(DISASTER PLAN)
RSUD SULTAN THAHA SAIFUDDIN TEBO
TAHUN 2018
BAB I
DEFENISI
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum WR, WB
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
karuniaNya sehingga Pedoman Penanggulangan Bencana (Disaster Plan) dalam
kelompok kerja Manajemen Fasilitas dan Keselamatan ini dapat terselesaikan.
Pedoman Penanggulangan Bencana dalam Manajemen Fasilitas dan Keselamatan
ini kami rasa sangat penting mengingat saat ini banyak terjadi bencana yang tidak dapat
di duga-duga datang dan terjadi secara tiba-tiba. Rumah sakit sebagai salah satu ruang
publik tidak mustahil menghadapi bahaya dari bencana ini, oleh karena itu diperlukan
tindakan penanggulangan terhadap bencana.
Kami menyadari dalam penyusunan pedoman ini belumlah sempurna oleh karena
itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca supaya
pedoman ini bisa menjadi lebih baik.
i
DAFTAR ISI
I. Umum ………………………………………………………… 1
I. Pengertian …………………………………………………………. 2
I. METODELOGI …………………………………………………………. 7
I. METODELOGI …………………………………………………………. 10
i
V. PERENCANAAN KOMUNIKASI ………………………………………… 11
i
BAB I
PENDAHULUAN
I. UMUM
Bencana dapat terjadi kepada siapa saja, dimana saja dan kapan saja, serta
datangnya tidak dapat diduga / diterka dan dapat menimbulkan kerugian dan
korban yang tidak sedikit bahkan kematian.
Rumah sakit sebagai salah satu “public area” tidak mustahil menghadapi
bahaya dari bencana ini, oleh karena itu diperlukan tindakan penanggulangan
terhadap bencana. Maka diperlukanlah organisasi untuk mengantisipasi keadaan
dan melakukan tindakan yang tepat.
III. SISTEMATIKA
Sebagai sistematika pedoman disaster plan ini adalah sebagai berikut :
1. Metodologi
2. Organisasi
3. Perencanaan SDM, logistik, dan transportasi
4. Perencanaan komunikasi
5. Pencatatan dan pelaporan
i
BAB II
BATASAN DISASTER / BENCANA
I. PENGERTIAN
Bencana adalah rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam atau manusia
yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda,
kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan
gangguan tata kehidupan dan penghidupan, yang memerlukan pertolongan dan
bantuan secara khusus. Korban massal adalah banyaknya korban dengan penyebab
kejadian yang sama, sehingga membutuhkan pertolongan medik yang lebih
memadai dalam hal, fasilitas maupun tenaga sehingga dapat memberikan pelayanan
yang cepat dan tepat.
i
BAB III
ORGANISASI DAN TATA KERJA
1. Pada saat terjadi bencana eksternal rumah sakit, maka rumah sakit bersikap,
siap siaga / stand by, sebagai berikut :
Supra stuktural adalah Dinas Kesehatan terkait, hubungan terjalin melalui
garis koordinasi dengan direktur Rumah Sakit. Direktur memberikan
instruktur kepada Tim Disaster Rumah Sakit untuk langkah-langkah lebih
lanjut, sesuai hasil koordinasi dengan pihak supra struktural. Tim disaster
memberikan laporan dan rekomendasi atas pelaksanaan instruksi direktur dan
kondisi atau situasi di lapangan. Tim disaster juga dapat berkoordinasi dengan
pihak lain yang terkait seperti amblance 119, RS lain, PMI, Puskesmas guna
memperlancar pelaksanaan penanganan bencana.
Tim disaster Rumah Sakit Dinas Kesehatan Provinsi / Kabupaten sub dinas
gawat darurat dan bencana.
- Direktur
- Ambulance 119
- Rumah sakit lain
- PMI
- Puskesmas
- Tim pendukung Disaster
2. Rumah sakit memberikan pelayanan bila korban telah tiba di rumah sakit,
adalah:
TRIASE
Melakukan seleksi pasien berdasarkan tingkat kegawatdaruratan untuk
memberikan prioritas penanganan. Penderita dikelompokkan dalam 5
golongan, dibedakan dengan menggunakan label pita berwarna merah, biru,
kuning, hijau atau hitam. Pada label ditulis: nama pasien, umur, jenis kelamin,
dan alamat pasien. Bila pasien tidak dikenal maka ditulis “tidak dikenal”.
i
TINDAKAN PENDAHULUAN
Dilakukan tindakan analisa situasi, yaitu :
Mengumpulkan informasi tentang bencana dari berbagai sumber (media elektronik
seperti Radio, TV dll). Penyebaran analisa kepada unit-unit terkait, tentang terjadinya
bencana serta kondisi siaga (siaga I, siaga II, dst) melalui pagging. Pengaktifan
koordinasi / pengendalian operasi pertolongan.
i
Bertugas :
- Mengkoordinasi segenap unsur di rumah sakit yang bertugas
menanggulangi bencana
- Berkoordinasi dengan unsur dari luar rumah sakit bila dipandang perlu,
setelah berkonsultasi dengan Direktur Rumah Sakit.
2. Tim Evakuasi
Terdiri dari perawat, petugas kebersihan, petugas administrasi dan keuangan.
Bertugas :
- Membantu pasien dan keluarganya untuk keluar dari gedung rumah sakit
dan menyelamatkan diri
- Menyelamatkan harta benda milik rumah sakit dan pasien
3. Tim Keamanan
Adalah satuan pengamanan dari rumah sakit
Bertugas :
- Mengamankan lokasi bencana dari orang-orang yang tidak bertanggung
jawab
- Mengamankan jalur lalulintas ambulan, tenga medis, dokumen-dokumen
dan harta benda.
- Mengamankan jalur transportasi intern rumah sakit
4. Tim Medis
Dipimpin oleh dokter IGD yang bertugas saat itu dan dibantu oleh perawat IGD.
Berwenang :
- Menentukan kondisi kegawatdaruratan korban
- Menentukan penanganan lanjut untuk para korban, misalnya dirujuk atau
tidak
- Menentukan tempat rujukan yang tepat buat korban
Bertugas :
Memberikan pertolongan medis pertama kepada korban bencana
i
Bertugas :
Melakukan perencanaan dan menyediakan logistik umum yang dibutuhkan oleh
petugas maupun korban bencana yang dibutuhkan saat itu
6. Tim Penunjang
Tim penunjang ini terdiri dari :
- Penunjang Medik yaitu radiologi, farmasi, laboratorium, ambulan, rekam
medis yang bertugas memberikan bantuan penunjang medis sesuai
bidangnya.
- Penunjang Umum yaitu petugas teknik akan memberikan bantuan
penunjang yang sifatnya umum seperti mengamankan kelisrikan agar tetap
berfungsi dan dapat memberikan tenaga listrik sesuai kebutuhan dan
bantuan komunikasi, serta bantuan umum yang lain yang dibutuhkan saat
bencana.
7. Tim Khusus
Adalah petugas atau perawat di kamar operasi
Bila ada operasi yang sedang berlangsung dan operasi harus diselesaikan maka
operasi diselesaikan dan ditutup sementara, maka petugas kamar operasi
bertugas:
- Mengupayakan tenaga listrik tetap terjamin dengan berkoordinasi petugas
teknik
- Berkoordinasi dengan pimpinan disaster untuk kondisi dan situasi bencana
- Petugas kamar operasi berwenang menghentikan kegiatan operasi dan
mengevakuasi pasien bila situasi bencana tidak memungkinkan lagi
Bila tidak ada operasi / operasi baru dimulai maka operasi dihentikan dan
dilakukan evakuasi pasien oleh petugas kamar operasi sesuai ketentuan
Bila korban bencana dari luar rumah sakit, maka perawat kamar operasi
berperan menyiapkan segala sesuatu untuk persiapan operasi, baik kamar
operasi yang akan digunakan, tim operasi yaitu dokter anastesi dan dokter
operator, dll bagi korban yang memerlukan tindakan operasi segera.
Perawat OK dapat dalam keadaan stand by di tempat atau bila diperlukan
perawat OK dapat menjemput korban yang telah tiba di IGD rumah sakit.
i
BAB IV
PENANGGULANGAN BENCANA DARI LUAR RUMAH SAKIT
I. METODELOGI
Bencana dari luar rumah sakit akan mendatangkan korban yang bersifat
massal, karenanya berdasarkan jumlah korban bencana yang datang dengan korban
massal dibagi menjadi 3 tingkat yaitu :
- Siaga 3 : jumlah korban yang datang 3 – 4 orang
- Siaga 2 : jumlah korban yang datang 5 – 10 orang
- Siaga 1 : jumlah korban yang datang lebih dari 10 orang
Keadaan siaga ini ditentukan oleh dokter IGD yang berdinas pada saat itu, yang
selanjutnya dilaporkan kepada Pimpinan Disaster (Kabag Umum).
Triage dipimpin oleh dokter IGD bersama perawat IGD. Penanggulangan awal
penderita dilakukan oleh dokter IGD, perawat IGD, tenaga perawat dari ruangan
lain yang dimobilisasikan.
Korban dikelompokkan dalam 5 kelompok korban dan diberi label sebagai berikut :
Label Merah : penderita yang memerlukan tindakan cepat, live saving
sehingga terhindar dari kecacatan atau kematian
Label Biru : penderita yang trauma kepala berat dan pendarahan dalam
rongga perut
Label Kuning : penderita dengan trauma ringan atau hanya memerlukan
tindakan bedah minor, yang selanjutnya korban diperbolehkan pulang
Label Hijau : penderita yang tidak mengalami luka dan bila dibiarkan tidak
berbahaya
Label Hitam : penderita yang sudah meninggal dunia
Pada label dituliskan : nama korban, umur, jenis kelamin, dan alamat pasien.
Bila korban tidak dikenal maka dituliskan : “tidak dikenal”
II. ORGANISASI
Dalam keadaan bencana / disaster plan seperti ini maka secara otomatis
pengorganisasian penanggulangan bencana yang telah ditetapkan menjadi aktif .
i
III. PERENCANAAN SDM
Perencanaan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk menghadapi penanggulangan
bencana ditentukan berdasarkan :
- Jumlah korban yang ada pada saat itu
- Jumlah tenaga yang ada pada saat itu
Ketentuan perencanaan SDM adalah sebagai berikut :
1. Siaga 3 : jumlah korban yang datang 3-4 orang
Dokter IGD dan perawat IGD yang berdinas dibantu oleh perawat poliklinik
agar dapat memenuhi kebutuhan tenaga
2. Siaga 2 : jumlah korban yang datang 5-10 orang
Diperlukan tambahan tenaga perawat dari ruang perawatan sesuai kebutuhan
3. Siaga 1 : jumlah korban lebih dari 10 orang
Diperlukan tambahan tenaga dari unit pelayanan perawatan, serta perawat yang
sedang tidak berdinas (di asrama maupun dirumah)
i
V. PERENCANAAN LOGISTIK
Perbekalan logistik umum dan obat-obatan dan alat umum maupun alat medis
sangat diperlukan saat penanggulangan bencana, hal ini menjadi peranan penting
bagi tim pendukung logistik untuk merencanakan pelaksanaan sesuai dengan
kondisi pada saat itu.
VII. PELAPORAN
Informasi cepat tentang jumlah / beratnya korban – korban harus segera di dapat
dalam 2 s/d 4 jam
Dilakukan evaluasi secara cepat dan tepat oleh Pimpinan Disaster dan Tim
Disaster, selanjutnya dibuatkan laporannya untuk disampaikan kepada Direktur
Rumah Sakit.
i
BAB V
PENANGANAN BENCANA DARI DALAM RUMAH SAKIT
I. METODELOGI
Sebagai contoh bencana dari dalam rumah sakit yang paling banyak menyebabkan
kerugian dan korban adalah kebakaran. Oleh karena itu metodelogi ini dititik
beratkan pada penanggulangan kebakaran, selanjutnya bencana lain tinggal
mengikutinya. Kebakaran di Rumah Sakit dapat digolongkan menjadi :
1. Kebakaran ringan : kebakaran yang melibatkan area yang sempit, dengan api
yang kecil
2. Kebakaran sedang : kebakaran yang melibatkan area lebih luas bersifat lokal
dengan besarnya api sedang
3. Kebakaran berat : kebakaran yang melibatkan area yang luas dengan api yang
besar
II. ORGANISASI
Secara otomatis organisasi penanggulangan bencana menjadi aktif sesuai ketentuan
yang berlaku.
III. PERENCANAAN
Perencanaan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk menghadapi penanggulangan
bencana ditentukan berdasarkan :
Golongan Kebakaran
Jumlah korban yang ada pada saat itu
i
Kebakaran Berat : untuk memadamkan api diperlukan bantuan dari dinas
kebakaran, dengan mengerahkan seluruh pegawai yang berdinas saat itu untuk
melakukan evakuasi.
V. PERENCANAAN KOMUNIKASI
Komuikasi dalam penanggulangan bencana di rumah sakit merupakan hal yang
sangat penting. Untuk itu ada hal-hal yang harus dipenuhi dalam berkomunikasi,
yaitu :
1. Komunikasi dilakukan dengan singkat, jelas dan benar
2. Bagi pengirim berita sebutkan identitas (nama, instansi dan alamat) dan isi
berita yang menyebutkan jenis kejadian, lokasi kejadian, jumlah korbandan
tindakan yang telah dilakukan.
3. Penerima harus mencatat identitas pelapor, jam menerima berita, isi berita dan
mencari kebenaran berita tersebut kemudian melaporkan ke atasan
i
VI. PERENCANAAN TRANSPORTASI
Peranan transportasi juga tidak kalah pentingnya untuk pengangkutan korban,
oleh karena itu pimpinan disaster dapat menggunakan alat transportasi ambulan
untuk kerujuk korban ke rumah sakit rujukan bila perlu dapat berkoordinasi
dengan ambulan 119.
VII. PELAPORAN
Informasi tentang jumlah / beratnya korban dan kerusakan harus segera di dapat
dalam 2 s/d 4 jam.
Dilakukan evaluasi secara cepat dan tepat oleh Pimpinan Disaster dan Tim
Disaster, selanjutnya dibuatkan laporannya untuk disampaikan kepada Direktur
Rumah Sakit Umum Daerah Sultan Thaha Saifuddin Kabupaten Tebo.
i
BAB VI
PENUTUP