Anda di halaman 1dari 22

PANDUAN KESIAPSIAGAAN BENCANA DAN EVAKUASI

RUMAH SAKIT UMUM ANTAM MEDIKA


NOMOR :

Tindakan Nama Jabatan Tandatangan Tanggal

Disiapkan

Diperiksa

Disetujui dr. Syafaruddin Balha, MM Direktur Utama

1
PERATURAN DIREKTUR UTAMA RSU ANTAM MEDIKA
NOMOR : 001/PER-DIR/RSUAM/VIII/2017
TENTANG
PANDUAN KESIAPSIAGAAN BENCANA DAN EVAKUASI
RSU ANTAM MEDIKA

MENIMBANG : a. Bahwa untuk melaksanakan tugas dalam kondisi bencana dan


mengharuskan evakuasi ketempat / lokasi aman di RSU Antam
Medika dibutuhkan panduan yang dijadikan acuan dalam
melaksanakan tugas.
b. Bahwa seubungan dengan pernyataan pada butir a tersebut
diatas, maka perlu adanya panduan kesiapsiagaan bencana dan
evakuai dan ditetapkan dengan keputusan direktur RSU Antam
Medika
MENGINGAT : 1. Undang-undang Nomor : 01 tahun 1970 tentang keselamatan
kerja
2. Undang-undang Nomor : 13 tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan
3. Undang-undang RI Nomor :36 tahun 2009 tentang kesehatan
4. Undang-undang RI Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit.
5. Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No : 1/
2.11/31/- 1.77/2015 tentang izin operasional Rumah sakit
Umum Antam Medika Kelas C;
6. Keputusan Direksi PT Medika Yakespen Utama No : 008 /
SKD/MEDIKA/XII/2006 tentang direksi rumah Sakit Umum
Antam Medika

MEMPERHATIKAN: 1. Keputusan Menkes RI Nomor 448/MENKES/SK/VI/1993


Tentang pembentukan tim kesehatan penanggulangan korban
Bencana di setiap rumah sakit
2. Peraturan pemerintah RI Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana
3. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
432/MENKES/IV/2007 tentang Pedoman manajemen
kesehatan dan keselamatan kerja (K3) di rumah sakit
4. PerMenKes RI Nomor 66 Tahun 66 Tahun 2016 Tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit
5. Keputusan Direktur RSU Antam Medika Nomor :
006a/PER-DIR/RSUAM/VI/2017 Tentang Pedoman
kesehatan dan keselamatan kerja

MEMUTUSKAN
MENETAPKAN

2
PERTAMA : PERATURAN DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT UMUM
ANTAM MEDIKA TENTANG PANDUAN KESIAPSIAGAAN
BENCANA DAN EVAKUASI
KEDUA : Panduan yang sah dipergunakan sebagai acuan dalam melaksanakan tugas
pada kondisi bencana di RSU Antam Medika sebagai mana tercantum dalam
lampiran surat keputusan ini.
KETIGA : Tim Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) RSU Antam Medika dalam
melaksanakan tugas di RSU Antam Medika berpedoman dan mengacu pada
lampiran surat keputusan ini
KEEMPAT : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya dan apabila dikemudian
hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini, maka diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : Jakarta 2017

dr. Syafaruddin Balha, MM


Direktur Utama Rumah Sakit Umum Antam Medika

Tembusan :
1. Direktur RSU Antam Medika
2. Unit Mutu dan Keselamatan Pasien
3. Unit SDM
4. Arsip

3
DAFTAR ISI

PERATURAN DIREKTUR UTAMA TENTANG PENGESAHAN


PANDUAN KESIAPSIAGAAN BENCANA DAN EVAKUASI

Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang ........................................................................................... 5
B. Tujuan ......................................................................................................... 5
C. Ruang Lingkup ........................................................................................... 6
D. Dasar Hukum ............................................................................................. 6
Bab II Definisi
A. Pengertian .................................................................................................. 7
B. Pengorganisasian ........................................................................................ 8
Bab III Panduan Kesiapsiagaan Bencana dan Evakuasi ........................... 11
Bab IV Monitoring dan Evaluasi .................................................................. 20
Bab V Penutup ............................................................................................... 22

4
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR UTAMA
RUMAH SAKIT UMUM ANTAM MEDIKA
NOMOR : 001/PER-DIR/RSUAM/VIII/2017
TENTANG PANDUAN KESIAPSIAGAAN BENCANA
DAN EVAKUASI

PANDUAN KESIAPSIAGAAN BENCANA DAN EVAKUASI

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah Sakit Umum Antam Medika adalah fasilitas kesehatan umum
dengan banyak mengandung potensi atau risiko bahaya yang sifatnya tidak
dapat diduga. Risiko atau bahaya tersebut dapat bersumber dari manusia
ataupun alam, internal atau eksternal yang berpotensi menimbulkan bencana
dan dapat menimpa banyak orang yang memerlukan tata laksana khusus yang
dipersiapkan, agar dapat meminimalisasi korban baik manusia, properti dan
data. Risiko atau bahaya tersebut dapat mengenai pasien, keluarga pasien,
pengunjung, pekerja, pihak ke tiga dan lingkungan. Gangguan kelangsungan
operasional rumah sakit juga dapat disebabkan oleh kegagalan sistem yang
ada di rumah sakit, maupun keadaan darurat epidemik / wabah. Untuk itulah
Rumah Sakit Umum Antam Medika (RSUAM) menyusun Panduan
Kesiapsiagaan Bencana dan Evakuasi.
B. Tujuan
Tujuan Umum
Sebagai acuan dalam penyusunan kebijakan, prosedur, dan proses
penanggulangan keadaan gawat darurat, wabah, dan bencana yang dapat
mempengaruhi rumah sakit.
Tujuan Khusus
1. Untuk Menentukan tipe, Probabilitas dan Konsekuensi dari setiap
bahaya, ancaman, dan bencana.
2. Untuk menentukan peran rumah sakit dalam keadaan gawat darurat,
wabah dan bencana.
3. Untuk menyiagakan strategi komunikasi dalam keadaan bencana.

5
4. Untuk menyiagakan proses dalam mengelola sumber daya selama
bencana, termasuk alternatifnya.
5. Untuk menyiagakan proses dalam mengelola aktivitas klinis selama
bencana, termasuk alternatifnya.
6. Teridentifikasinya peran dan tanggung jawab karyawan selama
bencana.
7. Teridentifikasinya keperluan program pelatihan karyawan dalam
penanganan bencana.
C. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup buku panduan ini meliputi Organisasi, Standar Keselamatan
Pasien, Sasaran Keselamatan Pasien, Penyelenggaraan Keselamatan Pasien
Rumah Sakit, Pelaporan Insiden, Analisis dan solusi, serta pembinaan dan
Pengawasan. diperuntukkan bagi seluruh masyarakat rumah sakit yang
terdiri dari pasien, pegawai pengunjung, dan pihak lain yang berada di
lingkungan RSU. Antam Medika dalam hal penanggulangan dan
pengendalian bencana.
D. DASAR HUKUM
1. Undang-undang Nomor 01 tahun 1970 tentang keselamatan kerja;
2. Undang-undang Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan;
3. Undang-undang RI Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
4. Undang-undang RI Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan;
5. Undang-undang RI Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
6. Undang-Undang RI No.24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana;
7. Peraturan pemerintah RI Nomor 21 Tahun 2008 tentang
penyelenggaraan Penanggulangan Bencana;
8. KepMen PU Nomor 10/KPTS/2000 tentang Ketentuan Teknis
Pengamanan terhadap bahaya kebakaran pada bangunan gedung dan
lingkungan;
9. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 02/Men/1983 Tentang Instalasi
Alarm Kebakaran Otomatik;
10. KepDirjen Perumahan dan permukiman Nomor 58/KPTS/DM/2002
tentang Petunjuk Teknis Rencana Tindakan Darurat Kebakaran Pada
Bangunan Gedung.

6
BAB II
DEFINISI
A. Pengertian
1. Bencana adalah suatu keadaan gawat darurat baik medik
maupun non medik, yang memerlukan mobilisasi pekerja, dan
atau pasien, keluarga pasien, pengunujung, dan pihak ke tiga,
diluar prosedur rutin dan harus diatasi dalam waktu singkat
sehingga jalur pengambilan keputusan yang normal tidak dapat
ditempuh.
2. Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian
upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang
berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana,
tanggap darurat, dan rehabilitasi.
3. Kesiapsiagaan adalah serangkaian yang dilakukan untuk
mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui
langkah yang tepat guna dan berdaya guna.
4. Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk
menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi
kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda,
pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan
pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan
sarana.
5. Hazard Vulnerability assesement (HVA) adalah cara/ tolls yang
dipakai untuk menganalisa tingkat potensi bahaya (hazard) dan
dampak dari hazard tersebut serta tingkat kesiapan rumah sakit
dalam penanggulangannya, baik langsung maupun tidak
langsung sesuai rekomendasi JCI.

7
B. Pengorganisasian

8
URAIAN DAN TUGAS FUNGSI
1. Ketua :
a. Bertanggung jawab terhadap pelaksanan penanggulangan bencana
b. Melakukan koordinasi secara vertical (badan penanggulangan bencana
daerah TK 1 dan II / BNPD) dan horizontal (rumah sakit lainnya, PMI
dll)
c. Memberikan arahan pelaksanaan penanganan operasional pada tim
lapangan.
d. Memberikan informasi kepada pejabat, staf Internal rumah sakit dan
instansi terkait yang membutuhkan serta media massa.
e. Menkoordinasikan sumber daya, bantuan SDM dan fasilitas dari
internal rumah sakit/ dari luar rumah sakit
f. Bertanggung jawab dalam tanggap darurat dan pemulihan
2. Pelaksana :
a. Operasional
1. Menganalisa informasi yang diterima
2. Melakukan identifikasi kemampuan yang tersedia
3. Melakukan pengelolaan sumber daya
4. Memberikan pelayanan medis ( triage, pertolongan pertama,
identifikasi korban, stabilisasi korban cidera)
5. Menyiapkan tim evakuasi dan transportasi (ambulans)
6. Menyiapkan area penampungan korban (cidera, meninggal, dan
pengungsi) di lapangan, termasuk penyediaan air bersih, jamban,
dan sanitasi lingkungan, bekerja sama dengan instansi terkait’
7. Menyiapkan tim keamanan
8. Melakukan pendataan pelaksanaan kegiatan.
b. Perencanaan
1. Bertanggung jawab terhadap ketersediaan SDM
2. Patient tracking dan informasi pasien
c. Logistik
1. Bertanggung jawab terhadap ketersediaan fasilitas (peralatan medis
APD, BMHP, obat-obatan, makanan & minuman, linen dan lain-
lain)
2. Bertanggung jawab pada ketersediaan dan kesiapan komunikasi
internal maupun eksternal
3. Menyiapkan transportasi untuk tim, korban bencana, dan yang
memerlukan
4. Menyiapkan area untuk isolasi dan dekontaminasi (bila diperlukan)

9
d. Keuangan
1. Merencanakan anggaran penyiagaan penanganan bencana
(pelatihan, penyiapan alat, obat-obatan dll)
2. Melakukan administrasi keuangan pada saat penanganan bencana
3. Melakukan pengadaan barang (pembelian yang diperlukan)
4. Menyelesaikankompensasi bagi petugas (bila tersedia) dan klaim
pembiayaan korban bencana

10
BAB III
PANDUAN KESIAPSIAGAAN BENCANA DAN EVAKUASI
A. Penilaian Resiko
Penyusunan panduan penanggulangan bencana rumah sakit didasarkan
pada hasil proses penilaian risiko. Salah satu cara penilaian resiko adalah
dengan penyusunan Hazard Vulnerability Analysis (HVA). HVA adalah cara
untuk menganalisa bahaya (hazard) serta dampak dari hazard tersebut
terhadap rumah sakit, baik langsung maupun tidak langsung.
1. Tahapan Penyusunan HVA (Hazard Vulnerability Analysis)
a. Identifikasi potensi bahaya atau bencana
Penyusunan daftar berisi semua bahaya dan bencana yang
mungkin, melalui metode brainstorming, Analisa data kecelakaan,
kepustakaan dan metode-metode lainnya sehingga dihasilkan data
yang menyeluruh. Agar dalam pembahasannya lebih terfokus,
maka bahaya/ bencana dikelompokkan ke dalam 4 kategori yaitu;
bencana alam (Naturally Events), kegagalan teknologi
(technological events), kejadian terkait orang (human related
events) dan material berbahaya (hazardous materials).
b. Analisis terhadap setiap bahaya/ bencana yang teridentifikasi
Untuk setiap bahaya/bencana, maka dilakukan Analisa mengenai:
1. Kemungkinan terjadinya (Probability Of Occurance)
2. Dampaknya (Magnitude), baik terhadap orang (human
Impact), barang ( Property Impact), dan Bisnis (Bussines
Impact)
3. Pencegahan dan Penanganan (Mitigation) yang meliputi
Kesiapan, Respon Internal, dan Respon eksternal.
c. Menentukan Prioritas
Setelah setiap jenis bahaya/ bencana selesai dievaluasi, maka akan
didapat nilai total resiko untuk setiap bahaya/ bencana tersebut.
Dalam menentukan prioritas penanganan bahaya/ bencana dan
keperluan penyusunan emergency planning, pertimbangannya
adalah sebagai berikut :
1. Bahaya/ bencana yang nilai total resikonya ≥ 30%
2. Bahaya/ bencana yang meskipun nilai total resikonya dibawah
30%, tapi harus dibuat penanganannya sesuai rekomendasi dan
ketentuan dari JCI, KARS, Departemen Kesehatan RI dan
badan lainnya.

11
3. Sebelum HVA dilakukan, sudah dibuat Panduan / rencana
penanggulangannya.
2. Pelaksanaan Penyusunan HVA
Penyusunan HVA dilakukan oleh Tim K3, Hasil dari HVA dilaporkan
kepada Direktur RSU Antam Medika. HVA merupakan suatu kondisi
yang berkembang sehingga diperlukan peninjauan ulang terhadap
HVA yang dilakukan setiap tahun.
3. Hasil HVA

No Event Nilai
Resiko
1 Asap / Api/ Kebakaran (Internal) 59
2 Kegagalan Genset 48
3 Banjir 44
4 Kegagalan Gas Medis 41
5 Paparan Radiasi (Internal) 41
6 Pencurian 30
7 Gempa Bumi 26
8 Kegagalan Listrik 26
9 Kegagalan Alarm Kebakaran 20
10 Penculikan Bayi 20
11 Kegagalan Suplai Air 11

B. Jenis Bencana / Keadaan Darurat di RSU Antam Medika


Rumah sakit telah mengidentifikasi jenis-jenis bencana dan untuk masing-
masing bencana diberikan kode guna mencegah timbulnya kepanikan dan
memudahkan komunikasi antar petugas terkait dengan penanggulangan
bencana. Adapun bencana yang diidentifikasi oleh pimpinan rumah sakit
meliputi:
1. CODE RED Kebakaran (Fire)
Pedoman penyebarluasan informasi dalam penanggulangan dan
penanganan bila terjadi bencana kebakaran di RSU Antam Medika,
yang terdiri : pengendalian secara dini bila terjadi potensi kebakaran,
penangan dan aktifasi bila api membesar, serta kegagalan sistem alarm
kebakaran.

2. CODE BLUE Kejadian Henti Jantung dan Kegawatdaruratan


Kejadian Henti Jantung & Kegawat daruratan medik lain (Kode biru)
Pemberitahuan adanya seseorang dalam kondisi henti nafas/Jantung
yang memerlukan tindakan resusitasi jantung-paru (RJP).

12
3. CODE PINK Penculikan anak/bayi
Merupakan pemberitahuan adanya penculikan bayi.

4. CODE BLACK Ancaman Bom, ancaram huru-hara, &


keributan
Merupakan pemberitahuan bila adanya ancaman bom, huru-hara &
keributan di RSU Antam Medika.

5. CODE BROWN Kode Evakuasi


Merupakan kode pemberitahuan untuk melakukan Evakuasi, bisa
karena gempa bumi, kebakaran, ancaman bom atau sebab yang lain
6. CODE ORANGE Terjadi Bencana
insiden yang terjadi di luar rumah sakit (emergensi eksternal) misalnya
kecelakaan massal lalu lintas ,ledakan, banjir, kebakaran, gempa bumi,
tsunami, dll.
7. CODE YELLOW Emergensi Internal, contoh Tumpahan B3
Merupakan kode pemberitahuan adanya tumpahan/kebocoran B3 yang
memerlukan penanganan secara khusus dan oleh tenaga yang khusus
8. CODE WHITE Epidemik / Wabah
Pemberitahuan adanya kondisi dimana ada suatu penyakit menular
dengan tingkat penularan tinggi, atau kejadian lain yang memiliki
tingkat prioritas tinggi.
C. Komunikasi Darurat
Komunikasi darurat adalah kunci utama dalam cara penyampaian berita
darurat secara cepat dan tepat. Kerjasama Tim tidak akan dapat berjalan
dengan baik tanpa adanya sistem dan sarana komunikasi darurat.
Sarana komunikasi darurat yang diperlukan adalah:
1. Panggilan terbatas
Panggilan yang ditujukan kepada personil organisasi penanggulangan
bencana saja, dengan cara:
a. Telepon
Panggilan melalui telepon yang terpasang di tempat petugas yang
termasuk dalam organisasi penanggulangan bencana.
b. Handy talki
Panggilan dari pesawat handy talki (HT) pada frekuensi tertentu.
2. Panggilan Umum
Pemberian informasi darurat ke semua penghuni bangunan baik di
dalam gedung maupun di luar gedung dengan menggunakan sistem
alarm. Informasi darurat tersebut berupa Tanda Bahaya dan diikuti

13
dengan Pemberitahuan tentang kondisi darurat kepada semua
penghuni yang dapat dibagi dalam:
a. Komunikasi dalam gedung dimana suara akan terdengar ke seluruh
bagian dalam bangunan ( paging system).
b. Komunikasi di luar gedung seperti car call, dimana semua penghuni
yang berada di luar gedung akan bisa mendengar informasi keadaan
darurat.
Isi berita harus disampaikan oleh operator dengan tenang dan jelas.
Agar baku maka perlu ada teks informasi atau pengumumam keadaan
darurat yang dibuat secara tertulis yang dapat dibaca operator melalui
sarana komunikasi dalam gedung (paging system) atau luar gedung /
car call.
Contoh :
Teks 1 : Saat Alarm Aktif ( Jika terjadi Kebakaran )
“ Code Red, Zona ……..” ( diumumkan 2 kali )
Pengertian :
Sinyal alarm aktif adalah sinyal alarm bekerja berupa suara bel atau
nyala lampu Karena adanya indikasi asap / panas atau karena
gangguan instalasi alarm.
Teks 2 : Jika sinyal alarm Palsu
“ Code Red, Zona……….., disebabkan oleh gangguan teknis,
situasi telah kembali normal. Dipersilahkan untuk kembali dan
bekerja aperti biasa. Kami mohon maaf atas gangguan ini, terima
kasih” ( diumumkan 2 kali )
Pengertian :
Sinyal alarm palsu adalah sinyal alarm bekerja berupa suara bel atau
nyala lampu karena adanya gangguan teknis, bukan karena adanya
kondisi darurat.
Teks 3 : Saat Diaktifkan kode Brown (evakuasi) dari gedung
“ Code Brown, Harap segera meninggalkan Ruangan menuju
titik kumpul, keluar melalui pintu terdekat. Petugas evakuasi
akan memandu anda”……………. (umumkan 2 kali).
Pengertian :
Evakuasi adalah pemindahan gedung dari tempat yang tidak aman ke
tempat yang aman
Teks 4 : pengumuman adanya uji fungsi alarm
“perhatian-perhatian. Tim asset dan fasilitas kami akan
melakukan uji fungsi pada alarm kebakaran. Mohon tanda alarm
diabaikan” (diumumkan 2 kali).
Pengertian :
Kegiatan uji fungsi adalah kegiatan yang dilakukan untuk pengujian
alarm, sehingga alarm aktif tetapi bukan Karena keadaan darurat.

14
Teks 5 : Pengumuman uji fungsi alarm usai
“ Perhatian, perhatian. Uji fungsi alarm telah selesai
dilaksanakan terima kasih atas kerjasamanya “ (diumumkan 2
kali )
Pengertian :
Uji Fungsi alarm selesai adalah selesainya pelaksanaan pengujian
fungsi alarm.
D. Nomor Telepon Penting
No Petugas No. Ext Telpon
1 Komite K3 6010
2 Operator Telepon 1000
3 Dokter IGD 1045
4 Security 1234
5 IPSRS 1221
Diluar Rumah Sakit
1 Pemadam Kebakaran 113 (021) 85904904
2 Polsek Cakung (021) 4604348
3 PLN (021) 86903203
4 PAM Jaya (021) 5920133
5 RS. Omni Pulo Mas (021) 29779999
6 RS. Dharma Nugraha (021) 4707433
7 RS. Harapan Jayakarta (021) 4608886

E. Prioritas Evakuasi
1. Pasien
2. Rekam Medik pasien yang sedang dirawat
3. Alat medis mayor (monitor, defibrillator, Ventilator, Infuse Pump,
Syringe Pump, Trolley, dll)
F. Daerah Tujuan Evakuasi
Ditandai dengan gambar sebagai berikut :

15
G. Titik Kumpul
Titik Kumpul Aman terdekat untuk penanganan sementara dan untuk
perhitungan jumlah pasien/pengunjung/staff.
1. Halaman Lobby (Depan) : Mesjid Assyifa
2. Halaman depan IGD : Pos security
H. Daerah Evakuasi Lanjutan
Adalah tempat evakuasi untuk pasien yang memerlukan rawat inap atau
observasi lebih lanjut bila ruang rawat inap tidak bisa menampung, baik
karena sudah penuh atau karena rusak.
I. Data Pasien dan Karyawan
Yang dimaksud data adalah daftar nama pasien dan karyawan, digunakan
untuk kepentingan mengabsen di daerah tujuan evakuasi guna cek silang
bahwa semua sudah terevakuasi tanpa ada yang tertinggal.
1. Data pasien rawat inap, rehabilitasi medik, hemodialisis dan operasi
segera dicetak setelah alarm bencana/kebakaran berbunyi.
2. Data karyawan yang sedang berdinas segera dicetak setelah data
pasien rawat inap dicetak.
3. Data pasien rawat jalan di lantai 1dan lantai 2 segera dicetak setelah
data karyawan dicetak.
J. Klasifikasi Pasien dalam Evakuasi
1. Pasien kelompok A, bisa berjalan, tidak memerlukan monitoring,
jantung dan paru tidak terganggu,maksimal terpasang 1 infus line.
2. Pasien kelompok B, bisa berjalan, namun terpasang monitor
jantung paru definitif.
3. Pasien kelompok C, tidak bisa berjalan, tidak terpasang monitor
dan jantung paru dalam keadaan baik.
4. Pasien kelompok D, tidak bisa berjalan, terpasang monitor
jantung-paru definitif.
5. Pasien kelompok E, tidak bisa berjalan, terpasang support vital
(ventilator, obat-obat inotropik, perlu continuous suction, pace
maker, WSD, dll).
K. Pelaksanaan Evakuasi
1. Secara garis besar, pelaksanaan evakuasi hampir sama dari tiap jenis
bencana.
2. Evakuasi dilakukan apabila diperlukan dan diinstrusikan oleh Pejabat
Berwenang secara benjenjang yaitu Koordinator Lapangan Darurat
Bencana, Koordinator Keselamatan, Keamanan dan Pemantauan.
3. Diluar Jam Kerja maka :
a. Security sebagai Koordinator Lapangan Keadaan Darurat dan
logistik.

16
b. Security, Tenant, perwat & penunjang medis sebagai tim
Keamanan, Tim Pemadam, dan Tim Evakuasi
c. Operator bertindak sebagai informasi dan komunikasi
d. Dokter Jaga bertugas sebagai Koordinatir Medik
4. Selama Proses penanggulangan bencana dan evakuasi dilakukan, tim
tetap berkoordinasi dengan pihak dinas atau instansi terkait seperti
dinas kebakaran, kepolisian dan dinas kesehatan, dll.
L. Prosedur Evakuasi
1. Tahapan Evakuasi :
a. Perintah evakuasi akan disampaikan melalui pengeras suara dan
tanda darurat.
b. Tinggalkan gedung secepatnya melalui pintu darurat, ikuti
petunjuk yang diberikan oleh tim evakuasi. Tidak ada yang
kembali dengan alasan apapun sampai ada instruksi resmi boleh /
keadaan aaman dari tim evakuasi.
c. Bersikap tenang saat mengikuti jalur evakuasi, perhatikan tanda
keluar/EXIT. Jangan panik, bantulah satu sama lain agar semua
orang terevakuasi dengan aman. Jangan gunakan lift dalam
keadaan darurat!
d. Jika ada seorang pengunjung atau pasien Bersama anda, mereka
adalah tanggung jawab anda untuk memastikan dia didampingi
hingga selamat.
e. Bagi wanita, lepaskan sepatu hak tinggi agar mudah dalam
berjalan dan aman pada saat menuruni tangga darurat.
f. Orang cacat dan ibu hamil harus didampingi oleh petugas
pertolongan pertama atau tim evakuasi (siapkan alat bantu
evakuasi seperti tandu dst)
g. Berkumpulah di zona evakuasi / titik kumpul (ikuti petunjuk jalur
evakuasi yang tersedia disetiap lantai dan ruangan)
h. Jangan mengendarai kendaraan anda keluar dari area parker
selama proses evakuasi.
i. Seluruh karyawan harus melaporkan dirinya kepada atasan
mereka atau petugas terkait dan tunggu instruksi berikutnya.
j. Tim evakuasi akan mengumpulkan informasi terkait evakuasi
(orang-orang yang cidera, dst) dan memberikan informasi kepada
tim tanggap darurat untuk melaksanakan tugas selanjutnya
k. Tim evakuasi akan mengumumkan keadaaan telah aman jika telah
mendapatkan pemberitahuan dari pihak manajemen RS atau dari
ketua tim tanggap darurat.

17
2. Tahapan Evakuasi Pasien Rawat Inap :
a. evakuasi dilakukan terhadap pasien kelompok A dan B. Bersama
penunggu / pengunjung berkumpul di depan pintu darurat yang
ditentukan, kemudian turun bersama-sama dipimpin oleh 1 orang
petugas. Pasien kelas B harus ada yang menemani (keluarga).
Dalam hal tidak ada yang menemani, dimasukkan dalam
gelombang kedua.
b. evakuasi dilakukan terhadap pasien kelas C. Penunggu bekerja
sama dengan petugas RS menggendong pasien, turun ke lantai
dasar, langsung menuju ke lantai dasar dan ke lokasi yang sudah
ditujukan untuk lantai tertentu. Ratio maksimal 1 perawat
memonitor 3 pasien. Masing-masing pasien dibawa oleh keluarga.
Prioritas bagi pasien yang ada penunggunya, atau pasien yang
penunggunya kuat menggendong terlebih dahulu.
c. untuk pasien kelas D harus dibawa dengan stretcher/ tandu/ tempat
tidur. Masing-masing pasien dibawa oleh 4 orang. Stretcher
dimobilisasi berdasarkan prioritas, instruksi dari tim. Petugas
pembawa stretcher/ tandu/ tempat tidur terdiri dari 3 orang non
medis, dan 1 orang medis (dokter / perawat) yang merupakan
pimpinan.
d. untuk pasien kelas E, harus dibawa seperti pasien kelas D, namun
oleh minimal 3 orang dan 5 orang (bila dengan tandu), di mana
orang kelima bertanggung jawab atas instrumen, airway dan
pernapasan.
3. Setelah pasien semua terangkut, rekam medis diselamatkan sebisanya
(oleh Petugas Evakuasi barang).
4. Prioritas berikut adalah alat medis yang bisa di bawa dengan tangan
(hand carry) seperti monitor,defibrillator, pulse oxymetri, infusion
pump, syringe pump, guna melanjutkan proses perawatan di tempat
evakuasi.
5. Di IGD, tim menilai kapasitas tempat evakuasi, dan menghubungi
bantuan RS lain untuk mengirim ambulans guna mentransfer pasien
ke RS lain, terutama pasien-pasien kritis, durante operasi, dan
pasien kelas E.
M. Epidemik / Kode White
Epidemik dalam pengertian bencana adalah terjadinya suatu kejadian luar
biasa yang merupakan ancaman terhadap kondisi kesehatan staf rumah
sakit, pasien maupun pengunjung.
Kejadian luar biasa yang dimaksud adalah terjadinya penyakit, yang
karena secara alamiah berpotensi untuk dapat mengganggu operasional

18
rumah sakit akibat banyaknya karyawan yang terpaksa tidak bekerja
karena sakit.
1. Proses Penanganan Kejadian Epidemik
a. Pencegahan & Mitigasi
Upaya atau kegiatan dalam rangka pencegahan dan mitigasi yang
dilakukan, bertujuan untuk menghindari terjadinya wabah serta
mengurangi risiko yang ditimbulkan oleh wabah. Tindakan
mitigasi dilihat dari sifatnya dapat digolongkan menjadi 2 (dua)
bagian, yaitu mitigasi pasif dan mitigasi aktif.
Mitigasi Pasif
Tindakan Pencegahan yang tergolong dalam mitigasi pasif antara
lain adalah :
1. Pembuatan pedoman/standar/Prosedur
2. Pembentukan organisasi atau satuan gugus tugas
bencana/wabah
3. Pembuatan peta rawan bencana dan pemetaan masalah.
4. Pembuatan brosur/leaflet/poster tentang pencegahan kejadian
wabah/epidemik
5. Penelitian / pengkajian karakteristik wabah
6. Pengkajian / analisis risiko wabah
Mitigasi Aktif
Sedangkan tindakan pencegahan yang tergolong dalam mitigasi
aktif antara lain:
1. Pembuatan dan penempatan tanda-tanda peringatan, bahaya,
larangan memasuki daerah rawan bencana/wabah dsb.
2. Pengawasan terhadap pelaksanaan berbagai kebijakan dan
prosedurt tentang berkaitan dengan pencegahan
bencana/wabah.
3. Pelatihan dasar kebencanaan bagi para karyawan.
4. Penyuluhan dan peningkatan kewaspadaan karyawan.
5. Perencanaan daerah penampungan sementara dan jalur-jalur
evakuasi jika terjadi bencana/wabah.

19
BAB IV
MONITORING DAN EVALUASI

A. Monitoring
Monitoring dilakukan melalui pemantauan pelaksanaan standar
kewaspadaan bencana dan evakuasi di RSU Antam Medika. Monitoring
dilaksanakan terhadap Standar Prosedur Operasional (SPO), serta
monitoring terhadap sarana penunjang dalam antisipasi dan penanganan
dalam pengendalian bencana.
yang dilaksanakan oleh komite K3 maupun penanggung jawab K3
dimasing-masing unit kerja dalam wadah regu keselamatan dimasing-
masing satuan kerja sesuai dengan fungsi dan tugasnya masingmasing.
Untuk monitoring yang dilakukan oleh Komite K3 yaitu ; ronde K3 yang
dilaksanakan seminggu sekali kepada satuan kerja sesuai dengan jadwal
yang ditentukan. Serta safety patrol/ patroli keselamatan yang
dilaksanakan seminggu sekali pada hari yang berbeda dengan pemantauan
terhadap seluruh sarana rumah sakit secara selintas / work to survey.

B. Evaluasi
Evaluasi merupakan Pencatatan dan pelaporan yaitu pendokumentasian
kegiatan dalam antisipasi bencana secara tertulis dari masing-masing unit
kerja Rumah Sakit dan kegiatan K3RS secara keseluruhan yang dilakukan
oleh Tim K3RS, yang dikumpulkan dan dilaporkan/diinformasikan oleh Tim
K3RS, ke Direktur Rumah Sakit dan unit teknis terkait di Rumah Sakit.
Evaluasi yang dilaksanakan terhadap kesiapsiagaan bencana dan evakuasi
dengan melakukan simulasi secara berkala setahun satu kali.Tujuan kegiatan
simulasi bencana dan evakuasi adalah menguji kehandalan dari prosedur yang
telah disepakati serta kehandalan dan ketersediaan sarana dalam penanganan
terhadap bencana di RSU Antam Medika. Sasaran kegiatan pencatatan dan
pelaporan kegiatan simulasi adalah mencatat dan melaporkan pelaksanaan
seluruh kegiatan dalam simulasi bencana.
Pencatatan dan pendokumentasian pelaksanaan kegiatan K3 dilakukan setiap
waktu, sesuai dengan jadwal pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan, dan
atau pada saat terjadi kejadian/kasus (tidakterjadwal). Setiap kegiatan dan
atau kejadian/kasus sekecil apapun, yang berkaitan dengan bencana, wajib
dicatat dan dilaporkan secara tepat waktu kepada wadah organisasi K3 di
Rumah Sakit.
RSU Antam Medika menetapkan dengan jelas alur pelaporan baik untuk
laporan rutin/berkala, laporan kasus/kejadian tidak terduga.

20
C. Rencana Tindak Lanjut
Merupakan perumusan upaya-upaya perbaikan dari hasil analisis.
Tujuannya adalah menyusun rencana atau program kerja dengan tujuan
untuk memperbaiki performance / mutu yang diperoleh dari proses
monitoring.
Berupa :
1. Penyusunan program atau rencana kerja baru
2. Revisi prosedur dan kebijakan, maupun penyusunan prosedur /
kebijakan baru.
3. Pengadaan Peralatan-peralatan baru.

21
BAB V
PENUTUP

Diharapkan dengan adanya buku panduan kesiapsiagaan bencana dan evakuasi,


Pembinaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang selama ini sudah
dijalankan oleh RSU Antam Medika melalui Komite Kesehatan dan Keselamatan
Kerja RSU Antam Medika dapat ditingkatkan hasilnya. Untuk seluruh masyarakat
di RSU Antam Medika , diharapkan standar ini dapat membantu mereka dalam
memahami masalah-masalah pengendalian bencana di RSU Antam Medika dan
dapat melakukan upaya-upaya antisipasi terdapat akibat-akibat yang ditimbulkan
sehingga bila terjadi bencana.
Buku Panduan kesiapsiagaan bencana dan evakuasi di RSU Antam Medika ini
masih memerlukan upaya penyempurnaan, belum menggambarkan permasalahan
dan cara penanggulangan secara menyeluruh terutama
berdasarkan Instalasi yang ada di Rumah Sakit dan akan di evaluasi atau revisi
setiap 3 tahun sekali.
Kepada seluruh Karyawan RSU Antam Medika diharapkan bantuan dan masukan
yang berharga bagi penyempurnaan
buku panduan kesiapsiagaan bencana dan evakuasi RSU Antam Medika ini di masa
mendatang.

22

Anda mungkin juga menyukai