Anda di halaman 1dari 31

PANDUAN

BAHAN BERBAHAYA DAN


BERACUN (B3)DAN LIMBAHNYA

RSU PURWOGONDO
2020
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI

BAB I DEFINISI........................................................................................................1

BAB II RUANG …………………………………………………………………….3

BAB III TATA LAKSANA…………………………………………………………8

BAB IV DOKUMENTASI………………………………………………………….26

ii
RUMAH SAKIT UMUM PURWOGONDO
Jl. Puring Km. 8 Kalipurwo - Kuwarasan
Kab. Kebumen 54366
Telp. (0287) 472588, (0287) 4760192 Fax: (0287) 472588
Website : www.rsupurwogondo.com e-mail: rsu.purwogondo@yahoo.co.id

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM PURWOGONDO


NOMOR :09.D/SK.DIR/RSPWG/I/2020

TENTANG

PEMBERLAKUAN PANDUAN PENGELOLAAN BAHAN SERTA LIMBAH


BERBAHAYA DAN BERACUN
RUMAH SAKIT UMUM PURWOGONDO

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM PURWOGONDO

Menimbang : a. bahwa lingkungan hidup yang berada di rumah sakit perlu dijaga
kelestariannya sehinggga tetap mampu menunjang pelaksanaan
kegiatan di dalam serta disekitar rumah sakit;
b. bahwa setiap kegiatan yang dilakukan di dalam rumah sakit ada yang
menggunakan bahan berbahaya dan beracun serta menghasilkan
limbah bahan berbahaya dan beracun;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam butir
b,perlu ditetapkan suatu Panduan tentang pengelolaan bahan dan
limbah bahan berbahaya dan beracun;
bahwa sehubungan dengan hal tersebut pada konsideran butir b dan c,
d. perlu ditetapkan Peraturan Direktur Tentang Pemberlakukan Panduan
Pengelolaan Bahan dan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di
Rumah Sakit Umum Purwogondo;

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009


tentang Rumah Sakit;
2. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1087
/Menkes/SK/I/III/2010 tentang Standart Kesehatan dan
Keselamatan Kerja Di Rumah Sakit;
3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
432/Menkes/SK/IV/2007 Tentang Pedoman Manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Di Rumah Sakit;
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204/Menkes/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah sakit;
5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Kesehatan
Kerja;
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 85 tahun

iii
RUMAH SAKIT UMUM PURWOGONDO
Jl. Puring Km. 8 Kalipurwo - Kuwarasan
Kab. Kebumen 54366
Telp. (0287) 472588, (0287) 4760192 Fax: (0287) 472588
Website : www.rsupurwogondo.com e-mail: rsu.purwogondo@yahoo.co.id
1999 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 13
tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun;
7. Undang – Undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
8. Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Bahan Berbahaya dan Beracun
9. Peraturan Pemerintah No. 85 Junto No. 18 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Limbah B3
10. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 03 Tahun 2008
tentang Tata Cara Pemberian Simbol Bahan Berbahaya dan
Beracun
11. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor :HK.03.05/1/565/2011 tentang penetapan kelas Rumah
Sakit Umum Purwogondo Kabupaten Kebumen.
12. Surat Keputusan Kepala Kantor Pelayanan Perizinan terpadu
dan penanaman modal kabupaten Kebumen Nomor
:503/02/KEP/VII/2013 tentang pemberian izin tetap
penyelenggaraan Rumah Sakit Umum Purwogondo Kabupaten
Kebumen.

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

Kesatu : Panduan Pengelolaan Bahan dan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
di Rumah Sakit Umum Purwogondo dimaksud dalam dictum kesatu,
tercantum dalam lampiran ini.

Kedua : Panduan Pengelolaan Bahan dan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
di Rumah Sakit ini harus dibahas sekurang-kurangnya 1 (tahun) sekali dan
apabila diperlukan dapat dilakukan perubahan sesuai denan perkembangan
yang ada

Ketiga : Ketetapan ini berlaku terhitung sejak tanggal ditetapkan

Keempat : Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini, akan
diperbaiki sebagaimana mestinya

iv
RUMAH SAKIT UMUM PURWOGONDO
Jl. Puring Km. 8 Kalipurwo - Kuwarasan
Kab. Kebumen 54366
Telp. (0287) 472588, (0287) 4760192 Fax: (0287) 472588
Website : www.rsupurwogondo.com e-mail: rsu.purwogondo@yahoo.co.id
Ditetapkan di : Kebumen
Pada tanggal : 02 Januari 2020
Direktur RSU Purwogondo

dr. N. Rima Rahmawati, M.M.


NIK.08T800612TM

v
BAB I
DEFINISI

Program pembangunan pada periode Pembangunan Jangka Panjang kedua


adalah pembangunan berwawasan lingkungan, sebagai upaya sadar dan berencana
mengelola sumber daya secara bijaksana dalam pembangunan yang ber-
kesinambungan untuk meningkatkan mutu hidup. Dalam setiap pembangunan akan
ada berbagai usaha atau kegiatan yanBABg pada dasarnya akan menimbulkan
dampak terhadap lingkungan hidup, oleh karena itu perlu dijaga keserasian antar
usaha/kegiatan tersebut dengan menganalisa dari sejak awal perencanaannya. Dengan
demikian langkah pengendalian dampak negatif dapat dipersiapkan sedini mungkin.
Rumah sakit sebagai salah satu hasil pembangunan dan upaya penunjang
pembangunan dalam bidang kesehatan merupakan sarana pelayanan umum, tempat
berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat. Hal ini memungkinkan terjadinya
pecemaran lingkungan, gangguan kesehatan dan dapat menjadi penularan penyakit.
Keberadaan Rumah Sakit Umum Purwogondo sebagai penyedia jasa di bidang
pelayanan kesehatan tentunya membutuhkan sarana dan prasarana penunjang
berjalanya aktifitas medis rumah sakit. Tingginya aktifitas medis rumah sakit juga
akan meningkatkan beban lingkungan mengingat tingginya limbah B3 yang akan
dihasilakn dari sisa aktifitas medis.
Berdasarkan PP RI No. 101 Tahun 2014 Bahan Berbahaya dan Beracun yang
selanjutnya disingkat B3 adalah zat, energy, dan/atau komponen lain yang karena
sifat, kosentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung,
dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan
lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup
lain. Pengendalian dan pencegahan dampak penanganan bahan dan limbah berbahaya
dan beracun pada fasilitas pelayanan kesehatan saat ini menjadi isu strategis yang
secara nasional perlu penanganan secara terintegrasi.Untuk itu diperlukan acuan dan
standarisasi prosedur dan ketentuan baik teknis maupun administratif. Dalam rangka
melaksanakan pengelolaan limbah B3 yang memenuhi syarat diperlukan maka
diperlukan Panduan pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3). Adapun
maksud dan tujuan panduan pengelolaan limbah B3 dalah :
a. Pelaksanaan monitoring mutu air bersih paling sedikit setiap 1 tahun
sekali. Untuk pemeriksaan kimia minimal setiap 6 bulan sekali atau lebih
sering tergantung ketentuan perundang-undangan, kondisi sumber air, dan

1
pengalaman sebelumnya dengan masalah mutu air.Hasil pemeriksaan
dodokumentasikan.
b. Pemeriksaan limbah cair dilakukan setiap 3 bulan atau lebih sering
tergantung peraturan perundang-undangan, kondisi sumber air, dan hasil
pemeriksaan air terakhir bermasalah.Hasil pemeriksaan
didokumentasikan.
c. Pemeriksaan mutu air yang digunakan untuk dialysis ginjal setiap bulan,
untuk menilai pertumbuhan bakteri dan endotoksin.
d. Pemeriksaan tahunan untuk menilai kontaminasi zat kimia.Hasil
pemeriksaan didokumentasikan.
e. Melakukan monitoring hasil pemeriksaan air dan melakukan perbaikan
bila diperlukan.

2
BAB II
RUANG LINGKUP

A. Ruang Lingkup Kegiatan


Ruang lingkup kegiatan pengelolaan bahan dan limbah berbahaya dan beracun
meliputi penanganan, penerimaan, penyimpanan, pengangkutan, penggunaan, dan
pembuangan limbah secara benar sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang
berlaku.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan produktivitas tenaga kerja
1. Beban kerja
a. Fisik
b. Mental
2. Lingkungan Kerja
a. Fisik
b. Kimia
c. Biologi
d. Fisiologi
e. Psikologi
3. Kapasitas kerja
a. Ketrampilan
b. Kesegaran jasmani dan rohani
c. Status kesehatan / gizi
d. Usia
e. Jenis kelamin
f. Ukuran tubuh
1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

K3 ( Keselamatan Dan Kesehatan Kerja adalah upaya untuk memelihara


keutuhan dan kesempurnaan jasmani dan rohani tenaga kerja, hasil karya dan
budayanya untuk meningkatkan kesejahteraan ( kualitas hidup ) tenaga kerja dan
masyarakat. Kesehatan adalh kesehatan kerja yang kusus mempelajari secara luas
dan mendalam permasalahan kesehatan masyarakat di sarana kesehatan. Kecelakaan
kerja adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan , tidak terduga yang dapat
menimbulkan kerugian, antara lain :
1. Material

3
2. Disfungsi peralatan / bahan
3. Peralatan / bahan
4. Cidera
5. Korban jiwa
6. Kekacauan pelayanan

Penyebab terjadinya kecelakaan :

1. Unsafe Condition
2. Unsafe action

( berdasarkan pendapat ahli K3, kedua factor tersebut merupakan gejala akibat
buruknya dan kurangnya komitmen manajemen K3 )

1. Unsafe Condition :
a. Peralatan using
b. Tempat kerja acak-acakan
c. Peralatan kerja tidak ergonomis
d. Peralatan mesin tidak tertutup
e. Tempat kerja dengan B3 tidak dilengkapi sarana pengaman ( label,
simbul, rambu, prosedur pengelolaan B3
2. Unsafe Action
a. Pegawai tidak tahu
- Bahaya di tempat kerja
- Peraturan K3
- SPO kerja
- Instruksi kerja
b. Pegawai kurang terampil dalam mengoperasikan peralatan pernafasan

3. Adapun ruang lingkup bahasan pengelolaan Limbah B3 meliputi :


1. Data iventarisasi B3 dan limbahnya yang meliputi jenis, jumlah dan lokasi
2. Penanganan, penyimpanan, dan penggunaan B3 dan limbahnya
3. Penggunaan alat pelindund diri (APD) dan procedure penggunaan, prosedur bila
terjadi tumpahan atau paparan/pajanan
4. Pemberian label/rambu-rambu yang tepat pada B3 dan limbahnya
5. Pelaporan dan investigasi dari tumpahan, eksposur (terpapar), dan insiden lainnya
6. Dokumentasi, termasuk izin, lisensi, atau persyaratan peraturan lainnya

4
7. Pengadaan/pembelian B3, pemasok (supplier) wajib melampirakan material
safety data sheet/lembar data pengaman (MSDS/LDP).

2. Landasan Hukum
1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
1204/Menkes/SK/X/2004.
2. Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1999 Tentang : Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya Dan Beracun.
3. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang
Pengelolaan Sampah.
4. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 30 Tahun 2009 Tentang
Tata Laksana Perizinan dan Pengawasan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun Serta Pengawasan Pemulihan Akibat Pencemaran Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun Oleh Pemerintah Daerah.
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 74 Tahun 2001 Tentang
Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun.
6. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor :
Kep-58/MENLH/12/1995 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan
Rumah Sakit.
7. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838 tentang Pedoman
Teknis Pengelolaan Lingkungan Rumah Sakit dan Pencegahan Infeksi
Nosokomial.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014 Tentang


Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Dengan Rahmat Tuhan Yang
Maha Esa.

B. Sarana dan Prasarana


1. Label dan Simbul
Label dan simbol Limbah B3 berfungsi untuk memberikan informasi
tentang asal usul limbah, karakteristik, identitas limbah serta kuantifikasi limbah
dalam suatu kemasan.
a. Label Identitas Limbah B3

5
 (Contoh label Identitas Limbah B3)

Pengisian label identitas limbah B3


Penghasil             : Nama perusahaan yang menghasilkan
Alamat                : Alamat jelas perusahaan, termasuk kode wilayah
Telp                    : Nomor telepon penghasil, termasuk kode wilayah
Fax                     : Fax penghasil
Nomor Penghasil : Nomor yang diberikan oleh Bapedal saat melapor
Tgl pengemasan   : Berisi data tanggal saat pengemasan
Jenis limbah        : Cair; padat; campuran
Jumlah limbah     : Jumlah total dalam kemasan (kg;ton;m3;liter)
Kode Limbah       : Kode sesuai denganLampiran I PP 85 tahun 1999
Sifat limbah         : Mudah menyala, korosif, beracun, dan lain-lain.
Nomor                : Nomor urut pengemasan

b. Simbol Limbah B3

6
2. Tempat Penyimpanan
Tempat penyimpanan limbah B3 wajib memenuhi standar untuk lokasi,
fasilitas penyimpanan dan peralatan penanggulangan keadaan darurat.
a. Lokasi Penyimpanan : di bangun pada lokasi bebas banjir dan berada di
dalam penguasaan setiap orang yang menghasilkan Limbah B3.
b. Fasilitas Penyimpanan (Bangunan):
1) Desain dan kontruksi bangunan yang mampu melindungi Limbah B3 dari hujan
dan sinar matahari.
2) Memiliki penerangan dan ventilasi
3) Memiliki saluran drainase dan bak penampung
c. Peralatan penanggulangan keadaan darurat
1) Ketersediaan alat pemadam api ringan (APAR)
2) Alat penanggulangan keadaan darurat lain yang sesuai, seperti P3K

7
BAB III
TATA LAKSANA PENGELOLAAN B3

A. Pengertian
1. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) adalah hasil sisa aktivitas Rumah Sakit
Umum Purwogondo berupa zat, energi, dan/atau komponen lain yang karena
sifat, konsentrasi, dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau
membahayakan lingkungan hidup lingkungan Rumah Sakit Umum Purwogondo,
kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia (Pasien, Petugas, dan Pengunjung)
dan makhluk hidup lain.
2. Tata Laksana Pengelolaan Limbah B3 Rumah Sakit Umum Purwogondo adalah
terdiri dari pengurangan limbah, penyimpanan limbah B3, pemasangan label,
pengangkutan
3. Pengurangan Limbah B3 Rumah Sakit Umum Purwogondo adalah untuk
mengurangi jumlah dan/atau mengurangi sifat bahaya dan/atau racun dari Limbah
B3 sebelum dihasilkan dari suatu usaha dan/atau kegiatan
4. Penyimpanan Limbah B3 Rumah Sakit Umum Purwogondo adalah kegiatan
menyimpan Limbah B3 yang dilakukan oleh Penghasil Limbah B3 dengan
maksud menyimpan sementara Limbah B3 yang dihasilkannya.
5. Label Limbah B3 adalah keterangan mengenai Limbah B3 di Rumah Sakit
Umum Purwogondo yang berbentuk tulisan yang berisi informasi mengenai
Penghasil Limbah B3, alamat Penghasil Limbah B3, waktu pengemasan, jumlah,
dan karakteristik Limbah B3.
6. Pengangkut Limbah B3 Rumah Sakit Umum Purwogondo adalah badan usaha
yang melakukan kegiatan Pengangkutan Limbah B3 berdasarkan MOU
Kerjasama
7. Sistem tanggap darurat adalah system pengendalian keadaan darurat yang
meliputi pencegahan, kesiapsiagaan, dan penanggulangan kecelakaan serta
pemulihan kualitas lingkungan hidup akibat kejadian kecelakaan Pengelolaan
Lingkungan.
B. Penggolongan B3
WHO telah mengidintifikasikan bahan berbahaya dan beracun dan limbahnya
dengan kategori sebagai berikut :
1. Infeksius

8
2. Patologi anatomi
3. Farmasi
4. Bahan kimia
5. Logam berat
6. Container bertekan
7. Benda tajam
8. Genotoksik/sitotoksik (limbah genotoksik : limbah yang mengandung bahan
dengan sifat genotoksik, contoh limbah yang mengandung obat-obatan
sitotastik)
9. Radioaktif
C. Pengelolaan B3
Pengaturan pengelolaan limbah B3 meliputi tahapan :
1. Pemilahan limbah B3
2. Penyimpanan limbah B3
3. Pengangkutan limbah B3
4. Pengolahan limbah B3
5. Penguburan limbah B3, dan / atau
6. Penimbunan limbah B3
D. Sifat-sifat B3
Bahan kimia mudah meledak ;
1. Asetilen
2. Diazo
3. Nitrozo
4. Alkil polinitro
5. Oksim
6. Azo
7. N-Nitroso
8. N-Nitro
9. Azida
10. Diazonium
11. Hidroksil ammonium
12. N-logam berat
13. Perkhloril
14. Peroksida
15. Ozon

9
Bahan mudah terbakar diklasifikasikan

1. Zat padat mudah terbakar


2. Zat cair mudah terbakar
3. Zat gas mudah terbakar

Bahan iritan menurut bentuk zat

1. Bahan iritan padat : NaOH, FENOL


2. Bahan iritan cair: asam sulfat, asam format
3. Bahan iritan gas
4. Gas amat larut dalam air : amoniak, formaldehyde
5. Gas dengan kelarutan sedang : sulfur dioksida
6. Gas dengan kelarutan kecil,

Bahan kimia oksidator

1. Adalah bahan kimia yang mungkin tidak terbakar, tetapi dapat menghasilkan
oksigen yang dapat menyebabkan kebakaran pada bahan lainnya
2. Bahan kimia oksidator bersifat eksplosif karena sangat reaktif atau tidak
stabil atau mampu menghasilkan oksigen dalam reaksi atau penguraianya
sehingga menimbulkan kebakaran.

Bahan kimia korosif

1. Bahan yang karena reaksi kimia dapat merusak logam

Bahan kimia iritan

1. Bahan yang karena reaksi kimia dapat menimbulkan kerusakan atau


peradangan / sensitasi bila kontak dengan permukaan tubuh yang lembab,
seperti kulit, mata dan pernafasan
2. Bahan iritan pada umumnya adalah bahan korosif

10
E. Siklus Manajemen Logistik B3

PERENCAN
AAN

PENGHAPUS
PENGANGGAR
AN
AN

PENGENDALI
AN
PEMELIHAR PENGADAA
AAN N

PENYIMPANAN
DAN

F. Pengadaan

Kegiatan memenuhi kebutuhan operasional yang telah di gariskan sesuai


perencanaan yang telah dibuat dan disetujui melalui ;

1. Pembelian :
- Langsung, penunjukan, tender ( Perpres No 54 / 2010
2. Produksi
- Steril, non steril, sediaan langka

Ketentuan kusus pengadaan B3

1. Tiap pengadaan / pembelian B3 harus dicantumkan dengan jelas tentang


informasi bahan berupa:
a. Labeling B3
b. Lembar “ sertificat analisa “
c. Informasi dampak bahaya
d. Informasi P3K dan APD nya
e. Lembar MSDS

11
2. Spesifikasi mutu kemasan / wadah
3. Tiap langkah dilengkapi dengan “ Tanda Resiko Bahaya “
4. Penggunaan yang mengajukan pembelian B3 wajib melengkapi syarat-syarat
K3. Bila spsifikasi dan syarat sudah cukup lengkap dan memenuhi standar
K3 , maka pengajuan dan pembelian dapat diproses dan direalisasikan
pengadaanya

Definisi Lembar Data Pengaman ( LDP ) atau MSDS ( Material Safety Data Sheet )

( Permenkes No: 472 /MENKES/PER /V/ 1996 )

Pasal 1 ayat 2 :

Lembaran Data Pengaman ( LDP ) adalah lembar petunjuk yang berisi informasi
tentang sifat fisika, kimia dari bahan berbahaya , jenis bahaya yang dapat
ditimbulkan , cara penanganan dan tindakan kusus yang berhubungan dengan
keadaan darurat di dalam penanganan bahan berbahaya.

G. Penyimpanan B3
1. Gudang tempat penyimpanan B3 dibuat agar aman dari pengaruh alam dan
lingkungan harus memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Lantai kedap (impermeable), berlantai beton atau semen dengan system
drainase yang baik, mudah dibersihkan dan dilakukan disenfeksi
b. Tersedia sumber air atau kran air dan sabun untuk pemebersih tangan
c. Mudah diakses untuk penyimpanan limbah
d. Dapat dikunci untuk menghindari akses oleh pihak yang tidak
berkepentingan
e. Mudah diakses oleh kendaraan yang akan mengumpulkan atau
mengangkut limbah
f. Terlindung dari sinar matahari, hujan, angina kencang, banjir, dan factor
lain yang berpotensi menimbulkan kecelakaan atau bencana kerja
g. Tidak dapat diakses oleh hewan, serangga dan burung
h. Dilengkapi dengan ventilasi dan pencahayaan yang baik dan memadai
i. Berjarak jauh dari tempat penyimpanan atau penyiapan makanan
j. Peralatan pembersihan, alat pelindung diri/APD antara lain masker,
sarung tangan, penutup kepala, goggle, sepatu boot, pakaian peindung)
dan wadah atau kantong limbah harus diletakan sedekat mungkin dengan
lokasi fasilitas penyimpanan

12
k. Dinding, lantai dan langit-langit fasilitas penyimpanan senantiasa dalam
keadaan bersih, termasuk pemebersihan lantai setiap hari.
2. Tata letak dan pengaturan penempatan B3 mempertimbangkan :
a. Pemisahan dan pengelompokan untuk menghindari reaktivitas.
b. Penyusunan tidak melebihi batas maximum ( anjuran industry ) agar tidak
roboh dan rapi.
c. Dibuatkan lorong dan terjaga agar alat angkat dan angkut dapat lewat.
d. Khusus bahan dalam wadah silinder / tabung gas bertekanan ditempatkan
yang aman, tidak lembab dan aman dari sumber panas ( listrik
3. Program House Keeping secara periodic ( Kebersihan, kerapihan dan
keselamatan )
4. Sarana K3 disiapkan dan digunakan
5. Selain petugas gudang dilarang masuk, dan harus menggunakan APD
6. Inspeksi secara periodic, pemeriksaan kondisi lingkungan, bahan, peralatan
dan system segera lapor bila ada kondisi tidak aman kepada atasan.
7. Penyimpanan B3 dilengkapi dengan symbol / label B3 ( Label isi, safety,
resiko bahaya ) serta cara pencegahan dan pertolongan pertama
8. Petugas gudang dilengkapi dengan buku petunjuk / pedoman K3 yang
berkaitan dengan penyimpanan B3.
9. Petugas dilarang makan dan minum di tempat penyimpanan B3.
10. Tindakan P3K ( pertolongan pertama pada kecelakaan ) oleh tenaga
pengalaman, segera hubungi dokter / tim medis atau bawa korban ke IGD
untuk perawatan lebih lanjut

G.1. Penyimpanan B3 Explosif

1. Pewadahan dan penandaan


Mengikuti pola pewadahan dan penandaan B3 dengan benar dan teliti sesuai
dengan macam dan tingkat bahaya.
2. Kondisi ruangan
a. Bahan dan kondisi bangunan memiliki konstruksi yang kuat, tahan
ledakan, tahan api, taham gempa.
b. Lantai tidak lembab, bersih, bebas karat, bebas debu
c. Kedap air
d. Pintu dari bahan yang baik dan kuat dan dikunci.
e. Terhindar dan terlindungi dari getaran dilengkapi dengan penangkal petir.

13
f. Ruangan diberi tanda peringatan untuk B3 golongan explosive dan
pemberitahuan dilarang merokok
3. Kesiapan penanggulangan

Tersedia alat penanggulangan, antara lain :

- Alat pemadam kebakaran


- System alarm
- Alat pencegah dengan tenaga medis yang terampil untuk P3K bila terjadi
kecelak
- Tersedia pos penjagaan lengkap dengan petugas keamananya
4. Lokasi
Tempat mudah tercapai, aman.

Penanggulangan kasus bahan berbahaya

Bila terjadi tumpahan , bocor hingga mencemari lingkungan, korban langsung dan
sebagainya maka harus mengikuti pola penanganan yang berlaku sesuai dengan jenis
dan tingkat bahaya.

G.2 Penyimpanan B3 Gas Mampat

1. Pewadahan dan penandaan


Mengikuti pola pewadahan dan penandaan yang berlaku dengan benar dan
akurat sesuai dengan jenis dan tingkat bahaya
2. Kondisi ruangan
- Bahan konstruksi tahan terhadap api, getaran, tersedia penangkal petir.
- Pengaturan suhu dan panas serta cahaya
 Suhu sejuk dan kering
 Hindari cahaya langsung matahari
 Hindarkan instalasi listrik dan sumber panas
 Hindarkan kenaikan suhu
- Pengaturan udara
 Fentilasi baik sehingga udara tersalur dengan baik dan suhu
ruangan tetap optimal
3. Tata penyimpanan
- Wadah disimpan pada posisi tegak
- Jarak antara wadah dengan dinding ½ dari tinggi wadah
- Cukup jarak antara 1 dengan lainnya

14
- Jumlah wadah dalam tiap ruangan dibatasi
- Wadah kosong diberi tanda dan dipisahkan dari yang ada isinya

G.3 Penyimpanan B3 Cairan Mudah Menyala

1. Pewadahan dan penandaan


 Wadah / pembungkus / kemasan harus dapat melindungi isinya
terhadap saluran dari luar
 Wadah / pembungkus/ kemasan harus dapat bertahan terhadap
daya kema isinya
 Wadah harus tertutup dengan kedap / disegel
2. Kondisi ruangan
 Bahan dan konstruksi bangunan :
a. Tahan terhadap B3 yang disimpan ( tidak interaksi )
b. Mempunyai ventilasi secukupnya
c. Udaranya harus terisolir dari udara zat cairan mudah menyala
 Beban dari sumber penyebab terjadinya bahaya
a. Wadah, tutup, kran, kemasan harus berfungsi baik
b. Mencegah terjadinya gangguan mekanik
c. Mencegah kontak langsung dengan B3
d. Mencegah kenaikan suhu dan cahaya yang berlebihan
3. Kesiapan penanggulangan
 Dilakukan oleh petugas yang ahli dalam penanggulangan bahaya gas
mampat
 Tersedia alat pemadam kebakaran
 Tersedia P3K dan antidotum
 Tersedia alat komunikasi
 Pengaturan udara
a. Memiliki alat pengatur suhu / pendingin agar tidak tercapai titik
nyala
b. Memiliki alat pengisap udara ruangan
c. Dihindari kemungkinan perembesan sehingga tidakn terjadi
penyulutan secara sengaja atau tidak sengaja
d. Jauhkan dari tempat kegiatan memasak / merokok
e. Beri tanda larangan merokok / awas racun dengan gambar
tengkorak

15
G.4 Penyimpanan B3 Beracun

1. Pewadahan dan penandaan


Menggunakan kemasan anti bocor / mengikuti pola pewadahan dan
penandaan B3 yang berlaku sesuai dengan jenis dan tingkat bahaya
2. Kondisi ruangan
Bahan dan konstruksi bangunan
a. Tahan terhadap B3
b. Kedap air
c. Lantai cekung agar limbah tidak mengalir keluar
d. Tertutup rapat dan dikunci
H. Penyaluran B3

Penyaluran / Pengangkutan B3

1. Sebelum pengangkutan B3, pengawas / atasan wajib member informasi K3


serta resiko bahaya yang ada pada tiap pekerja
2. Hanya pekerja yang mengerti tugas dan tanggung jawab serta adanya
rekomendasi atasan dibenarkan menangani pengangkutan B3
3. Upaya preventif, pencegahan harus dilakukan secara teratur berupa
pemeriksaan kelayakan perlatan, kondisi muatan B3, kondisi fisik pekerja
sebelum pengangkutan
4. Menaikan / menurun B3 harus dilakukan dengan benar harus dilakukan
dengan benar dan hati-hati
5. Perlengkapan K3 ( APD, APAR, P3K ) dalam kondisi siap pakai.
6. Pengangkutan B3 tidak melebihi kapasitas alat angkat dan angkut, tidak boleh
menghalangi pandangan pekerja
7. Jika kontak dengan B3, segera lakukan pertolongan pertama dengan benar.
Hubungi dokter/tim medis untuk tindakanlanjut.
I. Penggunaan B3
1. Perencanaan dan penerapan K3 dalam penggunaan B3 harus memperhatikan :
a. APD yang sesuai dengan factor resiko bahayanya. APAR dan P3K harus
siap dan cukup
b. Kondisi kerja dan lingkungan dinyatakan aman oleh yang berwenang
c. Peralatan kerja harus layak pakai
d. Metode kerja / cara pelaksanaan kerja sudah aman dan efektif
e. Kelengkapan administrasi sudah siap ( perintah kerja, daftar B3)

16
2. Selama penggunaan B3 hindari tindakan tidak aman. Sesuai SPO
a. Sebelum menggunakan B3 harus diketaui lebih dahulu informasi bahaya
kebakaran, kesehatan, reaktivitas keracunan, korosif dan efek lain dan
peledakan, serta cara pencegahan dan penanggulanganya
b. Bila penggunaan pada transisi shift jaga, maka tiap serah terima dan
tanggung jawab dilakukan sebaik-baiknya. Laporkan situasi kondisi kerja
lebih-lebih yang tidak aman.
c. Bila selesai, amankan dan bersihkan alat-alat kerja, lingkungan kerja,
wadah sisa B3 hingga aman.
d. Lakukan P3K bila ada kecelakaan dan penanganan lebih lanjut
3. Kesiapan penanggulangan
a. Dilakukan oleh petugas yang ahli.
b. Tersedia alat pemadam kebakaran
c. Tersedia P3k dan antidotum
d. Tersedia alt komunikasi

Contoh penanggulangan radiasi

1. DEKORPORASI IODINE
Jalan masuk : Terhirup, tertelan, luka terbuka
Antidote : KL ( Potasium iodide ) tablet 130 mg
Prinsip : memblok deposit tyroid
Dosis dan cara : Potasium jodida 130 mg, selama 1-2 minggu. Bila sensitive
terhadap I, dapat diberikan potassium perklorat 200mg
J. Pembuangan Limbah B3
1. Tiap limbah baik karena rusak, pecah, kadaluarsa maupun sisa hasil proses
yang tidak digunakan harus dibuang pada saluran kusus yang disiapkan atau
tempat sampah kusus B3
2. Jika limbah asam dan basa harus dinetralkan dahulu sebelum dibuang. Untuk
zat-zat logam berbahaya harus diendapkan dahulu hingga buangan aman tidak
lebih ambang
3. Limbah sisa gas yang mudah terbakar harus diamankan
4. Semua wadah / kemasan B3 harus dibakar dengan benar
5. Membuang limbah B3 secara manual harus menggunakan APD yang sesuai.
Hati-hati hindari bahaya percikan, jatuh, terpeleset, tersiram dsb.
K. Alat Pelindung Diri
1. Safety Helmet:

17
Dipakai untuk melindungi kepala dari bahaya kejatuhan , terbentur dan
terpukul benda keras dan tajam
( bahan : plastic, Bakelite )
2. Hood ( Tutup Kepala )
Dipakai untuk melindungi kepala dari bahan kimia, panas radiasi terbuat dari
asbes atau kain yang dilapisi aluminium
3. Hat / Cap topi yang dipakai untuk melindungi kepala dari kotoran

L. Karakteristik Limbah B3
1. Mudah meledak
Limbah B3 mudah meledak adalah Limbah yang pada suhu dan tekanan standar yaitu
25˚C atau 760 mmHG (tujuh ratus enam puluh millimeters of mercury) dapat
meledak, atau melalui reaksi kimia dan fisika dapat menghasilkan gas dengan suhu
dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan sekitar.
2. Mudah Menyala

18
Limbah B3 bersifat mudah menyala adalah limbah yang memiliki salah satu atau
lebih sifat – sifat berikut:
a. Limbah berupa cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24% volume atau
pada titik nyala tidak lebih dari 60˚C atau 140 ˚F akan menyala jika terjadi
kontak dengan api, percikan api atau sumber nyala lain pada tekanan udara 760
mmHG (tujuh ratus enam puluh millimeters of mercury). Pengujian sifat mudah
menyala untuk limbah bersifat cair dilakukan menggunakan seta closed tester,
pensky martens closed cup, dan termutakhir.
b. Limbah yang bukan berupa cairan, yang pada temperatur dan tekanan standar
yaitu 25˚C atau 760 mmHG (tujuh ratus enam puluh millimeters of mercury)
mudah menyala melalui gesekan, penyerapan uap air atau perubahan kimia secara
spontan dan jika menyala dapat menyebabkan nyala terus menerus. Sifat ini dapat
diketahui secara langsung tanpa harus melalui pengujian di laboratorium.
3. Reaktif (reactive – R)
Limbah B3 reaktif adalah limbah yang memiliki salah satu atau lebih sifat – sifat
berikut :
a. Limbah yang pada keadaan normal tidak stabil dan dapat menyebabkan
perubahan tanpa peledakan. Limbah ini secara visual menunjukkan adanya antara
lain gelembung gas, asap, dan perubahan warna.
b. Limbah yang jika bercampur dengan air berpotensi menimbulkan ledakan,
menghasilkan gas, uap, atau asap. Sifat ini dapat diketahui secara langsung tanpa
melalui pengujian di laboratorium.
c. Merupakan Limbah sianida, sulfide yang pada kondisi Ph antara 2 dan 12,5 dapat
menghasilkan, uap, atau asap beracun. Sifat ini dapat diketahui melalui pengujian
limbah yang dilakukan secara kualitatif.
4. Infeksius
Limbah B3 bersifat infeksius yaitu Limbah medis padat yang terkontaminasi
organisme patogen yang tidak secara rutin ada di lingkungan, dan organisme tersebut
dalam jumlah dan virulensi yang cukup untuk menularkan penyakit pada manusia
rentan. Yang termasuk ke dalam Limbah infeksius antara lain:
a. Limbah yang berasal dari perawatan pasien yang memerlukan isolasi penyakit
menular atau perawatan intensif dan Limbah laboratorium;
b. Limbah yang berupa benda tajam seperti jarum suntik, perlengkapan intravena,
pipet pasteur, dan pecahan gelas;

19
c. Limbah patologi yang merupakan Limbah jaringan tubuh yang terbuang dari
proses bedah atau otopsi;
d. Limbah yang berasal dari pembiakan dan stok bahan infeksius, organ binatang
percobaan, bahan lain yang telah diinokulasi, dan terinfeksi atau kontak dengan
bahan yang sangat infeksius; dan/atau
e. Limbah sitotoksik yaitu Limbah dari bahan yang terkontaminasi dari persiapan
dan pemberian obat sitotoksik untuk kemoterapi kanker yang mempunyai
kemampuan membunuh atau menghambat pertumbuhan sel hidup.
5. Korosif (corrosive –C)
Limbah B3 korosif adalah Limbah yang memiliki salah satu atau lebih sifat-sifat
berikut:
a. Limbah dengan pH sama atau kurang dari 2 (dua) untuk Limbah bersifat asam
dan sama atau lebih besar dari 12,5 (dua belas koma lima) untuk yang bersifat
basa. Sifat korosif dari Limbah padat dilakukan dengan mencampurkan Limbah
dengan air sesuai dengan metode yang berlaku dan jika limbah dengan pH lebih
kecil atau samadengan 2 (dua) untuk Limbah bersifat asam dan pH lebih besar
atau sama dengan 12,5 (dua belas koma lima) untuk yang bersifat basa.
b. Limbah yang menyebabkan tingkat iritasi yang ditandai dengan adanya
kemerahan atau eritema dan pembengkakan atau edema. Sifat ini dapat diketahui
dengan melakukan pengujian pada hewan uji mencit dengan menggunakan
metode yang berlaku.
6. Beracun
Limbah B3 beracun adalah Limbah yang memiliki karakteristik beracun berdasarkan
uji penentuan karakteristik beracun melalui TCLP, Uji Toksikologi LD50, dan uji
sub-kronis.
a. Penentuan karakteristik beracun melalui TCLP
1) Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 1 jika Limbah memiliki
konsentrasi zat pencemar lebih besar dari TCLP-A sebagaimana tercantum dalam
Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah
ini.
2) Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 2 jika Limbah memiliki
konsentrasi zat pencemar sama dengan atau lebih kecil dari TCLP-A dan lebih
besar dari TCLP-B sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.
b. Uji Toksikologi LD50

20
Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 1 jika memiliki nilai sama dengan
atau lebih kecil dari Uji Toksikologi LD50 oral 7 (tujuh) hari dengan nilai lebih kecil
atau sama dengan 50 mg/kg (lima puluh miligram per kilogram) berat badan pada
hewan uji mencit. Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 2 jika memiliki
nilai lebih besar dari Uji Toksikologi LD50 oral 7 (tujuh) hari dengan nilai lebih
kecil atau sama dengan 50 mg/kg (lima puluh miligram per kilogram) berat badan
pada hewan uji mencit dan lebih kecil atau sama dari Uji Toksikologi LD50 oral 7
(tujuh) hari dengan nilai lebih kecil atau sama dengan 5000 mg/kg (lima ribu
miligram per kilogram) berat badan pada hewan uji mencit. Nilai Uji Toksikologi
LD50 dihasilkan dari uji toksikologi, yaitu penentuan sifat akut limbah melalui uji
hayati untuk mengukur hubungan dosis-respon antara limbah dengan kematian
hewan uji. Nilai Uji Toksikologi LD50 diperoleh dari analisis probit terhadap hewan
uji.
c. Sub –kronis
Limbah diidentifikasi sebagai Limbah B3 kategori 2 jika uji toksikologi sub-kronis
pada hewan uji mencit selama 90 (sembilan puluh) hari menunjukkan sifat racun sub-
kronis, berdasarkan hasil pengamatan terhadap pertumbuhan, akumulasi atau
biokonsentrasi, studi perilaku respon antarindividu hewan uji, dan/atau
histopatologis.

M. Identifikasi Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)


Dalam proses identifikasi B3 ada tiga hal yang perlu diperhatikan disini :
1. Mengklasifikasi/mengidentifikasi apakah limbah tersebut termasuk limbah B3
atau bukan.
2. Mengetahui sifat dan karakteristik limbah sehingga dapat mengetahui metode
pengelolaannya.
3. Menganalisis potensi bahayannya terhadap lingkungan, dan mahkluk hidup lain.

21
N. Alur Distribusi Limbah Berbahaya dan Beracun
1. Tata Laksana Pengelolaan Limbah
Alur pengelolaan limbah berbahaya di Sakit Umum Prima Medikaadalah sebagai
berikut
Identifikasi Limbah,
Pemisahan,
Pewadahan, Labeling

Timbulan Pengangkutan Penyimpanan


Sampah B3 oleh Pada TPS B3
Pada Sumber Housekepping

Pencatatan Pengangkutan
Volume dan Pengiriman
Limbah B3 Limbah B3oleh
pihak ke3

Pelaporan
1. Identifikasi Limbah
Identifikasi limbah bertujuan untuk mengetahui jenis limbah apakah berbentuk padat,
cair, tajam, Infeksius, non infeksius sehingga dapat dilakukan penanganan yang tepat
sesuai jenis limbah yang dihasilkan di Rumah Sakit.
2. Pemisahan Limbah
a. Pemisahan dimulai dari awal penghasil limbah
b. Pisahkan limbah sesuai dengan jenis limbah
c. Tempat limbah sesuai dengan jenisnya
d. Limbah cair di buang ke saluran pembuangan air limbah menuju ke IPAL Rumah
Sakit.
3. Pewadahan Limbah

22
Limbah ditampung menurut jenisnya dengan menggunakan wadah khusus sehingga
memudahkan dalam proses pengangkutan dan pelabelan.
a. Limbah non infeksius ditampung dengan menggunakan tempat sampah yang
beralaskan kantong plastik berwarna hitam.
b. Limbah Infeksius ditampung dengan menggunakan tempat sampah yang
beralaskan kantong plastik berwarna kuning.
c. Limbah sitotoksik ditampung dengan menggunakan tempat sampah yang
beralaskan kantong plastik berwarna ungu.
d. Limbah benda tajam di tampung dengan menggunakan sharp box.
e. Limbah cair dari labporatorium ditampung dengan menggunakan jiriken yang
kuat dan tidak bocor.
4. Pemasangan label/Labeling
Pemasangan label berfungsi untuk memberikan informasi tentang asal usul
limbah, karakteristik, identitas limbah serta kuantifikasi limbah dalam suatu
kemasan. Label limbah B3 paling sedikit memuat keterangan mengenai:
a. Nama Limbah B3
b. Identitas Penghasil Limbah B3
c. Tanggal dihasilkan Limbah B3
d. Tanggal pengemasan Limbah B3
Label dan simbol Limbah B3 berfungsi untuk memberikan informasi tentang
asal usul limbah, karakteristik, identitas limbah serta kuantifikasi limbah dalam suatu
kemasan.

c. Label Identitas Limbah B3

 (Contoh label Identitas Limbah B3)

23
Pengisian label identitas limbah B3
Penghasil             : Nama perusahaan yang menghasilkan
Alamat                : Alamat jelas perusahaan, termasuk kode wilayah
Telp                    : Nomor telepon penghasil, termasuk kode wilayah
Fax                     : Fax penghasil
Nomor Penghasil : Nomor yang diberikan oleh Bapedal saat melapor
Tgl pengemasan   : Berisi data tanggal saat pengemasan
Jenis limbah        : Cair; padat; campuran
Jumlah limbah     : Jumlah total dalam kemasan (kg;ton;m3;liter)
Kode Limbah       : Kode sesuai dengan Lampiran I PP 85 tahun 1999
Sifat limbah         : Mudah menyala, korosif, beracun, dan lain-lain.
Nomor                : Nomor urut pengemasan

d. Simbol Limbah B3

5. Penyimpanan
Penghasil limbah B3 wajib melakukan penyimpanan limbah B3. Untuk dapat
melakukan penyimpanan limbah B3, setiap penghasil limbah wajib memiliki izin
Pengelolaan Limbah B3 untuk kegiatan penyimpanan limbah B3. Lokasi
penyimpanan limbah B3 bebas banjir dan tidak rawan bencana alam. Fasilitas
penyimpanan limbah B3 meliputi :
a) Bangunan
b) Tangki/container
c) Tempat tumpukan limbah (waste pile)
d) Waste impoundment
e) Peralatan penanggulangan keadaan darurat
f) Laporan penyimpanan limbah paling sedikit memuat:
Sumber, nama, jumlah, dan karakteristik limbah B3

24
g) Pelaksanaan penyimpanan limbah B3
h) Pemanfaatan limbah B3, Pengelolaan limbah B3 atau penimbunan limbah B3
yang dilakukan sendiri oleh pemegang izin atau menyerahkan limbah B3 kepada
pengumpul limbah B3, pemanfaat limbah B3, Pengolah Limbah B3 atau
penimbun limbah B3.
6. Pengangkutan
Pengangkutan Limbah B3 wajib dilakukan dengan menggunakan alat angkut
yang tertutup untuk limbah B3 kategori 1. Pengangkutan Limbah B3 dapat dilakukan
dengan menggunakan alat angkut yang terbuka untuk Limbah B3 kategori 2. Jika
rumah sakit menjalin kerjasama dengan pihak ke 3 dalam proses pengangkutan
limbah B3 maka pengangkut limbah B3 wajib memiliki:
a. Rekomendasi pengangkut limbah B3
b. Izin pengelolaan limbah B3 untuk kegiatan pengangkutan limbah B3.
7. Kerjasama
Limbah B3 harus ditangani dengan perlakuan khusus mengingat bahaya dan resiko
yang mungkin ditimbulkan apabila limbah ini menyebar ke lingkungan. Sehingga
untuk pengangkutan dan pemusnahan limbah B3 rumah sakit bekerjasama dengan
pihak ke 3 yang telah mendapatkan ijin operasional dari lembaga berwenang.

25
BAB IV
DOKUMENTASI

Pendokumentasian, Meliputi Setiap Izin dan Perizinan/Lisensi Atau


Ketentuan Persyaratan Lainnya.Pendokumentasian perizinan pengelolaan bahan dan
limbah berbahaya dan beracun yang harus dimiliki sesuai dengan persyaratan yang
berlaku diantaranya :

a. Izin tempat penyimpanan sementara limbah bahan berbahaya dan beracun


b. Izin Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

Dengan adanya pedoman pengelolaan bahan dan limbah berbahaya, menjadikan


karyawan yang pekerjaannya menggunakan / memanfaatkan B3 mengetahui B3,
golongan B3, penanganan jika ada permasalahan yang muncul, mengetahui
hubungan pengelolaan B3 dengan K3, meningkat kan keselamatan dan kesehatan
kerja sehingga dapat meningkatkan kinerja karyawan

26

Anda mungkin juga menyukai