BENCANA
(DISASTER PLAN HOSPITAL)
DAN STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
i
PEMERINTAH KABUPATEN ROTE NDAO
DINAS KESEHATAN
UPT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BA’A
Jln. Ba’a - Busalangga Telp. /Fax : (0380) 871084
Website: www.rotendaokab.go.id; Email: rsud.baa@gmail.com
TENTANG
Ditetapkan di : Ba’a
Pada tanggal : 27 Februari 2018
Direktur
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkah, rahmat
dan hidayah-Nya sehingga UPT RSUD Ba’a dapat menerbitkan Pedoman Penanggulangan
Bencana (Hospital Disaster Plan) ini.
Pedoman Penanggulangan Bencana (Hospital Disaster Plan) ini dapat digunakan
sebagai acuan kegiatan Penanggulangan Bencana (Hospital Disaster Plan) di UPT RSUD Ba’a.
Agar segera dapat terwujud kondisi fasilitas yang aman diperlukan desiminasi informasi,
pendidikan dan pelatihan terhadap petugas di rumah sakit. Demikian juga Standar Prosedur
Operasional (SPO) dapat dilaksanakan di tingkat pelayanan sesuai panduan yang dibuat Tim
Standar Manajemen Keamanan Fasilitas (MKF) olah masing-masing Instalasi / Unit kerja
terkait.
Terima kasih kepada tim MKF yang telah bekerja sama dengan para pengguna
fasilitas di UPT RSUD Ba’a dengan harapan dengan diterbitkannya panduan ini dapat
meminimalkan terjadinya risiko-risiko kecelakaan kerja di UPT RSUD Ba’a sehingga
produktifitas kerja dapat ditingkatkan.
Semoga Pedoman Penanggulangan Bencana (Hospital Disaster Plan) ini dapat
dilaksanakan oleh seluruh civitas hospital dengan sebaik- baiknya, konsisten dan penuh rasa
tanggung jawab sesuai area tugas masing-masing menuju pelayanan yang berkualitas
dilandasi budaya keselamatan kerja.
Ditetapkan : di Ba’a
Pada tanggal :
Direktur
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
petunjuk dan bimbingannya sehingga Tim Standar Manajemen Keamanan Fasilitas (MKF)
dapat menyelesaikan Pedoman Penanggulangan Bencana (Hospital Disaster Plan) ini.
Panduan ini berisi acuan untuk pelaksanaan pengamanan rumah sakit, pemantauan
fasilitas, pengelolaan bahan berbahaya, keadaan darurat dirumah sakit, pencegahan dan
penanganan bahaya kebakaran, sistem penarikan kembali fasilitas yang kurang aman dan
sistem utilitas di UPT RSUD Ba’a.
Dengan diberlakukannya Panduan ini diharapkan dapat meningkatkan pengelolaan
fasilitas di UPT RSUD Ba’a sehingga dapat meningkatkan keselamatan pasien dan pengunjung
serta mengurangi kejadiaan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang akan
meningkatkan produktivistas di UPT RSUD Ba’a.
Kami menyadari bahwa Pedoman Penanggulangan Bencana (Hospital Disaster Plan)
ini masih jauh dari sempurna, sehingga kritik dan saran membangun sangat kami harapkan
untuk memperbaiki di masa yang akan datang.
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan wilayah yang rawan terhadap bencana baik alam maupun ulah
manusia. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya bencana ini adalah kondisi
geografis, iklim, geologis dan faktor-faktor lain seperti keragaman social budaya dan politik.
Wilayah Indonesia dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Secara geografis merupakan Negara kepulauan yang terletak pada pertemuan empat
lempeng tektonik lapis bumi
2. Terdapat 130 gunung api aktif
3. Terdapat lebih dari 5.000 sungai besar dan kecil
RSUD Ba’a adalah Rumah Sakit yang dapat menjadi tempat rujukan bagi korban
bencana masal yang terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Timur, khususnya Kabupaten Rote
Ndao. Sebagai tempat rujukan maka diperlukan sebuah Pedoman Penanganan Bencana
yang mengatur kerja dan koordinasi Rumah Sakit untuk mengoptimalkan pelayanan.
Secara umum UPT RSUD Ba’a telah memiliki tim medis yang siap menangani
bencana, tetapi tim medis tidak akan dapat bekerja optimal tanpa dukungan semua unsur
di Rumah Sakit. Untuk mengatur kinerja dan koordinasi semua unsur di Rumah Sakit
diperlukan sebuah pedoman yang dipahami bersama.
Manajemen penanganan bencana di UPT RSUD Ba’a dituangkan dalam buku
pedoman yang menjelaskan tentang Struktur Organisasi untuk penanganan bencana baik
internal maupun eksternal, alur respon bencana internal dan eksternal, uraian tugas
maing-masing unit dan personal petugas, serta prosedur standar, data pendukung dan
formulir yang digunakan untuk kelengkapan data dan dokumentasi.
Pedoman ini menyediakan framework penanganan bencana internal maupun
eksternal yang kemungkinan bisa terjadi baik
1
internal Rumah Sakit maupun eksternal Rumah Sakit. Penanganannya tergantung dari
situasi yang ada.
B. TUJUAN
1. Sebagai pedoman dalam menanggulangi bencana yang terjadi, baik dari dalam
maupun dari luar Rumah Sakit yang mengenai pegawai Rumah Sakit, pasien,
pengunjung dan masyarakat sekitar.
2. Menentukan tanggung jawab dari masing-masing personel dan unit kerja pada
saat terjadinya bencana
3. Sebagai acuan dalam penyusunan standar prosedur operasional dalam
penanggulangan kegawat daruratan
4. Memberikan pertolongan medis yang optimal dengan waktu yang sesingkat
mungkin di Rumah Sakit.
5. Menyelamatkan jiwa dan mencegah cacat
6. Menurunkan jumlah kesakitan dan kematian korban akibat bencana
7. Mencegah penyakit yang mungkin timbul serta mencegah penyebabnya
pasca bencana.
8. Menciptakan dan meningkatkan mekanisme kerja sektoral dan lintas program
dengan mengikutsertakan peran masyarakat dalam penanggulangan
bencana / musibah masal kegawat daruratan sehari-hari.
2
1.1 KEBAKARAN
Sumber kebakaran bisa berasal dari dalam gedung bisa juga terjadi di luar gedung.
1.2 GEMPA BUMI/ ANGIN TOPAN
Lokasi kepulauan di Indonesia berada pada area lempengan bumi di bawah laut
yang sewaktu-waktu dapat bergerak dan menghasilkan gempa, dan kepulauan di
Indonesia memiliki banyak gunung berapi yang sangat memungkinkan terjadinya
gempa bumi. Dampak terjadinya gempa ini dapat juga terjadi di Banjarmasin dan
sekitarnya yang akan merupakan bencana eksternal namun bila dampak
gempa pada areal bangunan di Rumah Sakit maka hal ini merupakan situasi
bencana yang terjadi di Rumah Sakit.
Kota Banjarmasin pada letak geografisnya berdekatan dengan lautan dan
daratannya masih banyak terdapat lahan- lahan kosong atau rawa-rawa, hal ini
dapat berpeluang sering terjadinya angin topan/angin puting beliung yang
berpotensi sering terjadi.
1.3 KEBOCORAN GAS
Kebocoran gas dapat terjadi pada tabung-tabung besar gas maupun central gas
Rumah Sakit yang dapat disebabkan karena adanya kecelakaan maupun kerusakan
dan sabotase. Dan tabung –tabung gas maupun salurannya itu sendiri merupakan
sumber dari kebocoran.
1.4 LEDAKAN
Ledakan dapat dihasilkan dari kebocoran gas maupun karena ledakan bahan
berbahaya yang ada di Rumah Sakit.
1.5 PENYAKIT MENULAR
Penyakit menular yang potensial terjadi adalah diare, demam berdarah, serta new
emerging disease akibat pembauran peradaban global.
2. BENCANA EKSTERNAL
RSUD Ba’a sangat memungkinkan untuk menerima korban bencana eksternal, maupun
memberikan bantuan terhadap korban bencana keluar Rumah Sakit. Potensi bencana
eksternal yang berdampak kepada Rumah Sakit adalah : ledakan / bom, kecelakaan,
transportasi, gempa bumi, banjir dan kebakaran.
Apabila terjadi bencana eksternal, maka sistem penanggulangan bencana di Rumah Sakit
diaktifkan, antara lain :
3
2.1 Pusat komando diaktifkan oleh komandan bencana
2.2 Korban hidup dimasukkan melalui satu pintu di instalasi gawat darurat,
sedangkan korban meninggal langsung ke kamar jenazah.
2.3 Semua korban di triage – IGD
2.4 Petugas keamanan bersama dengan kepolisian mengatur alur lalu lintas
disekitar Rumah Sakit. alur menuju IGD dijaga ketat.
2.5 Pengunjung diarahkan ke pusat infomasi untuk informasi korban.
2.6 Petugas tambahan akan dihubungi oleh masing-masing penanggung
jawabanya.
2.7 Tidak seorang pun dari petugas dapat meninggalkan Rumah Sakit pada situasi
penanganan korban bencana tanpa izin dari Komandan Bencana
2.8 Semua media / informasi kepada pers hanya melalui komandan.
2.9 Ruang pertemuan dipersiapkan untuk jumpa pers.Form pemeriksaan, form
permintaan obat, alat habis pakai dan kebutuhan lainnya menggunalan
form yang ada. Gudang dan Farmasi dibuka sesuai keperluan untuk
memenuhi kebutuhan pelayanan.
2.10 Pasien non-disaster yang berada di Triage – IGD tetap mendapatkan
pelayanan sesuai dengan prosedur yang berlaku.
2.11 Komunikasi dan informasi untuk situasi yang terbaru akan disampaikan pada
keluarga/yangberkepentingan.
4
D. KOMPONEN PEDOMAN PENANGANAN BENCANA
1. Penentuan kesiap siagaan
Keadaan siaga ini ditentukan oleh Dokter IGD selaku ketua Medical Support yang
selanjutnya dilaporkan kepada Komandan bencana (Wadir Pelayanan).
Keadaan siaga ini dibagi dalam 3 kategori:
1.1 Siaga 3, jumlah korban yang datang 3 – 4 orang saja
1.2 Siaga 2, jumlah korban yang datang 5 – 10 orang
1.3 Siaga 1, jumlah korban yang datang lebih dari 10 orang
2. Peta lokasi area berkumpul saat bencana internal
3. Peta lokasi ruang perawatan pasien pasca emergency
4. Peta institusi pelayanan kesehatan di wilayah pantura timur Jateng
5. Kartu Instruksi Kerja
6. Kartu Identitas
7. Disaster Kit
8. Buku Pedoman
5
BAB II
KESIAPSIAGAAN
6
Untuk kegiatan HVA Human Related Event, potensi pencurian / penculikan bayi
berpotensi terjadi di U P T RSUD Ba’a. Rumah Sakit sudah melakukan lagkah-langkah
upaya penanggulangan dengan menekan resiko tersebut.
1. Adapun hal-hal yang sudah dilakukan di antaranya :
1.1. Koordinasi terpadu antara tim standar COP dan FMS.
1.2 Membuat kebijakan dan SPO-SPO.
1.3 Melakukan penambahan fasilitas penunjang berupa CCTV.
1.4 Melakukan simulasi penculikan bayi.
1.5 Satuan Pengamanan memantau pengamanan terhadap resiko
penculikan bayi.
Untuk kegiatan HVA Technologic Events, potensi kebakaran berpotensi terjadi
di U P T RSUD Ba’a.
2. Langkah-langkah upaya pencegahan kebakaran antara lain sebagai berikut :
2.1 Penambahan fasilitas Apar dan Hydrant.
2.2 Pelatihan wajib penggunaan Apar bagi seluruh karyawan Rumah Sakit
2.3 Pembentukan Panitia Fire Brigade Siaga Api.
2.4 Pelatihan penggunaan Hydrant.
2.5 Penetapan Tim Code Red.
2.6 Simulasi Tim Code Red.
3. Langkah-langkah yang harus diambil pada saat bencana terjadi :
3.1 Aktivasi sistem penanggulangan bencana.
3.2 Assessment awal.
3.3 Koordinasi.
3.4 Manajemen Sumber Daya Manusia (SDM).
3.5 Manajemen Kasus.
3.6 Manajemen Media Massa.
3.7 Manajemen Informasi, Data dan Surveillance.
3.8 Manajemen Dokumentasi.
3.9 Manajemen Relawan : Relawan Medis, Relawan Profesional dan Relawan Umum
3.10 Manajemen
Profesional Keamanan.
3.11 Manajemen
Dan Bantuan Logistik.
3.12 Manajemen Kamar Operasi.
7
3.13 Manajemen Pengobatan Komplementer.
8
menarik bagi organisasi bantuan. Banyak yang membawa bantuan ingin
dipublikasikan. Hal itu wajar, karena mereka harus bertanggung jawab pada para
penyumbangnya.
3. Manajemen Informasi, Data dan Surveillance
Dalam keadaan bencana, terkadang hal yag sangat penting sering dilupakan
yaitu manajemen informasi. Data sangat penting untuk dapat dilaporkan guna
menentukan jenis tindakan yang harus dilakukan, eskalasi besarnya bencana, dan
jenis bantuan yang dibutuhkan. Data yang ada harus dikelola dengan baik dan selalu
diperbaharui (di update) tiap saat. Tim pengumpul data harus turun langsung ke
lapangan untuk mendapatkan data yang akurat. Bila tidak ada yang melaksanakan
maka pusat komando harus segera membentuk tim yang bertanggung jawab
mengumpulkan data-data yang tersebar dan digabungkan menjadi sebuah
laporan yang mudah dipahami semua orang.
Persiapan bagian pencatatan medis belum –saat- sesudah bencana merupakan
sesuatu yang harus dilaksanakan. Data yang harus dikumpulkan adalah jumlah
korban, baik yang meninggal, luka ringan, maupun luka berat, jumlah obat yang
tersedia dan yang dibutuhkan, jumlah peralatan yang dibutuhkan, jumlah tenaga yang
ada dan yang dibutuhkan. Jenis bantuan yang dibutuhkan, tempat-tempat bencana
yang mengalami kerusakan parah, sedang dan ringan, lokasi bencaa yang
membutuhkan tim medis untuk evakuasi korban maupun penanganan, informasi
dari rumah sakit lain dan data tempat pengungsian, vaksinasi yang diperlukan
jenis penyakit yang harus diantisipasi.
4. Manajemen Dokumentasi
Dokumentasi yang baik dalam bentuk tulisan, foto, film / video kaset rekaman
diperlukan untuk evaluasi. Hal ini juga dapat dimanfaatkan untuk alat pembelajaran
di masa datang oleh pihak-pihak lain. Setiap rapat diperlukan notulen tertulis dan
diperbanyak untuk disebarkan setiap hari ke pihak-pihak yang terlibat. Laporan umum
perlu dibuat setelah tiga bulan.
9
C. PENGELOLAAN SUMBER DAYA DAN IDENTIFIKASI PETUGAS
1. Manajemen Sumber Daya Manusia
Dalam keadaan kacau balau, dibutuhkan orang yang dapat memikirkan langkah
strategis untuk dapat menangani bencana. Orang yang memimpin pada saat seperti
ini haruslah yang berpengalaman dalam penanganan bencana, kepemimpinan yang
kuat, memiliki akses luas dan analisa yang jelas. Keputusan yang diambil harus cepat
dan dapat dipertanggung jawabkan. Sumber daya manusia adalah salah satu asset
yang harus dikelola dengan baik. Pimpinan harus turun ke lapangan untuk
mengetahui sendiri keadaan SDM di setiap pos sehingga dapat menempatkan dengan
tepat. Pos yang mengalami kekurangan personil harus ditambah dan pos yang
kelebihan personil harus didistribusikan sesuai keahliannya. Jika personil di dalam RS
telah terpakai semuanya dan masih mengalami kekurangan, maka harus segera
dipikirkan untuk menambah personil dari tempat lain / RS lain dengan meminta
bantuan darurat. SDM juga harus didistribusikan sesuai keahlianya agar tidak sia-
sia.
2. Manajemen Relawan
Relawan harus didaftar untuk melihat kemampuan mereka, lama menjadi relawan
dan lain-lain. Hal itu penting untuk menyusun matrix keperluan tenaga. Pada
umumnya sebagian relawan akan meninggalkan tempat bencara secara berangsur-
angsur sesudah satu minggu, dan akan sangat menurun setelah 2 – 3 minggu. Banyak
organisasi relawan yang bersifat “hit and run” mirip bakti sosial tanpa
kesinambungan. Kejadian seperti itu akan merepotkan pelayanan kesehatan setelah
mereka pergi. Apalagi bila mereka sama sekali tidak meninggalkan data-data metis
para korban yang dilayani.
Contoh :
2.1 Satu tim asing melakukan tindakan operasi. Akibat operasi tidak selalu
memuaskan. Siapa yang bertanggung jawab?
2.2 Satu kebupaten dari daerah lain mendirikan posko kesehatan dari poliklinik
sampai perawatan. Setelah seminggu pergi. Tanda dan peralatan dibawa
pulang. Siapa yang melanjutkan follow-up, karena selama satu minggu tanpa
pencatatan medik yang baik.
10
2.3 Relawan dalam dan luar negeri perlu dioptimalkan. Jenis relawan yang
dibawa dari luar institusi.
1) Relawan medis (dokter, perawat).
Dalam situasi tertentu relawan medis sangat diperlukan. Sebagian besar
tim medis bencana dari luar negeri belum professional dalam menghadapi
bencana. Banyak Negara yang tidak pernah ada bencana mengirimkan
timnya untuk belajar. Sebaiknya tim dari luar negeri berada di rumah sakit
pendidikan atau di rumah sakit yang mampu mengadakan pengawasan.
Hal tersebut supaya pasien kita tidak mendapat pelayanan yang under
atau over procedure.
2) Relawan profesional pendukung medis (ahli farmasi, sanitasi, teknis,
tim ambulans dan lain-lain).
Relawan professional sangat diperlukan dalam jam- jam pertama pasca
gempa. Ahli paramedik perlu segera datang di tempat kejadian untuk
mencatat data secara akurat. Ahli gizi untuk mengatur makan minum, ahli
sanitasi untuk mengatur sanitasi lingkungan terutama untuk buang air
besar dan kecil, penyediaan air bersih. Ahli farmasi membantu
kefarmasian.
3) Relawan umum yang tenaganya sangat diperlukan untuk berbagai
macam keperluan.
Yang paling utama adalah tenaga transporter untuk mendorong pasien dari
satu tempat ke fasilitas lain misalnya ke ruangan radiologi untuk foto rontgent, ke
laboratorium, kamar operasi dan tempat-tempat lain. Transporter sangat diperlukan
karena tenaga keperawatan tidak mencukupi jika terjadi bencana dalam skala
besar. Selain itu, juga untuk menjaga kebersihan lingkungan, mengambil sampah,
membersihkan ruangan dan membantu mendistribusikan makan minum pasien. Di
tempat penerimaan bantuan non medis, relawan diperlukan untuk menurunkan
barang-barang bantuan. Sebagai contoh adalah bagaimana barang-barang
sebanyak 3 truk tronton (truk beroda 10) harus digudangkan dalam
11
beberapa jam. Tanpa kehadiran relawan, truk tronton tetap akan berada di tempat
sehingga menghalangi jalan masuk kendaraan pembawa bantuan selanjutnya.
Tenaga relawan ini perlu dibina untuk dapat diaktifkan.
3. Manajemen Keamanan
Satuan Keamanan (Satpam) diperlukan dalam suasana bencana. Sangat diperlukan
bantuan Polisi atau tentara untuk keamanan di dalam Rumah Sakit guna antisipasi
bila terjadi kerusuhan lokal. Dokter dan perawat diharapkan dengan tenang dapat
melakukan tugas profesi tanpa diganggu oleh keluarga, atau pengunjung yang
tidak berkepentingan termasuk pers.
4. Manajemen Bantuan / Logistik
Masalah bantuan selalu akan menjadi sorotan terutama tentang kejelasan aliran
bantuan, dan sasaran bantuan. Oleh karena itu diperlukan manajemen bantuan.
Prinsip yang harus ditepati adalah semua bantuan harus melalui satu pintu. Pemberi
bantuan tidak boleh langsung ke pasien. Alasan mengapa harus diatur satu komando :
4.1 Bantuan yang tidak merata akan menimbulkan kecemburuan di antara pasien.
Yang menjadi sasaran adalah pengelola Rumah Sakit. Contoh membawa
nasi gudeg cuma 100 bungkus, padahal ada pasien 500, yang 400 akan
protes.
4.2 Bantuan susu yang hanya cukup untuk sebagian pasien. Akibatnya sama,
menuai protes.
4.3 Bantuan yang harus sangat hati-hati. Ini tidak mendidik. Tetapi
penyumbang kadang ngotot untuk memberikan langsung. Lebih baik seluruh
pasien diberi, tetapi kalau tidak merata malahan akan menjadi masalah.
4.4 Kebijakan umum, kalau ada bantuan yang kurang mencukupi untuk seluruh
pasien supaya dikelola rumah sakit. Kalau tidak percaya lebih baik dibawa
pulang kembali.
12
Hal lain yang perlu dipikirkan adalah ruangan untuk menampung bantuan logistik
yang datang. Ruangan menjadi penting karena sering terdapat bantuan yang tidak
dapat dicampurkan menjadi satu, misalnya bantuan sabun jangan dijadikan satu
dengan makanan, dan kadang bantuan yang datang jumlahnya sangat banyak
sehingga gudang yang ada tidak dapat menampung lagi. Prinsipnya gudang harus
aman, tertutup, tidak terpaan panas dan hujan serta tercatat. Pengalaman di UPT
RSUD Ba’a, bantuan dibagi menjadi beberapa segmen. Sebagai contoh :
Mendapat kiriman 8 ton obat dan alat kesehatan, yang terpenting dicari manifest
pengiriman (daftar barang). Sistem penerimaan, penggudangan, distribusi sebaiknya
dengan komputer. Obat yang kadaluarsa dan jumlahnya kurang (tidak sesuai di
manifest) perlu segera dilaporkan kepada penyumbang.
13
Triage Officer harus dilakukan oleh dokter yang telah berpengalaman dengan
penilaian awal korban. Dilakukan dengan cepat untuk dapat memilah-milah korban
sehingga dapat dilakukan tindakan untuk korban yang merah terlebih dahulu untuk
mencegah kematian. Pemilahan warna ini sangat bermanfaat dan dapat dilakukan
dengan alat yang sederhana, bisa pita, tali raffia, kertas berwarna, atau apapun
asal tidak luntur dan tahan lama. Korban yang dapat segera direncanakan
penanganannya dan korban yang hijau dapat ditempatkan di tempat penampungan
sementara setelah mendapatkan perawatan atau segera dapat dipulangkan,
sedangkan korban yang telah meninggal (hitam) segera dapat dikirim ke kamar
jenazah dan diserahkan ke keluarganya.
4. Pengobatan Komplementer dan Alternatif
Setelah terjadi gempa, banyak pihak menawarkan jasa terapi, di antaranya terapi
komplementer dan alternatif. Terapi ini disediakan oleh organisasi atau perorangan.
Sebagai contoh pada pasien patah tulang.
5. Manajemen Kamar Operasi
Pada bencana dengan banyak pasien luka perlu manajemen kamar operasi yang baik.
Tersedia pelayanan pengobatan “sambung tulang”. Kebijakan umum yang harus
diketahui oleh semua personil adalah : Rumah Sakit tidak mengijinkan pengobatan
non medis. Semua tindakan medis di rumah sakit harus berdasar bukti ilmiah. Untuk
patah tulang terbuka harus selesai dalam 3 atau 4 x 24 jam. Operasi mayor dan
minor dipisah. Dibuka 13 ruang operasi tambahan, total ada 22 ruang operasi. Tim
manajer kamar operasi mengatur efisiensi penggunaan kamar operasi. Puncak
prestasi dokter Indonesia yang bersatu, mampu mengadakan operasi mayor dan
minor sebanyak 138 tindakan dalam 13 jam.
14
E. STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) KEDARURATAN DI UPT RSUD BA’A
1. Tujuan
Memberikan sistem kondisi umum dan petunjuk khusus sebagai bantuan dalam
menghadapi kondisi darurat. Menciptakan kondisi yang aman dan selamat di
lingkungan UPT RSUD Ba’a terkait dengan kedaruratan dan kesehatan kerja.
2. Sasaran
Terciptanya suasana aman dan selamat di lingkungan U P T RSUD Ba’a.
3. Definisi
3.1 APAR atau alat pemadam api ringan (fire extinguisher) adalah alat yang
dipakai untuk memadamkan api / kebakaran pada tahap dini untuk mencegah
kebakaran berskala besar.
3.2 Assembly point (tempat berkumpul) adalah tempat evakuasi
sementarauntuk tiap kejadian kebakaran, gempa bumi, tumpahan bahan
kimia, bencana alam, huru hara dan lain- lain.
3.3 Bencana adalah suatu gangguan serius terhadap
keberfungsiansuatu masyarakat sehingga menyebabkan kerugian yang
melupas kepada kehidupan masyarakat dari segi materi, ekonomi atau
lingkungan dan yang melampaui kemampuan masyarakat tersebut untuk
mengatasi dengan menggunakan sumber daya mereka sendiri.
3.4 Emergency exit adalah pintu keluar darurat yang dapat diakses apabila
terjadi keadaan darurat.
3.5 Emergency route adalah rute darurat yang digunakan apabila terjadi keadaan
darurat.
3.6 Gempa bumi adalah suatu guncangan yang cepat di bumi disebabkan oleh
patahan atau pergeseran lempengan tanah di bawah permukaan bumi.
3.6 Keadaan darurat adalah situasi / kondisi / kejadian yang tidak normal,
terjadi tiba-tiba, mengganggu kegiatan / organisasi komunitas dan perlu
segera ditanggulangi.
3.7 Kebakaran adalah suatu reaksi oksidasi eksotermis yang berlangsung cepat dari
suatu bahan yang disertai dengan timbulnya nyala api atau penyalaan.
3.8 Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan
denganhubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan
15
kerja demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari
rumah menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan biasa atau wajar
dilalui.
3.9 Tanda peringatan adanya keadaan bahaya adalah bunyi alarm panjang
sebanyak satu kali. Bila keadaan telah aman akan diumumkan kembali dengan
alarm pendek sebanyak tiga kali.
4. Prosedur pada saat terjadi kecelakaan kerja
Korban yang sakit atau pun penolong dapat menghubungi Instalasi K3 di
nomer extensi : 244. Unit Keamanan, Kesehatan, Keselamatan Kerja dan
Lingkungan melalui Satuan Pengamanan akan menghubungi Instalasi Gawat Darurat
(atau Blue Code Team).
Apabila saat jam kerja, maka bisa langsung membawa pasien ke IGD, atau
poliklinik (apabila kasus tidak emergency) untuk mendapatkan pemeriksaan atau
tindakan medis lanjutan. Apabila di luar jam kerja maka pasien dapat langsung dibawa
ke IGD.
Unit Keamanan, Kesehatan, Keselamatan Kerja dan personil keamanan (satpam)
mendampingin korban selama dalam penanganan dan membuat laporan kejadian.
Satuan Pengamanan membuat laporan tertulis dan diberikan kepada kepala
Instalasi Keamanan, Kesehatan, Keselamatan Kerja (K3).
5. Prosedur saat terjadi kebakaran.
5.1 Bila menemukan kebakaran jangan panik, hub pswt : 244, kemudian
melaporkan kejadian lokasi yang terbakar.
5.2 Beritahu segera kepada Satuan Pengamanan atau pegawai serta orang lain
yang ditemui.
5.3 Raihlah APAR terdekat untuk memadamkan api, jika sudah merasa yakin
dan sudah terlatih.
5.4 Apabila api belum berhasil dipadamka, segeralah keluar menuju
emergency exit terdekat.
5.5 Tetap tenang dan bawalah barang bawaan berharga anda seperlunya saja.
5.6 Jangan membawa barang bawaan yang terlalu besar.
5.7 Jangan menaruh barang di jalur evakuasi dan perhatikan saat anda berlari
keluar (potensi bahaya terjatuh dan bertabrakan).
16
5.8 Bila anda berada di lantai 2, 3 atau 4 serta dalam keadaan darurat jangan
melompat sampai regu pemadam datang / evakuasi.
5.9 Bila terjebak kepulan asap kebakaran, maka tetap menuju tangga darurat
dengan ambil nafas pendek-pendek, upayakan merayap atau merangkak untuk
menghindari asap, jangan berbalik arah karena akan bertabrakan dengan orang-
orang di belakang anda.
5.10 Bila terpaksa harus menerobos kepulan asap maka tahanlah nafas anda dan
cepat menuju pintu darurat kebakaran.
5.11 Segera ikuti emergency route menuju assembly point yang terdekat dengan
anda.
5.12 Hubungi pemadam kebakaran Instalasi Keamanan, Kesehatan Keselamatan
Kerja segera mungkin juga api tidak dapat dipadamkan telepon ke 244
atau 123.
6. Prosedur saat terjadi gempa bumi/ angin topan
6.1 Bila anda dalam gedung segera berlari dengan hati-hati keluar gedung menuju
tempat terbuka.
6.2 Hindari berlindung dekat pohon, tiang listrik atau papan reklame yag
berpotensi roboh.
6.3 Bila kesulitan keluar gedung segera berlindung di tempat yang aman, semisal
berlindunglah di bawah kolong meja untuk sementara waktu.
6.4 Menjauhlah dari kaca atau barang yang menempel di dinding (seperti jam
atau papan tulis) untuk menghindari barang- barang tersebut melukai anda.
6.5 Bila berada di lantai 2, 3 atau 4 turun dengan tangga secara perlahan dan
jangan panik.
6.6 Laporkan keadaan anda kepada Satuan Pengamanan dan Instalasi
Keamanan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) setelah gempa terjadi.
6.7 Hubungi Instalasi Gawat Darurat atau Code Blue Team bila ada pegawai
atau pengunjung yang memerlukan pertolongan medis lebih lanjut (telepon
IGD).
7. Prosedur Evakuasi
7.1 Apabila anda mendengar alarm berbunyi satu kali panjang, hentikanlah
pekerjaan yang sedang dilakukan.
17
7.2 Bawalah barang berharga atau dokumen penting dan barang lain seperlunya.
7.3 Tetap tenang, berjalanlah biasa dengan cepat dan keluarlah menuju
emergency exit terdekat.
7.4 Ikutilah emergency route menuju assembly point. Jangan panik dan jangan
berlari.
7.5 Pada saat evakuasi, beritahukan kondisi yang diketahui kepada orang
lain yang ditemui.
7.6 Setelah sampai di assembly point terdekat, petugas UK3 akan mencatat nama
korban yang terluka.
7.7 Apabila ada korban yang terluka, maka prosedur selanjutnya akan mengacu
pada prosedur pada saat terjadi kecelakaan kerja.
7.8 Setelah kondisi aman maka akan dinyalakan alarm pendek sebanyak 3 kali,
semua orang akan diminta berjalan tertib menuju tempat masing-masing yang
telah aman.
7.9 Petugas satpam UPT RSUD Ba’a bertanggung jawab terhadap ketertiban dan
keamanan pada saat evakuasi setelah sampai seluruh karyawan dan pengunjung
menuju tempat masing-masing.
8. Prosedur Petugas Satuan Pengamanan Pada Saat Evakuasi
8.1 Mengatur lalu lintas kendaraan yang keluar masuk lingkungan rumah
sakit dan menyediakan lokasi parkir bagi kendaraan pemadam kebakaran,
ambulance atau mobil bantuan lainnya.
8.2 Kendaraan pemadam kebakaran berukuran besar diarahkan masuk melalui
pintu Utara.
8.3 Lakukan langkah pengamanan selama proses evakuasi atau pemadaman
kebakaran dengan cara : Mengatur lingkungan sekitar lokasi untuk
memberikan ruang yang cukup untuk menangani keadaan darurat, baik
kecelakan kerja kebakaran ataupun gempa dan lain-lain. Mengamankan seluruh
pengunjung, pegawai ataupun masyarakat rumah sakit dalam proses evakuasi.
8.4 Mengamankan daerah gawat darurat tersebut dari kemungkinan
tindakan kejahatan misalnya mencuri barang- barang yang sedang
diselamatkan.
18
8.5 Menangkap pelaku tindak kejahatan selama proses evakuasi dan
membawanya ke pos komando satpma.
8.6 Tetap menjaga agar tidak terjadi kondisi panik selama proses evakuasi.
19
F. ORGANISASI
1. Prinsip-Prinsip Penyusunan Hospital Disaster Plan
1.1 Garis besar Disaster Plan disusun oleh tim penyusun Hospital Disaster Plan
(HDP) UPT RSUD Ba’a
1.2 Dilakukan sosialisasi ke Instalasi dan SMF di dalam rumah sakit.
1.3 Instalasi dan SMF menyusun HDP di unit kerja masing- masing.
1.4 Harus ada keseragaman istilah, simbol dan sinyal yang digunakan.
Misalnya dengan sirine bernada tertentu.
2. Langkah-Langkah penyusunan
2.1 Identifikasi permasalahan berdasar pengalaman masa lalu.
2.2 Pembentukan Tim penyusun Hospital Disaster Plan (HDP) UPT RSUD Ba’a.
2.3 Rapat-rapat koordinasi.
2.4 Penyusunan Draft (Konsep) Hospital Disaster Plan (HDP) UPT RSUD Ba’a.
2.5 Seminar.
2.6 Pembahasan dan pembuatan rangkuman hasil seminar oleh Tim.
2.7 Penyusunan Buku Pedoman Hospital Disaster Plan (HDP) UPT RSUD Ba’a
2.8 Pengesahan
2.9 Sosialisasi
3. Pengorganisasian
3.1 Struktur Organisasi
Ketua Tim
Bencana
20
Keterangan : Untuk kepentingan praktisnya Tim Koordinator Perawat dan Tim
Koordinator Medik masih disatukan dalam Medical Support.
4. Tugas-tugas
4.1 Tugas Pokok dan Fungsi Medical Support adalah :
1) Memberikan pelayanan medik paripurna kepada pasien / penderita
korban bencana alam gempa bumi/ angin topan.
2) Mendirikan rumah sakit lapangan di sekitar lokasi kejadian.
3) Melakukan koordinasi teknis dengan Badan Kerjasama
Penanggulangan Gawat Darurat Medik (BAKER PGDM).
4) Melakukan evaluasi kegiatan medis penanggulangan bencana alam
gempa bumi.
4.2 Tugas Pokok dan Fungsi Managerial Support adalah :
1) Mempersiapkan SDM, fasilitas medis dan non medis untuk
kelancaranpelaksanaan penanggulangan bencana alam gempa bumi/
angin topan.
2) Memantau, memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan
penanggulangan bencana alam gempa bumi/ angin topan.
3) Memberikan informasi kepada pihak terkait.
4) Melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan Propinsi dan satuan
Koordinasi Pelaksanaan Bencana Gempa Bumi/ Angin Topan dan
Pengungsi (SATKORLAK PBP) Daerah Kalimantan Selatan serta
organisasi-organisasi sejenis yag berada di wilayah Propinsi Nusa
Tenggara Timur.
Unit-unit utama yang bertugas siaga dalam keadaan bencana, yaitu :
a) Satuan Kerja Rawat Darurat dan seluruh staf medik dan non-
medik.
b) Satuan Kerja Pelayanan Keperawatan.
c) Supervisor Perawat.
d) Satuan Kerja Hukum dan Kemasyarakatan.
21
e) Satuan Kerja Pelayanan Medik.
f) Satuan Kerja Administrasi / Tata Usaha.
g) Satuan Kerja Catatan Medik.
h) Satuan Kerja Bedah Sentral.
i) Satuan Kerja Kamar Jenazah.
j) Satuan Kerja Instalasi Gizi
k) Satuan Kerja Laboratorium.
l) Satuan Kerja Unit Pelayanan Transfusi Darah (UPTD).
m) Satuan Kerja Rawat Intensif (ICU).
n) Satuan Kerja Perlengkapan / Logistik.
o) Satuan Kerja Rumah Tangga.
p) Satuan Kerja CSSD Laundry
q) Satuan Kerja Keamanan dan Ketertiban.
r) Seluruh Satuan Kerja SMF.
s) Seluruh Satuan Kerja terkait
4.3 Untuk masing-masing satuan kerja harus ditunjuk penanggung jawab
dalam keadaan bencana yang bertugas melakukan komunikasi dengan pusat
komando.
4.4 Pusat komando sebagai koordinator seluruh aktivitas pelayanan
dilaksanakan oleh unit tertentu yang ditunjuk oleh Direksi, dengan kedudukan
dan nomor-nomor kontrak yang jelas sehingga dapat dengan mudah dan
cepat dapat dihubungi oleh masing-masing unit untuk kepentingan
komunikasi dalam keadaan bencana, termasuk harus
diaktifkannya sistem radio komunikasi. Seluruh nomor kontak dalam keadaan
bencana harus disosialisasikan ke seluruh unit terkait.
4.5 Sistem komunikasi harus secara khusus disiapkan baik untuk komunikasi
internal maupun eksternal.
4.6 Satuan Kerja Hukum dan Kemasyarakatan harus siaga 24 jam untuk melayani
dan memberikan informasi kepada keluarga pasien, pengunjung, dan
masyarakat serta media massa dan lembaga-lembaga / organisasi-organisasi
lain, yang ingin mengetahui tentang kondisi pasien-pasien / korban bencana.
Informasi yang disampaikan termasuk tentang keharusan menunggu instruksi
22
diijinkannya untuk melihat kondisi pasien / korban bencana. Dalam keadaan
bencana tersebut, waktu kunjungan pasien yang berlaku umum disesuaikan
dengan kondisi.
4.7 Satuan Kerja Administrasi / Tata Usaha bertugas
mengadministrasikan secara khusus seluruh kegiatan
pelayanan dalam keadaan bencana, termasuk surat-menyurat, baik internal
maupun eksternal. Bagian Administrasi / Tata Usaha juga bertugas
mengkoordinasikan penugasan relawan / volunteer.
4.8 Satuan Kerja Catatan Medik bertugas menyediakan berkas Rekam Medik
tambahan dengan tanda khusus untuk pasien / korban bencana.
4.9 Satuan Kerja Perlengkapan / Logistik bertugas menyediakan segala
kebutuhan logistik ekstra untuk keperluan layanan dalam keadaan bencana,
atas persetujuan Direksi, termasuk logistik yang berupa pakaian untuk pasien /
korban bencana, kantong-kantong untuk pembuangan sampah / limbah.
BagianPerlengkapan / Logistik juga bertugas untuk menyiapkan tempat
/ ruang penyimpanan khusus untuk menampung logistik tambahan / bantuan
pihak luar.
4.10 Satuan Kerja Farmasi bertugas menyediakan kebutuhan obat- obatan ekstra
untuk keperluan layanan dalam keadaan bencana, atas persetujuan
Direksi.
4.11 Dalam keadaan bencana, tugas-tugas tertentu selain tugas keperawatan
dapat dilakukan oleh petugas keperawatan, misalnya administrasi pasien.
4.12 Satuan Kerja Gizi bertugas menyiapkan bahan-bahan makanan untuk
pasien-pasien / korban bencana, termasuk menyiapkan menu khusus dalam
kondisi bencana dan menjamin tersedianya persediaan bahan makanan /
minuman yang cukup.
4.14 Satuan Kerja Laboratorium bertugas menyiapkan seluruh petugas dan
koordinasi dengan UPTD untuk kebutuhan darah tambahan, bila perlu
bekerjasama dengan RS lain terdekat.
4.15 Satuan Kerja Pelayanan Transfusi Darah (UPTD) bertugas
menyiapkankebutuhan tambahan darah dengan cepat, dengan
bekerjasama dengan PMI dan RS lain terdekat.
23
4.16 Satuan Kerja Rawat Intensif (ICU) bertugas untuk bersiaga apabila
diperlukan.
4.17 Satuan Kerja Rumah Tangga bertugas untuk menjaga kebersihan
seluruh unit di UPT RSUD Ba’a, dengan ekstra kerja.
4.18 Satuan Kerja Binatu bertugas untuk melayani kebutuhan binatu seluruh
unit di UPT RSUD Ba’a, dengan ekstra kerja.
4.19 Satuan Kerja Keamanan bertugas mengkoordinasikan seluruh stafnya untuk
menjaga keamanan secara khusus dalam keadaan bencana, termasuk
menempatkan petugas di setiap unit, dan dilengkapi dengan alat komunikasi
yang memadai.
4.20 Seluruh Satuan Kerja di atas dapat melakukan koordinasi dengan pihak luar
atas persetujuan Direksi.
24
1) Mengidentifikasi sumber api dan jenis penyebab kebakaran.
2) Apabila sumber kebakaran dari listrik menginstruksikan untuk
memadamkan sumber listrik berkoordinasi dengan IPRS.
3) Mengaktifkan upaya pemadaman api awal dengan APAR, meminta
petugas lain menyiapkan APAR cadangan dan menghubungi petugas
satpam dan IPSRS untuk melaporkan kejadian kebakaran sesuai
kode darurat.
4) Bekerjasama dengan petugas Brigade Siaga Kebakaran dalam upaya
pemadaman api lebih lanjut apabila APAR GAGAL.
5) Berkoordinasi dengan penanggung jawab dokumen, aset dan pasien
dalam upaya evakuasi agar semua orang terhindari dari akibat
merugikan karena bahaya api maupun asap.
5.2 Penanggung Jawab (PJ) Pasien
Bertanggung jawab menyiapkan pasien untuk dilakukan evakuasi sesuai
dengan kondisi pasien berdasarkan keputusan PJ Api. Jika diperlukan evakuasi
PJ Pasien bertanggung jawab dalam memilih moda transportasi dan jalur
evakuasi yang dipandang aman dan efektif.
1) Ruang Pelayanan Pasien
a) Ruang Pelayanan Pasien
i) Mencatat dan mengelompokkan pasien berdasarkan kriteria
skala prioritas evakuasi berdasarkan kondisi klinis dan
transportasi pasien, bila terjadi bencana.
ii) Menyiapkan alat-alat transportasi dan alat medis
pendukung yang akan digunakan untuk mengevakuasi pasien.
iii) Mengkoordinir jalannya evakuasi pasien apabila terjadi
bencana.
iv) Mengatur evakuasi pasien dari ruang perawatan melalui
jalur evakuasi menuju tempat berkumpul yang aman.
v) Berkoordinasi dengan tim medis yang lain untuk
penanganan medis pasien lebih lanjut.
25
b) Skala Prioritas
i) Pasien yang stabil, memerlukan alat bantuan hidup : warna
merah.
ii) Pasien yang stabil, evakuasi dengan transportasi kursi roda /
brancard.
iii) Pasien yang stabil bisa transportasi sendiri : warna ungu.
iv) Pasien yang harapan hidup sangat kecil (DNR : warna ungu).
2) Ruang Non Pelayanan
a) Melakukan aktifasi Code Blue dengan
menginstruksikan petugas lain menghubungi bantuan medis sesuai
dengan zona penanganan Code Blue apabila terjadi korban pingsan
atau tidak bernafas.
b) Melakukan upaya bantuan hidup dasar atau BHD pada korban
(sesuai SPO dari standar COP).
c) Berkoordinasi dengan petugas lain dalam upaya penanganan
kestabilan kondisi klinis korban sampai adanya bantuan medis
lanjutan.
5.3 Penanggung Jawab (PJ) Aset
Bertanggung jawab terhadap evakuasi aset-aset penting dan menjauhkan
barang-barang mudah terbakar untuk mencegah terjadinya kebakaran yang
lebih besar serta memperpanjang waktu aman evakuasi. Dalam keadaan yang
cukup berbahaya PJ Aset harus mengutamakan evakuasi pasien dengan
berkoordinasi dengan PJ Pasien.
1) Mengamankan aset yang mudah meledak untuk menjadi prioritas
pertama yang diamankan.
2) Mengamankan aset yang terkait dengan life saving terhadap
pasien yang menggunakannya.
3) Mengamankan aset-aset yang bernilai investasi tinggi (jika
memungkinkan)
26
5.4 Penanggung Jawab (PJ) Dokumen
Bertanggung jawab menyelamatkan dokumen penting yang ada pada lokasi
kebakaran tersebut berdasarkan tada / kode yang sudah dipasang pada
beberapa dokumen penting pada satuan kerja.
1) Mencatat dan mengelompokkan dokumen yang diamankan sesuai
dengan skala prioritas pengamanan dokumen sebagai berikut :
a) Prioritas 1 : Rahasia : warna merah
b) Prioritas 2 : Internal : warna kuning
c) Prioritas 3 : Publik : warna hijau
2) Menyiapkan media evakuasi dokumen, misalnya : kardus evakuasi
dokumen untuk memindahkan dokumen ke tempat yang aman.
3) Menandai media evakuasi dokumen kardus dengan warna prioritas
dokumen.
4) Mengkoordinir jalannya evakuasi dokumen.
5) Menjaga dokumen di tempat evakuasi dokumen.
6) Melakukan recovery dokumen.
5.5 Penanggung Jawab (PJ) Gedung
1) Menjaga seluruh lokasi gedung (wilayah) lingkungan satuan kerja
yang menjadi tanggung jawabnya.
2) Membuat laporan kepada Direktur Umum & Operasional tentang
kondisi Gedung dan usulan perbaikan dilampiri bukti usulan setiap awal
bulan.
3) Menugaskan kepada PJ Logistik (PJ Aset) / PJ lain untuk mengamankan
seluruh aset di wilayah satuan kerja yang menjadi tanggung jawabnya bila
terjadi bencana.
4) Menugaskan kepada PJ Administrasi / Adlog / PJ lain untuk
mengamankan seluruh dokumen di wilayah satuan kerja yang menjadi
tanggung jawabnya bila terjadi bencana.
5) Menugaskan kepada PJ Pelayanan / Kepala Ruang untuk mengamankan
seluruh aset di wilayah satuan kerja yang menjadi tanggung jawabnya bila
terjadi bencana.
27
6) Penanggung jawab tersebut yang ditunjuk oleh PJ Gedung harus
membuat jadwal dan daftar nama personil safety shift untuk :
a) Penanggung jawab Api (Kode Topi Merah)
b) Penanggung jawab Pasien (Kode Topi Kuning)
c) Penanggung jawab Aset (Kode Topi Biru)
d) Penanggung jawab Dokumen (Kode Topi Putih)
7) Khusus untuk Penanggung jawab Gedung berlantai atau lokasinya yang
tersebar dapat menugaskan staf yang bertanggung jawab / membuat
jadwal personil safety shift.
28
PJ-PJ tersebut ditunjuk oleh Direktur UPT RSUD Ba’a dengan Surat
Keputusan dan akan diberikan pelatihan tentang penanganan disaster secara
bertahap dan berkala oleh Instalasi K3.
Agar sistem komando ini mudah dikenali saat terjadi bencana di dalam
UPT RSUD Ba’a, PJ tersebut harus memakai Safety Helmet dengan warna
merah untuk PJ Api, kuning untuk PJ Aset, putih untuk PJ Pasien dan biru
untuk PJ Dokumen.
Perlengkapan safety helmet dalam sistem komando ini disiapkan oleh Unit
K3 dan diletakkan minimal 1 set di setiap lantai diseluruh gedung di UPT RSUD
Ba’a.
Guna memudahkan dalam seleksi untuk melakukan evakuasi dipandang
perlu memberikan kode prioritas evakuasi pada pasien diberi label khusus
sedang untuk para Penanggung Jawab agar memudahkan dalam
mengidentifikasi para Penanggung tersebut diberi tanda dengan memakai topi.
a) Kode- kode tersebut untuk label pasien adalah sebagai berikut :
i) Hijau : Pasien dengan mobilitas mandiri dan tidak terpasang
peralatan medis.
ii) Kuning : Pasien mandiri tetapi terpasang peralatan medis
sehingga perlu bantuan ringan dalam evakuasi.
iii) Merah : Pasien dengan mobilitas terbatas sehingga untuk
evakuasi harus dibantu oleh seorang penolong baik dengan sarana
transportasi atau dipanggul / digendong.
iv) Ungu : Pasien dengan mobilitas terbatas sehingga harus
dibantu oleh 2 – 4 orang petugas evakuasi dan pasien dengan
mobilitas tergantung dan terpasang beberapa alat medis sehingga
dalam evakuasi memerlukan bantuan 5 orang petugas atau
lebih.
b) Khusus untuk penanda para penanggung jawab diberi topi pengenal
dan berfungsi sebagai pengaman diberi kode warna adalah sebagai
berikut :
i) Aset → Biru
ii) Dokumen → Putih
29
Iii) Api → Merah
iv) Pasien → Kuning
Ketentuan lebih lanjut dari kebijakan ini dapat dilihat pada buku pedoman
sistem komando siaga bencana internal UPT RSUD Ba’a.
30
BAB III
PENANGANAN BENCANA DI RUMAH SAKIT
Pada situasi bencana aspek koordinasi dan kolaborasi diperlukan untuk mengatur
proses pelayanan terhadap korban dan mengatur unsure penunjang yang mendukung proses
pelayanan sehingga dapat berjalan sebagaimana mestinya penanganan bersama di Rumah Sakit
pada sistem penanganan bencana adalah sebagai berikut :
A. PENANGANAN KORBAN
Proses penanganan yang diberikan kepada korban dilakukan secepatnya untuk mencegah
risiko kecacatan dan atau kematian, dimulai sejak dilokasi kejadian, proses evakuasi
dan proses transportasi ke IGD atau area berkumpul. Kegiatan dimulai sejak korban tiba di
IGD.
Penanggung Jawab : Ketua Tim Medical Support (Ka IGD)
Tempat : Triage IGD / lokasi kejadian/ Area
Berkumpul / Tempat perawatan
1. Prosedur di lapangan :
1.1 Lakukan triage sesuai dengan berat ringannya kasus (Hijau, Kuning,
Merah)
1.2 Menentukan prioritas penanganan
1.3 Evakuasi korban ke tempat yang lebih aman
1.4 Lakukan stabilisasi sesuai kasus yang dialaminya
1.5 Transportasi korban ke IGD
2. Di Rumah Sakit (IGD)
2.1 Lakukan triage oleh tim medic
2.2 Penempatan korban sesuai hasil triage
2.3 Lakukan stabilisasi korban
2.4 Berikan tindakan definitive sesuai dengan kegawatan dan situasi yang ada
(Merah, Kuning, Hijau)
31
2.5 Perawatan lanjutan sesuai dengan jenis kasusnya (ruang perawatan
dan OK)
2.6 Lakukan rujukan bila diperlukan baik karena pertimbangan medis maupun
tempat perawatan.
32
C. PENGOSONGAN RUANGAN DAN PEMINDAHAN PASIEN
Pada situasi bencana maka ruang perawatan tertentu harus dikosongkan untuk
menampung sejumlah korban dan pasien-pasien diruangan tersebut harus dipindahkan
keruangan yang sudah ditentukan.
Tempat : Ruang perawatan sementara IGD
Penanggung Jawab : Karu IGD
Prosedur :
1. Ka Bid Keperawatan mengintruksikan Ka ruangan yang dimaksud untuk
mengosongkan ruangan
2. Ka Ruangan berkoordinasi ke kepala ruangan lain untuk memindahkan
pasiennya.
3. Ka Ruangan dan Wakil serta katim menjelaskan pada pasien /keluarganya alasn
pengosongan ruangan
4. Ka. Ruangan mencatat ruangan-ruangan tempat tujuan pasien pindah dan
mengistruksikan petugas biling
5. Ka Ruangan melaporkan proses pengosongan ruangan kepada Ka Bidang
Keperawatan.
33
2. Instalasi Gizi mengumpulkan semua permintaan makanan dari ruangan / posko
3. Instalasi Gizi mengkoordinir persiapan makanan dan berkolaborasi
dengan posko donasi makanan untuk mengetahui jumlah donasi makanan yang akan
/ dapat didistribusikan.
34
2. Perintahkan Ka Ruangan untuk memindahkan korban
3. Koordinir proses pemindahan dan alur pengunjung ke area dimaksud
35
3. Membuat permintaan bantuan apabila perkiraan jumlah dan jenis obat & bahan /
alat habis pakai tidak mencukupi kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Rote Ndao
Propinsi Nusa Tenggara Timur atau Departemen Kesehatan RI
4. Bantuan obat & bahan / alat habis pakai kepada LSM / lembaga donor pilihan
terakhir, namun apabila ada yang berminat tanpa ada permintaan, buatkan criteria
dan persyaratannya.
5. Siapkan tempat penyimpanan yang memadai dan memenuhi persyaratan
penyimpanan obat & bahan / alat habis pakai
6. Buatkan pencatatan dan pelaporan harian
7. Lakukan pemusnahan / koordinasikan ke pihak terkait apabila telah kadaluarsa
dan atau tidak diperlukan sesuai dengan persyaratan
36
J. PENGELOLAAN KESEHATAN LINGKUNGAN
Kesehatan lingkungan tetap dijaga pada situasi apapun termasuk situasi bencana
untuk mencegah terjadinya pencemaran maupun dampak dari bencana.
Tempat : Lingkungan Rumah Sakit
Penanggung Jawab : Ka. Instalasi Sanitasi
Prosedur :
1. Pastikan sistem pembuangan dan pemusnahan sampah dan limbah medis dan
non medis sesuai dengan ketentuan yang berlaku
2. Catat dan laporkan jumlah sampah medis yang ditimbang dan dikelola pihah ke
tiga.
3. Kontrol seluruh pipa dan alat yang dipakai untuk pengolahan sampah dan
limbah agar tidak terjadi pencemaran lingkungan
4. Koordinasikan kebersihan ruangan dan pemisahan sampah medis dan sampah umum
dengan petugas ruangan.
K. PENGELOLAAN DONASI
Pada keadaan bencana, Rumah Sakit membutuhkan bantuan tambahan baik berupa
obat, bahan/alat habis pakai, makanan, alat medis/non medis, maupun finansial.
Tempat : Pos Donasi
Penanggung Jawab : Kasubag umum.
Prosedur :
1. Cacat semua asal jumlah dan jenis donasi yang masuk baik berupa obat,
makanan barang dan uang.
2. Catat tanggal kadaluarsa
3. Distribusikan donasi yang ada kepada pos-pos yang bertanggungJawab
3.1 Obat dan bahan / alat habis pakai ke Ka. Instalasi Farmasi
3.2 Makanan / Minuman ke Ka. Instalasi Gizi
3.3 Barang non medis ke Kasubag Umum.
3.4 Uang ke kabag keuangan/pendukung keuangan.
3.5 Line Telepon, sumbangan listrik ke IPSRS.
37
4. Laporkan rekapitulasi jumlah dan jenis donasi (termasuk yang didistribusikan dan
sisanya) kepada pos komando/komandan bencana.
5. Sumbangan yang ditujukan langsung kepada korban akan difasilitasi oleh
kepala ruangan atas sepengetahuan ketua manajemen support.
M. PENANGANAN KEAMANAN
Keamanan diupayakan semaksimal mungkin pada area transportasi korban dari area
lokasi ke IGD, pengamanan sekitar triage dan IGD pada umumnya serta pengamanan
pada unit perawatan dan pos-pos yang didirikan.
Tempat : Alur masuk ambulance ke IGD , seluruh unit pelayanan dan pos
Penanggung Jawab : Ka. Satuan pengamanan
38
Prosedur :
1. Atur petugas sesuai dengan wilayah pengamanan
2. Lakukan koordinasi dengan instansi terkait seperti kepolisian
3. Atur dan arahkan pengunjung ke lokasi yang ditentukan pada saat bencana
internal
4. Lakukan kontrol rutin dan sesuai aturan
5. Dampingi petugas bila ada keluarga yang mengamuk
N. PENGELOLAAN INFORMASI
Informasi, baik berupa data maupun laporan dibuat sesuai dengan form yang
ditentukan sehingga tidak terjadi kesimpangsiuran mengenai jumlah korban baik korban
hidup, korban meninggal, alamat, tempat perawatan korban dan status evakuasi keluar
Rumah Sakit. Informasikan ini meliputi identitas korban, SDM dan fasilitas yang diperlukan
untuk penanganan korban.
Tempat : Pos Informasi
Penanggung Jawab : Ka Subag Sim dan rekam medis.
Prosedur :
1. Lengkapi semua data korban yang mencakup nama pasien, umur, dan alamat / asal
alamat, dari korban rawat jalan, rawat inap dan meninggal serta evakuasi dan
lengkapi dengan data tindakan yang telah dilakukan.
2. Informasi di update setiap 12 jam untuk 2 hari pertama (08.00 dan jam 20.00)
dan 24 jam sekali untuk hari-hari berikutnya (jam 08.00)
3. Informasi di tulis pada papan informasi dan di pos informasi
4. Setiap lembar informasi yang keluar ditandatangani oleh komandan bencana
dan diserahkan kepada pihak yang membutuhkan oleh penanggung jawab pos
informasi.
39
O. JUMPA PERS
Informasi dari posko data merupakan sumber informasi yang akan digunakan pihak
Rumah Sakit pada saat jumpa Pers. Pihak Rumah Sakit yang menghadiri pers release
adalah Direktur sebagai Komandan Rumah sakit ,Komandan bencana , Ketua Medikal
Support, dan Ketua Manajemen Support.
Tempat : Kantor Direksi
Penanggung Jawab : Kasubag Hukum dan Humas
Prosedur :
1. Jumpa pers dilaksanakan setiap hari jam 11.00 untuk 5 hari pertama, dua hari sekali
untuk hari berikutnya dan seteruhnya bila mana dipandang perlu.
2. Undagan atau pemberitahuan kepada pers akan adanya jumpa pers dilakukan
oleh Ka. Subag Hukum dan Humas
3. Siapkan dan sebelumnya konfirmasikan informasi yang akan disampaikan pada
jumpa pers kepada Direktur /komandan rumah sakit.
4. Jumpa per dipimpin oleh Komandan Rumah Sakit.
P. PENGELOLAAN MEDIA
Wartawan dari media cetak dan elektronik akan berada hamper 24 jam disekita
Rumah Sakit untuk meliput proses pelayanan dan kunjungan tamu ke unit pelayanan,
bukan hanya berasal dari media lokal, regional tetapi juga nasional sehingga perlu
dikelola dengan baik.
Tempat : Ruangan Hukmas
Penanggung Jawab : Ka. Sub Bag. Hukmas
Prosedur :
1. Registrasi dan identifikasi semua media serta wartawan yang dating
2. Sampaikan bahwa semua informasi dapat diperoleh dari pos informasi
3. Koordinasikan dengan petugas pengamanan Rumah Sakit untuk pengaturannya
4. Peliputan media hanya diijinkan kepada yang sudah memperoleh kartu identitas
5. Peliputan langsung pada korban bencana atas seijin yang bersangkutan.
40
Q. PENGELOLAAN REKAM MEDIS
Semua korban bencana yang memerlukan perawatan dibuatkan rekam medis sesuai
dengan prosedur yang berlaku di Rumah Sakit. pada Rekam Medis diberikan tanda khusus
untuk mengidentifikasi data korban dengan segera.
Tempat : IGD
Penanggung Jawab : Ka. Instalasi Rekam Medis
Prosedur :
1. Disiapkan sejumlah form rekam medis korban bencana untuk persiapan kedatangan
korban
2. Kontrol dan pastikan semua korban sudah dibuatkan rekam medis
3. Registrasi semua korban pada sistem billing setelah dilakukan penanganan
emergency.
R. IDENTIFIKASI KORBAN
Semua korban bencana yang dirawat menggunakan label ID. Label ID yang dipasangkan
pada system berisi identitas dan hasil triage. Setelah dilakukan tindakan life saving, label ID
akan dilepas dan disimpan pada rekam medis yang bersangkutan
Tempat : Ruang Triage IGD, Kamar Jenazah
Penanggung Jawab : Ka. Instalasi Rekam Medis
Prosedur :
1. Pasangkan label ID pada semua lengan atas kanan korban hidup pada saat masuk
ruangan triage atau korban meninggal pada saat masuk kamar jenazah, serta dibuatkan
rekam mediknya.
2. Control semua korban bencana dan pastikan sudah menggunakan label ID
T. PENGELOLAAN JENAZAH 41
Untuk kejadian bencana, jenazah akan langsung dikirim ke ruang jenazah.
Pengelolaan jenazah seperti identifikasi, menentukan sebab kematian dan menentukan jenis
musibah yang terjadi, penyimpanan dan pengeluaran jenazah dilakukan instalasi pemulasaraan
jenazah.
Tempat : Instalasi Pemulasaraan jenazah
Penanggung Jawab : Ka. Instalasi pemulasaraan jenazah.
Prosedur :
1. Registrasi semua jenazah korban bencana yang masuk ke Rumah Sakit melalui kamar
jenazah.
2. Bila diperlukan, dilakukan identifikasi pada korban untukmenentukan sebab
kematian
3. Siapkan surat-surat yang diperlukan.
4. Buat laporan jumlah dan status jenazah kepada ketua medical support dan pos
pengelolaan data.
42
BAB IV
BENCANA INTERNAL
Kemungkinan bencana yang terjadi di Rumah Sakit Umum adalah : Kebakaran, Gempa
Bumi, ancaman bom, kecelakaan oleh karena zat berbahaya, kejadian luar biasa penyakit.
Penanganan tiap-tiap jenis bencana adalah sebagai berikut :
A. KEBAKARAN
Pada saat kebakaran kemungkinan jenis korban yang dapat terjadi adalah : Luka bakar,
trauma, sesak nafas, hysteria (gangguan psikologi) dan korban meninggal.
1. Langkah-langkah yang dilakukan ketika terjadi kebakaran :
1.1 Pindahkan korban ke tempat yang aman (titik kumpul aman)
1.2 Pertama kali batasi penyebaran api, dengan menggunakan APAR
1.3 Jika tidak bisa diatasi hubungi petugas satpam (114) atau operator
(110) untuk menghubungi petugas kebakaran :
1) Ada Kebakaran
2) Lokasi kebakaran
3) Sebutkan nama pelapor
1.4 Padamkan api jika memungkinkan dan jangan mengambil resiko.
2. Bila terjadi kebakaran selalu ingat :
2.1 Kejadian kebakaran harus dilaporkan
2.2 Bila bangunan bertingkat, gunakan tangga dan jangan gunakan lift
2.3 Biarkan lampu selalu menyala untuk penerangan
2.4 Matikan alat-alat lain seperti : mesin anestesi, suction, alat-alat elektronik dll
2.5 Tetap tenang dan jangan panic
2.6 Tempat yang rendah memiliki udara yang lebih bersih.
3. Agar proses penanggulangan bencana kebakaran dapat berjalan dengan baik kita
harus tahu :
3.1 Tempat menaruh alat pemadaman kebakaran dan cara menggunakannya
43
3.2 Nomor pemadam kebakaran, operator dan Satpam Rute evakuasi dan pintu-
pintu darurat.
3.3 Ada satu orang yang bisa mengambil keputusan dan tahu bagaimana
penanggulangan bencana kebakaran pada setiap shift jaga
3.4 Kepala ruangan shift pagi/ hari kerja dan ketua tim pada jaga sore atau
malam yang memegang kendali/mengkoordinir bila terjadi bencana.
44
C. ANCAMAN BOM
1. Ancaman bom bisa tertulis dan juga bisa lisan atau lewat telepon. Ancaman
bom ada 2 jenis :
1.1 Ancaman bom yang tidak spesifik : pengancam tidak menyebutkan secara
detail tentang ancaman bom yang disampaikan.
1.2 Ancaman bom yang spesifik : pengamcam menyebutkan tempat ditaruhnya
bom, jenis bom yang digunakan, kapan bom akan diledakkan dan lain-lain.
2. Semua ancaman bom harus ditanggani secara serius sampai ditentukan oleh tim
penjinak bom bahwa situasi aman. Jika anda menerima ancaman bom :
2.1 Tetap tenang dan dengarkan pengancam dengan baik karena informasi yang
diterima dari pengamcam sangat dibutuhkan tim penjinak bom
2.2 Jangan tutup telepon sampai pengancaman selesai berbicara
2.3 Panggil teman lain untuk ikut mendengarkan telepon ancaman, atau jika
memungkinkan gunakan Hp anda untuk menghubungi orang lain.
2.4 Hubungi satpam bahwa :
1) Ada ancaman bom
2) Tenpat/ruangan yang menerima ancaman
3) Nama petugas yang melaporkan adanya ancaman bom
3. Ancaman bom tertulis :
3.1 Simpan kertas yang berisi ancaman dengan baik
3.2 Laporkan kepada kepala ruangan bila shift pagi atau hari kerja dan kepada
ketua tim saat shift sore dan malam
4. Ancaman bom lewat telepon :
4.1 Usahakan tetap berbicara dengan telepon
4.2 Beri kode teman yang terdekat dengan anda bahwa ada ancaman bom.
45
5. Bila ada benda yang mencurigai sebagai bom :
5.1 Jangan menyentuh atau memperlakukan apaun terhadap benda tersebut
5.2 Sampaikan kepada kepala ruangan bila shift pagi atau hari kerja dan kepada
ketua tim shift sore atau malam bahwa ada benda yang mencurigakan
5.3 Lakukan evakuasi diruangan tersebut dan ruangan sekitarnya segera
5.4 Buka pintu dan jendela segera
5.5 Lakukan evakuasi sesuai prosedur
46
1.2 Adanya peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan jumlah
kesakitan yang biasa terjadi pada kurun waktu yang sama tahun sebelumnya.
2. Tindakan yang harus dilakukan bila terjadi KLB penyakit :
2.1 Catat dan laporkan jumlah kejadian.penyakit yang terjadi diruangan
kepada wakil direktur pelayanan bila shift pagi atau pada hari kerja dan ke
pengamatan keperawatan bila diluar jam kerja.
2.2 Tingkatkan standar untuk mencegah penularan kepasien lain atau ke
petugas kesehatan
2.3 Komite Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi melakukan penyelidikan
epidemiologi terhadap terjadinya KLB untuk mengetahui penyebab
terjadinya KLB dan membuat rekomendasi untuk mengembail tindakan
selanjutnya.
47
LAMPIRAN 1
ALUR PASIEN BENCANA DI UPT RSUD BA’A
Pasien Bencana
53
IGD
Perlu
Analisis Klinis
Tindakan
Diagnostik?
Perlu Rujukan
Ke YANMED Tindakan Diagnostik Perlu Tindakan Pemberian Pasien Pulang
lain? (Lab dan Radiologi) Operasi? Obat/Tindakan
Koord. Dg YANMED
Swasta/TNI/POLRI Koord. Dg IBS
Perlu di (Instalasi Bedah)
Rawat INAP?
Proses Pengiriman
Pasien Bencana
PLN :
12 PLN Kalselteng Banjarmasin (0511) 4772520,
4772633, 4772261,
14 PDAM :
15 PDAM Banjarmasin Banjarmasin (0511) 3253617
16 PDAM Intan Banjar Kab. Banjar (0511) 4772061
17 PDAM Barito Kuala Marabahan (0511) 4799013
Dinas Kesehatan :
16 Dinas Kesehatan Kalsel Banjarmasin (0511) 3355661,
4364646
17 Dinas Kesehatan Banjarmasin Banjarmasin (0511) 304863,
365177, 304803
18 Dinas Kesehatan Banjar Kab. Banjar (0511) 721203,
722387
19 Damkar Kota Banjarmasin Banjarmasin 081349601965
20 BPBD Kota Banjarmasin Banjarmasin (0511) 3307760
21 DEPSOS Banjarmasin (0511) 3350825
22 TAGANA Banjarmasin
23 Tim Sar Banjarmasin (0511) 4707911
POLRI
24 POLSEK Banjarmasin Utara Banjarmasin (0511) 3300463
25 POLRESTA Banjarmasin Banjarmasin (0511) 3251411
26 POLDA Kalimantan Selatan Banjarmasin (0511) 3368571
54