Iqbal Felisiano
PENDAHULUAN
Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu
peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan
penyidikan menurut yang diatur dalam Undang- undang ini.
Penyelidikan dilakukan berdasarkan :
Informasi atau laporan yang diterima maupun diketahui langsung oleh penyelidik/penyidik;
Laporan polisi;
Berita Acara pemeriksaan di TKP;
Berita Acara pemeriksaan tersangka dan atau saksi.
Penyelidikan bukanlah fungsi yang berdiri sendiri melainkan hanya merupakan adalah satu
metode atau sub dari fungsi penyidikan.
PENYIDIKAN
Pasal 1 butir 2 KUHAP
penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur
dalam undang-undang, mencari dan mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat
terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangka.
Penyidikan dilakukan oleh:
POLRI
PPNS
Dalam hal tertangkap tangan penyidik wajib menangkap tersangka dan wajib segera
melakukan pemeriksaan dan tindakan lain dalam rangka penyidikan. Pasal 111 ayat (1, 2, 3 ).
“…sistem pembuktian berdasar undang-undang secara negatif (negatief wettelijk) sebaiknya
dipertahankan berdasarakan dua alasan, yang pertama memang sudah selayaknya harus ada
keyakinan hakim tentang kesalahan terdakwa untuk dapat menjatuhkan suatu hukuman pidana,
janganlah hakim terpaksa memidana orang sedangkan hakim tidak yakin atas kesalahan
terdakwa. Yang kedua ialah berfaedah jika ada aturan yang mengikat hakim dalam menyusun
keyakinannya, agar ada patokan- patokan tertentu yang harus diturut oleh hakim dalam menyusun
peradilan.”
Wirjono Prodjodikoro
ALASAN PENGHAPUS KESALAHAN UMUM
Fungsi :
Diberikan dimuka persidangan tanpa disumpah.
Hak ingkar (hak untuk tidak mengakui keiukut sertaan ataupun peran dan detail peristiwa yang
diduga dilakukannya). Hak ini diberikan dalam konteks Terdakwa agar dapat melakukan
pembelaan atas hak- hak dasarnya.
BAP bukan merupakan ketewrangan Terdakwa yang dimaksut sebagai alat bukti.
PENILAIN HAKIM
Dalam menilai kebenaran keterangan seorang saksi, hakim harus dengan sungguh-sungguh
memperhatikan
Persesuaian antara keterangan saksi satu dengan yang lain.
Persesuaian antara keterangan saksi dengan alat bukti lain.
Alasan yang mungkin dipergunakan oleh saksi untuk memberi keterangan yang tertentu.
Cara hidup dan kesusilaan saksi serta segala sesuatu yang pada umumnya dapat mempengaruhi
dapat tidaknya keterangan itu dipercaya.
BUKTI PERMULAAN YANG CUKUP
"bukti permulaan yang cukup" ialah bukti permulaan untuk menduga adanya tindak pidana sesuai
dengan bunyi Pasal 1 butir 14 KUHAP.
putusannya MK No. 21/PUU-XII/2014 menyatakan inkonstitusional bersyarat terhadap frasa
“bukti permulaan”, “bukti permulaan yang cukup”, dan “bukti yang cukup” dalam Pasal 1 angka
14, Pasal 17, dan Pasal 21 ayat (1) KUHAP sepanjang dimaknai minimal dua alat bukti sesuai
Pasal 184 KUHAP.
Lamintang menyatakan “praktis bukti permulaan yang cukup dalam rumusan Pasal 17 KUHAP
itu harus diartikan sebagai “bukti minimal” berupa alat bukti seperti dimaksud Pasal 184 ayat (1)
KUHAP, yang dapat menjamin bahwa penyidik tidak akan menjadi terpaksa untuk menghentikan
penyidikan terhadap seseorang yang disangka melakukan suatu tindak pidana, setelah terdapat
orang tersebut dilakukan penangkapan.”
BUKTI YANG CUKUP
Untuk membuktikan kesalahan terdakwa harus memenuhi:
Penjumlahan dari sekurang-kurangnya seorang saksi ditambah dengan seorang ahli atau surat maupun
petunjuk, dengan ketentuan penjumlahan kedua alat bukti tersebut harus “saling bersesuaian”, “saling
menguatkan”, dan tidak saling bertentangan antara satu dengan yang lain;
Atau bisa juga, penjumlahan dua alat bukti itu berupa keterangan dua orang saksi yang saling bersesuaian
dan saling menguatkan, maupun penggabungan antara keterangan seorang saksi dengan keterangan
terdakwa, asal keterangan saksi dengan keterangan terdakwa jelas terdapat saling persesuaian.
TERIMAKASIH