Anda di halaman 1dari 11

PEDOMAN PENGGUNAAN IMPLANT

Jl. Mayjend Sungkono No. 80 Telp (0355) 794690 Fax. 794680


T R E N G G A L E K – 66312
RUMAH SAKIT “ BUDI ASIH ”
Jl. Mayjend Sungkono No. 80 Telp (0355) 794690 Fax. 794680
T R E N G G A L E K – 66312

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT BUDI ASIH


Nomor : 110/PEDN-PAB/ /RSBA/I/2023
Tentang
PEDOMAN PENGGUNAAN IMPLAN PADA PASIEN OPERASI
RUMAH RUMAH SAKIT BUDI ASIH

MENIMBANG : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu


pelayanan Unit Kamar Bedah Rumah Sakit
Madinah Kasembon, maka perlu disusun panduan
penggunaan implan pada pasien operasi
b. Bahwa agar pelayanan Unit kamar Bedah di Rumah
Sakit Madinah Kasembon dapat terlaksana dengan
baik, perlu adanya kebijakan Direktur Rumah
Sakit Madinah Kasembon sebagai landasan bagi
pengguanaan implan.
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam a dan b,perlu ditetapkan dengan
Keputusan Direktur Rumah Sakit Madinah
Kasembon.

MEMUTUSKAN

MENETAPKAN :
PERTAMA : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT
UMUM ISLAM MADINAH KASEMBON
TENTANG PANDUAN PENGGUNAAN IMPLAN
PADA PASIEN OPERASI
KEDUA : Panduan penggunaan implan pada pasien operasi
Rumah Sakit Budi Asih sebagaimana tercantum
dalam Lampiran Keputusan ini.

KETIGA : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan


pelayanan kamar bedah Rumah Rumah Sakit Budi
Asih dilaksanakan oleh Kepala Bidang Pelayanan
Rumah Rumah Sakit Budi Asih.

KEEMPAT : Panduan penggunaan implan pada pasien operasi


Rumah Rumah Sakit Budi Asih harus dibahas
sekurang-kurangnya setiap 3 (tiga) tahun sekali
apabila diperlukan , dapat dilakukan perubahan
sesuai dengan perkembangan yang ada.
:
KELIMA Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya,
dan apabila di kemudian hari ternyata terdapat
kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya

Ditetapkan di Trenggalek
Pada tanggal 02 Januari 2023
Direktur Rumah Sakit Budi Asih

Dr. Dadang Wirawan


NRP 01.03.22.0105
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR RUMAH RUMAH SAKIT
BUDI ASIH
NO:110/PEDN-PAB/ /RSBA/I/2023TENTANG
PENGGUNAAN IMPLAN PADA PASIEN
OPERASI

BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Kamar operasi adalah suatu unit khusus di rumah sakit, tempat untuk melakukan tindakan
pembedahan, baik elektif maupun akut, yang membutuhkan keadaan steril. Banyak tindakan
bedah yang menggunakan implant prostetik antara lain panggul, lutut, pacu jantung, pompa
insulin. Tindakan pembedahan seperti ini mengharuskan tindakan operasi rutin yang
dimodifikasi dengan mempertimbangkan factor-faktor tertentu.
Peralatan kesehatan merupakan salah satu factor penting dalam penyelenggaraan
pelayanan kesehatan, baik di rumah sakit maupun di fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
Guna mencapai kondisi maupun fungsi pengelolaan yang baik serta dapat mendukung
pelayanan kesehatan maka perlu adanya asuhan pasien operasi yang menggunakan implan
dengan memperhatikan dan mempertimbangkan hal-hal khusus tentang tindakan yang
dimodifikasi.

2. TUJUAN
a. Untuk memberikan asuhan keperawatan yang aman bagi pasien operasi dengan
pemasangan implan
b. Terciptanya pengendalian infeksi yang khusus bagi pasien operasi yang terpasang implant
c. Memudahkan dalam hal penelusuran pasien jika terjadi penarikan kembali alat implant
d. Terciptanya alur pelaporan terkait penggunaan implan pada pasien operasi
3. PENGERTIAN
Implan adalah bahan atau materi yang secara buatan di pasang pada tubuh. Banyak
tindakan bedah di rumah sakit yang menggunakan implan prostetik antara lain panggul, lutut,
jantung, dan pompa insulin. Tindakan Operasi seperti ini mengharuskan tindakan yang di
modifikasi dengan mempertimbangkan beberapa factor.
Penilaian kebutuhan implan pada dasarnya dimaksudkan untuk pemenuhan implan sesuai
kemampuan rumah sakit, kebutuhan implan dan pengembangan pelayanan kesehatan sesuai
kebutuhan masyarakat atau perkembangan teknologi. Perencanaan kebutuhan implan
dilakukan karena faktor:
1. Perkembangan teknologi
2. Kesesuaian terhadap standard keselamatan/regulasi
3. Ketersediaan jumlah dan jenis implan
4. Anggaran Pembelian Barang
BAB II
RUANG LINGKUP
2.1 Ruang lingkup asuhan pasien operasi yang menggunakan implan mencakup
a. Pemilihan implan berdasarkan peraturan perundang-undangan
b. Modifikasi surgical safety checklist untuk memastikan ketersediaan implan di kamar operasi
dan pertimbangan khusus untuk untuk penandaan lokasi operasi
c. Kulaifikasi dan pelatihan setiap staf dari luar yang dibutuhkan untuk pemasangan implan
d. Proses pelaporan jika ada kejadian yang tidak diharapkan terkait implan
e. Proses pelaporan malfungsi implan sesuai dengan standart
f. Pertimbangan pengendalian infeksi yang khusus
g. Instruksi khusus pada pasien setelah operasi
h. Kemampuan penelusuran alat jika terjadi penarikan kembali alat
BAB III
TATA LAKSANA

3.1 Pemilihan dan penyelenggaraan implan Rumah Rumah Sakit Budi Asih

1. Rumah Rumah Sakit Budi Asih menyediakan pelayanan tindakan operasi yang
meyangkut pemasangan implan. Implan dalam hal ini adalah implant yang tidak
mengandung obat yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis, menyembuhkan
dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada
manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.
2. Penilaian kebutuhan implan harus dilakukan secara teliti dan melalui proses anamnesa
serta perencanaan yang tepat
3. Berkaitan dengan implan tersebut Rumah Rumah Sakit Budi Asih tidak menyediakan
pengadaan implan tersebut secara langsung
4. Penyelenggaraan implan yang digunakan dalam tindakan operasi tersebut dibawa dan
dikelola sendiri oleh DPJP/ operator yang bersangkutan
5. Adapun beberapa implan yang digunakan di Rumah Rumah Sakit Budi Asih antara
lain:
6. Peralatan mata : implan lensa mata
7. Peralatan bedah : hernia mess
8. Peralatan orthopedic : implant plate, wire dll

3.2 Modifikasi surgical safety checklist untuk memastikan ketersediaan implan di kamar
operasi dan pertimbangan khusus untuk untuk penandaan lokasi operasi
1. Setiap tindakan operasi yang memerlukan pemasangan implan harus dilakukan
pencatatan
2. Untuk memeastikan ketersediaan implan yang akan dipasang pada tubuh pasien,
petugas kesehatan harus melakukan pengecekan alat/implan dan menulisnya dalam
form checklist keselamatan pasien (surgical safety checklist).
3. Penandaan letak operasi menjadi bagian penting dalam pemilihan implan yang akan
dipasang , apabila implan tersebut memiliki bentuk/model yang berbeda untuk sisi
yang berbeda
4. Untuk itu pada operasi yang memiliki unsur lateralisasi dan diperlukan pemasangan
implan, petugas kesehatan wajib melaporkan terlebih dahulu mengenai lokasi yang
akan dipasang implan kepada DPJP.

3.3 Kualifikasi dan pelatihan staf

1. Pelayanan pmebedahan dilakukan oleh dokter bedah dibantu dengan asisten bedah dan
perawat instrument
2. Semua petugas yang memberikan pelayanan bedah harus memiliki keterampilan khusus
sesuai dengan bidangnya.
3. Terkait produk implan diperlukan pelatihan pemasangan implan bagi setiap staf yang
terkait dari pihak produsen.
4. Kalibrasi implan dilakukan oleh pihak produsen/ staf pabrik
3.4 Proses pelaporan jika ada kejadian yang tidak diharapkan terkait implan
1. Jika terdapat kejadian yang tidak diharapkan terkait implan yang dipasang , harus ada
bukti pelaporan terkait hal ini.
2. Laporan yang diterima dicatat dalam formulir pelaporan yang nantinya akan dilakukan
investigasi oleh pihak Rumah Sakit
3. Apabila dalam investigasi ditemukan grading yang tinggi terkait implan maka pihak
Rumah Sakit akan menyerahkan bukti pelaporan kepada DPJP selaku penyelenggara
peralatan (implan) agar bisa melakukan tindak lanjut terhadap implan tersebut.

3.5 Proses pelaporan malfungsi implant

1. Jika didapati malfungsi terkait implan yang dipasang dalam tubuh pasien maka Rumah
Sakit akan melakukan pelaporan terkait hal ini kepada penyelenggara peralatan (implan)
2. Pelaporan tersebut akan dijadikan pertimbangan bagi penyelenggara implan dengan
produsen terkait
3. Jika ditemukan kesepakan untuk melakukan penarikan kembali (recall) implan maka
Rumah Sakit harus melakukan penelusuran kembali (traceability) terhadap pasien –
pasien yang telah terpasang implan tersebut.
3.6 Pengendalian infeksi

1. Semua pasien yang menjalani operasi dengan pemasangan implan dilakukan surveilens
sebelum tindakan operasi, meliputi perawatan pra operasi, intra operasi, post operasi dan
perawatan luka operasi.
2. Antibiotic profilaksis diberikan secara sistemik dan harus memenuhi syarat dan
diberikan tidak lebih dari 24 jam
3. Bila ditemukan pus pada waktu dilakukan operasi harus dilakukan kultur
4. Surveilens pada pasien operasi dengan implan dilakukan sampai batas waktu satu tahun
pasca operasi

3.7 Instruksi khusus kepada pasien setelah operasi:

1. Setiap pasien operasi dengan pemasangan implan diberikan informasi/ penyuluhan


mengenai manajemen pasca operasi
2. Evaluasi perlu dilakukan pada pasien pasca operasi yang terpasang implant, dalam hal
ini pasien disarankan untuk memeriksakan kesehatannya secara rutin dan berkala .
3. Menyarankan kepada pasien untuk segera memeriksakan ke diri ke Rumah Sakit jika
didapati tanda-tanda demam, muncul kemerahan, bengkak, atau nanah dari luka operasi,
sert a terjadi peningkatan rasa nyeri pada area operasi. Kondisi ini menjadi tanda-tanda
terjadinya infeksi atau penolakan tubuh terhadap implant
4. Pasien dengan pemasangan implant pasca operasi harus memiliki kedisiplinan dalam
mengkonsumsi obat-obatan immunosupresan untuk mencegah kerusakan implant akibat
proses penolakan yang terjadi
5. Memiliki gaya hidup sehat pasca operasi penting untuk meminimalkan terjadinya resiko
komplikasi

3.8 Kemampuan penelusuran (traceability) terhadap recall alat /implan

1. Pasien operasi dengan pemasangan implant dicatat identitas pribadinya dalam rekam
medis secara lengkap
2. Identitas/barcode implant ditempelkan pada rekam medic pasien dan juga pada data
pasien yang ada di unit kamar bedah

BAB III

DOKUMENTASI

1. Identitas dan pengumpulan data pasien operasi yang terpasang implan tersedia di unit
kamar bedah .
2. Untuk memastikan ketersediaan implan dan prosedur keselamatan pasien , pada lembar
surgical safety checklist juga disertakan modifikasi asuhan tentang implan yang akan
digunakan.
BAB IV

PENUTUP

Pelayanan bedah dan anestesi di rumah sakit merupakan salah satu


bagian dari pelayanan kesehatan yang berkembang dengan cepat seiring
dengan peningkatan ilmu pengetahuan dan tehnologi dibidang kesehatan.
Untuk menjamin keselamatan pasien, Rumah Sakit dituntut dalam Proses
perencanaan dan pengadaan peralatan medis/ Implant yang komprehensif dan
berkesinambungan, untuk mendapatkan perencanaan dan pengadaan Yang
berkesinabungan dibutuhkan komitmen dalam menerapkan perencanaan.
Panduan ini dibuat bertujuan untuk memberikan acuan dalam pengelolaan
implan pada pasien operasi.

Anda mungkin juga menyukai