Revisi Ke
Berlaku Tanggal
BAB II
PANDUAN
BAB 2
RUANG LINGKUP
A. Melakukan iventarisasi peralatan medis yang meliputi peralatan medis yang dimiliki oleh
Puskesmas.
B. Melakukan uji fungsi peralatan medis sesuai penggunaan dan ketentuan pabrik.
C. Pelatihan penggunaan dan pemeliharaan peralatan medis.
D. Melakukan pemeriksaan peralatan medis secara teratur.
E. Melaksanakan pemeliharaan preventif dan kalibrasi.
F. Staff yang kompeten melaksanakan kegiatan
G. Penggunaan produk atau peralatan yang ditarik kembali ( Under recall)
1. Pemantuan dan bertindak terhadap pemberitahuan mengenai peralatan medis yang
berbahaya.
2. Recall/penarikan kembali
3. Laporan insiden
4. Masalah dan kegagalan pada peralatan medis
H. ASPAK (Aplikasi Sarana, Prasarana Alat Kesehatan)
1
3
BAB 3
TATALAKSANA
11
3 Pabrikan/Distributor Nama pabrikan atau distributor yang mengageni
peralatan tersebut,termasuk alamat, email dan
kontak person
4 SerialNumber Kode unik setiap item peralatan (dikeluarkan oleh
pabrikan),pada umunya tertera pada peralatan
5 Lokasi Tempat peralatan tersebut digunakan
dipelayanan(Departmen/bagian/ruangan)
6 Kondisi Kondisi peralatan (Baik,rusakringan,rusakberat)
7 Power requirement Kebutuhan akan sumber listrik berupa tegangan
(220V,110V) atau power consumption(watt)
8 Data inventori updated Tanggal terkait updating data
9 Harga pembelian Nilai rupiah peralatan pada saat pembelian
10 Tanggal pengadaan Tanggal (bulan/tahun) pengadaan
11 Masa garansi Tanggal berakhirnya waktu garansi
12 Tanggal penerimaan Tanggal dilakukanya penerimaan alat (instalasi,uji
Fungsi dan uji coba)
13 Usiateknis Batas usia yang diharapkan dapat digunakan di
Pelayanan (tahun/jam/paparn)
B. Melakukan uji fungsi peralatan medis sesuai penggunaan dan ketentuan pabrik.
Penerimaan peralatan medis/komisioning adalah proses melalui proses penerimaan secara
fisik dan administratif,uji coba dan ujifungsi untuk memastikan bahwa peralatan medis itu
sesuai dengan spesifikasi dan kontrak, berfungsi dengan baik sebelum digunakan dalam
rangka menjamin tersedianya peralatan medis yang bermutu, aman dan laik pakai.
Terdiri dari 3 tahap yaitu :
1. Pemeriksaan fisik peralatan medis setelah diinstalasi
Bagi peralatan medis yang mensyaratkan instalasi, uji fungsi dan uji coba disertai pelatihan
bagi pengguna dan teknisi. Hasil penerimaan peralatan kesehatan dituangkan dalam berita
acara penerimaan peralatan medis sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2. Uji Fungsi
Uji fungsi dilakukan untuk mengetahui kinerja alat sesuai dengan yang diharapkan atau
sesuai dengan standard keamanan dan standard dari pabrikan. Pelaksanaan uji fungsi
sebagai berikut:
a. Pemeriksaan fungsi komponen/bagian alat (tombol, saklar, indikator, putaran motor,
pengereman,dll)
b. Kinerja out put
Pada tahap ini dilakukan pengujian terhadap hasil keluaran dari alat (misal : X ray,
temperature, putaran, energy, daya hisap, sistem perekaman,dll). Pada pengujian
keluaran ini, supplier harus melakukan pengukuran, dengan menggunakan alat ukur
yang sesuai dengan keluaran yang dihasilkan setiap jenis alat.
c. Pengujian aspek keselamatan, meliputi:
1) Arus bocor
2) Impedansi kabel pembumian
3) Nilai tahanan hubungan pembumian
4) Radiasi bocor dan paparan radiasi
5) Anaesthesia gas scavenging sistem
6) Kesetimbangan/balancing
7) Sistem pengamanan tertentu
8) Nilai ambang batas parameter keselamatan
Dalam pelaksanaan uji fungsi pihak penyedia haruslah menyediakan :
a. bahan operasional yang diperlukan untuk uji fungsi
b. alat ukur yang diperlukan dan
c. tenaga ahli yang mampu untuk melakukan uji fungsi dan peragaan alat.
3. Uji Coba
Uji coba adalah kegiatan pengujian peralatan dengan melakukan penggunaan langsung
pada pasien yang dilaksanakan setelah melalui proses uji fungsi dengan baik. Uji coba
dilaksanakan oleh operator yang telah dilatih untuk membiasakan penggunaan alat sesuai
prosedur kerjanya dalam waktu tertentu atau berdasarkan jumlah pemakaian.
13
C. Pelatihan penggunaan dan pemeliharaan peralatan medis.
1. Pelatihan penggunaan peralatan medis
Dalam mengoperasikan peralatan medis ada beberapa ketentuan yang harus
dipertimbangkan dan menjadi persyaratan agar alat dapat dioperasikan secara aman dan
benar sebelum digunakan digunakan untuk pelayanan salah satunya harus adanya
pelatihan bagi user, operator dan tehnisi melalui :
a. Mengikuti pelatihan pengoperasian peralatan medis pada saat pengadaan (dilakukan
oleh distributor/agen).
b. Mengikuti pelatihan pengoperasian peralatan medis yang dilaksanakan oleh Dinas
kesehatan kab.sleman.
c. Mempelajari operasional manual dan standar prosedur pengoperasian peralatan
medis
2. Pemeliharaan peralatan medis
a. Pemeliharaan peralatan medis tang dilakukan meliputi :
Prosedur penggunaan alat yang benar dan aman
Pengoperasian peralatan secara optimal
Pemeliharaan harian, penyimpanan alat dan penggantian bahan habis pakai
Penyusunan standard operating procedur (SOP)
2. Pemeliharaan Korektif
a. Perbaikan dan trouble shooting
Perbaikan peralatan terjadi ketika pengguna peralatan telah melaporkan masalah
tentang peralatan tersebut.
Untuk mengembalikan peralatan ke layanan secepat mungkin, tindakan yang efektif
diperlukan untuk memverifikasi kegagalan dan menentukan penyebabnya. Dalam
beberapa kasus petugas pengguna akan menemukan bahwa peralatan itu sendiri
telah gagal dan harus diperbaiki. Petugas pengguna itu kemudian menentukan
langkah apa yang diperlukan untuk memperbaiki masalah dan mengembalikan fungsi
15
peralatan secara penuh. Jika diperlukan memanfaatkan tenaga ahli dari luar atau
penyedia layanan eksternal.
b. Inspeksi dan penggunaan pada pelayanan
Setelah selesai perbaikan, melakukan pemeriksaan kinerja dan keselamatan adalah
penting, dan dalam beberapa kasus kalibrasi ulang mungkin diperlukan. Kegiatan ini
akan mengukur kinerja peralatan dan memungkinkan untuk setiap pengaturan yang
diperlukan untuk mengembalikan fungsi peralatan secara penuh. Setelah hal ini
diselesaikan, peralatan dapat dikembalikan untuk digunakan dalam layanan pasien.
3. Pelaporan
Untuk kegiatan pemeliharaan, petugas biasanya memiliki daftar rinci untuk diikuti guna
merekam hasil. Memiliki check list seperti itu juga berfungsi sebagai pengingat untuk
setiap langkah dalam proses pemeliharaan dan dengan demikian membantu
menghindari terlampaui atau dalam menghadap langkah-langkah tertentu. Merekam
pengukuran dan mendokumentasikan hasil akhir (baik dengan pernyataan ‘laik / tidak laik’
atau dengan skoring) membantu dalam pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan di masa
depan, termasuk perbaikan. Untuk kegiatan perbaikan, teknisi mencatat tindakan apa
yang telah diambil, termasuk waktu dan biaya untuk tindakan tersebut.
4. Biaya Pemeliharaan
Peralatan dapat terus digunakan pada tingkat kinerja optimal jika secara teratur dilakukan
pemeliharaan. Oleh karena itu perlu untuk merencanakan biaya tahunan untuk
pemeliharaan untuk peralatan medis baik preventif maupun korektif.
Biaya yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan pemeliharaan suatu peralatan medis
akan meningkat setiap tahun, sesuai dengan peningkatan usia pakai dari peralatan
bersangkutan. Bagian utama dalam merencanakan keb kebutuhan biaya pemeliharaan
adalah tersedianya data yang sesuai dengan kebutuhan.
Tujuan dari penyusunan anggaran pemeliharaan adalah untuk memperkirakan biaya yang
dibutuhkan untuk memelihara dan memperbaiki peralatan medis, sehingga dapat
memastikan bahwa peralatan medis dapat berfungsi dengan baik. Sangatlah penting
dalam membuat perkiraan yang seefektif mungkin karena:
a. Anggaran yang terlalu rendah (under-estimate) akan menghasilkan
pemeliharaan yang tidak berjalan dengan baik
b. Anggaran yang terlalu tinggi (over-estimate) akan menjadi tidak efisien dan bisa
menggangu pelayanan penting lainnya yang memerlukan anggaran.
Perkiraan biaya pemeliharaan selama setahun adalah sekitar 5% sampai 6% dari nilai
investasi peralatan medis. Biaya pemeliharaan juga dapat dihitung dengan cara yang lebih
spesifik berdasarkan kebutuhan rutin tahun sebelumnya serta standar kebutuhan
pemeliharaan dari setiap peralatan.
17
c) Laporan kerja pemeliharaan preventif.
d) Laporan kerja pemeliharaan korektif.
e) Laporan hasil pemantauan fungsi.
f) Laporan penggunaan bahan pemeliharaan/suku cadang.
4) Pembinaan teknis kepada operator, meliputi:
a) Pemeliharaan harian
Salah satu jenis pemeliharaan berkala adalah pemeliharaan harian. Tugas ini
diserahkan kepada pengguna berupa melakukan pembersihan alat bagian luar
dan dilaksanakan setiap hari sebelum alat digunakan untuk pelayanan.
b) Aspek keselamatan
Dalam mengoperasikan alat, operator harus memperhatikan keselamatan bagi
pasien, petugas dan lingkungan terhadap segala kemungkinan yang dapat
terjadi,seperti bahaya listrik, radiasi, mekanik, bahaya akan bahan kimia.
19
tidak lengkap, maka pemeliharaan dapat dilaksanakan oleh teknisi rujukan dari
puskesmas yang lebih mampu.
c. Dilaksanakan oleh Pihak III
Apabila pemeliharaan suatu alat tertentu memerlukan suku cadang atau keahlian
khusus dan biaya besar, maka pelaksanaannya diserahkan kepada Pihak III; pada
umumnya dilakukan oleh perusahaan yang mengageninya alat tersebut, melalui
proses sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku.
Setiap alat dilengkapi dengan prosedur (Standard4 Operation4 procedur4 /SOP),
Pengoperasian alat harus sesuai prosedur. Selain prosedur pengoperasian alat, harus
dilengkapi pula dengan prosedur pelayanan yang dimengerti dan dipahami oleh seluruh
petugas yang terlibat dengan kegiatan di unit pelayanan tersebut.
3. Kalibrasi
Pengujian alat kesehatan adalah merupakan keseluruhan tindakan meliputi pemeriksaan
fisik dan pengukuran untuk menentukan karakteristik alat kesehatan, sehingga dapat
dipastikan kesesuaian alat kesehatan terhadap keselamatan kerja dan spesifikasinya.
Kalibrasi alat kesehatan bertujuan untuk menjaga kondisi alat kesehatan agar tetap sesuai
dengan supplier besaran pada spesifikasinya minimal dilakukan setahun sekali. Dengan
adanya kalibrasi maka akurasi, ketelitian dan keamanan alat kesehatan dapat dijamin
sesuai besaran-besaran yang tertera/diabadikan pada alat kesehatan yang bersangkutan.
Pengujian dan kalibrasi wajib dilakukan terhadap alat kesehatan dengan kriteria:
a. Belum memiliki sertifikat dan tanda lulus pengujian atau kalibrasi.
b. Masa berlaku sertifikat dan tanda lulus pengujian atau kalibrasi telah habis.
c. Diketahui penunjukkannya atau keluarannya atau kinerjanya atau keamanannya tidak
sesuai lagi, walaupun sertifikat dan tanda masih berlaku.
d. Telah mengalami perbaikan, walaupun sertifikat dan tanda masih berlaku.
e. Telah dipindahkan bagi yang memerlukan instalasi, walaupun sertifikat dan tanda
masih berlaku.
f. Atau jika tanda laik pakai pada alat kesehatan tersebut hilang atau rusak, sehingga
tidak dapat memberikan informasi yang sebenarnya.
Pengujian dan kalibrasi bertujuan untuk:
a. Memastikan kesesuaian karakteristik terhadap spesifikasi dari suatu bahan
ukur atau instrument.
b. Menentukan deviasi kebenaran konvensional nilai penunjukan suatu besaran
c. Ukur atau deviasi dimensi nominal yang seharusnya untuk suatu bahan ukur.
d. Menjamin hasil-hasil pengukuran sesuai dengan standar Nasional maupun
Internasional. Sedangkan manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan pengujian dan
kalibrasi adalah kondisi alat ukur dan bahan ukur tetap terjaga sesuai dengan
spesifikasinya.
Alat kesehatan yang lulus kalibrasi akan mendapatkan Sertifikat Kalibrasi serta tanda Laik
Pakai, demikian juga alat kesehatan yang lulus uji akan mendapatkan Sertifikat
Pengujian/Kalibrasi dan tanda Laik Pakai.
Alat kesehatan yang tidak lulus kalibrasi dan/atau uji akan mendapatkan Tanda Tidak Laik
Pakai dan tidak boleh digunakan dipelayanan. Sertifikat, Tanda Laik Pakai dan Tanda
Tidak Laik Pakai dikeluarkan oleh Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan, Loka
Pengamanan Fasilitas Kesehatan dan institusi pengujian fasilitas kesehatan yang
berwenang.
Sertifikat kelaikan memuat keterangan :
a. Uraian tentang alat kesehatan yang dilakukan pengujian dan/atau kalibrasi;
b. Tanggal pelaksanaan pengujian dan/atau kalibrasi;
c. Nama balai pengujian fasilitas kesehatan atau institusi pengujian alat kesehatan yang
melakukan pengujian dan/atau kalibrasi;
d. Nama dan alamat fasilitas pelayanan kesehatan atau fasilitas kesehatan lainnya;
e. Uraian kondisi dan identifikasi yang tidak meragukan dari barang yang diuji atau
kalibrasi;
f. Jangka waktu berlakunya sertifikat;
g. Hasil pengujian dan/atau kalibrasi serta tingkat ketelitiannya;
h. Metode kerja yang dipakai;
i. Tanda tangan dan nama jelas pejabat yang berwenang dari balai pengujian fasilitas
kesehatan; atau institusi pengujian alat kesehatan yang melakukan pengujian dan/atau
kalibrasi;
Label kelaikan memuat keterangan :
a. Nama balai pengujian fasilitas kesehatan atau institusi pengujian alat kesehatan yang
melakukan pengujian dan/atau kalibrasi;
b. Nama fasilitas pelayanan kesehatan atau fasilitas kesehatan lainnya;
c. Nomor sertifikat atau nomor surat keterangan;
d. Nama dan nomor seri alat kesehatan yang dilakukan pengujian dan/atau kalibrasi;
e. Tanggal pelaksanaan pengujian dan/atau kalibrasi;
f. Penyataan laik pakai atau tidak laik pakai; dan
g. Batas waktu pengujian dan/atau kalibrasi ulang;
21
Label ditempelkan pada bagian alat kesehatan yang mudah terlihat dan tidak mudah lepas
atau rusak. Kalibrasi dilakukan secara internal apabila memiliki alat kalibrator, kalibrasi
internal dilakukan untuk peralatan yang habis diperbaiki atau memastikan kembali
akurasinya bila penggunaan alat cukup tinggi.
I. Penggunaan produk atau peralatan yang ditarik kembali ( Under recall)
1. Recall/penarikan kembali
Produksi alat kesehatan tidak berbeda dengan produksi industri lainnya, walaupun telah
melalui quality control (QC) tetapi tidak menjamin bahwa produk tersebut sempurna.
Suatu kekurangan pada produk alat kesehatan baik pada kualitas maupun keamanan
sehingga tidak sesuai dengan spesifikasi atau tujuannya, dapat menyebabkan gangguan
bahkan kegagalan dalam pelayanaan kesehatan yang berdampak pada gangguan
kesehatan bahkan kematian. Jika kekurangan tersebut diketahui setelah dipasarkan atau
digunakan konsumen, maka produk bersangkutan akan ditarik oleh perusahaan yang
bertanggung jawab terhadap peredaran alat tersebut.
a. Recall
Recall adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah pada
suatuperalatanmedis, bila tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku atau dapat
menyebabkan suatu bahaya pada penggunaannya. Suatu produk yang ditarik dari
peredaran, akan diteliti ulang oleh produsen sehingga dapat ditentukan apakah produk
tersebut akan diperbaiki atau dimusnahkan.
Penarikan peralatan medis tidak selalu berarti bahwa penggunaan peralatan tersebut harus
dihentikan dan mengembalikan peralatan medis ke pabrikan. suatu recall kadang-kadang
dapat berarti bahwa peralatan medis perlu diperiksa, disesuaikan, atau diperbaiki. Jika
peralatan medis yang bersifat implan (misalnya, alat pacu jantung atau pinggul buatan)
direcall, tidak selalu peralatan medis tersebut harus dilepas dari pasien.
Jika sebuah peralatan medis implan memiliki potensi terjadi kegagalan tak terduga,
perusahaan sering memberitahu dokter untuk menghubungi pasien agar mendiskusikan
risiko melepas peralatan tersebut dibandingkan dengan risiko bila tetap menggunakannya.
23
keamanan penggunaan alat kesehatan, perusahaan dapat melakukan Recall terhadap
seluruh model, atau produk sejenis.
Recall dapat berupa tindakan koreksi atau removal tergantung tingkat masalah yang
terjadi. Koreksi adalah mengatasi masalah peralatan medis ditempat alat kesehatan
tersebut digunakan atau dijual. Sedangkan removal adalah mengatasi masalah peralatan
medis dengan menarik alat kesehatan tersebut dari peredaran.
Mekanisme pelaksanaan recall peralatan medis di puskesmas ditentukan oleh Standar
Prosedur Operasional yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan.
25
2) Hasil penilaian awal oleh produsen sendiri terhadap kejadian tersebut.
3) Adanya insiden serupa yang terjadi sebelumnya.
4) Adanya data kejadian peralatan medis tersebut yang dimiliki oleh Produsen.
d. Menyebabkan hal - hal sebagai berikut:
1) Menyebabkan kematian pasien, pengguna, atau orang lain.
2) Menyebabkan cedera yang mempengaruhi kondisi kesehatan pasien, pengguna
atau orang lain.
Laporan insiden biasanya tidak diperlukan pada kondisi:
a. Kondisi peralatan medis yang tidak memadai pada saat akan digunakan, misal Sudah
terbuka`diketahui dalam kondisi tidak steril.
b. Kondisi kesehatan pasien yang memang sudah bisa diprediksikan, sebelum peralatan
medis tersebut digunakan pada pasien. Apabila pasien meninggal, harus dipastikan bahwa
bukan disebabkan peralatan tersebut.
c. Peralatan medis tersebut melewati usia pakai dan usia pemeliharaan.
d. Adanya pengamanan/alarm peralatan medis yang berfungsi menginfomasikan tidak
berfungsinya alat.
e. Peralatan medis yang akibat sampingannya sudah bisa diperkirakan.
Selain pelaporan insiden peralatan kesehatan bila terjadi dirumah sakit dilaporkan secara rutin
baik terjadi maupun tidak ke komite keselamatan pasien setiap bulan.
BAB IV
DOKUMENTASI
27
Lampiran 1
KodeInventori Jenis
Peralatan___________________________________________________________Pabrikan
Asal__________________________Tahun pembuatan__________________Kebutuhan
Daya
Kondisi Baik
Rusak Ringan
Rusak Berat___________________________________
Tidak digunakan
lain
Keterangan
Formulir Laporan & Insiden peralatan medis dari Pabrikan
Informasi Administrasi
Penerima Laporan Nama
Badan Berkompeten yang ditunjuk Jabatan
pemerintah Tanda Tangan
Tanggal laporan
Nomor Surat Laporan dari pabrikan
Tipe laporan
o Laporan awal
o Laporan tindaklanjut dari laporan sebelumnya
o Kombinasi laporan awal dan akhir
o Laporan akhir
Apakah insiden tersebut menyebabkan ancaman serius bagi kesehatan masyarakat yang
serius?
o Ya
o Tidak
Klasifikasi insiden
o kematian
o kerusakan serius yang tidak terduga yang menyebabkan kemunduran keadaan
kesehatan
o sama seperti laporan insiden sebelumnya
Informasi Penyedia Alat Kesehatan
Status Penyedia Alat
o Pabrikan
o Penyalur Alat Kesehatan
o Rekanan
Informasi Pabrikan
Nama Pabrikan
Kontak Person Pabrikan
Alamat
KodePos Kota
Telepon Fax
Ewmail Negara&
Informasi Penyalur Alat Kesehatan/Agen Tunggal
Nama Penyalur Alat Kesehatan
Kontak Person Penyalur Alat Kesehatan
Alamat
KodePos Kota
Telepon Fax
Ewmail Negara
Informasi Penyedi Alat Kesehatan
Nama Penyedia Alat Kesehatan
Nama Kontak person
Alamat
KodePos Kota
Telepon Fax
Email Negara
Informasiperalatanmedis
Kelas
o Peralatan medis Kelas III
o Peralatan medis Kelas Iib
o Peralatan medis Kelas Iia
o Peralatan medis Kelas I
Sistem Nomenklatur ( lebih baik GMDN )
Kode Nomenklatur
Penamaan Nomenklatur
Nama komersial / merek
Nomor Model Nomo rKatalog
Nomor Seri (jika ada) Nomor Lot/batch (jika ada)
Nomor Versi Software (jika ada)
Tanggal diproduksi, Tanggal Kadaluarsa
Tanggal Pemasangan Implan (jika alat Tanggal Masa Berlaku Implant (jika alat
Kesehatan berbentuk Implan) Kesehatan berbentuk Implan)
Aksesori/alat terkait (jika ada)
Nomor ID Notified Body (NB)
Informasi Insiden
Nomor laporan dari fasilitas pelayanan kesehatan (jika ada)
Tanggal ditanggapinya insiden oleh pabrikan
Tanggalt erjadi insiden
Narasi deskripsi insiden
Informasi Pasien
Kondisi pasien setelah insiden
35
Tindakan yang diambil oleh fasilitas pelayanan kesehatan terhadap pasien yang terkena
Insiden
Umur pasien pada waktu insiden
Lampiran 5
Contoh Sertifikat kalibrasi
Lampiran 7
Bentuk Label kalibrasi
Lampiran 8
Form Mutasi
SARPRAS
Hari : Tanggal :
5
Unit asal : Dimutasi ke unit :
Nama : Nama :
Ruang : Ruang :
Yang menyerahkan Unit asal Penerima alat mutasi
Bagian ………………………….