KAMAR OPERASI
GOWA
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Undang-undang RI no. 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit dijelaskan bahwa penyelenggaraan rumah sakit bertujuan
memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien (patient
safety), masyarakat, lingkungan rumah sakit dan sumber daya
manusia di rumah sakit. Oleh sebab itu, rumah sakit berkewajiban
memberikan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti
diskriminasi dan efektif dengan mengutamakan kepentingan sesuai
dengan standar pelayanan rumah sakit.
Pembedahan merupakan salah satu tindakan medis yang
penting dalam pelayanan kesehatan. Tindakan pembedahan
merupakan salah satu tindakan medis yang bertujuan untuk
menyelamatkan nyawa, mencegah kecacatan dan komplikasi. Namun
demikian, pembedahan yang dilakukan juga dapat menimbulkan
komplikasi yang dapat membahayakan nyawa.
Kesalahan-kesalahan selama operasi, antara lain kesalahan
insisi pada posisi yang akan dilakukan operasi, kesalahan dalam
pemberian label pada spesimen patologi, kesalahan tranfusi dan
obatobatan, sehingga pasien sangat rentan terhadap bahaya yang
disebabkan oleh kesalahan-kesalahan tersebut saat menjalani
operasi. Standarisasi Prosedur Pembedahan yang aman dapat
mencegah terjadinya cidera dan kesalahan dalam prosedur
pembedahan.
Rumah Sakit Umum Yapika Samata, Gowa, merupakan
Rumah sakit tipe C dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan dan melaksanakan Good Clinical Governance yang
berbasis quality dan patient safety terus berupaya menyempurnakan
pelaksanaan program keselamatan pasien. Dalam upaya
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum
Yapika Gowa melalui program sasaran keselamatan pasien rumah
sakit, maka keselamatan pasien diupayakan terlaksana secara
optimal dan berkesinambungan. Maksud dari sasaran keselamatan
pasien adalah mendorong peningkatan spesifik dalam keselamatan
pasien.
Program Keselamatan Rumah Sakit dan Keselamatan Pasien
(KRS-KP) mulai diterapkan pada pelayanan Kamar Bedah mulai tahun
2019 Sesuai dengan Sasaran Keselamatan pasien (SKP), Instalasi
kamar Bedah berperan aktif dalam kegiatan keselamatan pasien,
yakni Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien operasi.
Dalam pelaksanaannya Instalasi Kamar Bedah telah menggunakan
Ceklist Keselamatan Operasi dengan mengikuti panduan surgical
safety checklist WHO dan penandaan area operasi (Marking site).
Instalasi kamar bedah adalah salah satu instalasi yang ada di
Rumah Sakit Yapika Gowa yang keberadaannya di bawah Bidang
Pelayanan Madis. Sebagai salah satu instalasi yang memberikan
pelayanan pembedahan, selayaknya memiliki sebuah pedoman yang
dapat memandu atau sebagai acuan dalam seluruh kegiatan
pelayanan yang semestinya dilakukan/ dijalankan di kamar bedah
yang memenuhi standar pelayanan, keamanan, serta keselamatan
dan kesehatan kerja untuk mencegah terjadinya bahaya yang
dihadapi tim bedah dan pasien yang menjalanai operasi.
Mutu pelayanan di suatu Rumah Sakit merupakan indikator
keberhasilan yang ditentukan oleh beberapa faktor dari tiap bagian
yang ada di Rumah Sakit tersebut, dan indikator lain mempengaruhi
pelayanan kesehatan yang diberikan. Pelayanan mutu di Instalasi
kamar operasi merupakan pelayanan khusus dan memerlukan
penanganan khusus pula, karena melibatkan beberapa disiplin ilmu.
Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, maka diperlukan tim kerja
yang solid. Hal ini akan sangat mendukung keberhasilan dari mutu
pelayanan yang diberikan.
Atas dasar hal di atas, maka perlu disusun Pedoman Pelayanan
Instalasi Bedah Rumah Sakit Umum Yapika Gowa sebagai suatu
acuan dalam meningkatkan mutu pelayanan di kamar bedah,
menurunkan angka kematian dan kecacatan pada pasien yang
menjalani pembedahan.
B. Tujuan Pedoman
Pedoman pelayanan Instalasi Kamar Bedah Rumah Sakit Yapika
Gowa ini disusun dengan tujuan sebagai berikut :
1. Sebagai Panduan (guidelines) dalam meningkatkan mutu pelayanan
pembedahan di kamar bedah, menurunkan angka kematian dan
kecacatan pada pasien yang menjalani pembedahan.
2. Memberikan pelayanan kamar bedah yang aman, memuaskan, dan
menghilangkan kecemasan dan stress psikis lain.
3. Mengurangi dan menurunkan angka kematian, kecacatan, dan infeksi
seminimal mungkin.
4. Meningkatkan mutu pelayanan dengan evaluasi pelayanan yang
diberikan secara terus menerus dan berkesinambungan.
C. Landasan Hukum
1. Kode Etik Kedokteran Indonesia
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan.
3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit.
4. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 Thun 2004 tentang
Praktek Kedokteran.
5. Undang-undang No. 1 Th 1970 tentang Keselamatan Kerja
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 340 / Menkes / Per / III / 20120
tentang Klasifikasi Rumah Sakit
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 585 / Menkes / Per / IX / 1989
tentang Persetujuan Tindakan Medik
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 519/Menkes/Per/IV/2011
Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Anestesiologi dan
Terapi Intensif.
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 148 Tahun
2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktek Keperawatan.
10. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1217/Menkes/SK/XI/2001 tentang Pedoman Pengamanan Dampak
Radiasi
11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1439/Menkes/SK/XI/2002 tentang Penggunaan Gas Medis Pada
Sarana Pelayanan Kesehatan
12. Keputusan Dirjen Yanmed HK. 00. 06. 3. 5. 1866 tentang Pedoman
persetujuan Tindakan Medik ( Informed Consent ), 1999.
13. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1045/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum.
14. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah
Sakit.
15. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
780/Menkes/Per/VIII/2008 tentang Penyelenggaraan Pelayanan
Radiologi
16. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1014/Menkes/SK/IX/2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi
Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan.
17. Keputusan Dirjen Bina Yanmed HK. 00. 06. 1. 4. 5390 tentang
Pedoman Advokasi dan Bantuan Hukum dalam Penanganan Kasus
Pelayanan Medis di Rumah Sakit, 2005.
18. Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient
Safety), Depkes 2006
19. Pedoman Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (IKP), KKP-RS,
2007
20. Standar Pelayanan Rumah Sakit, Depkes, 1999
21. Petunjuk Pelaksanaan Indikator Mutu Pelayanan Rumah Sakit,
WHO-Depkes, 2001
22. Indikator Kinerja Rumah Sakit, Depkes, 2005
23. Penyelenggaraan Praktik Kedokteran Yang Baik Di Indonesia, KKI,
2006
24. Pedoman Teknis Upaya Kesehatan Kerja di Rumah Sakit, Depkes,
1996
25. Pedoman Pelaksanaan Kewaspadaan Universal di Pelayanan
Kesehatan, Depkes, 2003
26. Standar Umum Pelayanan Anestesiologi dan Reanimasi di Rumah
Sakit, Depkes, 1999
27. Pedoman Kerja Perawat Kamar Operasi, Depkes, 2003
28. Standar Pelayanan Keperawatan Kamar Bedah di Rumah Sakit,
Kemenkes, 2011
29. Pedoman Teknis Ruang Operasi Rumah Sakit, Kemenkes 2012
30. Pedoman Instalasi Pusat Sterilisasi Rumah Sakit Kelas B, Depkes,
2004
31. Pedoman Pelayanan Pusat Sterilisasi (CSSD) di Rumah Sakit,
Depkes, 2002
D. Ruang Lingkup
Pedoman ini membahas tentang bagaimana pelayanan kepada
pasien diberikan dimulai pada saat diterimanya pasien diruang
persiapan operasi dilanjutkan ketika pasien mendapat pelayanan
medis atau tindakan pembedahan, dan sampai dengan penanganan
pasca operasi di ruang pulih sadar/recovery room.
Ruang lingkup pelayanan Instalasi Bedah Sentral, meliputi
Memberikan Pelayanan untuk menunjang pelayanan anestesiologi
dan memberikan pelayanan untuk menunjang pelayanan pembedahan
spesialistik dan subspesialistik.
2.Asisten Bedah
Asisten bedah yang dimaksud dalam pedoman ini adalah
seorang dokter atau perawat asisten yang sudah di beri
wewenang oleh direktur.
d) Kompetensi
(1) Mampu menyiapkan pasien untuk tindakan operasi
(Kelengkapan data dan kondisi pasien pre operasi )
(2) Mampu melakukan standar
Precaution
(Pencegahan dan Pengendalian Infeksi )
(3) Mampu menyiapkan lingkungan kamar bedah
(4) Mampu menyiapkan instrument bedah,linen dan
persediaan alat kesehatan
(5) Mampu mengendalikan kestabilan emosi
(6) Mampu melaksanakan prosedur patient safety
2) Perawat Sirkuler
a) Definisi
Perawat Sirkuler adalahseorang tenaga perawat
profesional yang diberi wewenang dan ditugaskan untuk
membantu persiapan kebutuhan operasi dan
memonitoring pasien serta perlengkapan kebutuhan
operasi.
b) Kualifikasi
(1) Ners memiliki sertifikat kamar bedah dasar dan sertifikat
kamar bedah lanjut/khusus dan BLS dengan
pengalaman klinis dikamar operasi minimal 3 tahun
(2) D3 Keperawatan pengalaman klinis dikamar bedah
minimal 5 tahun
(3) Memiliki kepemimpinan dalam tim
(4) Semua perawat yang memberikan pelayanan/ asuhan
keperawatan di kamar bedah dan harus mempunyai SIP
dan SIK (disamakan untuk ketiga standar)
(5) Mampu melakukan supervisi,memberikan saran dan
bimbingan.
B. Distribusi Ketenagaan
1. Tenaga Dokter.
a. Distribusi Tenaga Dokter
1) Masing-masing SMF memberikan Jadwal anggota SMF setiap bulan
2) Setiap dokter memiliki hari operasi sesuai jadwal yang ditentukan oleh
SMF masing-masing
3) Apabila ada dokter yang meminta hari tidak sesuai dengan hari
operasinya maka harus melakukan konfirmasi terlebih dahulu dengan
kamar operasi agar bisa dilakukan konfirmasi tentang penjadwalan
b. Dokter bedah dan Spesialis Lainnya
Dokter operator berjumlah 6 orang spesialis dari berbagai macam disiplin
ilmu kedokteran yang ikut terjun dalam pelayanan bedah. Adapun rincian
dokter operatornya adalah sebagai berikut :
1) Tindakan Operasi Bedah Orthopedi : 1 orang
2) Tindakan Operasi Kebidanan : 2 orang
3) Tindakan Operasi Mata : 1 orang.
4). Tindakan Operasi Bedah Umum : 2
orang
Dinas Pagi
2 Perpanjangan Senin
s/d Minggu
5. Instrument Bedah
a. Set Laparatomi Bedah 1 S
e
t
b. Set Laparatomi Kebidanan 1 S
e
t
c. Set Bedah Minor 1 S
e
t
d. Set Bedah Mata 1 S
e
t
e. Set Appendictomi (Basic dewasa) 1 Set
PINTU KHUSUS
PASIEN
-Serahterimapasien
- Cuci
Tangan -Verifikasipasien
RUANG TRANSIT/
INDUKSI - PersiapanPasien
Prosedural
- Memindahkanpasien
- TTV
daribrancardkemeja
op
- Serah - Aturposisipasien
RUANGBEDAH/OK
terima
-Pembiusan
- Monitoring
-Cucitangan
pasien pembedahan
- serah -Memakaibajuop
RUANGPULIH
terima
- Memakaisarung
tangan
2. Alur Petugas
- Cucitangan
- Gantibaju
- Menggunakan
- Menyiapkan
RUANG TRANSIT / INDUKSI pasien
- Menyiapkan
alkes
-Menyiapkan
RUANG BEDAH / OK operasi
-Menyiapkanalat
-Menyiapkanobat
+
Alkes
- GantiBaju
RUANG GANTI
- Pulang
Sterilisasi
RUANG CSSD
Penyimpanan
Sesuai
RUANG DEPO ALAT STERIL
PINTU DEPAN OK
- Penghitungan
sebelum,selagi
RUANG BEDAH / OK dan
sesudahop
- Dekontaminasi
RUANG PENCUCIAN
-Pencucian
Instrumen
(cleaning )
-Pengeringan
4.Alur Instrumen bersih (drying )
RUANG PENCUCIAN
RUANG PACKING
RUANG CSSD
PINTU BELAKANG OK
RUANG PENCUCIAN
PINTU PACKING
PINTU DEPAN OK
RUANG BEDAH / OK
RUANG CSSD
PINTU BELAKANG OK
RUANG SPOELHOCK
KORIDOR SAMPING
RUANG GANTI
10.Alur Baju petugas kotor
RUANG GANTI
KORIDOR SAMPING
RUANG PENCUCIAN /
LAUNDRY
11.Alur Sampah
RUANG BEDAH/OK
PINTUBELAKANGOK
RUANGSPOELHOCK
RUANG INSENERATOR
-Memberikan
INSTALASI FARMASI Permintaan
RUANG BEDAH / OK
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
E. Pelayanan Anestesi
Pelayanan ini berlaku seragam bagi semua pasien yang mendapat pelayanan
anestesi. Semua tindakan pelayanan peri-anestesi didokumentasikan dalam
rekam medis pasien dan ditandatangani oleh dokter anestesi yang
bertanggung jawab dalam pelayanan anestesi tersebut. Pelayanan anestesi
dapat dilakukan diluar kamar bedah dengan persiapan sesuai standar.
1. Sign In
Demi peningkatan keamanan pasien, sebelum pelayanan anestesi, dokter
anestesi berperan dalam pelaksanaan prosedur “Sign In” yang tata
caranya dijabarkan dalam SPO.
2. Pengelolaan Pre Anestesi
a. Seorang Spesialis Anestesi bertanggung jawab untuk menilai dan
menentukan status medis pasien pre anestesi, membuat rencana
pengelolaan anestesi, asesmen pre anestesi dan memberi informasi
(informed consent) Anastesi kepada pasien dan keluarga. Informasi
berisi tentang rencana tindakan anestesi beserta alternatifnya, manfaat
dan resiko dari tindakan tersebut dan dicatat dalam lembar khusus
informed consent Anastesi yang disertakan dalam rekam medis pasien.
b. Sebelum dimulai tindakan anestesi dilakukan pemeriksaan ulang
pasien, kelengkapan mesin, alat, dan obat anestesi dan resusitasi.
Spesialis Anestesi yang bertanggung jawab melakukan verifikasi,
memastikan prosedur keamanan telah dilaksanakan dan dicatat dalam
rekam medis pasien.
3. Standard Pengelolaan Preanestesi
a. Proses assessment pre anestesi dilakukan pada semua pasien setelah
pasien yang akan menjalani prosedur bedah dikonsultasikan ke
bagian anestesi untuk dilakukan operasi elektif minimal dalam 1 x 24
jam sebelum operasi, atau sesaat sebelum operasi, seperti pada
pasien emergensi.
b. Dokter Spesialis Anestesi bertanggung jawab untuk melakukan
pemeriksaan pasien pre anestesi untuk membuat asesmen pre
anestesi dan rencana anestesi. Resume dari evaluasi pre anestesi dan
rencana anestesi dicatat dalam rekam medis pasien.
c. Demi peningkatan keamanan pasien, sebelum dilakukan anastesi,
dokter spesialis anastesi bertanggung jawab atas pelaksanaan
prosedur sign in yang tata caranya dijabarkan dalam SPO.
d. Spesialis Anestesi dibantu Perawat anestesi bertanggung jawab
melakukan verifikasi di ruang persiapan operasi, pemeriksaan ulang
pasien untuk menilai assesmen pra sedasi memastikan prosedur
keamanan telah dilaksanakan, dicatat dalam rekam medis anestesi dan
dalam bentuk check list (sign in).
e. Sebelum induksi anestesi dilakukan, pengecekan kelengkapan mesin,
alat, dan obat anestesi dan resusitasi.
Warna
A. Pink, perlu O2, saturasi O2>92% 2
B. Pucat/ kehitaman, perlu O2, saturasi 1
O2>90% 0
C. Sianosis, dengan O2, saturasi O2<90%
Aktivitas
A. 4eksremitas bergerak 2
B. 2ekstremitas bergerak 1
C. Tidak ada gerakan 0
Respirasi
A. Dapat nafas dalam dan batuk 2
B. Nafas dangkal, sesak 1
C. Apnea, obstruksi 0
Kardiovaskuler
A. Tensi berubah < 20% 2
B. Tensi berubah 20%-30% 1
C. Tensi berubah 50% 0
Skor
>8 Pindah ruang biasa
5-8 Observasi, kalau perlu ic u
5. Laporan Operasi
Dokter operator harus mendokumentasi semua tindakan bedah dan
kejadian-kejadian yang terjadi selama pembedahan. Dokter bedah
mencatat laporan operasi yang harus memuat minimal : a. Tanggal dan
jam waktu operasi dimulai dan selesai.
b. Diagnosa pre dan pasca bedah.
c. Dokter operator dan asisten.
d. Nama prosedur bedah.
e. Spesimen bedah untuk pemeriksaan.
f. Catatan spesifik yang terjadi selama pembedahan, termasuk ada
tidaknya komplikasi yang terjadi, dan jumlah perdarahan.
g. Instruksi Pasca Bedah
h. Tanda tangan dokter yang bertanggung jawab.
A. Latar Belakang
Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di RSUYapika
Gowa melalui program sasaran keselamatan pasien rumah sakit,maka
keselamatan pasien diupayakan terlaksana secara optimal dan
berkesinambungan.
Maksud dari sasaran keselamatan pasien adalah mendorong peningkatan
keselamatan pasien dengan harapan pelayanan kesehatan di RSUYapika
Gowa dapat berjalan dengan lebih baik dan aman dan mendapatkan
kepercayaan dari masyarakat luas.
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut
meliputi : assessmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan.
Pada Pedoman Pelayanan Instalasi Bedah Sentral ini, keselamatan
pasien terdiri dari keselamatan pasien yang dilakukan operasi. Maka setiap
tindakan dan pelayanan yang diberikan harus mempertimbangkan terhadap
kesejahteraan pasien tersebut.
B. Tujuan
1. Tercapainya kesejahteraan dan keamanan pada pasien selama dalam
proses pemberian pelayanan di Instalasi Bedah Sentral dengan program
keselamatan pasien yang terdapat di pelayanan Instalasi Bedah Sentral
2. Mengurangi terjadinya KTD di rumah sakit.
C. Tatalaksana Keselamatan Pasien
Untuk mengimplementasikan kegiatan keselamatan pasien maka RS
mengadopsi pada International Patient Safety Goals (IPSG) / Sasaran
Keselamatan Pasien , yaitu :
a. Mengidentifikasi pasien dengan benar
b. Meningkatkan komunikasI yang efektif
c. Meningkatkan keamanan obat-obatan yang harus diwaspadai
d. Memastikan lokasi pembedahan yang benar, prosedur yang benar,
pembedahan pada pasien yang benar
e. Mengurangi risiko infeksi akibat perawatan kesehatan
f. Mengurangi risiko cedera akibat terjatuh
D. Pelaksanaan Keselamatan Pasien di IBS
Program Keselamatan Rumah Sakit dan Keselamatan Pasien (KRS-KP)
mulai diterapkan pada pelayanan IBS mulai tahun 2007. Sesuai dengan Sasaran
Keselamatan pasien (SKP), Instalasi Bedah Sentral (IBS) berperan aktif dalam
kegiatan keselamatan pasien, yakni Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, dan
tepat pasien operasi. Dalam pelaksanaannya IBS telah menggunakan Ceklist
Keselamatan Operasi dengan mengikuti panduan surgical safety checklist WHO
dan penandaan area operasi (Marking site).
Serangkan persiapan dilakukan untuk mencegah terjadinya cidera dan
kesalahan dalam prosedur pembedahan. Kegiatan ini dimulai sejak pasien
diputuskan untuk dilakukan pembedahan oleh Ahli Bedah, baik di poliklinik,
Instalasi Gawat Darurat, maupun ruang rawat.
Perawat kamar bedah berperan sangat penting untuk memastikan
keamanan dan keselamatan pasien di kamar bedah. Dimulai sejak pasien
datang ke kamar operasi (pre operatif), intra operatif, dan Post Operatif. Perawat
Kamar Bedah memastikan berbagai persiapan di atas sudah dilakukan dengan
lengkap sesuai yang dibutuhkan. Formulir serah terima diisi dan ditandatangani.
Jika terdapat ketidaksesuaian (misalnya hasil laboratorium) dapat
dikonsultasikan kembali ke Ahli Bedah untuk dikonfirmasi ulang. Disusul dengan
pengisian formulir catatan perioperatif dan Time Out. Selama Pembedahan
berlangsung status fisiologis pasien dipantau dan dimonitoring. Kegiatan ini
dilakukan untuk mengurangi tingkat mortalitas, morbiditas, dan
disabilitas/kecacatan akibat komplikasi prosedur bedah.
Dalam rangka Pelaksanaan sasaran SKP IV, yakni Kepastian Tepat Lokasi,
Tepat Prosedur, dan tepat Pasien Operasi, Instalasi Bedah Sental telah
menggunakan Ceklist Keselamatan Operasi dengan mengikuti panduan
Surgical Safety Checlist WHO.
keras) mengenai identitasnya, bagian tubuh yang akan dioperasi, prosedurnya, dan
persetujuan tindakan operasi?
Tanggal : □ Ya
Sebelum induksi anestesi Apakah bagian tubuh yang akan dioperasi telah ditandai?
dipimpin oleh dr anestesi □ Ya
(minimal dihadiri dr anestesi □ Tidak memungkinkan untuk ditandai Apakah mesin anestesi dan
dan perawat) Apakah pasien obatobatan sudah dicek lengkap?
sudah dikonfirmasi □ Ya
Apakah Pulse Oxymetri (oksimeter denyut )sudah terpasang pada pasien dan
berfungsi dengan baik?
□ Ya
Apakah pasien diketahui memiliki alergi?
□ Tidak nama danPerawat sirkuler (secara
□ Ya mengkonfirmasi:
verbal) tugas/peran masing-masing
Adakah resiko kesulitan
□ Ya □ Nama/jenis prosedur
jalan nafas atau aspirasi?
□ Tidak Mengkonfirmasi nama pasien, prosedur/tindakan□ Kelengkapan jumlah
□ Ya, dan dan
instrumen, kassa, operasi, dan di mana insisi akan dilakukan
perlengkapan
benda tajam (atau tidak
penunjang untuk mengatasi
Dokter □ Ya memungkinkan)
sudah
Anestesi Label spesimen (membaca
Apakah antibiotik profilaksis telah diberikan dalam□
tersedia
Resiko lantang label
perdarahan >500 ml
kurun waktu 60 menit? spesimennya, termasuk nama pa
(>
□ Ya □ Ada tidaknya masalah peralata
Tanda tangan perlu disebutkan
suara keras) □ Tidak memungkinkan untuk dilakukan
keras) Mengantisipasi Situasi Kritis Untuk dokter bedah kepada dokter
Untuk dokter bedah: anestesi dan perawat:
Sebelum insisi area operasi a) Apa saja langkah-langkah non-rutin atau untuk □ Hal-hal
dipimpin dr
apa saja yang perlu diperhatikan situasi kritis? untuk
Tanggal :
operator pemulihan (recovery) dan b) Berapa lama kasus ini akan
meninggalkan kamar tertangani?penatalaksanaan pasien ini? (TTV,
operasi, c) Berapa perdarahan yang diperkirakan
(dihadiri tim bedah) akanPerdarahan) terjadi?persiapan
darah?
penutupan Untuk penata/dokter anestesi:
Peraw a) Apakah ada perhatian
at khusus yang spesifik untuk
Sirkule pasien ini?
r Untuk tim perawat:
mengk b) Apakah sterilitas (termasuk
onfirm hasil indikator) telah
asi dikonfirmasi?
(secar
a c) Apakah ada hal-hal yang
verbal perlu diperhatikanDokter
) :luka Bedah Dokter Anestesi :
operas Perawat
i Perawat Sirkuler :mengenai peralatan atau hal lainnya?
dipim
pin Tanda tangan
oleh Tanda tangan
dr Tanda tangan Tanda tangan
operat
or
Mengk
onfirm
asi
semua
anggot
a tim
bedah
(d
telah
ihadiri
tim
bedah)
memp
erkena
lkan
diri
denga
n
menye
but
2. Panduan Penandaan area operasi (Marking)
A. Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan rumah sakit yang begitu pesat, didorong
oleh perkembangan penyakit yang beraneka ragam, serta semakin tingginya
bahaya penularan penyakit yang dapat ditimbulkannya. Mendorong rumah sakit
untuk menggunakan peralatan kerja disertai penerapan teknik dan teknologi dari
berbagai tingkatan di segenap sektor kegiatan, khususnya di kamar bedah yang
merupakan jantungnya sebuah rumah sakit.
Kemajuan ilmu dan teknologi tersebut disatu pihak akan memberikan
kemudahan dalam operasional tetapi dilain pihak cenderung menimbulkan resiko
kecelakaan akibat kerja yang dapat ditimbulkan oleh alat-alat yang berteknologi
tinggi tersebut, terutama bila petugas yang bekerja di kamar bedah kurang
mendapatkan pendidikan dan pelatihan keterampilan, khususnya pelatihan yang
berhubungan dengan penggunaan alat-alat serta penanganan bahaya infeksi
nosokomial yang dapat ditimbulkannya dikamar bedah.
Salah satu cara mencegah terjadinya penyakit akibat kerja yang tidak
terduga tersebut, yaitu dengan jalan menurunkan dan mengendalikan sumber
bahaya tersebut, melalui penyediaan dan penggunaan APD. Akan tetapi
walaupun telah disediakan pihak rumah sakit, namun efektivitas penggunaan
APD tergantung pada faktor pemakainya.
Untuk mengatasi masalah tersebut perlu di tingkatkan upaya dan program
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) antara lain, peningkatan kesadaran,
kedisiplinan K3 terutama lingkungan kamar bedah di rumah sakit. Dan
melakukan upaya pencegahan terjadinya kecelakaan dengan menutupi sumber
bahaya bila memungkinkan, akan tetapi sering keadaan bahaya tersebut belum
sepenuhnya dapat dikendalikan. Untuk itu perlu dilakukan usaha pencegahan
dengan cara menggunakan alat pelindung diri (Personal Protective Devices)
yang umum sering disingkat dengan APD (Kusuma,S.P, 1986).
Resiko infeksi nosokomial dapat terjadi antar pasien, dari pasien ke
petugas, dari petugas ke pasien dan antar petugas. Berbagai prosedur
penanganan pasien memungkinkan petugas terpajan dengan kuman yang
berasal dari pasien. Infeksi petugas juga berpengaruh pada mutu pelayanan
karena para petugas menjadi sakit sehingga tidak dapat melayani pasien,
dengan demikian penggunaan alat pelindung diri sangat tepat agar dapat
membatasi penyebaran infeksi nosokomial tersebut. Salah satu langkah dari
pengendalian infeksi nosokomial adalah dengan menerapkan Kewaspadaan
Universal atau sering di sebut Universal Precautions.
Personil di kamar operasi terbagi dalam beberapa bagian, sedangkan
kegiatan operasi terdiri dari berbagai spesialisasi. Melihat dari jenis operasi yang
ada, dengan penggunaan alat berteknologi tinggi dan dapat menimbulkan tingkat
bahaya penularan yang cukup tinggi baik melalui udara (air borne) maupun
melalui darah (blood borne) ataupun cairan tubuh lainnya. Petugas kamar bedah
mempunyai resiko penularan penyakit yang cukup tinggi.
Untuk tatalaksana dan alur kesehatan dan keselamatan kerja dapat dilihat
pada buku pedoman K3RS Rumah Sakit Umum Yapika Gowa .
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU
Mutu pelayanan harus memiliki standar mutu yang jelas, artinya setiap jenis
pelayanan haruslah mempunyai indikator dan standarnya. Dengan demikian
pengguna jasa dapat membedakan pelayanan yang baik dan tidak baik melalui
indikator dan standarnya.
Mutu adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk,
manusia/tenaga kerja, proses dan tugas serta lingkungan yang memenuhi atau
melebihi harapan pelanggan atau konsumen.
Pengendalian mutu pelayanan bedah di Instalasi Bedah Sentral disusun
berdasarkan Kepmenkes No.126 Tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit, meliputi :
1. Waktu tunggu Operasi elektif ≤ 1 hari
2. Kejadian Kematian di meja operasi ≤ 1 %
3. Tidak adanya kejadian operasi salah sisi Salah insisi 100%
4. Tidak adanya kejadian operasi salah orang 100%
5. Tidak adanya kejadian salah tindakan pada operasi 100%
6. Tidak adanya kejadian tertinggalnya benda asing/lain pada tubuh pasien setelah
operasi 100%
7. Komplikasi anastesi karena overdosis, reaksi anastesi, dan salah penempatan
endotracheal tube ≤ 6 %
Pelaksanaan Pengendalian Mutu di Instalasi Bedah Sentral setiap bulan
dilaporkan ke Bidang Pelayanan RSUYapika Gowa .
BAB IX PENUTUP