Anda di halaman 1dari 17

HUKUM ACARA PIDANA

Iqbal Felisiano
PENDAHULUAN

Van Bammelen mengemukakan 3 fungsi hukum acara pidana, yakni:


 Mencari dan menemukan kebenaran
 Pemberian keputusan oleh hakim
 Pelaksanaan keputusan.

 Hukum pidana (materil) adalah keseluruhan peraturan hukum yg menunjukkan perbuatan


mana yg dikenakan pidana,
 hukum acara pidana (formil) adalah bagaimana Negara melalui alat kekuasaanya untuk
menjatuhkan pidana.
ASAS- ASAS DASAR
 Asas praduga tak bersalah yaitu setiap orang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut dan atau
diadili sidang pengadilan wajib dianggap tidak bersalah sampai adanya putusan pengadilan
yang menyatakan kesalahan berdasarkan keputusan hakim yang mempunyai kekuasaan hukum
yang tetap. (Pasal 8 UU No. 4 Tahun 2004)
 Hak memberi bantuan atau penasihat hukum yaitu setiap orang yang tersangkut perkara tindak
pidana wajib diberikan kesempatan memperoleh bantuan hukum yang semata-mata untuk
melaksanakan kepentingan pembelaan atas dirinya.
 Peradilan secara cepat, sederhana, biaya ringan.
LAPORAN DAN PENGADIUAN
 Laporan (pasal 1 butir 24 KUHAP) dan Pengaduan (Pasal 1 butir 25 KUHAP) ditinjau dari
segi formal sama sama mengandung “pemberitahuan”, bedanya pada jenis hukum formil atau
kejahatannya.
 Laporan bersifat umum, delik biasa Aduan berisi tindak pidana aduan / klacht delik
 Yang berhak menyampaikan:
 Setiap orang yang melihat, mengalami menyaksikan, mendangar, atau menjadi korban TP
 Setiap orang yang mengetahui permufakatan jahat untuk melakukan TP, wajib segera melaporkan
pada penyeilidik atau penyidik
 PNS yang dalam rangka menjalankan tugas dan kewajibannya
PENYELIDIKAN

 Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu
peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan
penyidikan menurut yang diatur dalam Undang- undang ini.
 Penyelidikan dilakukan berdasarkan :
 Informasi atau laporan yang diterima maupun diketahui langsung oleh penyelidik/penyidik;
 Laporan polisi;
 Berita Acara pemeriksaan di TKP;
 Berita Acara pemeriksaan tersangka dan atau saksi.

 Penyelidikan bukanlah fungsi yang berdiri sendiri melainkan hanya merupakan adalah satu
metode atau sub dari fungsi penyidikan.
PENYIDIKAN
 Pasal 1 butir 2 KUHAP
 penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur
dalam undang-undang, mencari dan mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat
terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangka.
 Penyidikan dilakukan oleh:
 POLRI
 PPNS

 Dalam hal tertangkap tangan penyidik wajib menangkap tersangka dan wajib segera
melakukan pemeriksaan dan tindakan lain dalam rangka penyidikan. Pasal 111 ayat (1, 2, 3 ).
 “…sistem pembuktian berdasar undang-undang secara negatif (negatief wettelijk) sebaiknya
dipertahankan berdasarakan dua alasan, yang pertama memang sudah selayaknya harus ada
keyakinan hakim tentang kesalahan terdakwa untuk dapat menjatuhkan suatu hukuman pidana,
janganlah hakim terpaksa memidana orang sedangkan hakim tidak yakin atas kesalahan
terdakwa. Yang kedua ialah berfaedah jika ada aturan yang mengikat hakim dalam menyusun
keyakinannya, agar ada patokan- patokan tertentu yang harus diturut oleh hakim dalam menyusun
peradilan.”
Wirjono Prodjodikoro
ALASAN PENGHAPUS KESALAHAN UMUM

 Kemampuan bertanggung jawab (Pasal 44 KUHP);


 Daya paksa karena dorongan psikis (Pasal 48 KUHP);
 Pembelaan terpaksa melampaui batas (Pasal 49 ayat 2 KUHP);
 Kesesatan yang dapat dimaafkan mengenai kewenangan atas dasar suatu perintah jabatan yang
diberikan (Pasal 51 ayat 2 KUHP).
ALASAN PENGHAPUS SIFAT MELAWAN
HUKUM

 Daya paksa dalam arti keadaan darurat (Pasal 48 KUHP);


 Daya paksa dalam arti terpaksa memilih antara kewajiban-kewajiban yang bertentangan (Pasal
48 KUHP);
 Pembelaan terpaksa (Pasal 49 ayat 1 KUHP);
 Peraturan perundang-undangan (Pasal 50 KUHP);
 Perintah Jabatan (Pasal 51 ayat 1 KUHP.
 Pasal 183 KUHAP
 “Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang, apabila dengan sekurang-kurangnya
dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi
dan benar terdakwalah yang bersalah melakukannya.”
ALAT BUKTI
 Pasal 184 KUHAP
 Keterangan Saksi
 Keterangan Ahli
 Surat
 Petunjuk
 Pengakuan Terdakwa
SAKSI
 Pasal 1 angka 26 UU No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP), yang berbunyi:
Adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan dan
peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri.
 Pasal 185 Kitab Undang-undang Hukum Pidana ialah:
 Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang saksi nyatakan di sidang pengadilan.
 Keterangan seorang saksi saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa terdakwa bersalah terhadap
perbuatan yang didakwakan kepadanya.
 Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak berlaku apabila disertai dengan suatu alat bukti
yang sah lainnya.
 Keterangan beberapa saksi yang berdiri sendiri-sendiri tentang suatu kejadian atau keadaan dapat
digunakan sebagai suatu alat bukti yang sah apabila keterangan saksi itu ada hubungannya satu dengan
yang lain sedemikian rupa, sehingga dapat membenarkan adanya suatu kejadian atau keadaan tertentu.
 Baik pendapat maupun rekaan, yang diperoleh dari hasil pemikiran saja, bukan merupakan keterangan
saksi.
KETERANGAN TERDAKWA

 Fungsi :
 Diberikan dimuka persidangan tanpa disumpah.
 Hak ingkar (hak untuk tidak mengakui keiukut sertaan ataupun peran dan detail peristiwa yang
diduga dilakukannya). Hak ini diberikan dalam konteks Terdakwa agar dapat melakukan
pembelaan atas hak- hak dasarnya.
 BAP bukan merupakan ketewrangan Terdakwa yang dimaksut sebagai alat bukti.
PENILAIN HAKIM

Dalam menilai kebenaran keterangan seorang saksi, hakim harus dengan sungguh-sungguh
memperhatikan
 Persesuaian antara keterangan saksi satu dengan yang lain.
 Persesuaian antara keterangan saksi dengan alat bukti lain.
 Alasan yang mungkin dipergunakan oleh saksi untuk memberi keterangan yang tertentu.
 Cara hidup dan kesusilaan saksi serta segala sesuatu yang pada umumnya dapat mempengaruhi
dapat tidaknya keterangan itu dipercaya.
BUKTI PERMULAAN YANG CUKUP
 "bukti permulaan yang cukup" ialah bukti permulaan untuk menduga adanya tindak pidana sesuai
dengan bunyi Pasal 1 butir 14 KUHAP.
 putusannya MK No. 21/PUU-XII/2014 menyatakan inkonstitusional bersyarat terhadap frasa
“bukti permulaan”, “bukti permulaan yang cukup”, dan “bukti yang cukup” dalam Pasal 1 angka
14, Pasal 17, dan Pasal 21 ayat (1) KUHAP sepanjang dimaknai minimal dua alat bukti sesuai
Pasal 184 KUHAP.
 Lamintang menyatakan “praktis bukti permulaan yang cukup dalam rumusan Pasal 17 KUHAP
itu harus diartikan sebagai “bukti minimal” berupa alat bukti seperti dimaksud Pasal 184 ayat (1)
KUHAP, yang dapat menjamin bahwa penyidik tidak akan menjadi terpaksa untuk menghentikan
penyidikan terhadap seseorang yang disangka melakukan suatu tindak pidana, setelah terdapat
orang tersebut dilakukan penangkapan.”
BUKTI YANG CUKUP
Untuk membuktikan kesalahan terdakwa harus memenuhi:
 Penjumlahan dari sekurang-kurangnya seorang saksi ditambah dengan seorang ahli atau surat maupun
petunjuk, dengan ketentuan penjumlahan kedua alat bukti tersebut harus “saling bersesuaian”, “saling
menguatkan”, dan tidak saling bertentangan antara satu dengan yang lain;
 Atau bisa juga, penjumlahan dua alat bukti itu berupa keterangan dua orang saksi yang saling bersesuaian
dan saling menguatkan, maupun penggabungan antara keterangan seorang saksi dengan keterangan
terdakwa, asal keterangan saksi dengan keterangan terdakwa jelas terdapat saling persesuaian.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai