Nomor : 2187/PER/DIR/RSUS/VIII/2016
Tanggal : 29 Agustus 2016
Tentang : Panduan Pelaksanaan DPJP di RS.
Urip Sumoharjo Bandar Lampung.
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Rumah sakit adalah insitusi tempat memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
dengan tujuan penyembuhan penyakitserta terhindar dari kematian atau kecacatan. Dalam
melaksanakan fungsinya rumah sakit harus pula mengendalikan atau meminimalkan risiko
baik klinis maupun non klinis yang mungkin terjadi selama proses pelayanan kesehatan
berlangsung, sehingga terlaksana pelayanan yang aman bagi pasien.
Oleh karena itu keselamatan pasien di rumah sakit merupakan prioritas utama dalam semua
bentuk kegiatan di rumah sakit. Untuk mencapai kondisi pelayanan yang efektif, efisien
dan aman bagi pasien, diperlukan komitmen dan tanggung jawab yang tinggi dari seluruh
personil pemberi pelayanan di rumah sakit sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya.
Selanjutnya pelayanan berfokus pada pasien, patient centered care, dengan elemen utama
asuhan terintegrasi merupakan standar dalam akreditasi. Untuk penerapannya diperlukan
kolaborasi interprofesional para Profesional Pemberi Asuhan (PPA) karena merupakan
prasyarat untuk mencapai tujuan tersebut dan dilengkapi dengan kompetensi praktek
kolaborasi termasuk komunikasi yang baik. Tidak dapat dipungkiri bahwa peranan dokter
sebagai ketua tim (Clinical Leader) sangat besar dan sentral dalam menjaga keselamatan
pasien, karena semua proses pelayanan berawal dan ditentukan oleh dokter.
Sebagai instrumen monitoring dan evaluasi maka tidak kalah pentingnya faktor catatan
medis yang lengkap dan baik, dimana semua proses pelayanan terhadap pasien direkam
secara real time dan akurat. Apabila terjadi sengketa medis maka rekam medis ini benar-
benar dapat menjadi alat bukti bagi rumah sakit bahwa proses pelayanan telah dijalankan
dengan benar dan sesuai prosedur, atau kalau terjadi sebaliknya dapat pula berfungsi
sebagai masukan untuk memperbaiki proses pelayanan yang ada.
Salah satu elemen dalam pemberian asuhan kepada pasien (patient care) adalah asuhan
medis. Asuhan medis diberikan oleh dokter yang dalam standar keselamatan pasien disebut
DPJP : Dokter Penanggung Jawab Pelayanan.
Pengaturan tentang DPJP sangat diperlukan dalam pelaksanaan asuhan medis di rumah
sakit untuk menghindari kemungkinan terjadinya pelayanan yang kurang baik karena
terjadinya duplikasi, interaksi obat yang kurang terkontrol, kontra indikasi, ketidak jelasan
peranan dokter bila hanya diminta pendapat saja, dll.
Panduan ini disusun untuk memudahkan rumah sakit mengelola penyelenggaraan asuhan
medis oleh DPJP dalam rangka memenuhi Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012.
Tujuan Khusus :
1. Memberikan perlindungan kepada pasien agar memperoleh asuhan medis yang terbaik.
2. Memberikan kemudahan kepada rumah sakit untuk mengelola penyelenggaraan asuhan
medis oleh DPJP dalam rangka memenuhi Standar Akreditasi Rumah Sakit Versi 2012.
3. Memberikan panduan dan kejelasan tentang peranan DPJP.
4. Memberikan panduan dan kejelasan tentang mekanisme koordinasi, kolaborasi
interprofesional dan kerjasama tim dalam memberikan asuhan kepada pasien di rumah
sakit.
5. Memberikan panduan pelaksanaan Case Manager.
III. SASARAN
1. Para Direktur Rumah Sakit dan Para Manajer Pelayanan di Rumah Sakit
2. Komite Medis
3. Para dokter pemberi asuhan medis di rumah sakit
4. Kelompok profesi medis / Kelompok staf medis
Pedoman ini berlaku pada semua pelayanan rumah sakit yang meliputi : emergensi, rawat jalan,
rawat inap, ruang tindakan, ruang perawatan khusus (ICU, HCU, Hemodialisis) dsb.
1. UU no 44/2009 tentang Rumah Sakit pasal 5 : Rumah Sakit mempunyai fungsi ; huruf
b. Pemeliharaan dan penningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan
yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis
2. UU no 44/2009 tentang Rumah Sakit pasal 29 setiap Rumah Sakit mempunyai
kewajiban : huruf r. Menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit
(hospital by laws)
3. Penjelasan Pasal 29 huruf r : Yang dimaksud dengan peraturan internal Rumah Sakit
(hospital by laws) adalah peraturan organisasi Rumah Sakit (corporate by laws) dan
peraturan staf medis Rumah Sakit (medical staff by law) yang disusun dalam rangka
menyelenggarakan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance) dan
tata kelola klinis yang baik (good clinical governance). Dalam peraturan staf medis
Rumah Sakit (medical staff by laws) antara lain diatur kewenangan klinis (Clinical
Privilege).
4. UU no 29/2004 tentang Praktik Kedokteran pasal 3 Pengaturan praktik kedokteran
bertujuan untuk :
1) Memberikan perlindungan kepada pasien;
2) Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medis yang diberikan oleh
dokter dan dokter gigi; dan
3) Membererikan kepastian hukum kepada masyarakat, dokter dan dokter gigi
5. UU no 44/2009 tentang Rumah Sakit pasal 43 menyatakan rumah sakit wajib
menerapkan Standar Keselamatan Pasien.
6. Permenkes 1691/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit.
7. Pasal 7 Permenkes 1691/2011 mengatur hal berikut :
a. Setiap Rumah Sakit wajib menerapkan Standar Keselamatan Pasien
b. Standar Keselamatan Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
I. Hak Pasien;
II. Mendidik pasien dan keluarga;
III. Keselamatan pasien dalam kesinambungan pelayanan;
IV. Penggunaan metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program
peningkatan keselamatan pasien;
V. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien;
VI. Mendidik staf tentang keselamatan pasien; dan
VII. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien.
8. Pada Lampiran Permenkes 1691/2011 pengaturan tentang Standar I. Hak pasien,
adalah sebagai berikut :
Standar : Pasien dan keluarganya mempunyai hak untuk mendapatkan informasi
tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk kemungkinan terjadinya insiden.
Kriteria :
1.1. Harus ada dokter penanggung jawab pelayanan
1.2. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib membuat rencana pelayanan.
1.3. Dokter penanggung jawab pelayanan wajib memberikan penjelasan secara dan
benar kepada pasien dan keluarganya tentang rencana dan hasil pelayanan,
pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya insiden.
9. Permenkes 755/2011 tentang penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit
10. Permenkes 1438/2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran
11. Standar Akreditasi Rumah Sakit versi 2012, Komisi Akreditasi Rumah Sakit
12. Kode Etik Kedokteran Indonesia, PB IDI, 2012
1. DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pelayanan) : adalah seorang dokter, sesuai dengan
kewenangan klinisnya terkait penyakit pasien, memberikan asuhan medis lengkap (paket)
kepada satu pasien dengan satu patologi / penyakit, dari awal sampai dengan akhir
perawatan di rumah sakit, baik pada pelayanan rawat jalan dan rawat inap. Asuhan medis
lengkap artinya melakukan asesmen medis sampai dengan impementasi rencana serta tindak
lanjutnya sesuai kebutuhan pasien.
2. Pasien dengan lebih dari satu penyakit dikelola oleh lebih dari satu DPJP sesuai kewenangan
klinisnya, dalam pola asuhan secara tim atau terintergrasi, maka harus ada DPJP utama.
Contoh : pasien dengan Diabetes Mellitus, Katarak dan Stroke, dikelola oleh lebih dari satu
DPJP : Dokter Spesialis Saraf
3. DPJP Utama : bila pasien dikelola oleh lebih dari satu DPJP, maka asuhan medis tersebut
dilakukan secara terintegrasi dan secara tim diketahui oleh seorang DPJP Utama. Peran
DPJP Utama adalah sebagai koordinator proses pengelolaan asuhan medis bagi pasien ybs
(“Ketua Tim”), dengan tugas menjaga terlaksananya asuhan medis komprehensif – terpadu –
efektif, demi keselamatan pasien melalui komunikasi efektif dengan membangun sinergisme
dan mencegah duplikasi serta mendorong penyesuaian pendapat (adjustment) antar anggota /
DPJP, mengarahkan agar tindakan masing-masing DPJP bersifat kontributif (bukan
intervensi).
4. Dokter yang memberikan pelayanan interpretatif, misalnya memberikan uraian / data
tentang hasil laboratorium atau radiologi, tidak dipakai istilah DPJP, karena tidak
memberikan asuhan medis yang lengkap.
5. Profesional Pemberi Asuhan – PPA adalah tenaga kesehatan yang secara langsung
memberikan asuhan kepada pasien, antara lain dokter, perawat, bidan, ahli gizi, apoteker,
psikolog klinis, penata anestesi, terapis fisik dsb.
6. Asuhan pasien terintegrasi dan Pelayanan berfokus pada pasien (Patient Centered Care –
PCC) adalah istilah yang saling terkait, yang mengandung aspek pasien merupakan pusat
pelayanan, PPA memberikan asuhan sebagai tim interdisiplin / klinis dengan DPJP sebagai
ketua tim klinis – Clinical Leader, PPA dengan kompetensi dan kewenangan yang memadai,
yang antara lain terdiri dari, dokter, perawat, bidan, nutrisionis / diettisien, apoteker, penata
anestesi, terapis fisik dsb.
7. Case manager / Manager Pelayanan Pasien : adalah professional di rumah sakit
melaksanakan manajemen pelayanan pasien, berkoordinasi dan kolaborasi dengan DPJP
serta PPA lainnya, manajemen rumah sakit, pasien dan keluarganya, pembayarnya,
mengenai asesmen, perencanaan, fasilitasi, koordinasi asuhan, evaluasi dan advokasi untuk
opsi dan pelayanan bagi pemenuhan kebutuhan pasien dan keluarganya yang komprehensif,
melalui komunikasi dan sumber daya yang tersedia sehingga memberi hasil (outcome) yang
bermutu dengan biaya-efektif selama dan pasca rawat inap.
Dalam UU 44/2009 pasal 5 huruf b, dinyatakan bahwa pelayanan kesehatan di rumah sakit
adalah pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.
Pada penjelasan pasal 5 huruf b, disebutkan : yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan
paripurna tingkat kedua adalah upaya kesehatan perorangan tingkat lanjut dengan
mendayagunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik. Yang dimaksud dengan
pelayanan kesehatan paripurna tingkat ketiga adalah upaya kesehatan perorangan tingkat lanjut
dengan memdayagunakan pengetahuan dan teknologi kesehatan sub spesialistik. Dengan
demikian asuhan medis di rumah sakit kepada pasien diberikan oleh dokter spesialis.
Asuhan pasien dalam standar akreditasi rumah sakit versi 2012 harus dilaksanakan bersdasarkan
pola Pelayanan Berfokus pada Pasien (Patient Centered Care), asuhan diberikan berbasis
kebutuhan pelayanan pasien. Pasien adalah pusat pelayanan, dan Profesional Pemberi Asuhan
Asuhan (PPA) disposisikan megelilingi pasien.
PPA adalah tenaga kesehatan yang secara langsung memberikan asuhan kepada pasien, a.l.
dokter, perawat, bidan, nutrisionis / dietisien, apoteker, penata anestesi, trapis fisik dsb. Dengan
kompetensi yang memadai, sama pentingnya pada kontribusi profesinya, masing-masing
menjalankan tugas mandiri, kolaboratif dengan delegatif. PPA memberikan asuhan yang
terintegrasi dalam satu kesatuan sebagai tim interdisiplin dengan kolaborasi interprofesional.
DPJP dalam tim adalah sebagai ketua tim klinis (Clinical Leader), melakukan koordinasi,
kolaborasi, interpretasi, sintesis, review dan mengintegrasikan asuhan pasien.
PPA melaksanakan asuhan pasien dalam 2 proses, Asesmen pasien dan Implementasi rencana
termasuk monitoring. Asesmen pasien terdiri dari 3 langkah (IAR) :
1. Informasi dikumpulkan, antara lain anamnesa, pemeriksaan fisik, pemeriksaan lain /
penunjang, dsb (I)
2. Analisis informasi, menghasilkan kesimpulan antara lain masalah, kondisi, diagnosis, untuk
mengidentifikasi kebutuhan pelayanan pasien (A)
3. Rencana pelayanan / Care Plan dirumuskan, untuk memenuhi kebutuhan pelayanan pasien
(R)
2. Pemberian
Pelayanan /
*Implementasi Rencana /
*Monitoring
Asuhan medis di rumah sakit diberikan oleh dokter spesialis, disebut sebagai DPJP.
Di unit / instalasi gawat darurat dokter jaga yang bersertifikat kegawat-daruratan, antara lain
ATLS, ACLS, PPGD, General Emergency Life Support (GELS) menjadi DPJP pada saat asuhan
awal pasien gawat-darurat. Saat pasien dikonsul/rujuk ke dokter spesialis dan memberikan
asuhan medis, maka dokter spesialis tsb menjadi DPJP pasien tsb menggantikan DPJP
sebelumnya, yaitu dokter jaga IGD tsb diatas.
Pemberian asuhan medis di rumah sakit agar mengacu kepada Buku Penyelenggaraan Praktik
Kedokteran Yang Baik di Indonesia (Kep Konsil no 18/KKI/KEP/IX/2006). Penerapan panduan
ini selain menjadi mutu asuhan dan keselamatan pasien, juga dapat menghindari pelanggaran
disiplin.
Asas, Dasar, Kaidah dan Tujuan Praktik Kedokteran di Indonesia intinya adalah sbb :
Asas : nilai ilmiah, manfaat, keadilan, kemanusiaan, keseimbangan, serta perlindungan
dan keselamatan pasien
Kaidah dasar moral :
o Menghormati martabat manusia (respect for person)
o Berbuat baik (beneficence)
o Tidak berbuat yang merugikan (non-maleficence)
o Keadilan (justice)
Tujuan :
o Memberikan perlindungan kepada pasien
o Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medik
o Memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, dokter, dan dokter gigi.
Tumpuan dasar kompetensi dokter pengacu kepada Standar Kompetensi Dokter Indonesia
(SKDI) (Perkonsil No 11 Tahun 2012 tentang Standar Kompetensi Dokter Indonesia) yang
adalah :
1. Profesionalitas yang Luhur
2. Mawas Diri dan Pengembangan Diri
3. Komunikasi Efektif
4. Pengelolaan Informasi
5. Landasan Ilmiah Ilmu Kedokteran
6. Keterampilan Klinis
7. Pengelolaan Masalah Kesehatan
Asuhan pasien terintegrasi dan pelayanan/asuhan berfokus pada pasien (patient centered care)
adalah elemen penting dan sentral dalam asuhan pasien di rumah sakit.
Konsep inti (core concept) asuhan berfokus pada pasien terbagi dalam 2 perspektif :
Perspektif Pasien :
1. Martabat dan Respek :
- Profesional pemberi asuhan mendengarkan, menghormati dan menghargai pandangan
serta pilihan pasien-keluarga.
- Pengetahuan, nilai-nilai, kepercayaan, latar belakang kultural pasien – keluarga
dimasukkan dalam perencanaan pelayanan dan pemberian pelayanan kesehatan.
2. Berbagi informasi
Perspektif PPA :
1. Tim Interdisiplin
- Profesional pemberi asuhan diposisikan mengelilingi pasien
- Kompetensi yang memadai
- Berkontribusi setara dalam fungsi profesinya
- Tugas mandiri, kolaboratif, delegatif, bekerja sebagai satu kesatuan memberikan
asuhan yang terintegrasi
2. Interprofesionalitas
- Kolaborasi interprofessional
- Kompetensi pada praktik kolaborasi interprofesional
- Termasuk bermitra dengan pasien
3. DPJP adalah ketua tim klinis / clinical leader.
- DPJP melakukan koordinasi, kolaborasi, interpretasi, sintesis, review dan
mengintegrasikan asuhan pasien
4. Personalized Care
- Keputusan klinis selalu diproses berdasarkan juga nilai-nilai pasien
- Setiap dokter memperlakukan pasiennya sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan
Dalam Standar Akreditasi Rumah Sakit versi 2012, konteks asuhan tsb terdiri dari unsur-unsur
inti antara lain :
Pasien dan keluarganya adalah pusat pelayanan / asuhan
DPJP – Dokter Penanggung Jawab Pelayanan sebagai clinical leader / ketua tim klinis
mengintegrasikan asuhan.
PPA – Profesional Pemberi Asuhan diposisikan mengelilingi pasien, memberikan asuhan
secara tim interdisiplin, dengan tugas mandiri dalam pola IAR, juga tugas kolaboratif dan
tugas delegatif, dengan motto asuhan : BPIS – Bila pasien itu (adalah) saya.
Kolaborasi interprofesional dalam tim dengan kompetensi untuk praktek kolaborasi
Case Manager / MPP – Manajer Pelayanan Pasien berperan dalam menjaga kontinuitas
pelayanan dan asuhan.
Rekam medis terintegrasi dalam bentuk form CPPT – Catatan Perkembangan Pasien
Terintegrasi diisi oleh semua tenaga kesehatan yang memberikan asuhan pasien – PPA,
dengan pola IAR.
CPPT – Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi dalam rekam medis tempat PPA
mendokumentasikan perkembangan pasien dalam proses pemberian asuhan.
Standar akreditasi dalam bab HPK – Hak Pasien dan Keluarga antara lain tentang rumah sakit
termasuk PPA bertanggung jawab untuk memberikan proses yang mendukung hak pasien dan
keluarganya selama dalam pelayanan, pelayanan yang dilaksanakan dengan penuh perhatian
dan menghormati nilai-nilai pribadi dan kepercayaan pasien, menghormati kebutuhan privasi
pasien, mendukung hak pasien dan keluarga untuk berpartisipasi dalam proses pelayanan
termasuk dalam keputusan pelayanan, memberitahu pasien dan keluarganya tentang
Panduan Pelaksanaan DPJP Rumah Sakit Urip Sumoharjo 11
bagaimana mereka akan dijelaskan tentang hasil pelayanan dan pengobatan, termasuk hasil
yang tidak diharapkan dan siapa yang akan memberitahukan, dsb.
Discharge planning / Rencana Pemulangan Pasien yang terintegrasi, dilakukan secara
multidisiplin sejak awal rawat inap dengan tujuan menjaga keberhasilan asuhan dan
pelayanan selama rawat inap maupun pasca rawat inap / dirumah.
1. Setiap dokter yang bekerja di rumah sakit yang melakukan asuhan medis, termasuk
pelayanan interpretatif (antara lain Dr. Sp.PK, DrSp PA, DrSP Rad, dsb), harus memiliki SK
dari Direktur / Kepala Rumah Sakit berupa Surat Penugasan Klinis / SPK (Clinical
Appointment), dengan lampiran Rincian Kewenangan Klinis / RKK (Delinetion of Clinical
Privilege). Penerbitan SPK dan RKK tsb harus melalui proses kredensial dan rekredensial
yang mengacu kepada Permenkes 755/2011 tentang penyelenggaraan Komite Medik di
Rumah Sakit.
2. Regulasi tentang evaluasi kinerja profesional DPJP ditetapkan Direktur dengan mengacu ke
Permenkes 755/2011 tentang penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit dan Standar
Akreditasi Rumah Sakit versi 2012, khususnya Bab KPS (Kualifikasi dan Pendidikan Staf,
Standar KPS 11).
1. Regulasi tentang penunjukan seorang DPJP untuk mengelola seorang pasien, pergantian
DPJP, selesainya DPJP karena asuhan medisnya telah tuntas, ditetapkan Direktur / Kepala
Rumah Sakit. Penunjukan seorang DPJP dapat antara lain berdasarkan permintaan pasien,
jadwal praktek, jadwal jaga, konsul/rujukan langsung. Pergantian DPJP perlu pengaturan
rinci tentang alih tanggung jawabnya. Tidak dibenarkan pergantian DPJP yang rutin, contoh
: Pasien A ditangani setiap minggu dengan pola hari senin oleh DrSp PD X, hari rabu DrSp
PD Y, hari sabtu DrSp PD Z, karena hal tersebut akan mengakibatkan tidak adanya
kontinuitas pelayanan.
2. Regulasi tentang pelaksanaan asuhan medis oleh lebih dari satu DPJP dan penunjukan DPJP
Utama, tugas dan kewenangannya ditetapkan Direktur / Kepala Rumah Sakit.
3. Kriteria penunjukan DPJP Utama seorang pasien dapat digunakan butir-butir sbb :
a. DPJP Utama dapat merupakan DPJP yang pertama kali mengelola pasien pada awal
perawatan
b. DPJP Utama dapat merupakan DPJP yang mengelola pasien dengan penyakit dalam
kondisi (relatif) menonjol atau terparah.
c. DPJP Utama dapat ditentukan melalui kesepakatan antar para DPJP terkaitan
d. DPJP Utama dapat merupakan pilihan dari pasien
e. Pada pelayanan ICU maka DPJP Utama adalah Intensivis.
4. Pengaturan tentang pengelompokan Staf Medis ditetapkan / diorganisir oleh Direktur sesuai
kebutuhan, disebut KSM (Kelompok Staf Medis). Pengelompokkan dapat dilakukan antara
lain dengan pola disiplin ilmu / spesialis (Kelompok Staf Medis Bedah, Penyakit Dalam,
Radiologi, Mata dsb), kategori penyakit (KSM Diabetes, KSM Onkologi) kategori organ
(KSM Ginjal, KSM Gastro-entero Hepatologi) Kategori Usia (KSM Geriatri) dan Kategori
interes / lainnya (KSM Sel Punca, dll).
1. Setiap pasien yang mendapat asuhan medis di rumah sakit baik rawat jalan maupun rawat
inap harus memiliki DPJP
2. Pada unit / instalasi gawat darurat, dokter gawat darurat, dokter jaga (dengan sertifikat
kegawatdaruratan, antara lain PPGD, ATLS, ACLS, GELS) menjadi DPJP pada pemberian
asuhan medis awal/penanganan kegawat-daruratan. Kemudian selanjutnya saat dilakukan
konsultasi / rujuk ditempat (on side) atau konsultasi lisan kepada dokter spesialis, dan dokter
spesialis tsb memberikan asuhan medis (termasuk instruksi secara lisan) maka dokter
spesialis tsb telah menjadi DPJP pasien ysb, sehingga saat itulah DPJP telah berganti dari
dokter gawat darurat / dokter jaga IGD kepada dokter spesialis tsb.
3. Apabila pasien mendapat asuhan medis lebih dari satu DPJP, maka harus ditunjuk DPJP
Utama yang berasal dari para DPJP pasien terkait. Kesemua DPJP tsb bekerja secara tim
dalam tugas mandiri maupun kolaboratif, berinteraksi dan berkoordinasi (dibedakan dengan
bekerja sendiri-sendiri).
4. Peran DPJP Utama adalah sebagai koordinator proses pengelolaan asuhan medis bagi pasien
ysb (sebagai “Ketua Tim”), dengan tugas menjaga terlaksananya asuhan medis
komprehensif – terpadu – efektif, demi keselamatan pasien melalui komunikasi yang efektif
dan membangun sinergisme dengan mendorong penyesuaian pendapat (adjustment) antar
Anggota / DPJP, mengarahkan agar tindakan masing-masing DPJP bersifat kontributif
(bukan intervensi), dan juga mencegah duplikasi serta interaksi obat.
5. Tim membuat keputusan melalui DPJP Utama, termasuk keinginan DPJP
mengkonsultasikan ke dokter spesialis lain agar dikoordinasikan melalui DPJP Utama.
Kepatuhan DPJP terhadap jadwal kegiatan dan ketepatan waktu misalnya antara lain
kehadiran atau menjanjikan waktu kehadiran, adalah sangat penting bagi pemenuhan
kebutuhan pasien serta untuk kepentingan koordinasi sehari-hari.
6. Dibawah koordinasi DPJP Utama, sekurang-kurangnya ada rapat Tim yang melibatkan
semua DPJP ysb beserta profesi terkait lainnya sesuai kebutuhan pasien rumah sakit
diharapkan menyediakan ruangan untuk rapat Tim di tempat-tempat pelayanan, misalnya di
Rawat Inap, ICU, UGD, dll. DPJP Utama juga bertugas untuk menghimpun komunikasi /
data tentang pasien.
7. Setiap penunjukan DPJP harus diberitahu kepada pasien dan / keluarga, dan pasien dan /
keluarga dapat menyetujuinya ataupun sebaliknya. Rumah sakit berwenang mengubah DPJP
bila terjadi pelanggaran prosedur.
8. Koordinasi dan transfer informasi antar DPJP dilakukan secara lisan dan tertulis sesuai
kebutuhan. Bila ada pergantian DPJP pencatatan di rekam medis harus jelas tentang alih
tanggung jawabnya. Harap digunakan Formulir Daftar DPJP (Contoh Formulir Daftar DPJP
terlampir).
9. Pada unit pelayanan intensif DPJP Utama adalah dokter intensifis. Koordinasi dan tingkatan
keikut-sertakan para DPJP terkait, tergantung kepada sistem yang ditetapkan dalam
kebijakan rumah sakit misalnya sistem terbuka / tertutup / semi terbuka. Bila rumah sakit
memakai sistem terbuka, gunakan kriteria tsb diatas (lihat Bab VIII).
10. Pada kamar operasi DPJP Bedah adalah ketua dalam seluruh kegiatan pada saat di kamar
operasi tsb.
11. Pada keadaan khusus misalnya seperti konsul saat diatas meja operasi / sedang dioperasi,
dokter yang dirujuk tsb melakukan tindakan / memberikan instruksi, maka otomatis menjadi
DPJP juga bagi pasien tsb.
12. Dalam pelaksanaan pelayanan dan asuhan pasien, bila DPJP diabntu oleh dokter lain (antara
lain dokter ruangan, residen) dimana ybs boleh menulis / mencatat di rekam medis, maka
bertanggung jawab adalah tetap ada pada DPJP, sehingga DPJP yang bersangkutan harus
2. RUANG LINGKUP
- Kontinuitas Pelayanan
Menjaga kontinuitas pelayanan dalam pola asuhan terintegrasi dan pelayanan berfokus
pada pasien
- Koordinasi dan Kolaborasi
MPP berkoordinasi dan kolaborasi dengan DPJP dan PPA lainnya, serta manajemen rumah
sakit.
- Hubungan dengan Pasien
Penting bagi MPP untuk membangun dan memiliki relasi yang kondusif dengan pasien-
keluarga agar proses pelayanan dapat memenuhi kebutuhan mereka. MPP merupakan
“laison” pasien-keluarga dengan PPA, manajemen rumah sakit, pembayar.
- Skrining pasien
Untuk penanganan pasien, MPP melakukan skrining pasien, kelompok : anak, usia lanjut,
pasien dengan penyakit kronis, risiko tinggi, kasus kompleks dengan hasil asuhan yang
tidak mudah.
5. TATA LAKSANA
- MPP melakukan skrinig pasien yang membutuhkan manajemen pelayanan pasien, pada
waktu admisi, atau bila dibutuhkan pada waktu di ruang rawat inap, berdasarkan pasien
yang meliputi :
1. Risiko Tinggi
2. Biaya tinggi
3. Potensi komplain tinggi
4. Kasus dengan penyakit kronis
5. Kemungkinan sistem pembiayaan yang komplek
6. Kasus yang melebihi rata-rata lama dirawat
7. Kasus yang diidentifikasi rencana pemulangannya penting atau yang membutuhkan
kontinuitas pelayanan.
8. Kasus kompleks / rumit
- Setelah pasien ditentukan sebagai klien MPP, maka penanganan pasien dilaksanakan
sesuai tugas dan fungsi pada butir 4 tsb diatas.
Untuk dapat memenuhi standar akreditasi rumah sakit versi 2012, maka rumah sakit memerlukan
regulasi yang adekuat tentang DPJP dalam pelaksanaan asuhan medis, dan panduan ini
merupakan acuan utama bagi rumah sakit. Diperlukan pengaturan yang spesifik untuk setiap
rumah sakit karena keunikan budaya, situasi dan kondisi setiap rumah sakit, termasuk juga
keunikan budaya tenaga medis. Regulasi harus mencerminkan pengelolaan risiko klinis dan
pelayanan berfokus kepada pasien (patient centered care). Regulasi tsb diatas agar dapat
diterapkan oleh para pemberi asuhan, termasuk DPJP, sehingga terwujud asuhan pasien yang
bermutu dan aman.
dr. F. Sugiharto, MM
Dr D 10/2/14 12/2/14
SpS
Dr. E 12-2-14 (Masuk
SpAn ICU 12-
KIC 2-14)
Ruangan : ..................
Paraf
2/2/2015 Dokter S : Nyeri lutut kiri akut -
Jam 8.30 sejak pagi
O : Lutut kiri agak
merah, nyeri tekan, skala
NRS 7-8, hangat pada
palpasi
A : Gouty Arthritis –
flare Genu Sinistra
P : Inj steroid xx mg , tab
colchicine 2 x 0,6
mg/hari.
Paraf......
Dst .........