan th 1992 pasal 23 ayat (1),(2),(3) dan (4) ditujukan kepada
pasien,bahwa semua anggota tim di kamar bedah memperhatikan hal – hal
sebagai berikut.
9.1. Identitas pasien
9.2. Rencana tindakan
9.3. Jenis anestesi yang di berikan.
9.4. Factor elergi
9.5. Respon pasien selama tindakan.
9.6. Menghindari pasien dari bahaya fisik akibat penggunaan alat.

Hal 45 dari
BAB VII

KESELAMATAN KERJA

Undang – undang no 36 tahun 2009 pasal 164 ayat 1 menyatakan bahwa upaya
kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari
gangguan kesehatan serta pengaruh buruh yang diakibatkan oleh pekerjaan.

Rumah sakit adalah tempat kerja yang termasuk dalam katagori seperti tersebut di
atas, berarti wajib menerapkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. Program
keselamatan dan kesehatan kerja di tim pendidikan pasien dan keluarga bertujuan
melindungi dari kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja di dalam dan luar rumah sakit.

Dalam Undang – Undang dasar tahun 1945 pasal 27 ayat 2 disebutkan bahwa “setiap
warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kehidupan “
dalam hal ini yang dimaksud pekerjaan adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi,yang
memungkinkan pekerja yang berada dalam kondisi sehat dan selamat,bebas dari
kecelakaan dan penyakit akibat kerja sehingga dapat hidup dengan layak seuai dengan
martabat manusia.

Keselamatan dan kesehatan kerja atau K 3 merupakan bagian integral dari


perlindungan terhadap pekerja dalam dalam hal ini pelayanan bedah dan perlindungan
terhadap Rumah Sakit. Pegawai adalah bagian integral dari rumah sakit.Jaminan
keselamatan dan kesehatan kerja akan meningkatkan produktivitas pegawai dan
produktivitas Rumah Sakit.

Hal – hal yang harus diperhatikan dalam meningkatkan keselamatan petugas adalah
sebagi berikut :

1. Melakukan pemeriksaan kesehatan petugas secara periodik sesuai dengan


ketentuan
2. Beban kerja harus sesuai dengan kemampuan dan kondisi kesehatan petugas sesuai
dengan PERMEN Tenaga kerja dan tramsmigrasi RI no PER.03/men/1982 tentang
pelayanan kesehatan kerja pasal 1 bagian (a)

Hal 46 dari
3. Perlu adanya keseimbangan antara kesejakteraan,penghargaan,dan pendidikan
berkelanjutan.
4. Melakukan pembinaan terus menerus dalam rangka mempertahankan hasil kerja.
5. Membina hubungan kerja sama yang insten dan antar profesi,dalam mencapai
tujuan tindakan pembedahan.

Faktor – faktor yang menimbulkan kecelakan dan penyakit akibat kerja dapat di
golongkan pada tiga kelompok, yaitu :

a. Kondisi dan lingkungan kerja


b. Kesadaran dan kualitas pekerja ,dan
c. Peranan dan kualitas menejemen

Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja ,kecelakaan dan penyakit akibat
kerja dapat terjadi bila :

- Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus


- Peralatan yang di gunakan tidak disusun dengan baik dan pada tempatnya.
- Ruang kerja yang terlalu sempit,ventilasi udara yang kurang memadai,ruangan
terlalu panas atau kelembaban ruangan yang tidak sesuai standar.
- Tidak tersedianya alat pelindung diri / APD
- Tidak adanya sosialisasi dan pelatihan penenggulangan bahaya kebakaran dan lain
lain

Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Petugas Kesehatan.

- Petugas kesehatan yang merawat /kontak dengan pasien yang menderita penyakit
menular harus mendapatkan pelatihan mengenai cara penularan dan penyebaran
penyakit,tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi yang sesuai dengan
protocol /SPO jika terpajan.
- Petugas kesehatan yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus di diberikan
penjelasan umum mengenai penyakit tersebut.
- Petugas kesehatan yang kontak dengan pasien penyakit menular melalui udara
harus menjaga fungsi saluran pernapasan ( tidak merokok, minum minuman dingin )
dengan baik dan selalu menjaga kebersihan tangan.

Hal 47 dari
- Tersedianya pedoman manual bahasa Indonesia tentang cara pengunaan alat –alat
dan mengantungkannya pada lat tersebut.

Petujuk Pencegahan Infeksi untuk Petugas Kesehatan.

- Untuk mencegah transmisi penyakit menular dalam tatanan pelayanan kesehatan


petugas harus menggunakan APD ( alat pelindung diri ) yang sesuai dengan standar
kewaspadaan .(berdasarkan penularan secara kontak droplet,atau udara ) seseuai
dengan peyebaran penyakit.
- Semua petugas kesehatan harus mendapatkan pelatihan tentang dan cara
penanggulangan suatu penyakit menular yang dihadapi
- Semua petugas kesehatan dengan penyakit seperti flu harus dievaluasi untuk
memastikan agen penyebab,dan ditentukan apakah perlu di istirahatkan ,Khususnya
diareal –areal pelayanan tertentu seperti kamar bedah,perinatalogi ruang intensif.
- Cuci tangan selalu (sesuai dengan prosedur cuci tangan ) setiap akan dan sesudah
kontak dengan pasien ,sebelum dan sesudah melakukan tindakan.

Hal 48 dari
BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek yang
akan ditingkatkan dengan menetapkan indicator,kriteria.serta standar yang akan di
gunakan untuk mengukur mutu pelayanan.Indikator mutu pada pelayanan kamar
operasi Rumah Sakit karya medika II tambun yang mengacu pada Pedoman indicator
mutu RS karya medika II tambun .Yaitu :

1. Penandaan tempat insisi luka operasi sebelum tindakan


2. Waktu tunggu jam tindakan operasi elektif

Hal 49 dari
BAB IX

PENUTUP

Di zaman yang semakin maju menuntut perkembangan pengetahuan dan


teknologi di semua bidang ,terlebih bidang kesehatan,yang semakin hari makin maju dan
berkembang pesat. Pelayanan Kamar Bedah Rumah Sakit Karya Medika II Tambun
sebagai bagian dari pelayanan kesehatan rumah sakit sudah seharusnya juga ikut
menyesuaikan dan mengikuti perkembangan tersebut .

Upaya peningkatan mutu pelayanan ruang operasi berarti juga peningkatan mutu
Rumah Sakit Karya Medika II Tambun itu sendiri, Upaya peningkatan mutu pelayanan
memerlukan landasan hokum dan batasan operasional, standar ketenagaan, standar
fasilitas, tata laksana pelayanan, logistik , dan di perkuat dan di lengkapi oleh program
keselamatan pasien,keselamatan kerja dan proteksi radiasi dan sebagainya, agar
diperoleh mutu yang optimal bagi rumah sakit dalam memberikan pelayanan. Untuk
mengukur mutu pelayanan tersebut diatas diperlukan indicator mutu pelayanan. Buku
pedoman penorganisasian pelayanan ruang operasi Rumah Sakit Karya Medika II
Tambun ini disusun kiranya dapat memberikan informasi tentang hal-hal tersebut.

Buku pedoman pelayanan ruang operasi Rumah Sakit Karya Medika II ini
diharapkan menjadi acuan bagi pelaksanan kegiatan dalam melaksanakan kegiatan
pelayanan,sehingga indikator mutu output dapat dicapai dan bagi menejemen buku ini
diharapkan dapat bermanfaat untuk pemenuhan akan kebutuhan sumber daya manusia
guna untuk tercapainya mutu rumah sakit.

Semoga dengan tersusunnya buku ini bermanfaat bagi semua pihak dengan
harapan mutu pelayanan tetap terjaga,dan tentunya tidak lupa saran dan masukannya
bagi semua pihak dan sesuai perkembangan pelayanan hendaknya buku ini dapat di
evaluasi dan direvisi secara berkala,demi kemajuan pelayanan khususnya di Rumah
Sakit Karya Medika II Tambun.

Hal 50 dari

Anda mungkin juga menyukai