Anda di halaman 1dari 28

Nomor

Revisi Ke
Berlaku Tanggal

BAB II

PANDUAN

PANDUAN PENGELOLAAN PERALATAN


KESEHATAN
UPT PUSKESMAS NGAGLIK II

UPT PUSKESMAS NGAGLIK II


DINAS KESEHATAN KABUPATEN SLEMAN
TAHUN 2022
9
BAB 1
Definisi
1. Pengujian adalah Keseluruhan tindakan yang meliputi pemeriksaan fisik dan pengukuran
satu atau lebih sifat, karakteristik dari suatu produk, proses, output untuk membandingkan
hasil pengujian dari alat ukur dengan standar untuk satuan ukuran yang sesuai guna
menetapkan sifat ukurnya atau menentukan besaran atau kesalahan pengukuran.
2. Kalibrasi adalah memastikan hubungan antara besaran yang ditunjukkan oleh suatu alat
ukur atau sistem pengukuran atau besaran yang diabadikan pada suatu bahan ukur
dengan besaran yang sebenarnya dari besaran yang diukur.
3. Uji Fungsi adalah Pengujian alat kesehatan secara keseluruhan, melalui uji bagian-
bagian alat dengan kemampuan maksimum (secara teknis saat itu) tanpa beban
sebenarnya, sehingga dapat diketahui kinerja dan kemampuan alat dalam hal fungsi
komponen dan keluaran. Uji fungsi dilaksanakan sebelum alat diterima oleh pihak rumah
sakit.
4. Uji Keselamatan adalah suatu bentuk pengujian yang dilakukan terhadap produk untuk
memperoleh kepastian tidak adanya bahaya yang ditimbulkan sebagai akibat penggunaan
produk tersebut.
5. Uji Coba adalah Pengujian alat secara keseluruhan, melalui uji bagian-bagian alat
dengan beban sebenarnya (misalnya pasien), setelah uji fungsi dilakukan dengan hasil
baik. Uji coba dilaksanakan oleh operator yang telah dilatih, untuk membiasakan
penggunaan alat sesuai prosedur kerjanya dalam waktu tertentuatau berdasarkan jumlah
pemakaian.
6. Recall adalah Suatu tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah pada suatu
peralatan kesehatan, bila tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku atau dapat
menyebabkan suatu bahaya pada penggunaannya. Suatu produk yang ditarik dari
peredaran, akan diteliti ulang oleh produsen sehingga dapat ditentukan apakah produk
tersebut akan diperbaiki atau dimusnahkan
7. Izin Produksi adalah Izin untuk melakukan kegiatan atau proses menghasilkan,
menyiapkan, mengolah, dan/atau mengubah bentuk alat kesehatan.
8. Izin Edar adalah Izin yang diberikan kepada perusahaan untuk produk alat kesehatan,
yang akan diimport, digunakan dan/atau diedarkan di wilayah Republik Indonesia,
berdasarkan penilaian terhadap mutu, keamanan dan kemanfaatan
9. Izin Distribusi adalah Izin untuk melakukan kegiatan distribusi dan pengendalian mutu
yang bertujuan untuk menjamin agar produk alat kesehatan yang didistribusikan
senantiasa memenuhi persyaratan yang ditetapkan sesuai tujuan penggunaannya.
BAB II
10. Teknologi Kesehatan adalah Penerapan pengetahuan dan keterampilan dalam bentuk
peralatan kesehatan, obat-obatan, vaksin, prosedur dan sistem yang dikembangkan untuk
memecahkan masalah kesehatan dan meningkatkan kualitas kehidupan.
11. Pra-instalasi adalah Penyiapan material dan kelengkapan yang dibutuhkan untuk
instalasi alat.
12. Instalasi Alat Tahap kegiatan mulai dari penempatan/perletakan, perakitan, pemasangan,
penyetelan, adjustmen, pengukuran keluaran sampai alat berfungsi baik.
13. Pemeriksaan Fisik adalah Kegiatan yang meliputi penilaian fisik secara visual,
kelengkapan dan kinerja alat.
14. Spesifikasi adalah Data yang menguraikan kemampuan, kapasitas, teknologi, sistem,
fungsi, aksesori,keselamatan dan aspek teknis lainnya dari suatu alat.
15. Penyedia/Rekanan adalah Perusahaan yang ditunjuk oleh Pejabat Pembuat Komitmen
untuk melaksanakan pengadaan barang dan jasa. Perusahaan tersebut tidak harus
menjadi agen peralatan tetapi mendapat dukungan dari agen tunggal peralatan.
16. Sertifikat Pengujian (Test Certificate ) dari pabrik adalah Sertifikat yang dikeluarkan
oleh pabrik pembuat alat sebagai bukti bahwa alat yang diproduksi telah lulus pengujian
pabrik, meliputi
:keluaran (output), fungsi dan keselamatan.
17. Buku Petunjuk adalah Petunjuk yang harus disertakan pada peralatan kesehatan yang
didistribusikan, meliputi : petunjuk operasional, petunjuk instalasi dan petunjuk
pemeliharaan dalam bahasa Negara pembuat, bahasa Inggris, bahasa Indonesia.
Petunjuk yang harus disertakan sesuai jenis peralatan.
18. Rangkaian Diagram adalah Gambar rangkaian yang menunjukkan tata letak komponen
dan hubungan kabel/printed circuit antar komponen/blok komponen suatu alat. Dapat
dipergunakan untuk mengetahui tingkat teknologi dan melakukan identifikasi/melacak
kerusakan dan perbaikan.
19. Suku Cadang adalah Komponen suatu rekomendasi pabrik alat yang mengalami
kerusakan setelah jangka waktu tertentu dan direkomendasikan harus disediakan.
20. Bagian/Komponen utama alat adalah Bagian dari unit utama yang secara fungsi tidak
dapat dipisahkan.
21. Aksesori Kelengkapan standar yang secara fungsi tidak dapat dipisahkan dan harus
lengkap pada saat penyerahan peralatan.
22. Aksesori Tambahan adalah Kelengkapan fungsi tambahan untuk meningkatkan kinerja
atau fungsi alat.
23. Sarana adalah Bangunan/ruangan yang diperlukan untuk penempatan dan instalasi alat.
1
1
24. Prasarana Kesehatan adalah benda maupun jaringan/instalasi yang membuat suatu
bangunan/ruangan yang ada di fasilitas pelayanan kesehatan bisa berfungsi dengan
tujuan yang diharapkan.
25. Dekontaminasi adalah upaya mengurangi dan/atau menghilangkan kontaminasi oleh
mikroorganisme pada orang, peralatan, bahan dan ruang melalui pembersihan, desinfeksi
dan sterilisasi dengan cara fisik dan kimiawi.
26. Pembersihan adalah Sebuah proses yang secara fisik menghilangkan mikroorganisma
dan bahan organik tapi tidak selalu menghancurkan sama sekali. Pengurangan
kontaminasi mikroorganisma tergantung pada banyak faktor, termasuk efektivitas dari
proses pembersihan. Pembersihan penting dilakukan agar proses disinfeksi atau sterilisasi
efektif.
27. Desinfeksi adalah upaya untuk mengurangi/menghilangkan jumlah mikroorganisme
pathogen penyebab penyakit (tidak termasuk spora) dengan fisik dan kimiawi dengan
menggunakan cairan desinfektan.
28. Desinfektan adalah obat pembasmi kuman penyakit atau bahan kimia bersifat toksik yang
digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi dan memiliki kemampuan membunuh
mikroorganisme.
29. Sterilisasi adalah upaya untuk menghilangkan semua mikroorganisme termasuk
endospora dengan cara fisik dan kimiawi dengan menggunakan alat sterilisator
30. Masa pemeliharaan peralatan adalah Kegiatan yang dilaksanakan oleh teknisi penyedia
peralatan kesehatan/rekanan dalam jangka waktu tertentu (sesuai kontrak), dengan tujuan
agar peralatan selama masa pemeliharaan selalu dalam kondisi baik dan laikpakai.
Jadwal pemeliharaan tiap alat mengikuti petunjuk pemeliharaan dari pabrik, disesuaikan
dengan jenis dan tingkat teknologi alat.
31. Masa garansi adalah Jangka waktu tertentu sesuai ketentuan dalam kontrak, dimana
pihak penyedia peralatan kesehatan/rekanan masih bertanggungjawab terhadap
perbaikan/penggantian peralatan kesehatan yang mengalami kerusakan akibat kesalahan
teknis alat dan bukan akibat kesalahan operator/user dan atau kesalahan catudaya.
32. Kondisi fisik Kondisi alat yang dinilai dari keadaan fisik secara visual, meliputi adanya
keretakan, penyok, bengkok, lecet, patah dan lain-lain.
33. Laporan kerja adalah laporan teknisi pelaksana pemeliharaan preventif/korektif yang
berisi kegiatan yang dilaksanakan dan hasil yang dicapai, untuk setiap kegiatan
berdasarkan surat penugasan pemeliharaan peralatan. Laporan kerja ditanda tangani oleh
User yang menyaksikan dan diketahui oleh Kepala IPSRS.
34. Sertifikat kalibrasi adalah tanda dan atau keterangan bahwa suatu alat telah memenuhi
BAB II
criteria kalibrasi.
35. Laik pakai adalah suatu kondisi alat kesehatan yang telah memenuhi persyaratan, fisik
baik, norma keselamatan kerja, keandalan keluaran dan memiliki ijin operasional yang
dikeluarkan oleh instansi berwenang.
36. Elektromedis adalah setiap orang yang telah lulus dari pendidikan Teknik Elektromedik
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
37. Implan adalah suatu peralatan medis yang dibuat untuk menggantikan struktur dan fungsi
suatu bagian tubuh manusia. Permukaan implan yang kontak dengan tubuh bisa terbuat
dari bahan biomedis seperti titanium, silikon, atau apatit ataupun bahan lain tergantung
pada fungsinya. Pada kasus tertentu implan mengandung perangkat elektronik seperti
jantung buatan,dan pace maker.

BAB 2
RUANG LINGKUP

A. Melakukan iventarisasi peralatan medis yang meliputi peralatan medis yang dimiliki oleh
Puskesmas.
B. Melakukan uji fungsi peralatan medis sesuai penggunaan dan ketentuan pabrik.
C. Pelatihan penggunaan dan pemeliharaan peralatan medis.
D. Melakukan pemeriksaan peralatan medis secara teratur.
E. Melaksanakan pemeliharaan preventif dan kalibrasi.
F. Staff yang kompeten melaksanakan kegiatan
G. Penggunaan produk atau peralatan yang ditarik kembali ( Under recall)
1. Pemantuan dan bertindak terhadap pemberitahuan mengenai peralatan medis yang
berbahaya.
2. Recall/penarikan kembali
3. Laporan insiden
4. Masalah dan kegagalan pada peralatan medis
H. ASPAK (Aplikasi Sarana, Prasarana Alat Kesehatan)

1
3
BAB 3
TATALAKSANA

A. Melakukan iventarisasi peralatan medis yang dimiliki oleh Puskesmas


Inventarisasi peralatan ini berisi data yang berkaitan dengan aspek teknis setiap type/model
alat untuk nama dan merk alat yang sama, mencakup nama alat, merk, model/type, nama
perusahaan yang mengageninya, apakah mempunyai operating manual dan service manual;
kalau tidak memilikinya maka perlu diusahakan kepada agen atau instansi lainnya agar
dapat dipenuhi, berapa jumlahnya alat yang type/modelnya sama.
Total peralatan yang tertuang dalam lembar inventarisasi ini akan menjadi beban kerja
pemeliharaan. Dari data ini akan dapat diprediksi kebutuhan aspek pemeliharaan secara
keseluruhan, sehingga pemeliharaan peralatan dapat dilaksanakan dengan baik.
Inventarisasi peralatan guna kepentingan pemeliharaan alat dilakukan oleh pengelola
pemeliharaan dan ditinjau secara periodic, paling tidak setahun sekali dan setiap ada
perubahan atau penambahan peralatan baru.
Adapun data yangmasuk dalam iventaris meliputi :
1. Nama puskesmas
2. Unit pelayanan tempat alat tersebut digunakan
3. Nama alat sesuai fungsinya
4. Merk alat, Type/Model
5. Nomor seri
6. Tahun pengadaan
7. Nilai pengadaan
8. Nomor inventaris
9. Agen / Suplier
10. Kontak person agen / perusahaan
Data tersebut diatas dibuat pada saat alat mulai dimasukkan pada daftar inventarisasi di
puskesmas.
Tabel data iventori
No Item Keterangan
1 Kode Nomor kode alat, dapat menggunakan kode
inventaris, tetapi disarankan memiliki kode
tersendiri agar lebih memudahkan dalam
inventarisasi
2 Merek/Tipe Merek dan tipe dari peralatan medis

11
3 Pabrikan/Distributor Nama pabrikan atau distributor yang mengageni
peralatan tersebut,termasuk alamat, email dan
kontak person
4 SerialNumber Kode unik setiap item peralatan (dikeluarkan oleh
pabrikan),pada umunya tertera pada peralatan
5 Lokasi Tempat peralatan tersebut digunakan
dipelayanan(Departmen/bagian/ruangan)
6 Kondisi Kondisi peralatan (Baik,rusakringan,rusakberat)
7 Power requirement Kebutuhan akan sumber listrik berupa tegangan
(220V,110V) atau power consumption(watt)
8 Data inventori updated Tanggal terkait updating data
9 Harga pembelian Nilai rupiah peralatan pada saat pembelian
10 Tanggal pengadaan Tanggal (bulan/tahun) pengadaan
11 Masa garansi Tanggal berakhirnya waktu garansi
12 Tanggal penerimaan Tanggal dilakukanya penerimaan alat (instalasi,uji
Fungsi dan uji coba)
13 Usiateknis Batas usia yang diharapkan dapat digunakan di
Pelayanan (tahun/jam/paparn)

B. Melakukan uji fungsi peralatan medis sesuai penggunaan dan ketentuan pabrik.
Penerimaan peralatan medis/komisioning adalah proses melalui proses penerimaan secara
fisik dan administratif,uji coba dan ujifungsi untuk memastikan bahwa peralatan medis itu
sesuai dengan spesifikasi dan kontrak, berfungsi dengan baik sebelum digunakan dalam
rangka menjamin tersedianya peralatan medis yang bermutu, aman dan laik pakai.
Terdiri dari 3 tahap yaitu :
1. Pemeriksaan fisik peralatan medis setelah diinstalasi
Bagi peralatan medis yang mensyaratkan instalasi, uji fungsi dan uji coba disertai pelatihan
bagi pengguna dan teknisi. Hasil penerimaan peralatan kesehatan dituangkan dalam berita
acara penerimaan peralatan medis sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Uji Fungsi
Uji fungsi dilakukan untuk mengetahui kinerja alat sesuai dengan yang diharapkan atau
sesuai dengan standard keamanan dan standard dari pabrikan. Pelaksanaan uji fungsi
sebagai berikut:
a. Pemeriksaan fungsi komponen/bagian alat (tombol, saklar, indikator, putaran motor,
pengereman,dll)
b. Kinerja out put
Pada tahap ini dilakukan pengujian terhadap hasil keluaran dari alat (misal : X ray,
temperature, putaran, energy, daya hisap, sistem perekaman,dll). Pada pengujian
keluaran ini, supplier harus melakukan pengukuran, dengan menggunakan alat ukur
yang sesuai dengan keluaran yang dihasilkan setiap jenis alat.
c. Pengujian aspek keselamatan, meliputi:
1) Arus bocor
2) Impedansi kabel pembumian
3) Nilai tahanan hubungan pembumian
4) Radiasi bocor dan paparan radiasi
5) Anaesthesia gas scavenging sistem
6) Kesetimbangan/balancing
7) Sistem pengamanan tertentu
8) Nilai ambang batas parameter keselamatan
Dalam pelaksanaan uji fungsi pihak penyedia haruslah menyediakan :
a. bahan operasional yang diperlukan untuk uji fungsi
b. alat ukur yang diperlukan dan
c. tenaga ahli yang mampu untuk melakukan uji fungsi dan peragaan alat.
3. Uji Coba
Uji coba adalah kegiatan pengujian peralatan dengan melakukan penggunaan langsung
pada pasien yang dilaksanakan setelah melalui proses uji fungsi dengan baik. Uji coba
dilaksanakan oleh operator yang telah dilatih untuk membiasakan penggunaan alat sesuai
prosedur kerjanya dalam waktu tertentu atau berdasarkan jumlah pemakaian.

13
C. Pelatihan penggunaan dan pemeliharaan peralatan medis.
1. Pelatihan penggunaan peralatan medis
Dalam mengoperasikan peralatan medis ada beberapa ketentuan yang harus
dipertimbangkan dan menjadi persyaratan agar alat dapat dioperasikan secara aman dan
benar sebelum digunakan digunakan untuk pelayanan salah satunya harus adanya
pelatihan bagi user, operator dan tehnisi melalui :
a. Mengikuti pelatihan pengoperasian peralatan medis pada saat pengadaan (dilakukan
oleh distributor/agen).
b. Mengikuti pelatihan pengoperasian peralatan medis yang dilaksanakan oleh Dinas
kesehatan kab.sleman.
c. Mempelajari operasional manual dan standar prosedur pengoperasian peralatan
medis
2. Pemeliharaan peralatan medis
a. Pemeliharaan peralatan medis tang dilakukan meliputi :
 Prosedur penggunaan alat yang benar dan aman
 Pengoperasian peralatan secara optimal
 Pemeliharaan harian, penyimpanan alat dan penggantian bahan habis pakai
 Penyusunan standard operating procedur (SOP)

D. Melakukan pemeliharaan peralatan medis secara teratur.


Pemeliharaan peralatan medis dapat dibagi menjadi dua kategori utama yaitu :
1. Pemeliharaan preventif (PM).
2. Pemeliharaan korektif/Corrective Maintenance (CM).
1. Pemeliharaan Preventif (PM)
Penggunaan prosedur yang benar dan tepat untuk pemeliharaan peralatan akan dapat
meningkatkan meningkatkan kinerja peralatan yang handal dan benar berfungsi baik.
Prosedur yang digunakan dalam melakukan kegiatan PM harus dilakukan sebelum
pelaksanaan inspeksi atau pekerjaan pemeliharaan melalui kajian yang cermat dari setiap
jenis peralatan (atau model ).
Dalam beberapa kasus, bagaimanapun, tugas-tugas yang rutin dan mudah untuk
dilaksanakan, diselesaikan oleh pengguna. Hal ini menghemat waktu untuk personil teknis
dalam melakukan tugas- tugas teknis yang lebih kompleks dan kritis dan juga membuat
pengguna mempunyai perasaan memiliki.
Ketika pada saat kegiatan pemeliharaan terdapat masalah pada peralatan, perbaikan
pemeliharaan tersebut dapat dijadwalkan untuk dilakukan perbaikan tanpa mengganggu
kegiatan pemeliharaan yang dilakukan, atau perbaikan tersebut dapat diselesaikan
sebagai dari bagian proses pemeliharaan. Jika kegiatan pemeliharaan atau perbaikan
terkait tidak dapat diselesaikan dalam perioda yang telah ditentukan sebelumnya.
Permintaan perbaikan/pemeliharaan menggunakan lembar LKMAI (Lembar Kerusakan M
Alat Inventaris) dan petugas pemelihara harus memeriksa atau memperbaiki peralatan
secepat mungkin. Peralatan medis yang memiliki prioritas yang lebih tinggi yang
sebelumnya tidak dilakukan kegiatan pemeliharaan pada periode sebelumnya, harus
dilakukan terlebih dahulu.
Rentang waktu inspeksi dan pemeliharaan peralatan kesehatan didasarkan pada kriteria
yang direkomendasikan pabrikan seperti tingkat risiko dan pengalaman.
Semua peralatan termasuk dalam program ini diperiksa dan diuji sebelum penggunaan
awal dan pada interval yang ditetapkan, biasanya disebut sebagai perawatan
pencegahan.
Jadwal pemeliharaan peralatan kesehatan yang sistematis menjamin peralatan tersebut
aman digunakan dan memperoleh pemanfaatan maksimal dengan biaya yang wajar.
Keuntungan lain adalah meminimalkan risiko klinis dan fisik.
Setiap peralatan kesehatan mempunyai klasifikasi risiko berdasarkan:
a. Fungsi peralatan kesehatan : penghantar energi, pemantau pasien,atau peralatan
untuk kenyamanan pasien.
b. Risiko fisik
c. Preventif pemeliharaan
d. Riwayat insiden
Masing-masing peralatan kesehatan mempunyai bobot pada kategori fungsi,
risiko Fisik dan kebutuhan pemeliharaan.

2. Pemeliharaan Korektif
a. Perbaikan dan trouble shooting
Perbaikan peralatan terjadi ketika pengguna peralatan telah melaporkan masalah
tentang peralatan tersebut.
Untuk mengembalikan peralatan ke layanan secepat mungkin, tindakan yang efektif
diperlukan untuk memverifikasi kegagalan dan menentukan penyebabnya. Dalam
beberapa kasus petugas pengguna akan menemukan bahwa peralatan itu sendiri
telah gagal dan harus diperbaiki. Petugas pengguna itu kemudian menentukan
langkah apa yang diperlukan untuk memperbaiki masalah dan mengembalikan fungsi
15
peralatan secara penuh. Jika diperlukan memanfaatkan tenaga ahli dari luar atau
penyedia layanan eksternal.
b. Inspeksi dan penggunaan pada pelayanan
Setelah selesai perbaikan, melakukan pemeriksaan kinerja dan keselamatan adalah
penting, dan dalam beberapa kasus kalibrasi ulang mungkin diperlukan. Kegiatan ini
akan mengukur kinerja peralatan dan memungkinkan untuk setiap pengaturan yang
diperlukan untuk mengembalikan fungsi peralatan secara penuh. Setelah hal ini
diselesaikan, peralatan dapat dikembalikan untuk digunakan dalam layanan pasien.
3. Pelaporan
Untuk kegiatan pemeliharaan, petugas biasanya memiliki daftar rinci untuk diikuti guna
merekam hasil. Memiliki check list seperti itu juga berfungsi sebagai pengingat untuk
setiap langkah dalam proses pemeliharaan dan dengan demikian membantu
menghindari terlampaui atau dalam menghadap langkah-langkah tertentu. Merekam
pengukuran dan mendokumentasikan hasil akhir (baik dengan pernyataan ‘laik / tidak laik’
atau dengan skoring) membantu dalam pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan di masa
depan, termasuk perbaikan. Untuk kegiatan perbaikan, teknisi mencatat tindakan apa
yang telah diambil, termasuk waktu dan biaya untuk tindakan tersebut.
4. Biaya Pemeliharaan
Peralatan dapat terus digunakan pada tingkat kinerja optimal jika secara teratur dilakukan
pemeliharaan. Oleh karena itu perlu untuk merencanakan biaya tahunan untuk
pemeliharaan untuk peralatan medis baik preventif maupun korektif.
Biaya yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan pemeliharaan suatu peralatan medis
akan meningkat setiap tahun, sesuai dengan peningkatan usia pakai dari peralatan
bersangkutan. Bagian utama dalam merencanakan keb kebutuhan biaya pemeliharaan
adalah tersedianya data yang sesuai dengan kebutuhan.
Tujuan dari penyusunan anggaran pemeliharaan adalah untuk memperkirakan biaya yang
dibutuhkan untuk memelihara dan memperbaiki peralatan medis, sehingga dapat
memastikan bahwa peralatan medis dapat berfungsi dengan baik. Sangatlah penting
dalam membuat perkiraan yang seefektif mungkin karena:
a. Anggaran yang terlalu rendah (under-estimate) akan menghasilkan
pemeliharaan yang tidak berjalan dengan baik
b. Anggaran yang terlalu tinggi (over-estimate) akan menjadi tidak efisien dan bisa
menggangu pelayanan penting lainnya yang memerlukan anggaran.
Perkiraan biaya pemeliharaan selama setahun adalah sekitar 5% sampai 6% dari nilai
investasi peralatan medis. Biaya pemeliharaan juga dapat dihitung dengan cara yang lebih
spesifik berdasarkan kebutuhan rutin tahun sebelumnya serta standar kebutuhan
pemeliharaan dari setiap peralatan.

a. Penyusunan Program Pemeliharaan


Dalam menyusun perencanaan petugas harus memiliki daftar inventaris peralatan,
selain itu haru memperhatikan kemampuan teknis yang meliputi:
1) Sumber Daya Manusia (Jumlah teknisi, kemampuan teknis, pelatihan yang pernah
diikuti, pengalaman kerja).
2) Fasilitas kerja.
3) Dokumen teknis.
Penyusunan perencanaan untuk 1 tahun kedepan meliputi :
1) Jadwal pemantauan fungsi peralatan medis.
2) Jadwal pemeliharaan berkala peralatan medis.
3) Penyiapan bahan pemeliharaan yang diperlukan untuk setiap alat selama 1 tahun.
4) Penyiapan suku cadang/aksesori yang diperlukan untuk perbaikan peralatan medis
yang mengalami kerusakan (pemeliharaan korektif terencana).
5) Penyiapan usulan rencana anggaran.
Usulan tersebut dituangkan ke dalam rencana anggaran dan diusulkan kepada
Manajemen puskesmas..
1) Penyiapan Fasilitas Kerja.
Fasilitas kerja penunjang pelayanan teknis, meliputi alat kerja, tool set, alat kerja
mekanik, alat ukur, prosedur pemantauan fungsi dan lembar kerja, SOP
pemeliharaan dan lembar kerja, SOP perbaikan dan lembar kerja, operation
manual, service manual, schematic/wiring manual, formulir laporan.
2) Pelaksanaan pemeliharaan
Pelaksanaan pelayanan teknis terdiri dari:
a) Pemantauan fungsi.
b) Pemeliharaan berkala
c) Perbaikan alat yang mengikuti prosedur yang telah disusun.
3) Pelaporan
Setiap kegiatan pelayanan teknis harus dilengkapi dengan pelaporan yang dapat
dimengerti, baik oleh pemberi tugas, manajemen puskesmas maupun unit
pelayanan terkait .Jenis laporan antara lain:
a) Kartu pemeliharaan alat.
b) Catatan pemeliharaan alat.

17
c) Laporan kerja pemeliharaan preventif.
d) Laporan kerja pemeliharaan korektif.
e) Laporan hasil pemantauan fungsi.
f) Laporan penggunaan bahan pemeliharaan/suku cadang.
4) Pembinaan teknis kepada operator, meliputi:
a) Pemeliharaan harian
Salah satu jenis pemeliharaan berkala adalah pemeliharaan harian. Tugas ini
diserahkan kepada pengguna berupa melakukan pembersihan alat bagian luar
dan dilaksanakan setiap hari sebelum alat digunakan untuk pelayanan.

b) Aspek keselamatan
Dalam mengoperasikan alat, operator harus memperhatikan keselamatan bagi
pasien, petugas dan lingkungan terhadap segala kemungkinan yang dapat
terjadi,seperti bahaya listrik, radiasi, mekanik, bahaya akan bahan kimia.

E. Melaksanakan pemeliharaan preventif dan kalibrasi.


Dalam pelaksanaan pemeliharaan peralatan kesehatan terdapat dua kriteria pemeliharaan,
yaitu:
1. Pemeliharaan Terencana
Pemeliharaan terencana adalah kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan terhadap alat
sesuai dengan jadual yang telah disusun. Jadual pemeliharaan disusun dengan
memperhatikan jenis peralatan, jumlah, kualifikasi petugas sesuai dengan bidangnya dan
pembiayaan yang tersedia. Pemeliharaan terencana meliputi pemeliharaan
preventif/pencegahan dan pemeliharaan korektif (perbaikan).
a. Pemeliharaan preventif
Pemeliharaan preventif atau pencegahan adalah kegiatan pemeliharaan berupa
perawatan dengan membersihkan alat yang dilaksanakan setiap hari oleh operator
dan kegiatan penyetelan, pelumasan serta penggantian bahan pemeliharaan yang
dilaksanakan oleh teknisi secara berkala. Pemeliharaan preventif bertujuan guna
memperkecil kemungkinan terjadinya kerusakan. Untuk jenis alat tertentu
pemeliharaan preventif dapat dilakukan pada saat alat sedang
jalan/operasional/running maintenance, melalui pemeriksaan dengan melihat,
merasakan, mendengarkan bekerjanya alat, baik tanpa maupun dengan
menggunakan alat ukur. Pada waktu running maintenance dilakukan juga pelumasan
dan penyetalan bagian – bagian alat tertentu yang memerlukan.
Pemeliharaan preventif dengan running maintenance biasanya tidak dilakukan untuk
peralatan kesehatan. Pemeliharaan preventif untuk peralatan kesehatan pada
umumnya dilakukan pada waktu alat tidak operasional/shut down maintenance, yaitu
alat dalam keadaan dimatikan lalu dipelihara. Dalam hal ini kegiatan pemeliharaan
dapat berupa pembersihan, pelumasan, pengecekan fungsi komponen, penyetelan,
penggantian bahan pemeliharaan, pengukuran keluaran dan keselamatan.
b. Pemeliharaan Korektif
Pemeliharaan korektif adalah kegiatan pemeliharaan yang bersifat perbaikan terhadap
peralatan yang mengalami kerusakan dengan atau tanpa pengganti suku cadang.
Pemeliharaan korektif dimaksudkan untuk mengembalikan kondisi peralatan yang
rusak ke kondisi siap operasional dan laik pakai dapat difungsikan dengan baik.
Tahap akhir dari pemeliharaan korektif adalah kalibrasi teknis yaitu
pengukuran kuantitatif keluaran dan pengukuran aspek keselamatan. Sedangkan
kalibrasi yang bersifat teknis dan legalitas penggunaan alat harus dilakukan oleh
Institusi Penguji yang berwenang. Perbaikan korektif dilakukan terhadap peralatan
yang mengalami kerusakan dan dilakukan secara terencana.
Overhaul adalah bagian dari pemeliharaan korektif, yaitu kegiatan perbaikan
terhadap peralatan dengan mengganti bagian – bagian utama alat, bertujuan untuk
mengembalikan fungsi dan kemampuan alat yang sudah menurun karena usia dan
penggunaan.
2. Pemeliharaan Tidak Terencana
Pemeliharaan tidak terencana adalah kegiatan pemeliharaan yang bersifat darurat berupa
perbaikan terhadap kerusakan alat yang mendadak/tidak terduga dan harus segera
dilaksanakan mengingat alat sangat dibutuhkan dalam pelayanan. Untuk dapat
melaksanakan pemeliharaan tidak terencana, perlu adanya tenaga yang selalu siap (stand
by) dan fasilitas pendukungnya. Frekuensi pemeliharaan tidak terencana dapat ditekan
serendah mungkin dengan cara meningkatkan kegiatan pemeliharaan terencana.
Dilakukan dengan beberapa cara :
a. Dilaksanakan oleh Teknisi Puskesmas
Pada dasarnya pemeliharaan peralatan kesehatan di puskesmas harus dapat
dilaksanakan oleh teknisi setempat sejauh memungkinkan ditinjau dari segala aspek,
khususnya aspek pemeliharaan.
b. Dilaksanakan oleh Teknisi Rujukan
Apabila teknisi puskesmas tidak mampu melaksanakan pemeliharaan suatu alat
disebabkan oleh beberapa hal, missal kemampuan teknisi kurang atau peralatan kerja

19
tidak lengkap, maka pemeliharaan dapat dilaksanakan oleh teknisi rujukan dari
puskesmas yang lebih mampu.
c. Dilaksanakan oleh Pihak III
Apabila pemeliharaan suatu alat tertentu memerlukan suku cadang atau keahlian
khusus dan biaya besar, maka pelaksanaannya diserahkan kepada Pihak III; pada
umumnya dilakukan oleh perusahaan yang mengageninya alat tersebut, melalui
proses sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku.
Setiap alat dilengkapi dengan prosedur (Standard4 Operation4 procedur4 /SOP),
Pengoperasian alat harus sesuai prosedur. Selain prosedur pengoperasian alat, harus
dilengkapi pula dengan prosedur pelayanan yang dimengerti dan dipahami oleh seluruh
petugas yang terlibat dengan kegiatan di unit pelayanan tersebut.
3. Kalibrasi
Pengujian alat kesehatan adalah merupakan keseluruhan tindakan meliputi pemeriksaan
fisik dan pengukuran untuk menentukan karakteristik alat kesehatan, sehingga dapat
dipastikan kesesuaian alat kesehatan terhadap keselamatan kerja dan spesifikasinya.
Kalibrasi alat kesehatan bertujuan untuk menjaga kondisi alat kesehatan agar tetap sesuai
dengan supplier besaran pada spesifikasinya minimal dilakukan setahun sekali. Dengan
adanya kalibrasi maka akurasi, ketelitian dan keamanan alat kesehatan dapat dijamin
sesuai besaran-besaran yang tertera/diabadikan pada alat kesehatan yang bersangkutan.
Pengujian dan kalibrasi wajib dilakukan terhadap alat kesehatan dengan kriteria:
a. Belum memiliki sertifikat dan tanda lulus pengujian atau kalibrasi.
b. Masa berlaku sertifikat dan tanda lulus pengujian atau kalibrasi telah habis.
c. Diketahui penunjukkannya atau keluarannya atau kinerjanya atau keamanannya tidak
sesuai lagi, walaupun sertifikat dan tanda masih berlaku.
d. Telah mengalami perbaikan, walaupun sertifikat dan tanda masih berlaku.
e. Telah dipindahkan bagi yang memerlukan instalasi, walaupun sertifikat dan tanda
masih berlaku.
f. Atau jika tanda laik pakai pada alat kesehatan tersebut hilang atau rusak, sehingga
tidak dapat memberikan informasi yang sebenarnya.
Pengujian dan kalibrasi bertujuan untuk:
a. Memastikan kesesuaian karakteristik terhadap spesifikasi dari suatu bahan
ukur atau instrument.
b. Menentukan deviasi kebenaran konvensional nilai penunjukan suatu besaran
c. Ukur atau deviasi dimensi nominal yang seharusnya untuk suatu bahan ukur.
d. Menjamin hasil-hasil pengukuran sesuai dengan standar Nasional maupun
Internasional. Sedangkan manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan pengujian dan
kalibrasi adalah kondisi alat ukur dan bahan ukur tetap terjaga sesuai dengan
spesifikasinya.
Alat kesehatan yang lulus kalibrasi akan mendapatkan Sertifikat Kalibrasi serta tanda Laik
Pakai, demikian juga alat kesehatan yang lulus uji akan mendapatkan Sertifikat
Pengujian/Kalibrasi dan tanda Laik Pakai.
Alat kesehatan yang tidak lulus kalibrasi dan/atau uji akan mendapatkan Tanda Tidak Laik
Pakai dan tidak boleh digunakan dipelayanan. Sertifikat, Tanda Laik Pakai dan Tanda
Tidak Laik Pakai dikeluarkan oleh Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan, Loka
Pengamanan Fasilitas Kesehatan dan institusi pengujian fasilitas kesehatan yang
berwenang.
Sertifikat kelaikan memuat keterangan :
a. Uraian tentang alat kesehatan yang dilakukan pengujian dan/atau kalibrasi;
b. Tanggal pelaksanaan pengujian dan/atau kalibrasi;
c. Nama balai pengujian fasilitas kesehatan atau institusi pengujian alat kesehatan yang
melakukan pengujian dan/atau kalibrasi;
d. Nama dan alamat fasilitas pelayanan kesehatan atau fasilitas kesehatan lainnya;
e. Uraian kondisi dan identifikasi yang tidak meragukan dari barang yang diuji atau
kalibrasi;
f. Jangka waktu berlakunya sertifikat;
g. Hasil pengujian dan/atau kalibrasi serta tingkat ketelitiannya;
h. Metode kerja yang dipakai;
i. Tanda tangan dan nama jelas pejabat yang berwenang dari balai pengujian fasilitas
kesehatan; atau institusi pengujian alat kesehatan yang melakukan pengujian dan/atau
kalibrasi;
Label kelaikan memuat keterangan :
a. Nama balai pengujian fasilitas kesehatan atau institusi pengujian alat kesehatan yang
melakukan pengujian dan/atau kalibrasi;
b. Nama fasilitas pelayanan kesehatan atau fasilitas kesehatan lainnya;
c. Nomor sertifikat atau nomor surat keterangan;
d. Nama dan nomor seri alat kesehatan yang dilakukan pengujian dan/atau kalibrasi;
e. Tanggal pelaksanaan pengujian dan/atau kalibrasi;
f. Penyataan laik pakai atau tidak laik pakai; dan
g. Batas waktu pengujian dan/atau kalibrasi ulang;

21
Label ditempelkan pada bagian alat kesehatan yang mudah terlihat dan tidak mudah lepas
atau rusak. Kalibrasi dilakukan secara internal apabila memiliki alat kalibrator, kalibrasi
internal dilakukan untuk peralatan yang habis diperbaiki atau memastikan kembali
akurasinya bila penggunaan alat cukup tinggi.
I. Penggunaan produk atau peralatan yang ditarik kembali ( Under recall)
1. Recall/penarikan kembali
Produksi alat kesehatan tidak berbeda dengan produksi industri lainnya, walaupun telah
melalui quality control (QC) tetapi tidak menjamin bahwa produk tersebut sempurna.
Suatu kekurangan pada produk alat kesehatan baik pada kualitas maupun keamanan
sehingga tidak sesuai dengan spesifikasi atau tujuannya, dapat menyebabkan gangguan
bahkan kegagalan dalam pelayanaan kesehatan yang berdampak pada gangguan
kesehatan bahkan kematian. Jika kekurangan tersebut diketahui setelah dipasarkan atau
digunakan konsumen, maka produk bersangkutan akan ditarik oleh perusahaan yang
bertanggung jawab terhadap peredaran alat tersebut.
a. Recall
Recall adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah pada
suatuperalatanmedis, bila tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku atau dapat
menyebabkan suatu bahaya pada penggunaannya. Suatu produk yang ditarik dari
peredaran, akan diteliti ulang oleh produsen sehingga dapat ditentukan apakah produk
tersebut akan diperbaiki atau dimusnahkan.
Penarikan peralatan medis tidak selalu berarti bahwa penggunaan peralatan tersebut harus
dihentikan dan mengembalikan peralatan medis ke pabrikan. suatu recall kadang-kadang
dapat berarti bahwa peralatan medis perlu diperiksa, disesuaikan, atau diperbaiki. Jika
peralatan medis yang bersifat implan (misalnya, alat pacu jantung atau pinggul buatan)
direcall, tidak selalu peralatan medis tersebut harus dilepas dari pasien.
Jika sebuah peralatan medis implan memiliki potensi terjadi kegagalan tak terduga,
perusahaan sering memberitahu dokter untuk menghubungi pasien agar mendiskusikan
risiko melepas peralatan tersebut dibandingkan dengan risiko bila tetap menggunakannya.

Contoh jenis—jenis tindakan yang dapat dianggap Recall:


1) Memeriksa peralatan medis terhadap masalah
2) Perbaikan peralatan medis
3) Menyesuaikan pengaturan pada peralatan medis
4) Pelabelan ulang peralatan medis
5) Menghancurkan peralatan medis
6) Memberitahukan kepada pengguna tentang masalah pada peralatan medis.
7) Pemantauan masalah kesehatan pasien akibat penggunaan peralatan medis.
Kadang-kadang perusahaan memiliki kecurigaan pada sekelompok produk, tetapi tidak
dapat memprediksi peralatan medis yang bermasalah secara individu. Untuk menjamin

23
keamanan penggunaan alat kesehatan, perusahaan dapat melakukan Recall terhadap
seluruh model, atau produk sejenis.
Recall dapat berupa tindakan koreksi atau removal tergantung tingkat masalah yang
terjadi. Koreksi adalah mengatasi masalah peralatan medis ditempat alat kesehatan
tersebut digunakan atau dijual. Sedangkan removal adalah mengatasi masalah peralatan
medis dengan menarik alat kesehatan tersebut dari peredaran.
Mekanisme pelaksanaan recall peralatan medis di puskesmas ditentukan oleh Standar
Prosedur Operasional yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan.

b. Penghapusan Peralatan Medis


Peralatan medis yang dimiliki oleh puskesmas adalah asset negara, karena itu peralatan
medis dicatat pada akuntansi diakui puskesmas. Setiap penambahan peralatan medis
yang memenuhi persyaratan akutansi, akan menambah asset puskesmas demikian juga
pada saat pengurangan peralatan medis, akan mengurangi asset puskesmas.
Pengurangan asset puskesmas dapat dilakukan dengan melakukan penghapusan
peralatan medis dari daftar kekayaan puskesmas yang harus dilakukan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Penghapusan peralatan medis agar pemanfaatan peralatan medis di puskesmas efektif
dan efesien serta penatausahaan peralatan medis akuntabel serta membebaskan
pengguna dan atau kuasa pengguna barang dari tanggung jawab administrasi dan fisik
barang yang berada dalam penguasaannya.
Peralatan medis dihapuskan apabila memenuhi antara lain:
1) Persyaratan teknis:
a) Secara fisik alat kesehatan tidak dapat digunakan karena rusak, dan tidak
ekonomis bila diperbaiki`
b) Secara teknis barang tidak dapat digunakan lagi akibat modernisasi`
c) Alat kesehatan telah melampaui batas usia teknis/kadaluarsa`
d) Alat kesehatan mengalami perubahan dalam spesifikasi karena penggunaan,
seperti terkikis, aus, dan lain-lain sejenisnya`
2) Secara ekonomis lebih menguntungkan bagi negara apabila alat kesehatan dihapus,
karena biaya operasional dan pemeliharaan alat kesehatan lebih besar dari manfaat
yang diperoleh. Alat kesehatan hilang, atau dalam kondisi kekurangan
perbendaharaan.
Penghapusan peralatan medis dari daftar barang pengguna dan/atau daftar barang
kuasa pengguna barang dilakukan sesuai persyaratan administrasi dan peraturan yang
berlaku.
J. Laporan insiden
Vigilance (kewaspadaan) adalah mengacu pada insiden yang dapat terjadi dengan peralatan
medis, ketika peralatan medis tersebut tidak berfungsi sebagaimanan mestinya, sehingga
dapat menyebabkan cedera atau kematian. Hal ini memerlukan ketepatan waktu, koordinasi
dan penyampaian informasi antara produsen dan pemerintah terkaitan dengan insiden
peralatan medis tersebut. Apabila insiden peralatan medis terjadi di fasilitas pelayanan
kesehatan, maka fasilitas pelayanan tersebut wajib melaporkan kepada pemerintah dan
produsen serta mendokumentasikannya, sesuai format yang telah ditetapkan.
Produsen peralatan medis bertanggung jawab merespon insiden yang terjadi pada alat serta
wajib mengambil langka--langkah perbaikan. Apabila insiden melibatkan lebih dari 1 alat
dengan produsen yang berbeda, masing-masing produsen wajib membuat laporan kepada
Badan yang berkompeten yang ditunjuk pemerintah.
Badan yang berkompeten memonitor laporan yang dibuat produsen. Jika diperlukan
melakukan pendampingan kepada produsen dalam mengambil tindakan perbaikan.Untuk
mengantisipasi serta meniminalkan terjadinya insiden yang serupa, perlu dilakukan diseminasi
kepada pihak terkait.
Tujuan vigilance peralatan medis adalah untuk melindungi peralatan medis dan keselamatan
pasien dan petugas, dievaluasi untuk mencegah terulangnya insiden, menentukan efektivitas
tindakan perbaikan dan tindakan pencegahan dan pemantauan.
Disarankan adanya informasi mengenai vigilance peralatan medis secara online, yang dapat
digunakan sebagai referensi oleh pengguna peralatan medis, terutama untuk bahan
pertimbangan penyediaan peralatan medis di fasilitas pelayanan kesehatan. Fasilitas
pelayanan kesehatan wajib melaporkan terjadinya insiden peralatan medis kepada produsen
atau badan yang berwenang, sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Kriteria Laporan Insiden yang harus disampaikan oleh produsen kepada badan yang
berwenang :
a. Hal yang terjadi karena:
1) Terjadinya kerusakan atau penurunan karakteristik atau kinerja.
2) Memberikan bacaan hasil yang tidak akurat
3) Menyebabkanterjadnyaefeksampingyangtidakdidugasebelumnya.
4) Menyebabkan terapi yang tidak tepat
5) Terjadinya kerusakan, misal adanya kebakaran diperalatan medis tersebut.
6) Adanya ketidak tepatan penandaan, instruksi dan atau bahan yang dipromosikan.
b. Peralatan medis tersebut diduga sebagai penyebab insiden.
1) Pendapat dari tenaga kesehatan, berdasarkan bukti yang ada.

25
2) Hasil penilaian awal oleh produsen sendiri terhadap kejadian tersebut.
3) Adanya insiden serupa yang terjadi sebelumnya.
4) Adanya data kejadian peralatan medis tersebut yang dimiliki oleh Produsen.
d. Menyebabkan hal - hal sebagai berikut:
1) Menyebabkan kematian pasien, pengguna, atau orang lain.
2) Menyebabkan cedera yang mempengaruhi kondisi kesehatan pasien, pengguna
atau orang lain.
Laporan insiden biasanya tidak diperlukan pada kondisi:
a. Kondisi peralatan medis yang tidak memadai pada saat akan digunakan, misal Sudah
terbuka`diketahui dalam kondisi tidak steril.
b. Kondisi kesehatan pasien yang memang sudah bisa diprediksikan, sebelum peralatan
medis tersebut digunakan pada pasien. Apabila pasien meninggal, harus dipastikan bahwa
bukan disebabkan peralatan tersebut.
c. Peralatan medis tersebut melewati usia pakai dan usia pemeliharaan.
d. Adanya pengamanan/alarm peralatan medis yang berfungsi menginfomasikan tidak
berfungsinya alat.
e. Peralatan medis yang akibat sampingannya sudah bisa diperkirakan.
Selain pelaporan insiden peralatan kesehatan bila terjadi dirumah sakit dilaporkan secara rutin
baik terjadi maupun tidak ke komite keselamatan pasien setiap bulan.

K. ASPAK (Aplikasi Sarana, Prasarana Alat Kesehatan)


ASPAK merupakan aplikasi web$ based sistem informasi data sarana, prasarana dan
peralatan kesehatan secara on*line. Dengan ASPAK dimungkin sarana pelayanan kesehatan
khususnya rumah sakit milik pemerintah dapat menyimpan data SPA secara langsung di server
ASPAK sehingga monitoring data peralatan kesehatan dapat dengan cepat dilakukan. ASPAK
dapat diakses secara lagsung di alamat www.aspak.buk.depkes.go.id atau melalui situs
www.buk.depkes.go.id.
ASPAK bertujuan untuk:
1. Tersedianya data dan informasi sarana, prasarana dan peralatan kesehatan di fasilitas
pelayanan kesehatan seluruh Indonesia
2. Terciptanya Pemetaan SPA diFasyankes.
3. Supporting untuk perencanaan SPA
Data apa yang ada di ASPAK
ASPAK menyediakan empat kelompok data utama sarana pelayanan kesehatan
1. Data umum, mencakup data umum sarana pelayanan kesehatan yaitu alamat, telp, kapasitas,
kelas rumah sakit, status akreditasi, dll.
2. Data Sarana, mencakup data dan kondisi gedung berdasarkan pelayanan kesehatan yang
dilayani
3. Data Prasarana, mencakup data prasarana pelayana kesehatan seperti data pengelolaan
limbah, sumber listrik, air, dll.
4. Data peralatan kesehatan yang mencakup jumlah, kondisi peralatan kesehatan.
ASPAK dapat diakses oleh Dinas Kesehatan Provinsi/Kab/Kota, Rumah Sakit, BPFK dan
Puskesmas yang kesemuanya harus memiliki account yang disediakan oleh Direk torat Bina
Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan.

BAB IV
DOKUMENTASI

Gambar halaman depan ASPAK

27
Lampiran 1

form pengumpulan data inventarisasi peralatan medis

KodeInventori Jenis

Peralatan___________________________________________________________Pabrikan

Merek / Tipe Serial number Negara

Asal__________________________Tahun pembuatan__________________Kebutuhan

Daya

Kondisi Baik

Rusak Ringan

Rusak Berat___________________________________

Tidak digunakan

Membutuhkan disposal khusus Ya Tidak

Manual Petunjuk penggunaan

Petunjuk Pemeliharaan Dokumen

lain

Lokasi Peralatan _________________________________

Keterangan
Formulir Laporan & Insiden peralatan medis dari Pabrikan
Informasi Administrasi
Penerima Laporan Nama
Badan Berkompeten yang ditunjuk Jabatan
pemerintah Tanda Tangan
Tanggal laporan
Nomor Surat Laporan dari pabrikan
Tipe laporan
o Laporan awal
o Laporan tindaklanjut dari laporan sebelumnya
o Kombinasi laporan awal dan akhir
o Laporan akhir
Apakah insiden tersebut menyebabkan ancaman serius bagi kesehatan masyarakat yang
serius?
o Ya
o Tidak
Klasifikasi insiden
o kematian
o kerusakan serius yang tidak terduga yang menyebabkan kemunduran keadaan
kesehatan
o sama seperti laporan insiden sebelumnya
Informasi Penyedia Alat Kesehatan
Status Penyedia Alat
o Pabrikan
o Penyalur Alat Kesehatan
o Rekanan
Informasi Pabrikan
Nama Pabrikan
Kontak Person Pabrikan
Alamat
KodePos Kota
Telepon Fax
Ewmail Negara&
Informasi Penyalur Alat Kesehatan/Agen Tunggal
Nama Penyalur Alat Kesehatan
Kontak Person Penyalur Alat Kesehatan
Alamat
KodePos Kota
Telepon Fax
Ewmail Negara
Informasi Penyedi Alat Kesehatan
Nama Penyedia Alat Kesehatan
Nama Kontak person
Alamat
KodePos Kota
Telepon Fax
Email Negara
Informasiperalatanmedis
Kelas
o Peralatan medis Kelas III
o Peralatan medis Kelas Iib
o Peralatan medis Kelas Iia
o Peralatan medis Kelas I
Sistem Nomenklatur ( lebih baik GMDN )
Kode Nomenklatur
Penamaan Nomenklatur
Nama komersial / merek
Nomor Model Nomo rKatalog
Nomor Seri (jika ada) Nomor Lot/batch (jika ada)
Nomor Versi Software (jika ada)
Tanggal diproduksi, Tanggal Kadaluarsa
Tanggal Pemasangan Implan (jika alat Tanggal Masa Berlaku Implant (jika alat
Kesehatan berbentuk Implan) Kesehatan berbentuk Implan)
Aksesori/alat terkait (jika ada)
Nomor ID Notified Body (NB)
Informasi Insiden
Nomor laporan dari fasilitas pelayanan kesehatan (jika ada)
Tanggal ditanggapinya insiden oleh pabrikan
Tanggalt erjadi insiden
Narasi deskripsi insiden

Jumlah pasien terkena Jumlah peralatan medis yang mengalami


Insiden
Lokasi terjadinya insiden
Yang mengoperasikan Peralatanmedis
Pada saat terjadi insiden ( pilih satu )
o Tenaga Kesehatan o pasien
o Lain – lain
Pemakaian Peralatan medis ( pilih dari
Daftar di&bawah ini ) o Penggunaan kembali dari peralatan
o awal penggunaan medis sekali pakai
o penggunaan kembali perangkat medis o Alat yang diservice ulang/dirakit
dapat digunakan kembali o catatan masalah penggunaan

Informasi Pasien
Kondisi pasien setelah insiden

35
Tindakan yang diambil oleh fasilitas pelayanan kesehatan terhadap pasien yang terkena
Insiden
Umur pasien pada waktu insiden

Jenis kelamin, jika berlaku


o Wanita o Pria
Berat dalam kg
Informasi Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Nama fasilitas Pelayanan Kesehatan


Kontak person fasilitas pelayanan kesehatan
Alamat
KodePos Kota
Telepon Fax
Email Negara

Lampiran 5
Contoh Sertifikat kalibrasi
Lampiran 7
Bentuk Label kalibrasi

Lampiran 8

Form Mutasi

SARPRAS

SURAT BUKTI MUTASI BARANG

Hari : Tanggal :

Bagian Sarpras telah memutasikan barang berupa :

No NAMA BARANG MERK JUMLAH KETERANGAN

5
Unit asal : Dimutasi ke unit :
Nama : Nama :
Ruang : Ruang :
Yang menyerahkan Unit asal Penerima alat mutasi
Bagian ………………………….

( ………………………………………. ) ( ………………………………….. ) ( ……………………………… )


39
BAB
PENUTUP
Panduan pengelolaaan peralatan medik ini disusun sedemikian rupa disesuaikan
dengan kondisi di Puskesmas. Oleh karena itu diharapkan agar seluruh karyawan yang
bekerja di puskesmas ini mengetahui, mengerti serta bisa melakukan sesuai dengan
panduan pengelolaaan peralatan yang sudah dibuat ini.
Dalam penyusunan panduan ini masih banyak kekurangan dan perbaikan harus
dilakukan, kritik dan saran perbaikan diperlukan guna peningakatn mutu yang
berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai