RSU PURWOGONDO
2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB I DEFINISI........................................................................................................1
BAB IV DOKUMENTASI………………………………………………………….26
ii
RUMAH SAKIT UMUM PURWOGONDO
Jl. Puring Km. 8 Kalipurwo - Kuwarasan
Kab. Kebumen 54366
Telp. (0287) 472588, (0287) 4760192 Fax: (0287) 472588
Website : www.rsupurwogondo.com e-mail: rsu.purwogondo@yahoo.co.id
TENTANG
Menimbang : a. bahwa lingkungan hidup yang berada di rumah sakit perlu dijaga
kelestariannya sehinggga tetap mampu menunjang pelaksanaan
kegiatan di dalam serta disekitar rumah sakit;
b. bahwa setiap kegiatan yang dilakukan di dalam rumah sakit ada yang
menggunakan bahan berbahaya dan beracun serta menghasilkan
limbah bahan berbahaya dan beracun;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam butir
b,perlu ditetapkan suatu Panduan tentang pengelolaan bahan dan
limbah bahan berbahaya dan beracun;
bahwa sehubungan dengan hal tersebut pada konsideran butir b dan c,
d. perlu ditetapkan Peraturan Direktur Tentang Pemberlakukan Panduan
Pengelolaan Bahan dan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di
Rumah Sakit Umum Purwogondo;
iii
RUMAH SAKIT UMUM PURWOGONDO
Jl. Puring Km. 8 Kalipurwo - Kuwarasan
Kab. Kebumen 54366
Telp. (0287) 472588, (0287) 4760192 Fax: (0287) 472588
Website : www.rsupurwogondo.com e-mail: rsu.purwogondo@yahoo.co.id
1999 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 13
tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun;
7. Undang – Undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
8. Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Bahan Berbahaya dan Beracun
9. Peraturan Pemerintah No. 85 Junto No. 18 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Limbah B3
10. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 03 Tahun 2008
tentang Tata Cara Pemberian Simbol Bahan Berbahaya dan
Beracun
11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor :HK.03.05/1/565/2011 tentang penetapan kelas Rumah
Sakit Umum Purwogondo Kabupaten Kebumen.
12. Surat Keputusan Kepala Kantor Pelayanan Perizinan terpadu
dan penanaman modal kabupaten Kebumen Nomor
:503/02/KEP/VII/2013 tentang pemberian izin tetap
penyelenggaraan Rumah Sakit Umum Purwogondo Kabupaten
Kebumen.
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Kesatu : Panduan Pengelolaan Bahan dan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
di Rumah Sakit Umum Purwogondo dimaksud dalam dictum kesatu,
tercantum dalam lampiran ini.
Kedua : Panduan Pengelolaan Bahan dan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
di Rumah Sakit ini harus dibahas sekurang-kurangnya 1 (tahun) sekali dan
apabila diperlukan dapat dilakukan perubahan sesuai denan perkembangan
yang ada
Keempat : Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini, akan
diperbaiki sebagaimana mestinya
iv
RUMAH SAKIT UMUM PURWOGONDO
Jl. Puring Km. 8 Kalipurwo - Kuwarasan
Kab. Kebumen 54366
Telp. (0287) 472588, (0287) 4760192 Fax: (0287) 472588
Website : www.rsupurwogondo.com e-mail: rsu.purwogondo@yahoo.co.id
Ditetapkan di : Kebumen
Pada tanggal : 02 Januari 2020
Direktur RSU Purwogondo
v
BAB I
DEFINISI
1
pengalaman sebelumnya dengan masalah mutu air.Hasil pemeriksaan
dodokumentasikan.
b. Pemeriksaan limbah cair dilakukan setiap 3 bulan atau lebih sering
tergantung peraturan perundang-undangan, kondisi sumber air, dan hasil
pemeriksaan air terakhir bermasalah.Hasil pemeriksaan
didokumentasikan.
c. Pemeriksaan mutu air yang digunakan untuk dialysis ginjal setiap bulan,
untuk menilai pertumbuhan bakteri dan endotoksin.
d. Pemeriksaan tahunan untuk menilai kontaminasi zat kimia.Hasil
pemeriksaan didokumentasikan.
e. Melakukan monitoring hasil pemeriksaan air dan melakukan perbaikan
bila diperlukan.
2
BAB II
RUANG LINGKUP
3
2. Disfungsi peralatan / bahan
3. Peralatan / bahan
4. Cidera
5. Korban jiwa
6. Kekacauan pelayanan
1. Unsafe Condition
2. Unsafe action
( berdasarkan pendapat ahli K3, kedua factor tersebut merupakan gejala akibat
buruknya dan kurangnya komitmen manajemen K3 )
1. Unsafe Condition :
a. Peralatan using
b. Tempat kerja acak-acakan
c. Peralatan kerja tidak ergonomis
d. Peralatan mesin tidak tertutup
e. Tempat kerja dengan B3 tidak dilengkapi sarana pengaman ( label,
simbul, rambu, prosedur pengelolaan B3
2. Unsafe Action
a. Pegawai tidak tahu
- Bahaya di tempat kerja
- Peraturan K3
- SPO kerja
- Instruksi kerja
b. Pegawai kurang terampil dalam mengoperasikan peralatan pernafasan
4
7. Pengadaan/pembelian B3, pemasok (supplier) wajib melampirakan material
safety data sheet/lembar data pengaman (MSDS/LDP).
2. Landasan Hukum
1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
1204/Menkes/SK/X/2004.
2. Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 Tentang : Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya Dan Beracun.
3. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang
Pengelolaan Sampah.
4. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 30 Tahun 2009 Tentang
Tata Laksana Perizinan dan Pengawasan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun Serta Pengawasan Pemulihan Akibat Pencemaran Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun Oleh Pemerintah Daerah.
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 74 Tahun 2001 Tentang
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun.
6. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor :
Kep-58/MENLH/12/1995 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan
Rumah Sakit.
7. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838 tentang Pedoman
Teknis Pengelolaan Lingkungan Rumah Sakit dan Pencegahan Infeksi
Nosokomial.
5
(Contoh label Identitas Limbah B3)
b. Simbol Limbah B3
6
2. Tempat Penyimpanan
Tempat penyimpanan limbah B3 wajib memenuhi standar untuk lokasi,
fasilitas penyimpanan dan peralatan penanggulangan keadaan darurat.
a. Lokasi Penyimpanan : di bangun pada lokasi bebas banjir dan berada di
dalam penguasaan setiap orang yang menghasilkan Limbah B3.
b. Fasilitas Penyimpanan (Bangunan):
1) Desain dan kontruksi bangunan yang mampu melindungi Limbah B3 dari hujan
dan sinar matahari.
2) Memiliki penerangan dan ventilasi
3) Memiliki saluran drainase dan bak penampung
c. Peralatan penanggulangan keadaan darurat
1) Ketersediaan alat pemadam api ringan (APAR)
2) Alat penanggulangan keadaan darurat lain yang sesuai, seperti P3K
7
BAB III
TATA LAKSANA PENGELOLAAN B3
A. Pengertian
1. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah hasil sisa aktivitas Rumah Sakit
Umum Purwogondo berupa zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena
sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau
membahayakan lingkungan hidup lingkungan Rumah Sakit Umum Purwogondo,
kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia (Pasien, Petugas, dan Pengunjung)
dan makhluk hidup lain.
2. Tata Laksana Pengelolaan Limbah B3 Rumah Sakit Umum Purwogondo adalah
terdiri dari pengurangan limbah, penyimpanan limbah B3, pemasangan label,
pengangkutan
3. Pengurangan Limbah B3 Rumah Sakit Umum Purwogondo adalah untuk
mengurangi jumlah dan/atau mengurangi sifat bahaya dan/atau racun dari Limbah
B3 sebelum dihasilkan dari suatu usaha dan/atau kegiatan
4. Penyimpanan Limbah B3 Rumah Sakit Umum Purwogondo adalah kegiatan
menyimpan Limbah B3 yang dilakukan oleh Penghasil Limbah B3 dengan
maksud menyimpan sementara Limbah B3 yang dihasilkannya.
5. Label Limbah B3 adalah keterangan mengenai Limbah B3 di Rumah Sakit
Umum Purwogondo yang berbentuk tulisan yang berisi informasi mengenai
Penghasil Limbah B3, alamat Penghasil Limbah B3, waktu pengemasan, jumlah,
dan karakteristik Limbah B3.
6. Pengangkut Limbah B3 Rumah Sakit Umum Purwogondo adalah badan usaha
yang melakukan kegiatan Pengangkutan Limbah B3 berdasarkan MOU
Kerjasama
7. Sistem tanggap darurat adalah system pengendalian keadaan darurat yang
meliputi pencegahan, kesiapsiagaan, dan penanggulangan kecelakaan serta
pemulihan kualitas lingkungan hidup akibat kejadian kecelakaan Pengelolaan
Lingkungan.
B. Penggolongan B3
WHO telah mengidintifikasikan bahan berbahaya dan beracun dan limbahnya
dengan kategori sebagai berikut :
1. Infeksius
8
2. Patologi anatomi
3. Farmasi
4. Bahan kimia
5. Logam berat
6. Container bertekan
7. Benda tajam
8. Genotoksik/sitotoksik (limbah genotoksik : limbah yang mengandung bahan
dengan sifat genotoksik, contoh limbah yang mengandung obat-obatan
sitotastik)
9. Radioaktif
C. Pengelolaan B3
Pengaturan pengelolaan limbah B3 meliputi tahapan :
1. Pemilahan limbah B3
2. Penyimpanan limbah B3
3. Pengangkutan limbah B3
4. Pengolahan limbah B3
5. Penguburan limbah B3, dan / atau
6. Penimbunan limbah B3
D. Sifat-sifat B3
Bahan kimia mudah meledak ;
1. Asetilen
2. Diazo
3. Nitrozo
4. Alkil polinitro
5. Oksim
6. Azo
7. N-Nitroso
8. N-Nitro
9. Azida
10. Diazonium
11. Hidroksil ammonium
12. N-logam berat
13. Perkhloril
14. Peroksida
15. Ozon
9
Bahan mudah terbakar diklasifikasikan
1. Adalah bahan kimia yang mungkin tidak terbakar, tetapi dapat menghasilkan
oksigen yang dapat menyebabkan kebakaran pada bahan lainnya
2. Bahan kimia oksidator bersifat eksplosif karena sangat reaktif atau tidak
stabil atau mampu menghasilkan oksigen dalam reaksi atau penguraianya
sehingga menimbulkan kebakaran.
10
E. Siklus Manajemen Logistik B3
PERENCAN
AAN
PENGHAPUS
PENGANGGAR
AN
AN
PENGENDALI
AN
PEMELIHAR PENGADAA
AAN N
PENYIMPANAN
DAN
F. Pengadaan
1. Pembelian :
- Langsung, penunjukan, tender ( Perpres No 54 / 2010
2. Produksi
- Steril, non steril, sediaan langka
11
2. Spesifikasi mutu kemasan / wadah
3. Tiap langkah dilengkapi dengan “ Tanda Resiko Bahaya “
4. Penggunaan yang mengajukan pembelian B3 wajib melengkapi syarat-syarat
K3. Bila spsifikasi dan syarat sudah cukup lengkap dan memenuhi standar
K3 , maka pengajuan dan pembelian dapat diproses dan direalisasikan
pengadaanya
Definisi Lembar Data Pengaman ( LDP ) atau MSDS ( Material Safety Data Sheet )
Pasal 1 ayat 2 :
Lembaran Data Pengaman ( LDP ) adalah lembar petunjuk yang berisi informasi
tentang sifat fisika, kimia dari bahan berbahaya , jenis bahaya yang dapat
ditimbulkan , cara penanganan dan tindakan kusus yang berhubungan dengan
keadaan darurat di dalam penanganan bahan berbahaya.
G. Penyimpanan B3
1. Gudang tempat penyimpanan B3 dibuat agar aman dari pengaruh alam dan
lingkungan harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Lantai kedap (impermeable), berlantai beton atau semen dengan system
drainase yang baik, mudah dibersihkan dan dilakukan disenfeksi
b. Tersedia sumber air atau kran air dan sabun untuk pemebersih tangan
c. Mudah diakses untuk penyimpanan limbah
d. Dapat dikunci untuk menghindari akses oleh pihak yang tidak
berkepentingan
e. Mudah diakses oleh kendaraan yang akan mengumpulkan atau
mengangkut limbah
f. Terlindung dari sinar matahari, hujan, angina kencang, banjir, dan factor
lain yang berpotensi menimbulkan kecelakaan atau bencana kerja
g. Tidak dapat diakses oleh hewan, serangga dan burung
h. Dilengkapi dengan ventilasi dan pencahayaan yang baik dan memadai
i. Berjarak jauh dari tempat penyimpanan atau penyiapan makanan
j. Peralatan pembersihan, alat pelindung diri/APD antara lain masker,
sarung tangan, penutup kepala, goggle, sepatu boot, pakaian peindung)
dan wadah atau kantong limbah harus diletakan sedekat mungkin dengan
lokasi fasilitas penyimpanan
12
k. Dinding, lantai dan langit-langit fasilitas penyimpanan senantiasa dalam
keadaan bersih, termasuk pemebersihan lantai setiap hari.
2. Tata letak dan pengaturan penempatan B3 mempertimbangkan :
a. Pemisahan dan pengelompokan untuk menghindari reaktivitas.
b. Penyusunan tidak melebihi batas maximum ( anjuran industry ) agar tidak
roboh dan rapi.
c. Dibuatkan lorong dan terjaga agar alat angkat dan angkut dapat lewat.
d. Khusus bahan dalam wadah silinder / tabung gas bertekanan ditempatkan
yang aman, tidak lembab dan aman dari sumber panas ( listrik
3. Program House Keeping secara periodic ( Kebersihan, kerapihan dan
keselamatan )
4. Sarana K3 disiapkan dan digunakan
5. Selain petugas gudang dilarang masuk, dan harus menggunakan APD
6. Inspeksi secara periodic, pemeriksaan kondisi lingkungan, bahan, peralatan
dan system segera lapor bila ada kondisi tidak aman kepada atasan.
7. Penyimpanan B3 dilengkapi dengan symbol / label B3 ( Label isi, safety,
resiko bahaya ) serta cara pencegahan dan pertolongan pertama
8. Petugas gudang dilengkapi dengan buku petunjuk / pedoman K3 yang
berkaitan dengan penyimpanan B3.
9. Petugas dilarang makan dan minum di tempat penyimpanan B3.
10. Tindakan P3K ( pertolongan pertama pada kecelakaan ) oleh tenaga
pengalaman, segera hubungi dokter / tim medis atau bawa korban ke IGD
untuk perawatan lebih lanjut
13
f. Ruangan diberi tanda peringatan untuk B3 golongan explosive dan
pemberitahuan dilarang merokok
3. Kesiapan penanggulangan
Bila terjadi tumpahan , bocor hingga mencemari lingkungan, korban langsung dan
sebagainya maka harus mengikuti pola penanganan yang berlaku sesuai dengan jenis
dan tingkat bahaya.
14
- Jumlah wadah dalam tiap ruangan dibatasi
- Wadah kosong diberi tanda dan dipisahkan dari yang ada isinya
15
G.4 Penyimpanan B3 Beracun
Penyaluran / Pengangkutan B3
16
2. Selama penggunaan B3 hindari tindakan tidak aman. Sesuai SPO
a. Sebelum menggunakan B3 harus diketaui lebih dahulu informasi bahaya
kebakaran, kesehatan, reaktivitas keracunan, korosif dan efek lain dan
peledakan, serta cara pencegahan dan penanggulanganya
b. Bila penggunaan pada transisi shift jaga, maka tiap serah terima dan
tanggung jawab dilakukan sebaik-baiknya. Laporkan situasi kondisi kerja
lebih-lebih yang tidak aman.
c. Bila selesai, amankan dan bersihkan alat-alat kerja, lingkungan kerja,
wadah sisa B3 hingga aman.
d. Lakukan P3K bila ada kecelakaan dan penanganan lebih lanjut
3. Kesiapan penanggulangan
a. Dilakukan oleh petugas yang ahli.
b. Tersedia alat pemadam kebakaran
c. Tersedia P3k dan antidotum
d. Tersedia alt komunikasi
1. DEKORPORASI IODINE
Jalan masuk : Terhirup, tertelan, luka terbuka
Antidote : KL ( Potasium iodide ) tablet 130 mg
Prinsip : memblok deposit tyroid
Dosis dan cara : Potasium jodida 130 mg, selama 1-2 minggu. Bila sensitive
terhadap I, dapat diberikan potassium perklorat 200mg
J. Pembuangan Limbah B3
1. Tiap limbah baik karena rusak, pecah, kadaluarsa maupun sisa hasil proses
yang tidak digunakan harus dibuang pada saluran kusus yang disiapkan atau
tempat sampah kusus B3
2. Jika limbah asam dan basa harus dinetralkan dahulu sebelum dibuang. Untuk
zat-zat logam berbahaya harus diendapkan dahulu hingga buangan aman tidak
lebih ambang
3. Limbah sisa gas yang mudah terbakar harus diamankan
4. Semua wadah / kemasan B3 harus dibakar dengan benar
5. Membuang limbah B3 secara manual harus menggunakan APD yang sesuai.
Hati-hati hindari bahaya percikan, jatuh, terpeleset, tersiram dsb.
K. Alat Pelindung Diri
1. Safety Helmet:
17
Dipakai untuk melindungi kepala dari bahaya kejatuhan , terbentur dan
terpukul benda keras dan tajam
( bahan : plastic, Bakelite )
2. Hood ( Tutup Kepala )
Dipakai untuk melindungi kepala dari bahan kimia, panas radiasi terbuat dari
asbes atau kain yang dilapisi aluminium
3. Hat / Cap topi yang dipakai untuk melindungi kepala dari kotoran
L. Karakteristik Limbah B3
1. Mudah meledak
Limbah B3 mudah meledak adalah Limbah yang pada suhu dan tekanan standar yaitu
25˚C atau 760 mmHG (tujuh ratus enam puluh millimeters of mercury) dapat
meledak, atau melalui reaksi kimia dan fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu
dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan sekitar.
2. Mudah Menyala
18
Limbah B3 bersifat mudah menyala adalah limbah yang memiliki salah satu atau
lebih sifat – sifat berikut:
a. Limbah berupa cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24% volume atau
pada titik nyala tidak lebih dari 60˚C atau 140 ˚F akan menyala jika terjadi
kontak dengan api, percikan api atau sumber nyala lain pada tekanan udara 760
mmHG (tujuh ratus enam puluh millimeters of mercury). Pengujian sifat mudah
menyala untuk limbah bersifat cair dilakukan menggunakan seta closed tester,
pensky martens closed cup, dan termutakhir.
b. Limbah yang bukan berupa cairan, yang pada temperatur dan tekanan standar
yaitu 25˚C atau 760 mmHG (tujuh ratus enam puluh millimeters of mercury)
mudah menyala melalui gesekan, penyerapan uap air atau perubahan kimia secara
spontan dan jika menyala dapat menyebabkan nyala terus menerus. Sifat ini dapat
diketahui secara langsung tanpa harus melalui pengujian di laboratorium.
3. Reaktif (reactive – R)
Limbah B3 reaktif adalah limbah yang memiliki salah satu atau lebih sifat – sifat
berikut :
a. Limbah yang pada keadaan normal tidak stabil dan dapat menyebabkan
perubahan tanpa peledakan. Limbah ini secara visual menunjukkan adanya antara
lain gelembung gas, asap, dan perubahan warna.
b. Limbah yang jika bercampur dengan air berpotensi menimbulkan ledakan,
menghasilkan gas, uap, atau asap. Sifat ini dapat diketahui secara langsung tanpa
melalui pengujian di laboratorium.
c. Merupakan Limbah sianida, sulfide yang pada kondisi Ph antara 2 dan 12,5 dapat
menghasilkan, uap, atau asap beracun. Sifat ini dapat diketahui melalui pengujian
limbah yang dilakukan secara kualitatif.
4. Infeksius
Limbah B3 bersifat infeksius yaitu Limbah medis padat yang terkontaminasi
organisme patogen yang tidak secara rutin ada di lingkungan, dan organisme tersebut
dalam jumlah dan virulensi yang cukup untuk menularkan penyakit pada manusia
rentan. Yang termasuk ke dalam Limbah infeksius antara lain:
a. Limbah yang berasal dari perawatan pasien yang memerlukan isolasi penyakit
menular atau perawatan intensif dan Limbah laboratorium;
b. Limbah yang berupa benda tajam seperti jarum suntik, perlengkapan intravena,
pipet pasteur, dan pecahan gelas;
19
c. Limbah patologi yang merupakan Limbah jaringan tubuh yang terbuang dari
proses bedah atau otopsi;
d. Limbah yang berasal dari pembiakan dan stok bahan infeksius, organ binatang
percobaan, bahan lain yang telah diinokulasi, dan terinfeksi atau kontak dengan
bahan yang sangat infeksius; dan/atau
e. Limbah sitotoksik yaitu Limbah dari bahan yang terkontaminasi dari persiapan
dan pemberian obat sitotoksik untuk kemoterapi kanker yang mempunyai
kemampuan membunuh atau menghambat pertumbuhan sel hidup.
5. Korosif (corrosive –C)
Limbah B3 korosif adalah Limbah yang memiliki salah satu atau lebih sifat-sifat
berikut:
a. Limbah dengan pH sama atau kurang dari 2 (dua) untuk Limbah bersifat asam
dan sama atau lebih besar dari 12,5 (dua belas koma lima) untuk yang bersifat
basa. Sifat korosif dari Limbah padat dilakukan dengan mencampurkan Limbah
dengan air sesuai dengan metode yang berlaku dan jika limbah dengan pH lebih
kecil atau samadengan 2 (dua) untuk Limbah bersifat asam dan pH lebih besar
atau sama dengan 12,5 (dua belas koma lima) untuk yang bersifat basa.
b. Limbah yang menyebabkan tingkat iritasi yang ditandai dengan adanya
kemerahan atau eritema dan pembengkakan atau edema. Sifat ini dapat diketahui
dengan melakukan pengujian pada hewan uji mencit dengan menggunakan
metode yang berlaku.
6. Beracun
Limbah B3 beracun adalah Limbah yang memiliki karakteristik beracun berdasarkan
uji penentuan karakteristik beracun melalui TCLP, Uji Toksikologi LD50, dan uji
sub-kronis.
a. Penentuan karakteristik beracun melalui TCLP
1) Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 1 jika Limbah memiliki
konsentrasi zat pencemar lebih besar dari TCLP-A sebagaimana tercantum dalam
Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah
ini.
2) Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 2 jika Limbah memiliki
konsentrasi zat pencemar sama dengan atau lebih kecil dari TCLP-A dan lebih
besar dari TCLP-B sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.
b. Uji Toksikologi LD50
20
Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 1 jika memiliki nilai sama dengan
atau lebih kecil dari Uji Toksikologi LD50 oral 7 (tujuh) hari dengan nilai lebih kecil
atau sama dengan 50 mg/kg (lima puluh miligram per kilogram) berat badan pada
hewan uji mencit. Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 2 jika memiliki
nilai lebih besar dari Uji Toksikologi LD50 oral 7 (tujuh) hari dengan nilai lebih
kecil atau sama dengan 50 mg/kg (lima puluh miligram per kilogram) berat badan
pada hewan uji mencit dan lebih kecil atau sama dari Uji Toksikologi LD50 oral 7
(tujuh) hari dengan nilai lebih kecil atau sama dengan 5000 mg/kg (lima ribu
miligram per kilogram) berat badan pada hewan uji mencit. Nilai Uji Toksikologi
LD50 dihasilkan dari uji toksikologi, yaitu penentuan sifat akut limbah melalui uji
hayati untuk mengukur hubungan dosis-respon antara limbah dengan kematian
hewan uji. Nilai Uji Toksikologi LD50 diperoleh dari analisis probit terhadap hewan
uji.
c. Sub –kronis
Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 2 jika uji toksikologi sub-kronis
pada hewan uji mencit selama 90 (sembilan puluh) hari menunjukkan sifat racun sub-
kronis, berdasarkan hasil pengamatan terhadap pertumbuhan, akumulasi atau
biokonsentrasi, studi perilaku respon antarindividu hewan uji, dan/atau
histopatologis.
21
N. Alur Distribusi Limbah Berbahaya dan Beracun
1. Tata Laksana Pengelolaan Limbah
Alur pengelolaan limbah berbahaya di Sakit Umum Prima Medikaadalah sebagai
berikut
Identifikasi Limbah,
Pemisahan,
Pewadahan, Labeling
Pencatatan Pengangkutan
Volume dan Pengiriman
Limbah B3 Limbah B3oleh
pihak ke3
Pelaporan
1. Identifikasi Limbah
Identifikasi limbah bertujuan untuk mengetahui jenis limbah apakah berbentuk padat,
cair, tajam, Infeksius, non infeksius sehingga dapat dilakukan penanganan yang tepat
sesuai jenis limbah yang dihasilkan di Rumah Sakit.
2. Pemisahan Limbah
a. Pemisahan dimulai dari awal penghasil limbah
b. Pisahkan limbah sesuai dengan jenis limbah
c. Tempat limbah sesuai dengan jenisnya
d. Limbah cair di buang ke saluran pembuangan air limbah menuju ke IPAL Rumah
Sakit.
3. Pewadahan Limbah
22
Limbah ditampung menurut jenisnya dengan menggunakan wadah khusus sehingga
memudahkan dalam proses pengangkutan dan pelabelan.
a. Limbah non infeksius ditampung dengan menggunakan tempat sampah yang
beralaskan kantong plastik berwarna hitam.
b. Limbah Infeksius ditampung dengan menggunakan tempat sampah yang
beralaskan kantong plastik berwarna kuning.
c. Limbah sitotoksik ditampung dengan menggunakan tempat sampah yang
beralaskan kantong plastik berwarna ungu.
d. Limbah benda tajam di tampung dengan menggunakan sharp box.
e. Limbah cair dari labporatorium ditampung dengan menggunakan jiriken yang
kuat dan tidak bocor.
4. Pemasangan label/Labeling
Pemasangan label berfungsi untuk memberikan informasi tentang asal usul
limbah, karakteristik, identitas limbah serta kuantifikasi limbah dalam suatu
kemasan. Label limbah B3 paling sedikit memuat keterangan mengenai:
a. Nama Limbah B3
b. Identitas Penghasil Limbah B3
c. Tanggal dihasilkan Limbah B3
d. Tanggal pengemasan Limbah B3
Label dan simbol Limbah B3 berfungsi untuk memberikan informasi tentang
asal usul limbah, karakteristik, identitas limbah serta kuantifikasi limbah dalam suatu
kemasan.
23
Pengisian label identitas limbah B3
Penghasil : Nama perusahaan yang menghasilkan
Alamat : Alamat jelas perusahaan, termasuk kode wilayah
Telp : Nomor telepon penghasil, termasuk kode wilayah
Fax : Fax penghasil
Nomor Penghasil : Nomor yang diberikan oleh Bapedal saat melapor
Tgl pengemasan : Berisi data tanggal saat pengemasan
Jenis limbah : Cair; padat; campuran
Jumlah limbah : Jumlah total dalam kemasan (kg;ton;m3;liter)
Kode Limbah : Kode sesuai dengan Lampiran I PP 85 tahun 1999
Sifat limbah : Mudah menyala, korosif, beracun, dan lain-lain.
Nomor : Nomor urut pengemasan
d. Simbol Limbah B3
5. Penyimpanan
Penghasil limbah B3 wajib melakukan penyimpanan limbah B3. Untuk dapat
melakukan penyimpanan limbah B3, setiap penghasil limbah wajib memiliki izin
Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan penyimpanan limbah B3. Lokasi
penyimpanan limbah B3 bebas banjir dan tidak rawan bencana alam. Fasilitas
penyimpanan limbah B3 meliputi :
a) Bangunan
b) Tangki/container
c) Tempat tumpukan limbah (waste pile)
d) Waste impoundment
e) Peralatan penanggulangan keadaan darurat
f) Laporan penyimpanan limbah paling sedikit memuat:
Sumber, nama, jumlah, dan karakteristik limbah B3
24
g) Pelaksanaan penyimpanan limbah B3
h) Pemanfaatan limbah B3, Pengelolaan limbah B3 atau penimbunan limbah B3
yang dilakukan sendiri oleh pemegang izin atau menyerahkan limbah B3 kepada
pengumpul limbah B3, pemanfaat limbah B3, Pengolah Limbah B3 atau
penimbun limbah B3.
6. Pengangkutan
Pengangkutan Limbah B3 wajib dilakukan dengan menggunakan alat angkut
yang tertutup untuk limbah B3 kategori 1. Pengangkutan Limbah B3 dapat dilakukan
dengan menggunakan alat angkut yang terbuka untuk Limbah B3 kategori 2. Jika
rumah sakit menjalin kerjasama dengan pihak ke 3 dalam proses pengangkutan
limbah B3 maka pengangkut limbah B3 wajib memiliki:
a. Rekomendasi pengangkut limbah B3
b. Izin pengelolaan limbah B3 untuk kegiatan pengangkutan limbah B3.
7. Kerjasama
Limbah B3 harus ditangani dengan perlakuan khusus mengingat bahaya dan resiko
yang mungkin ditimbulkan apabila limbah ini menyebar ke lingkungan. Sehingga
untuk pengangkutan dan pemusnahan limbah B3 rumah sakit bekerjasama dengan
pihak ke 3 yang telah mendapatkan ijin operasional dari lembaga berwenang.
25
BAB IV
DOKUMENTASI
26