Anda di halaman 1dari 10

PANDUAN PENANDAAN LOKASI OPERASI DAN

PELAKSANAAN SURGICAL SAFETY CHECKLIST


RUMAH SAKIT PERMATA HATI

RUMAH SAKIT PERMATA HATI


Jalan : A.H Nasution No. 34 - 36 Telp. (0725) 47874
METRO – LAMPUNG
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................................................i
SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR...........................................................................ii
BAB I DEFINISI..........................................................................................................1
BAB II RUANG LINGKUP.........................................................................................2
BAB III TATA LAKSANA........................................................................................3
A. Penandaan lokasi operasi...................................................................................3
B. Penandaan lokasi operasi pada kondisi lainnya.................................................3
C. Surgical Safety Checklist di Kamar Operasi.....................................................4
D. Checklist Keselamatan Pasien Lokal Anestesi..................................................5
BAB IV DOKUMENTASI...........................................................................................7

i
RUMAH SAKIT PERMATA HATI
Jalan : A.H Nasution No. 34 - 36 Telp. (0725) 47874
METRO – LAMPUNG

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PERMATA HATI


NOMOR: 109/SK/RSPH/VI/2022

TENTANG

PANDUAN PENANDAAN LOKASI OPERASI DAN PELAKSANAAN


SURGICAL SAFETY CHECKLIST DI RUMAH SAKIT PERMATA HATI

DIREKTUR RUMAH SAKIT PERMATA HATI

Menimbang : a. Bahwa keamanan dan keselamatan pasien menjadi tanggung


jawab rumah sakit termasuk didalamnya meningkatkan
keamanan pasien operasi;
b. Bahwa untuk peningkatan keamanan pasien operasi tersebut
dibutuhkan adanya suatu panduan penandaan lokasi operasi
dan pelaksanaan surgical safety checklist di Rumah Sakit
Permata Hati;
c. Bahwa sehubungan dengan butir a, b tersebut di atas di
pandang perlu ditetapkan dengan Surat Keputusan.

Mengingat : 1. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor. 36 Tahun


2009, tentang Kesehatan;
2. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor. 44 Tahun
2009, tentang Rumah Sakit;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor.
129/MENKES/PER/II/2008, tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor.
290/MENKES/PER/III/2008, tentang Persetujuan Tindakan
Kedokteran;

ii
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1438/ MENKES/ PER/
IX/ 2010 , tentang Standar Pelayanan Kedokteran;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1691/ MENKES/ PER/
VIII/ 2011, tentang Keselamatan Pasien;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT PERMATA


HATI TENTANG PANDUAN PENANDAAN LOKASI
OPERASI DAN PELAKSANAAN SURGICAL SAFETY
CHECKLIST DI RUMAH SAKIT PERMATA HATI.
KESATU : Panduan penandaan lokasi operasi dan pelaksanaan surgical
safety checklist di RS Permata Hati sebagaimana tersebut
terdapat pada lampiran Surat Keputusan ini.
KEDUA : Pelaksanaan penandaan lokasi operasi dan surgical safety
checklist dilaksanakan oleh dokter, perawat dan bidan yang
memberikan pelayanan kepada pasien yang menjalani operasi di
RS Permata Hati.
KETIGA : Kebijakan ini dijabarkan lebih lanjut dalam bentuk Standar
Prosedur Operasional (SPO).
KEEMPAT : Keputusan ini berlaku selama 3 tahun sejak tanggal
ditetapkannya, dan apabila di kemudian hari ternyata terdapat
kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Metro
Pada tanggal : 27 Juni 2022
Direktur Rumah Sakit Permata Hati

dr. Fenny Dwiyanti

iii
Lampiran
Keputusan Direktur RS Permata Hati
Nomor : 109/SK/RSPH/VI/2022
Tanggal : 27 Juni 2022

BAB I
DEFINISI

Tindakan bedah dan prosedur invasif memuat semua prosedur investigasi dan
atau memeriksa penyakit serta kelainan dari tubuh manusia melalui mengiris,
mengangkat, memindahkan, mengubah atau memasukkan alat kedalam tubuh untuk
keperluan diagnostik dan teraputik.
Pembedahan merupakan salah satu tindakan medis yang penting dalam pelayan
an kesehatan. Tindakan pembedahan merupakan salah satu tindakan medis yang bert
ujuan untuk menyelamatkan nyawa, mencegah kecacatan dan komplikasi. Namun de
mikian, pembedahan yang dilakukan juga dapat menimbulkan komplikasi yang dapat
membahayakan nyawa (WHO, 2009). Data world health organization (WHO) menun
jukan bahwa selama lebih sari satu abad perawatan bedah telah menjadi komponen p
enting dari perawatan kesehatan diseluruh dunia. Diperkirakan setiap tahun 230 juta
operasi utama dilakukan di seluruh dunia, satu untuk 25 orang hidup.

1
BAB II
RUANG LINGKUP

Panduan pelaksanaan surgical safety checklist di Rumah Sakit Permata Hati yang
ditujukan kepada dokter operator, dokter anestesi, perawat bedah, dan pasien yang
hendak menjalani tindakan baik operasi ataupun tindakan invasif lainnya. Ketentuan
rumah sakit tentang Tepat-Lokasi, Tepat-Prosedur, Tepat-Pasien yang dalam
pelaksanaannya diterapkan dalam surgical safety checklist berlaku di semua area
rumah sakit dimana tindakan bedah dan invasif dilakukan yaitu di kamar operasi,
VK, IGD dan poliklinik..

2
BAB III
TATA LAKSANA

Penerapan surgical safety checklist di Rumah Sakit Permata Hati dimulai sejak
penandaan di area operasi, melakukan verifikasi pra-operasi (Sign In), melakukan
Time Out sebelum insisi kulit dimulai hingga Sign Out sebelum kulit ditutup.

A. Penandaan lokasi operasi


Penandaan lokasi operasi dilakukan oleh dokter operator kecuali karena
alasan tertentu, penandaan boleh dilakukan oleh tenaga kesehatan lain atas
instruksi dokter operator. Penandaan dilakukan saat pasien sadar dan terjaga jika
mungkin serta dilakukan dengan melibatkan pasien. Tanda yang dipakai harus
konsisten digunakan dan dapat dikenali di semua tempat di rumah sakit yaitu
tanda lingkaran dilokasi yang akan dilakukan sayatan. Penandaan lokasi operasi
harus dilakukan pada kasus dengan satu sisi (laterality), multiple struktur (jari
tangan, jari kaki, lesi) atau multifel level (tulang belakang).
Berikut merupakan teknik yang dilakukan dalam penandaan lokasi operasi :
1. Petugas menginformasikan kepada pasien dan atau keluarga bahwa akan
dilakukan tindakan operasi dan memberikan penjelasan lengkap mengenai
operasi tersebut (informed consent). Pasien dan atau keluarga kemudian
menandatangai formulir persetujuan tindakan.
2. Selain itu pasien dan atau keluarga dijelaskan mengenai tindakan anestesi dan
sedasi kemudian menandatangani formulir persetujuan tindakan anestesi dan
sedasi.
3. Sebelum operasi, petugas melakukan penandaan lokasi operasi dengan
menggunakan tanda lingkaran pada lokasi yang akan dilakukan pembedahan.
4. Setelah berada di kamar operasi, sebelum operasi dimulai, petugas (perawat
sirkuler) memperkenalkan diri dan memimpin berlangsungnya tindakan opera
si dengan menggunakan “surgical safety checklist”.

B. Penandaan lokasi operasi pada kondisi lainnya


1. Operasi pada organ dalam ganda
Pada tindakan operasi organ dalam yang memiliki dua atau lebih organ
namun dengan satu sayatan, contohnya ovarium kanan dan kiri, paru kanan
atau paru kiri penandaan dilakukan di formulir penandaan operasi
menggunakan tanda lingkaran. Penandaan tidak dilakukan di kulit pasien,
3
selain itu untuk meningkatkan ketepatan organ yang akan dilakukan tindakan
maka dilakukan penandaan pada hasil pemeriksaan penunjang yang
menunjukan letak organ yang abnormal tersebut. Penandaan dilakukan
dengan sepidol permanen berbentuk lingkaran.
2. Penandaan lokasi operasi pada daerah operasi dengan jaringan kulit
yang rusak.
Apabila area yang akan dioperasi mengalami kerusakan integritas kulit
misalnya pada kondisi luka bakar maka penandaan lokasi operasi tidak
dilakukan di kulit. Penandaan lokasi operasi dilakukan pada formulir
penandaan operasi menggunakan lingkaran. Selain itu area operasi yang tidak
dapat ditandai difoto, dicetak dan kemudian ditandai dengan lingkaran.
Semua formulir penandaan operasi, hasil pemeriksaan penunjang yang
ditandai, foto lokasi operasi yang ditandai dimasukkan kedalam berkas rekam
medis.

C. Surgical Safety Checklist di Kamar Operasi


1. Fase sign in
Sebelum induksi anestesi, perawat sirkuler secara verbal memeriksa apakah id
entitas pasien telah dikonfirmasikan, dokumen (persetujuan operasi dan
anestesi) sudah lengkap, lokasi operasi sudah ditandai, imaging dan hasil
pemeriksaan sudah tersedia, mesin anestesi dan kelengkapannya sudah
diperiksa dan siap pakai, jenis prosedur dan lokasi operasi sudah benar.
Perawat sirkuler dengan dokter anastesi mengkonfirmasi resiko pasien apakah
pasien ada resiko kehilangan darah, kesulitan jalan napas, ataupun reaksi aler
gi.
2. Fase time out
Fase time out adalah fase setiap anggota tim operasi memperkenalkan diri dan
peran masing-masing. Tim operasi memastikan bahwa semua orang diruang o
perasi saling kenal. Sebelum melakukan sayatan pertama pada kulit tim meng
konfirmasi dengan suara mereka melakukan operasi yang benar, pada pasien
yang benar. Mereka juga mengkonfirmasi bahwa antibiotik profilaksis telah d
iberikan dalam 60 menit sebelumnya. Dokter bedah menjelaskan langkah
yang akan dilakukan apabila terjadi kondisi kritis atau kejadian yang tidak
diharapkan selama operasi atau antisipasi kehilangan darah. Dokter anestesi
juga memberitahukan apabila ada hal khusus yang perlu diperhatikan selama
operasi. Perawat instrument memastikan seluruh peralatan sudah steril dan

4
siap digunakan. Serta hasil pemeriksaan penunjang bila ada sudah
ditayangkan dan diperiksa oleh 2 orang.
3. Fase sign out
Fase sign out adalah fase tim bedah akan meninjau operasi yang telah dilakuk
an sebelum menutup kulit. Dilakukan pengecekkan kelengkapan kassa/spons,
penghitungan instrument, pemberian label pada specimen, kerusakan alat atau
masalah lain yang perlu ditangani. Langkah akhir yang dilakukan tim bedah a
dalah rencana kunci dan memusatkan perhatian pada manajemen post operasi
serta pemulihan sebelum memindahkan pasien dari kamar operasi. (surgery &
lives 2008).

D. Checklist Keselamatan Pasien Lokal Anestesi


Pengisian checklist keselamatan pasien lokal anestesi dilakukan pada pasien yang
akan menjalani prosedur invasif di IGD, poliklinik, dan Kamar Bersalin seperti
pencabutan gigi, ekstirpasi, insisi lipoma, jahit luka, kuretase, dll. Checklist
keselamatan pasien lokal anestesi diisi oleh perawat asisten bersama dengan
dokter operator.
1. Fase sign in (sebelum pemberian anestesi)
Perawat asisten mengkonfirmasi identitas pasien, rencana tindakan yang
dilakukan, informed consent yang sudah terisi, ada tidaknya alergi,
penandaan area tindakan bila perlu, kesiapan obat anestesi dan risiko
kesulitan bernafas atau adanya riwayat darah tinggi.
2. Fase time out (sebelum tindakan)
Perawat dan dokter memperkenalkan diri kepada pasien, memastikan
identitas pasien serta tindakan yang akan dilakukan, pemberian antibiotik
profilaksis bila perlu. Dokter menyebutkan hal-hal khusus yang perlu
diperhatikan pada pasien serta berapa lama perkiraan tindakan akan
dilakukan. Perawat memastikan peralatan sudah siap dan tidak ada masalah
serta memastikan hasil radiologi atau laboratorium yang diperlukan. Serta
mengkonfirmasi adanya rasa nyeri.
3. Fase sign out (sebelum pasien meninggalkan ruang tindakan)
Perawat memastikan nama tindakan, kelengkapan alat, serta jumlah kassa
yang digunakan. Selain itu memastikan ada tidaknya catatan khusus setelah
tindakan, serta tatalaksana pasien selanjutnya, Ada tidaknya nyeri dan
perdarahan. Setelah itu perawat dan dokter menandatangani checklist tersebut.

5
BAB IV
DOKUMENTASI

1. Formulir penandaan lokasi operasi


2. Lembaran surgical safety checklist
3. Lembaran ceklist keselamatan pasien lokal anestesi

Ditetapkan di : Metro
Pada tanggal : 27 Juni 2022
Direktur Rumah Sakit Permata Hati

dr. Fenny Dwiyanti

Anda mungkin juga menyukai