Anda di halaman 1dari 4

Tugas 1 HKUM4102

Artikel 1

1a. Bagaimana hukum dan masyarakat memandang kasus di atas?

Jawaban:

Restorative justice adalah sebuah proses dimana semua pihak yang berkepentingan dalam
pelanggaran tertentu bertemu bersama untuk menyelesaikan secara bersama-sama untuk
menyelesaikan secara bersama-sama begaimana menyelesaikan akibat dari pelanggaran tersebut
demi kepentingan masa depan.

Restorative Justice atau Keadilan Restoratif merupakan suatu pendekatan dalam


memecahkan masalah yang melibatkan korban, pelaku, serta elemen-elemen masyarakat demi
terciptanya suatu keadilan. Proses penegakan hukum dalam penyelesaian perkara tindak pidana
melalui pendekatan restorative justice di Indonesia dilakukan Kejaksaan mengacu pada Peraturan
Kejaksaan (Perja) Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2020 tentang Penghentian Penuntutan
Berdasarkan Keadilan Restoratif dan Selain itu, penerapan restorative justice di Indonesia juga diatur
dalam Peraturan Kepolisian Negara RI Nomor 8 Tahun 2021 tentang Penanganan Tindak Pidana
Berdasarkan Keadilan Restoratif. 

Perkara pidana yang dapat diselesaikan dengan restorative justice diatur dalam Pasal 364,
373, 379, 384, 407 dan 483 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Perkara pidana yang dapat
diselesaikan dengan penyelesaian tersebut adalah pada perkara tindak pidana ringan. Dalam hal ini,
hukum yang diberikan adalah pidana penjara paling lama 3 bulan atau denda Rp2,5 juta.

Restorative justice dalam perkara selain pada perkara tindak pidana ringan, penyelesaian dengan
restorative justice juga dapat diterapkan pada perkara pidana lainnya seperti:

1. Perkara pidana tindak pidana anak,


2. Tindak pidana lalu lintas,
3. Tindak pidana informasi dan transaksi elektronik,
4. Tindak pidana perempuan yang berhadapan dengan hukum.

Konsep restorative justice merupakan suatu konsep yang mampu berfungsi sebagai akselerator dari
Asas peradilan sederhana, cepat dan biaya ringan, sehingga lebih menjamin terpenuhinya kepastian
hukum dan keadilan masyarakat. Teori restorative justive merupakan salah satu teori dalam hukum
untuk menutup celah kelemahan dalam penyelesaian perkara pidana konvensional yang yaitu
pendekatan represif yang sebagaimana dilaksanakan dalam Sistem Peradilan Pidana.

1b. Berikan contoh kasus hukum lainnya dan analisis menggunakan hukum dan masyarakat!
tuliskan link sumber beritanya.

Jawaban:

Dikutip dari Kompas.com (20/2/2022) seorang pria tersebut sudah ditahan selama 2 bulan
karena mencuri motor untuk membiayai persalinan sang istri. Motor yang dicuri adalah milik seorang
pedagang sayur. Oleh pelaku, motor tersebut digadaikan seharga Rp 1,5 juta. Kasus tersebut berakhir
damai melalui pendekatan restorative justice. Sang pedagang sayur memaafkan pelaku dan
Muhammad Arham pun dibebaskan.
1. Melihat kejadian tersebut diatas bahwa pendekatan menggunakan skema restorative justice
materiil meliputi;
2. Tidak menimbulkan keresahan dan/atau penolakan dari masyarakat;
3. Tidak berdampak konflik sosial;
4. Tidak berpotensi memecah belah bangsa;
5. Tidak radikalisme dan sparatisme;
6. Bukan pelaku pengulangan tindak pidana berdasarkan putusan pengadilan; dan
7. Bukan tindak pidana terorisme, tindak pidana terhadap keamanan negara, tindak pidana
korupsi, dan tindak pidana terhadap nyawa orang.

Perkara pidana yang dapat diselesaikan dengan restorative justice di Indonesia diatur dalam
Pasal 364, 373 (penggelapan ringan), 379 (penipuan ringan), 384 (penipuan ringan oleh penjual), 407
(perusakan ringan), dan 483 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Hukum yang diberikan adalah
pidana penjara paling lama 3 bulan atau denda Rp 2,5 juta.

Keadilan Restoratif akan mampu membangun harmoni di kehidupan masyarakat. Hukum


dalam konsep keadilan restoratif bukan untuk menang atau menghukum orang tapi membangun
harmoni. Restorative justice sebagai alternatif penyelesaian perkara tindak pidana yang dalam
mekanisme tata cara peradilan pidana, berfokus pada pemidanaan yang diubah menjadi proses
dialog dan mediasi yang melibatkan pelaku, korban, keluarga pelaku/korban, dan pihak lain yang
terkait. Hal ini bertujuan untuk bersama-sama menciptakan kesepakatan atas penyelesaian perkara
pidana yang adil dan seimbang bagi pihak korban maupun pelaku dengan mengedepankan
pemulihan kembali pada keadaan semula dan mengembalikan pola hubungan baik dalam
masyarakat.

Artikel 2

2a. Kaitkan berita tentang hutan adat di atas dengan teori aliran Sociological Jurisprudence Eugen
Ehrlich!

Jawaban:

Eugen Ehrlich adalah seorang ahli hukum Austria dan pencetus ilmu sosiologi hukum. Ia lahir
pada tanggal 14 September 1862 di Czernowitz, Kekaisaran Austria [sekarang Chernivtsi, Ukraina]
dan wafat pada tanggal 2 Mei 1922 di Wina, Austria. Ia adalah seorang tokoh pertama yang meninjau
hukum dari sudut pandang sosiologi. Maka dari itu Ia disebut sebagai sang pelopor mazhab (aliran)
Sociological Jurisprudence. Menurut Eugen Ehrlich yang menyatakan bahwa hukum positif dan
hukum yang hidup didalam masyarakat terlihat jelas perbedaannya. Karena hukum positif
mempunyai daya berlaku yang efektif. Hal ini akan terjadi jika sejalan dengan hukum yang hidup di
masyarakat.

Sociological Jurisprudence merupakan salah satu aliran pemikiran dalam ruang filsafat
hukum. Aliran ini memandang bahwa hukum sebagai suatu kenyataan sosial sehingga hukum itu
harus mencerminkan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat di mana hukum itu berada. Kaitan
tentang hutan adat di atas dengan teori aliran Sociological Jurisprudence Eugen Ehrlich Terkhusus di
Indonesia, tentang Penyelenggaraan Kehutanan diatur Pasal 247 Peraturan Pemerintah Nomor 23
Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Kehutanan, telah ditetapkan Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2021 Tentang Pengelolaan Perhutanan
Sosial. Dalam hal Wilayah Adat berada di dalam kawasan hutan negara dan bukan berupa hutan,
dapat dimasukkan dalam peta penetapan Hutan Adat dengan legenda khusus sesuai dengan kondisi
penggunaan/pemanfaatan lahannya. Untuk pengelolaan Hutan Adat baik yang berasal dari hutan
negara dan bukan hutan negara dikelola oleh Masyarakat Hukum Adat. Menurut Ehrlich dalam
bukunya yang berjudul “grendlegung der sociological rechts (1913)” ̧ mengatakan bahwa masyarakat
adalah ide umum yang dapat digunakan untuk menandakan semua hubungan sosial, yakni keluarga,
desa, lembaga-lembaga sosial, negara, bangsa, sistem ekonomi maupun sistem hukum dan
sebagainya. Ehrlich memandang semua hukum sebagai hukum sosial, tetapi dalam arti bahwa semua
hubungan hukum ditandai oleh faktor-faktor sosial ekonomis. Sistem ekonomis yang digunakan
dalam produksi, distribusi, dan konsumsi bersifat menentukan bagi keperluan hukum. Teori Ehrlich
yang mengambil masyarakat sebagai ide dasar pembentukan hukum mengatakan bahwa semua
hukum positif berakar dalam suatu hukum fundamental masyarakat. Hukum fundamental adalah apa
yang menguasai seluruh hidup bersama. Hidup bersama pada masyarakat modern dikuasai oleh
solidaritas sosial. Solidaritas sosial merupakan hukum fundamental masyarakat sekarang.

2b. Simpulkan berbagai aliran filsafat hukum yang mendasari tumbuh kembangnya hukum dan
masyarakat!

Jawaban:

Mazhab-mazhab atau aliran-aliran hukum meliputi:

 Aliran Hukum Alam: Aliran Hukum Alam berpendapat bahwa selain hukum positif yang
merupakan buatan manusia, masih ada hukum yang lain, yaitu hukum yang berasal dari
Tuhan. Hukum yang berasal dari Tuhan itulah yang dikenal sebagai Hukum Alam. Hukum
positif yang berlaku di masyarakat tidak boleh bertentangan dengan Hukum Alam, karena
hukum yang berasal dari Tuhan dianggap lebih tinggi dari hukum yang dibentuk oleh
manusia.
 Positivisme Hukum: Positivisme Hukum juga sering disebut Aliran Hukum Positif. Aliran ini
memandang perlunya pemisahan yang tegas antara hukum dan moral, yaitu antara hukum
yang berlaku dengan hukum yang seharusnya (antara das sein dan das sollen). Aliran Hukum
Positif memandang bahwa semua persoalan di masyarakat harus diatur dalam hukum
tertulis. Bagi penganut aliran ini tidak ada norma hukum selain hukum positif.
 Utilitarianisme: Utilitarianisme atau Utilisme adalah aliran yang menempatkan kemanfaatan
sebagai tujuan utama hukum, dalam hal ini yang dimaksud dengan kemanfaatan adalah
kebahagiaan (happiness). Adil tidaknya suatu hukum ditentukan dari apakah hukum tersebut
mampu memberikan kebahagiaan yang dapat dinikmati oleh sebanyak mungkin individu di
dalam suatu masyarakat atau yang sering dikenal dengan istilah the greatest happiness for
the greatest number of people.
 Mazhab Sejarah: Mazhab Sejarah atau Historische Rechtsschule dipelopori oleh Friedrich Karl
von Savigny. Aliran ini timbul sebagai reaksi terhadap aliran Hukum Alam yang hanya
mengandalkan jalan pikiran deduktif dan tidak memperhatikan fakta sejarah, kekhususan
dan kondisi nasional. Mazhab Sejarah memandang bahwa hukum mengalami perubahan
sesuai dengan keadaan masyarakat dari masa ke masa, sehingga tidak mungkin ada hukum
yang bisa berlaku bagi semua bangsa. Aliran ini juga berpendapat bahwa hukum timbul
karena perasaan keadilan yang terletak di dalam jiwa bangsa. Hukum bukan berasal dari
perintah penguasa, tetapi tumbuh dan berkembang bersama masyarakat.
 Sociological Jurisprudence: Beberapa pakar hukum menamai aliran hukum ini sebagai
Functional Anthropological atau metode fungsional. Hal ini dilakukan untuk menghindari
kerancuan antara Sociological Jurisprudence dengan sosiologi hukum (the sociology of law).
Perbedaan utama antara Sosiologi Hukum dengan Sociological Jurisprudence adalah
Sosiologi Hukum menitikberatkan penyelidikannya kepada masyarakat dan hukum sebagai
suatu manifestasi, sedangkan Sociological Jurisprudence menitikberatkan pada hukum dan
memandang masyarakat dalam hubungannya dengan hukum.
 Realisme Hukum: Aliran ini sering diidentikkan dengan Pragmatic Legal Realism yang
berkembang di Amerika Serikat. Realisme Hukum memandang bahwa hukum adalah hasil
dari kekuatan-kekuatan sosial dan alat kontrol sosial. Hukum dibentuk dari kepribadian
manusia, lingkungan sosial, keadaan ekonomi, kepentingan bisnis, gagasan yang sedang
berlaku dan emosi-emosi yang umum, dan
 Freirechtslehre: Freirechtslehre atau Ajaran Hukum Bebas berpendapat bahwa hakim
mempunyai tugas menciptakan hukum. Penemu hukum yang bebas tugasnya bukanlah
menerapkan undang-undang, tetapi menciptakan penyelesaian yang tepat untuk peristiwa
konkret, sehingga peristiwa-peristiwa berikutnya dapat dipecahkan menurut norma yang
telah diciptakan oleh hakim.

Sumber:

-Modul 1,2,dan 3 HKUM 4102;

-https://www.kominfo.go.id/content/detail/31058/keadilan-restoratif-perlu-untuk-membangun-
harmoni-masyarakat/0/berita;

-https://www.hukumonline.com/berita/a/mengenal-restorative-justice-lt62b063989c193/;

-https://www.kompas.tv/article/389066/mengenal-restorative-justice-berikut-dasar-hukum-dan-
syaratnya;

-Jurnal berjudul Konsep Restorative Justice Dalam Penyelesaian Perkara Tindak Pidana Pencurian
Oleh Anak Berbasis Hukum Islam Dan Adat Aceh oleh Yusi Amdani_ Jurusan Pidana Fakultas Hukum
Universitas Samudra-Langsa Aceh;

-Jurnal berjudul Sosiologi Hukum Dalam Pandangan Eugen Ehrlich Sebuah Teori “Living Law” oleh
Rasyid Rizani, S.HI., M.HI;

Anda mungkin juga menyukai