Anda di halaman 1dari 11

PANDUAN

TRIASE PASIEN

Jl. Ipik Gandamanah RT. 35 RW. 03 Kelurahan Munjul Jaya


Kabupaten Purwakarta 41117
Telepon (0264) 8221191 Fax (0264) 8221193
KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT UMUM AMIRA
NOMOR 119 TAHUN 2020

TENTANG
PANDUAN TRIASE
PADA RUMAH SAKIT UMUM AMIRA

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM AMIRA,


Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan dan mewujudkan
efektivitas pelayanan di rumah sakit, maka perlu dibuatkan panduan
triase pasien guna mencegah terjadinya kekeliruan dalam proses
pemberian pelayanan;
b. bahwa agar pemberian pelayanan dapat berjalan dengan baik dan
lancar serta pengambilan keputusan yang tepat maka diperlukan
panduan pelaksanaan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana yang dimaksud pada
butir a dan b tersebut diatas, perlu ditetapkan Panduan Triase pasien
dengan Keputusan Direktur.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);
2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembar
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembar
Negara Republik Indonesia Nomor 5072);
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 2098,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5607);
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/Per/III/2008
tentang Rekam Medis;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290/Menkes/Per/III/2008
tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1438/Menkes/Per/IX/2010
tentang Setandar Pelayanan Kedokteran;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 36 Tahun 2012 tentang Rahasia
Kedokteran;
8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129/Menkes/SK/II/2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit;
Keputusan Direktur Nomor 418 Tahun 2018 tentang Kebijakan
9. Akses Ke Rumah Sakit dan Kontinuitas Pelayanan Rumah Sakit
Umum Amira;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 47/Menkes/Per/IX/2018
tentang Pelayanan Kegawatdaruraratan (Lembar Negara Republik
Indonesia Tahun 2018 Nomor 1799).

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM AMIRA


TENTANG PANDUAN TRIASE PADA RUMAH SAKIT
UMUM AMIRA.
KESATU : Panduan Triase sebagaimana tercantum dalam lampiran Keputusan
ini.
KEDUA : Panduan Triase sebagaimana tercantum dalam Diktum KESATU
harus digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan Triase di Instalasi
Gawat Darurat pada Rumah Sakit Umum Amira.
KETIGA : Dengan diberlakukannya Panduan Triase ini maka Surat Keputusan
Nomor 421 Tahun 2018 dinyatakan dicabut dan tidak berlaku.
KEEMPAT : Pembinaan dan pengawasan proses pelaksanaan Triase di Instalasi
Gawat Darurat pada Rumah Sakit Umum Amira dilaksanakan oleh
Bidang Pelayanan Medis Rumah Sakit Umum Amira.
KELIMA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan diperbaiki
sebagaimana mestinya apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan
dan atau perubahan dalam penetapannya.

Ditetapkan di : Purwakarta
Pada Tanggal : 28 Juli 2020

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM AMIRA

Aqmarina, dr.,MMRS
NIK : 19081733

iv
DAFTAR ISI

Daftar Isi Hal

BAB I Definisi....................................................................................................................
BAB II Ruang Lingkup........................................................................................................
BAB III Tata Laksana............................................................................................................
BAB IV Dokumentasi............................................................................................................

iv
Lampiran : Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Amira
Nomor : 119 Tahun 2020
Tanggal : 28 Juli 2020
Perihal : Panduan Triase Pada Rumah Sakit Umum Amira

PANDUAN TRIASE PASIEN PADA RUMAH SAKIT UMUM AMIRA

BAB I
DEFINISI

Pelayanan Kegawatdaruratan adalah tindakan medis yang dibutuhkan oleh pasien gawat
darurat dalam waktu segera untuk menyelamatkan nyawa dan pencegahan kecacatan. Adapun salah
satu pelayanan kegawatdaruratan adalah pelayanan triase.

Triase merupakan proses khusus memilah Pasien berdasarkan beratnya cedera atau
penyakit untuk menentukan jenis penanganan/intervensi kegawatdaruratan. Triase tidak
disertai tindakan/intervensi medis.

iv
BAB II
RUANG LINGKUP

Prinsip Triase diberlakukan sistem prioritas yaitu penentuan/penyeleksian mana yang harus
didahulukan mengenai penanganan yang mengacu pada tingkat ancaman jiwa yang timbul
berdasarkan:
a Ancaman jiwa yang dapat mematikan dalam hitungan menit
b Dapat mati dalam hitungan jam
c Trauma ringan
d Sudah meninggal
Triase adalah sistem seleksi pasien yang datang berobat ke Instalasi Gawat Darurat
dalam keadaan sehari-hari dan atau dalam keadaan bencana. Dalam hal ini triase juga
meliputi cara mendiagnosis serta memilah penderita berdasarkan kebutuhan terapi dan
sumber daya yang tersedia.
Kegiatan triase sangat diperlukan dalam pelayanan gawat darurat karena Instalasi
Gawat Darurat sebagai pusat pelayanan kesehatan yang melayani selama 24 jam penuh
seharusnya berfungsi untuk melayani kesehatan pada pasien yang bersifat gawat dan
darurat serta membutuhkan pertolongan segera untuk menghindari perkembangan penyakit
yang lebih parah dan dapat mengancam jiwa pasien. Namun dalam misi sosialnya, Instalasi
Gawat Darurat tidak diperkenankan untuk menolak pasien yang datang dan membutuhkan
pertolongan kesehatan, meskipun pada kenyataannya bukan termasuk dalam kriteria gawat
dan atau darurat.

iv
BAB III
TATA LAKSANA

Penanganan kegawatdaruratan di Rumah Sakit meliputi pelayanan kegawatdaruratan


level I, level II, level III, dan level IV. Adapun jenis pelayanan gawat darurat pada level I
sampai dengan level IV sebagai berikut:
Level I Level II Level III Level IV
Memberikan pelayanan Memberikan pelayanan Memberikan pelayanan Memberikan pelayanan
sebagai berikut: sebagai berikut: sebagai berikut: sebagai berikut:
1. Diagnosis & 1. Diagnosis & 1. Diagnosa & 1. Diagnosis &
penanganan: penanganan: penanganan penanganan:
permasalahan permasalahan permasalahan pada permasalahan
pada: pada jalan nafas A, B, C, dengan alat pada A,B,C
A: jalan nafas (airway yang lebih lengkap dengan alat
(airway problem), termasuk ventilator lengkap
problem), ventilasi 2. Melakukan termasuk
B: ventilasi pernafasan resusitasi dasar, ventilator
pernafasan (breathing Penilaian disability, 2. Melakukan
(breathing problem) dan penggunaan obat, resusitasi dasar,
problem), dan C: sirkulasi EKG, defibrilasi Penilaian disability,
sirkulasi 2. Melakukan 3. Evakuasi dan penggunaan obat,
pembuluh darah resusitasi rujukan antar EKG, defibrilasi
(circulation dasar, Fasyankes. 3. Observasi ROE
problem) Penilaian 4. ROE (Ruang (Ruang Observasi
2. Melakukan disability, Observasi Emergensi)
resusitasi dasar, penggunaan Emergensi) 4. Bedah emergensi
stabilisasi dan obat, EKG, 5. Bedah emergensi 5. Anestesi
evakuasi defibrilasi emergensi
3. Evakuasi dan
rujukan antar
Fasyankes.
4. Bedah
emergensi

iv
Triase dilaksanakan oleh petugas yang kompeten saat kontak pertama dengan pasien di
dalam Rumah Sakit. Triase tidak disertai tindakan/intervensi medis. Adapun prosedur Triase
sebagai berikut :

1. Pasien datang diterima tenaga kesehatan di ruang Triase IGD RSU Amira. Namun bila
jumlah Pasien lebih dari 50 orang atau tidak mencukupi kapasitas ruang triase misal disaat terjadi
kejadian luar biasa atau bencana maka triase dapat dilakukan di luar ruang triase (di depan gedung
IGD Rumah Sakit).

2. Di ruang triase dilakukan pemeriksaan singkat dan cepat (selintas) untuk menentukan
derajat kegawatdaruratannya oleh tenaga kesehatan dengan cara:
a. Menilai tanda vital dan kondisi umum Pasien
b. Menilai kebutuhan medis
c. Menilai kemungkinan bertahan hidup
d. Menilai bantuan yang memungkinkan
e. Memprioritaskan penanganan definitif

3. Pasien dibedakan menurut kegawatdaruratannya dengan memberi kode warna:


a. Kategori merah: prioritas pertama (area resusitasi), pasien cedera berat
mengancam jiwa yang kemungkinan besar dapat hidup bila ditolong segera.
b. Kategori kuning: prioritas kedua (area tindakan), pasien memerlukan
tindakan defenitif tidak ada ancaman jiwa segera.
c. Kategori hijau: prioritas ketiga (area observasi), pasien degan cedera
minimal, dapat berjalan dan menolong diri sendiri atau mencari
pertolongan.
d. Kategori hitam: prioritas nol, pasien meninggal atau cedera fatal yang jelas
dan tidak mungkin diresusitasi.

 Pasien kategori merah dapat langsung diberikan tindakan di


ruang resusitasi, tetapi bila memerlukan tindakan medis lebih
lanjut, pasien dapat dipindahkan ke ruang operasi atau di
rujuk ke Rumah Sakit lain.
 Pasien dengan kategori kuning yang memerlukan tindakan
medis lebih lanjut dapat dipindahkan ke ruang observasi dan

iv
menunggu giliran setelah Pasien dengan kategori merah
selesai ditangani.

 Pasien dengan kategori hijau dapat dipindahkan ke rawat


jalan, atau bila sudah memungkinkan untuk dipulangkan,
maka Pasien diperbolehkan untuk dipulangkan.
 Pasien kategori hitam dapat langsung dipindahkan ke kamar
jenazah.

Tindakan mengkategorikan status pasien, apakah masuk ke dalam kategori merah,


kuning, hijau atau hitam berdasarkan prioritas atau penyebab ancaman hidup, dilaksanakan
berdasarkan prioritas ABCDE (Airway, Breathing, Circulation, Disability, Environment).
Tindakan Retriase atau menilai ulang terus menerus status triase juga perlu dilakukan
dikarenakan kondisi pasien yang berubah.
Pemberian label pada pasien atau Tag Triase juga dilakukan untuk menentukan
prioritas pelayanan, terutama ketika melayani pasien saat terjadi bencana alam ataupun
kejadian bencana lainnya yang terdapat pasien dalam jumlah banyak.

iv
BAB IV
DOKUMENTASI

Kegiatan Triase di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Amira


didokumentasikan dalam lembar Asesmen Gawat Darurat.

Ditetapkan di : Purwakarta
Pada Tanggal : 28 Juli 2020

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM AMIRA

dr Aqmarina, MMRS
NIK : 19081733

iv

Anda mungkin juga menyukai