Anda di halaman 1dari 5

KEPUTUSAN DIREKTUR RS.

BAPTIS BATU
No. 66/21/VIII/SK_DIR_Keb/2013

TENTANG

KEBIJAKAN PELAYANAN KAMAR OPERASI

DIREKTUR RUMAH SAKIT BAPTIS BATU

MENIMBANG : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit


Baptis Batu, maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan Kamar
Operasi yang bermutu tinggi;
b. bahwa agar pelayanan Kamar Operasi di Rumah Sakit Baptis Batu
dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya kebijakan Direktur
Rumah Sakit Baptis Batu sebagai landasan bagi penyelenggaraan
pelayanan Kamar Operasi di Rumah Sakit Baptis Batu;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a
dan b,perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit
Baptis Batu.

MENGINGAT : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009


tentang Rumah Sakit.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan.
3. Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 Tentang
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 519 /Menkes/Per/III/2010
tentang pelayanan anestesiologi.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1691/Menkes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien.

MEMPERHATIKAN : Bahwa perlu Kebijakan Pelayanan Kamar Operasi untuk


meningkatkan kualitas pelayanan di RS. Baptis Batu.
MEMUTUSKAN :

MENETAPKAN :

PERTAMA : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT BAPTIS BATU


TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN KAMAR OPERASI
RUMAH SAKIT BAPTIS BATU

KEDUA : Kebijakan pelayanan Kamar Operasi Rumah Sakit Baptis Batu


sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.

KETIGA : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan Kamar


Operasi Rumah Sakit Baptis Batu dilaksanakan oleh Manajer
Pelayanan Rumah Sakit Baptis Batu.

KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila di


kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya

Ditetapkan di : Batu
Pada tanggal : 21 Agustus 2013

Direktur
Rumah Sakit Baptis Batu

dr. Arhwinda Pusparahaju A, Sp.KFR,MARS.


Lampiran Keputusan Direktur RS Baptis Batu
Nomor : 66/21/VIII/SK_DIR_Keb/2013

KEBIJAKAN PELAYANAN KAMAR OPERASI


RUMAH SAKIT BAPTIS BATU

1. Pelayanan Instalasi Kamar Operasi mempunyai visi, misi yang mengacu pada visi dan
misi rumah sakit.
2. Pelayanan di instalasi kamar operasi harus selalu berorientasi kepada mutu dan
keselamatan pasien.
3. Pelayanan unit dilaksanakan dalam 24 jam, untuk keadaan darurat diluar jam kerja
sesuai dengan jadwal oncall yang telah dibuat.
4. Instalasi kamar operasi dipimpin oleh kepala instalasi kamar operasi yang memenuhi
syarat yang telah ditentukan.
5. Instalasi kamar operasi dipimpin oleh Dokter Spesialis Bedah Umum.
6. Semua perawat dan petugas yang bertugas di instalasi kamar operasi wajib
mempunyai latar belakang pelatihan, pendidikan baik internal dan eksternal.
7. Setiap petugas atau staf kamar bedah wajib mengikuti pelatihan yang sudah
diprogramkan oleh SDM
8. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar prosedur
operasional yang berlaku, etika profesi dan menghormati hak pasien.
9. Penyediaan tenaga di instalasi kamar operasi harus mengacu kepada pola ketenagaan.
10. Setiap pasien yang akan dilakukan tindakan operasi diberikan informasi / penyuluhan
mengenai prosedur yang akan dijalani khususnya prosedur tindakan pembedahan.
11. Pelaksanaan persiapan tindakan operasi elektif, dilakukan 1 hari sebelum pasien
menjalani operasi, untuk mencegah terjadi kesalahan, untuk pasien darurat persiapan
dilakukan segera sesuai dengan standar prosedur operasional.
12. Dokter operator bedah harus melaksanakan assesmen pra bedah sebelum diputuskan
dilakukan tindakan pembedahan.
13. Pendaftaran pasien operasi elektif dilakukan 1 hari sebelum operasi untuk menyiapkan
kelengkapan sebelum operasi antara lain informed consent operasi dan pembiusan,
pembiayaan dan konfirmasi untuk jadwal operasi dengan dokter anestesi, dokter
operator dan jadwal kamar operasi.
14. Setiap pasien yang ada dikamar operasi dilakukan identifikasi dan serah terima
meliputi :
- Jenis operasi : elektif dan cito
- Lokasi yang akan dioperasi
- Informed consent
15. Informed consent atau persetujuan pembiusan dari pasien yang akan dilakukan
tindakan pembiusan dan pembedahan harus ada secara tertulis karena menyangkut
legalitas yang dilakukan dokter anestesi.
16. Penandaan area operasi harus dilakukan oleh operator bedah, pada kasus operasi sisi
( laterality ), struktur multiple ( jari tangan, jari kaki ), atau level multiple ( tulang
belakang ).
17. Pembersihan area operasi dilakukan dengan menggunakan savlon 4 % dan dibilas
dengan aquadest steril setelah pasien dalam pengaruh obat bius dilakukan untuk
meminimalkan terjadinya kontaminasi bakteri dan infeksi luka operasi.
18. Checklist keselamatan pasien adalah suatu program dalam upaya menurunkan
komplikasi pembedahan dan anestesi. Cheklist keselamatan pasien terdiri dari sign in,
time out dan sign out dilakukan pada setiap pasien yang dilakukan pembedahan,
dilakukan oleh sirkulair.
19. Bila ada tindakan perluasan tindakan operasi, operator harus memberikan informasi
kepada penanggung jawab pasien (keluarga) sebelum perluasan operasi dilakukan dan
penanggung jawab pasien harus menandatangani informed consent.
20. Pengaturan jadwal operasi dibedakan menjadi operasi elektif (non urgent) dan operasi
cito (non urgent)
21. Penundaan operasi karena perubahan jadwal dari operator, perubahan kondisi pasien
harus segera di informasikan pada pasien dan keluarga
22. Pembatalan operasi karena perubahan jadwal dari operator, perubahan kondisi pasien
harus segera di informasikan pada pasien dan keluarga.
23. Laporan operasi harus ditulis oleh dokter operator bedah secara lengkap sesuai dengan
lembar yang sudah tersedia dan disimpan dalam rekam medik pasien.
24. Penghitungan kasa dan instrumen dilakukan sebelum penutupan lapisan peritonium,
bila terdapat ketidaksesuaian penghitungan kasa dan instrumen sebelum dan sesudah
operasi maka dilakukan penghitungan ulang sebelum sayatan operasi ditutup.
25. Cuci tangan bedah wajib dilakukan sebelum tindakan operasi, lama cuci tangan bedah
± 3-5 menit, untuk mencegah terjadinya infeksi pasca operasi atau infeksi luka
operasi, setelah itu dilakukan pemakaian jas steril dan dilanjutkan dengan pemakaian
sarung tangan steril oleh setiap orang yang ikut dalam tindakan pembedahan.
26. Pembersihan instrumen dan pencucian instrumen pasca pembedahan dilakukan dengan
prinsip 40 cc ( 2 stroke ) detergent enzimatik, 2 liter air suhu kamar direndam selama
15 menit dan dilakukan oleh perawat kamar operasi setelah operasi selesai.
27. Persiapan bahan untuk pemeriksaan patologi anatomi ( PA ) dilakukan sebelum
operasi yang diperkirakan nanti membutuhkan pemeriksaan patologi anatomi dan
setelah operasi specimen dikemas dengan aman dan diberitahukan kepada pasien ( bila
memungkinkan ) atau keluarga pasien.
28. Penutupan luka operasi dilakukan segera setelah penutupan lapangan operasi dan
pembersihan daerah operasi untuk mencegah terjadinya infeksi. Pada setiap pasien
operasi yang terdapat luka insisi, harus ditutup. Luka operasi ditutup dengan
menggunakan tule dan kassa steril lalu di plester, sehingga luka operasi tetap bersih
dan mencegah terjadi infeksi luka operasi
29. Alur untuk instrument dan linen kotor setelah operasi ialah instrument dan linen kotor
setelah dipakai operasi ditempatkan di tempat linen kotor dan setelah operasi sirkulair
akan mengambil dan mengecek kembali instrument dan linen yang mungkin
tertinggal.
30. Pembersihan ruang operasi terbagi menjadi 5 : pembersihan sebelum, selama, setelah
pembedahan, pembersihan akhir dan mingguan (bongkar ruang operasi).
31. Bila terjadi kecelakaan / kegagalan dari tindakan operasi yang dimaksud, hal tersebut
dilaporkan kepada Wakil Direktur Pelayanan untuk tindak lanjut
32. Bila terjadi bencana/hospital disaster plan, instalasi kamar operasi siap untuk berperan
di dalam penanggulangannya
33. Untuk melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin bulanan
minimal satu bulan sekali.
34. Setiap minggu instalasi kamar operasi membuat laporan kegiatan operasi yang
dilaporkan pada rapat manajer dan setiap bulannya membuat laporan untuk rapat
kerja.
35. Pemeliharaan alat medis kamar operasi yang terdiri : set operasi ( set apendik, set sc,
set hernia/lap.kecil, lap.besar, alat jahit, set vena sectie, set sirkumsisi, set kuretase )
dilakukan oleh perawat kamar operasi bila diperlukan kerjasama dengan tehnisi luar,
sedangkan suction ( atmos, clement ), mesin cauter ( force FX, ), lampu operasi (
medilux 600, Taiwan ), mikroskop mata Nippon II, meja operasi ( US army, ),
pemotong gips, bor tulang, clipper, lampu ultraviolet,meja instrument dan mayo
dilakukan pengecekan secara teratur oleh BPS serta dilakukan kalib rasi secara rutin.
36. Penggunaan alat medis kamar operasi yang terdiri : suction ( atmos, clement ), mesin
cauter ( force FX, ), lampu operasi ( medilux 600, Taiwan ), mikroskop mata Nippon
II, meja operasi ( US army, ), pemotong gips, bor tulang, clipper, lampu ultraviolet
digunakan oleh perawat kamar operasi sesuai dengan standar prosedur operasional.
37. Prosedur transfer pasien dari kamar operasi ke perawatan, dimana pasien memerlukan
perawatan intesif .
38. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan dalam K3
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
39. Pada setiap pasien yang akan dilakukan tindakan operasi prinsip pencegahan dan
pengendalian infeksi selalu dijalankan

Ditetapkan di : Batu
Pada tanggal : 21 Agustus 2013
Direktur
Rumah Sakit Baptis Batu

dr. Arhwinda Pusparahaju A, Sp.KFR,MARS.

Anda mungkin juga menyukai