Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH HUKUM PIDANA UMUM

ANALISIS PASAL KONTROVERSIAL KUHP 2022


(Dibuat untuk memenuhi tugas akhir semester)

Dosen Pengampu:
Hj. Siti Zubaidah SH., MH

DISUSUN OLEH:
Yohana Dian Anugrah
4422111090

FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
UNIVERSITAS BOSOWA
MAKASSAR
2022
Bab 1
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Kitab Undang-undang Hukum Pidana yang di gunakan di Indonesia merupakan
peninggalan zaman kolonialisme Belanda. Prof. Yasonna Laoly menyebutkan
bahwa sudah banyak ketentuan-ketentuan yang tidak relevan dengan keadaan dan
kebutuhan hukum di Indonesia di masa kini (BPHN, 2022). Misalnya saja ketentuan
dalam pasal 362 KUHP tentang Pencurian, tertulis denda sebanyak-banyaknya Rp.
900,-. Tentunya nominal ini sangat tidak sesuai dengan kondisi perekonomian
Indonesia masa kini. Oleh karena itu, pemerintah berupaya untuk memperbaharui
isi dari ketentuan-ketentuan dalam KUHP agar sesuai dengan perkembangan zaman
dan budaya Indonesia.
Ada beberapa alasan yang mendasari pembaruan KUHP (Haryadi, 2020).
Pertama, KUHP dipandang tidak lagi sesuai dengan dinamika perkembangan
hukum pidana nasional Indonesia. Kedua, perkembangan delik-delik di luar KUHP,
baik berupa hukum pidana khusus maupun hukum pidana administrasi telah
menggeser posisi sistem hukum pidana dalam KUHP. Hal ini menyebabkan adanya
lebih dari satu sistem hukum pidana nasional. Ketiga, adanya duplikasi pada
beberapa ketentuan hukum pidana antara ketentuan hukum pidana dalam KUHP
dengan yang di luar KUHP.
Maka dari itu, pada 6 Desember 2022 DPR RI mengesahkan RUU KUHP
menjadi Undang-undang yang dilakukan pada rapat paripurna. KUHP yang baru ini
telah melalui proses pembahasan secara transparan, teliti, dan partisipasi. Walaupun
telah melalui kajian berulang dan mendalam pada KUHP yang baru ini, masih ada
pasal-pasal yang dianggap kontroversial, antara lain pasal penghinaan Presiden,
pidana kumpul kebo, pidana santet, vandalisme, hingga penyebaran agama komunis.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana pro dan kontra terhadap pasal mengenai santet dan demo tanpa
pemberitahuan?

2
1.3 Tujuan Penulisan
Mengetahui gambaran pro dan kontra tentang pasal-pasal kontroversial Undang-
undang KUHP yang baru.

1.4 Manfaat Penulisan


Penulisan ini diharapkan mampu menjadi referensi dalam memahami ketentuan-
ketentuan dalam KUHP yang baru.

3
Bab 2
Pembahasan

2.1 Pasal Tentang Santet


Salah satu pasal kontroversial dari Kitab Undang-undang Hukum Pidana yang baru
saja disahkan pada 6 Desember 2022, yaitu Pasal 252 pada bagian kedua BAB V
tentang Tindak Pidana Terhadap Ketertiban Umum, yang berbunyi:

(1) Setiap Orang yang menyatakan dirinya mempunyai kekuatan gaib,


memberitahukan, memberikan harapan, menawarkan, atau memberikan
bantuan jasa kepada orang lain bahwa karena perbuatannya dapat
menimbulkan penyakit, kematian, atau penderitaan mental atau fisik
seseorang dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun 6
(enam) Bulan atau pidana denda paling banyak kategori IV.

(2) Jika Setiap Orang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) melakukan
perbuatan tersebut untuk mencari keuntungan atau menjadikan sebagai
mata pencaharian atau kebiasaan, pidananya dapat ditambah 1/3 (satu
per tiga).

Pasal ini menuai banyak sekali pro dan kontra. Sebelum masuk dalam pro dan
kontra, perlu kita ketahui unsur-unsur dari pasal ini.
Unsur-unsur ayat (1):
1. Setiap orang;
2. Menyatakan dirinya mempunyai kekuatan gaib;
3. Memberitahukan, memberikan harapan, menawarkan, atau memberikan
bantuan jasa kepada orang lain bahwa karena perbuatannya dapat
menimbulkan penyakit, kematian, atau penderitaan mental atau fisik
seseorang;
Unsur-unsur ayat (2):
1. Setiap orang yang dimaksud di ayat (1);
2. Melakukannya untuk mencari keuntungan atau menjadikannya sebagai
mata pencaharian atau kebiasaan
Dari unsur-unsur ini, dapat dipahami bahwa ketentuan pada pasal 252 KUHP yang
baru disahkan ini ditujukan kepada setiap orang yang mengaku memiliki ilmu gaib,
yang mana kemudian ia memberitahu, memberi harapan, menawarkan, dan
memberi bantuan jasa kepada orang lain bahwa dengan ilmu gaibnya itu

4
menimbulkan penderitaan terhadap orang lain bahkan kematian. Hal ini bisa di
persingkat dengan istilah “santet.” Masyarakat percaya bahwa dengan ilmu santet
ini, mereka dapat membuat seseorang menderita bahkan meninggal. Orang yang
melanggar ketentuan ini di pidana paling lama 1 tahun 6 bulan atau denda paling
banyak kategori IV.

Pro:
Dalam penjelasan pasal 252, dijelaskan bahwa ketentuan dalam pasal ini
dimaksudkan untuk mencegah praktik main hakim sendiri yang dilakukan oleh
masyarakat kepada orang yang mengaku atau menyatakan diri memiliki kekuatan
gaib dan merugikan orang lain (Kemenkumham, n.d.). Prof. Yasonna Laoly, selaku
menteri Hukum dan HAM, mengatakan bahwa KUHP akan diberlakukan tiga tahun
sejak disahkan. Hal ini, akan beliau gunakan untuk memberikan sosialisasi kepada
masyarakat terkait tujuan dari pasal ini (Saptohutomo, 2022).

Kontra:
Menurut seorang pakar hukum dari Universitas Jendral Soedirman Purwokerto,
Prof. Hibnu Nugroho, pasal 252 ini menimbulkan kesulitan dalam pembuktiannya.
Beliau menyebutkan bahwa pada zaman ini, semua pembuktian dilakukan secara
forensik, pembuktian dengan ilmu pengetahuan. Namun pembuktian pada pasal 252
ini lebih menekankan pada pengakuan diri memiliki kekuatan gaib. Jika dilihat
secara logika maupun forensik, ilmu gaib tidak bisa dibuktikan (Hermawan, 2021).
Selain itu, ahli hukum pidana dai Universitas Indonesia, Eva Achjani Zulfa juga
mengatakan bahwa membuktikan seseorang mempunyai ilmu santet adalah hal
yang sulit (Rochmannudin, 2022).

Opini:
Menurut saya, ketentuan pada pasal 252 ini bisa tetap dilaksanakan. Karena dengan
adanya pasal ini, pemerintah dapat melindungi kepentingan individual (misalnya
mencegah praktik penipuan) dan kepentingan sosial (misalnya melindungi
ketenteraman hidup beragama dari perbuatan syirik). Selain itu, ketentuan ini juga
dibuat dengan tujuan mencegah dan melindungi calon korban maupun calon pelaku

5
dari maraknya tindakan main hakim sendiri. Terkait pembuktiannya, tindakan yang
melanggar ketentuan dalam pasal 252 ini dapat dibuktikan tidak hanya dari
pengakuan pelaku, namun juga dari barang bukti yang lain, misalnya pelaku
menawarkan jasanya secara tertulis (memasang iklan), maka iklan tersebut yang
merupakan barang buktinya (al Buchori et al., 2021).

2.2 Pasal Tentang Demo Tanpa Pemberitahuan


Masih pada Bab V tentang Tindak Pidana Terhadap Ketertiban Umum pada bagian
ke empat, pasal 256 dianggap sebagai salah satu pasal kontroversial lainnya, yang
berbunyi:

Setiap Orang yang tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada yang


berwenang mengadakan pawai, unjuk rasa, atau demonstrasi di jalan
umum atau tempat umum yang mengakibatkan terganggunya kepentingan
umum, menimbulkan keonaran, atau huru-hara dalam masyarakat
dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) Bulan atau pidana
denda paling banyak kategori II.

Unsur-unsur dari ketentuan pasal 256, yaitu:

1. Setiap orang;
2. Tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada yang berwewenang;
3. Mengadakan pawai, unjuk rasa, atau demonstrasi di jalan umum atau tempat
umum;
4. Terganggunya kepentingan umum, menimbulkan keonaran, atau huru-hara
dalam masyarakat

Dari sini dapat disimpulkan bahwa setiap orang yang mengganggu kepentingan
umum dalam masyarakat, dengan mengadakan pawai atau demo tanpa
memberitahu sebelumnya kepada pihak berwenang akan di pidana paling lama 6
bulan atau denda paling banyak kategori II.

Pro:

Taufik Basari selaku anggota DPR Komisi Hukum Fraksi NasDem mengatakan
bahwa ketentuan dalam pasal 256 KUHP baru ini merupakan delik terganggunya

6
ketertiban umum, keonaran, dan huru-hara. Yang mana maksud dari ketentuan ini
adalah setiap unjuk rasa yang dilakukan dengan koordinasi bersama pihak aparat
agar tidak mengganggu ketertiban umum, jalannya lalu lintas, dan kepentingan
pihak lain (Aan, 2022).

Kontra:

Ketentuan dalam pasal 256 ini juga menuai kontra dari berbagai pihak. Ketua
Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), Muhammad Isnur
mengatakan bahwa pasal ini seharusnya memuat definisi yang lebih ketat tentang
“mengganggu kepentingan umum” (Hidayat, 2022). Selain itu, Nining Elitos
sebagai ketua umum Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia (KABSI) menolak
pasal 256 tersebut karena bertentangan dengan kebebasan menyatakan pendapat
yang diatur dalam UU Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyatakan
Pendapat di Muka Umum. Haidar Adam, pakar Hukum Tata Negara Universitas
Airlangga menyebutkan bahwa pasal 256 ini bermasalah karena pada prinsipnya
menyampaikan pendapat merupakan hak setiap orang. Beliau menyebutkah bahwa,
unjuk rasa yang mengganggu kepentingan umum justru yang harus mendapat atensi
dan perlindungan dari pihak yang berwewenang (Syarief, 2022).

Opini:

Menurut saya, sebagai masyarakat yang tinggal di daerah rawan demo, ketentuan
dalam pasal ini di perlukan agar kepentingan publik tetap dapat berjalan dengan
baik. Kalau pawai, unjuk rasa, dan demo dikoordinasikan terlebih dahulu dengan
pihak berwenang (misal aparat keamanan), tentunya akan meminimalkan
terganggunya ketertiban umum, jalannya lalu lintas, dan kepentingan lainnya.
Misalnya saja sedang ada demo di Jalan A dan Jalan B. Demo di Jalan A
berlangsung tanpa ada pemberitahuan kepada pihak berwenang terlebih dahulu, lalu
ada ambulans dengan pasien gawat darurat yang biasanya melalui Jalan A untuk
jalur tercepat ke rumah sakit, tetapi tidak bisa lewat karena jalan di penuhi oleh para
demonstran. Sedangkan di Jalan B, pihak demonstran telah melakukan

7
pemberitahuan terlebih dahulu kepada pihak berwajib. Oleh karena itu, aparat
keamanan dapat mengalihkan lalu lintas ke jalur lainnya agar lalu lintas tetap dapat
berjalan dengan lancar. Selain itu, menurut saya sosialisasi terkait penerapan dari
ketentuan pasal 256 ini diperlukan karena masih banyak pihak yang menganggap
bahwa pasal ini membuat mereka tidak memiliki kebebasan berpendapat di tempat
umum.

8
Bab 3
Penutup

3.1 Kesimpulan
Sudah lama Indonesia menanti untuk memiliki Kitab Undang-undang Hukum
Pidananya sendiri yang di sahkan pada 6 Desember 2022. Namun, pengesahan
KUHP baru ini tidaklah semulus yang dikira. Masih banyak pasal-pasal yang dinilai
kontroversial. Perlu diketahui bahwa, setiap pasal yang disahkan telah melalui
proses pertimbangan yang panjang. Adapun salah dua pasal kontroversial dari
KUHP nasional ini, ialah pasal 252 tentang Santet (ilmu gaib) dan pasal 256 tentang
Demo tanpa pemberitahuan dapat terancam pidana. Jika dikaji dari berbagai sudut
pandang, pasal-pasal kontroversial ini sebenarnya baik adanya. Hanya saja
masyarakat belum memahami ketentuan pasal tersebut secara utuh dan bagaimana
penerapannya nanti. Oleh karena itu, pemerintah akan memberlakukan KUHP baru
ini 3 tahun setelah disahkan dan pada masa transisi tersebut pemerintah akan
memberikan sosialisasi terkait ketentuan dan penerapan dari pasal-pasal yang
kontroversial tersebut.

9
Referensi

Aan, A. (2022, December 10). Pasal 256 KUHP Baru Bikin Deg-degan Pendemo!
Monitor Indonesia.

al Buchori, R. A., Sepud, I. M., & Widyantara, I. M. M. (2021). Sanksi Pidana


Terhadap Pelaku Tindak Pidana Santet. Jurnal Preferensi Hukum, 2(3), 454–458.
https://doi.org/10.22225/jph.2.3.3980.454-458

BPHN. (2022, December 6). RUU KUHP Disahkan menjadi Undang-undang |


BPHN.go.id. Badan Pembinaan Hukum Nasional.
https://bphn.go.id/publikasi/berita/202212061210189/ruu-kuhp-disahkan-menjadi-
undang-undang

Haryadi, W. (2020). RANCANGAN UNDANG-UNDANG KITAB UNDANG-


UNDANG HUKUM PIDANA (RUU KUHP) DI INDONESIA PERSPEKTIF
TEORI PEMBAHARUAN HUKUM. VERITAS, 6(1), 65–78.
https://doi.org/10.34005/veritas.v6i1.566

Hermawan, B. (2021, June 24). Pakar: Rumusan Pasal Santet Perlu Dihapus dari RUU
KUHP. Republika.Co.Id. https://www.republika.co.id/berita/qv5z77354/pakar-
rumusan-pasal-santet-perlu-dihapus-dari-ruu-kuhp

Hidayat, R. (2022, December 6). Kritik Pasal Unjuk Rasa KUHP Baru Sebagai Delik
Ketertiban Umum. HukumOnline. https://www.hukumonline.com/berita/a/kritik-
pasal-unjuk-rasa-kuhp-baru-sebagai-delik-ketertiban-umum-lt638f10be7b88a/

Kemenkumham. (n.d.). ISU KRUSIAL RUU KUHP.

Rochmannudin, N. (2022, December 19). Pro Kontra Pasal Karet Kuhp (9/Selesai)
Dukun Santet Tak Bebas Beroperasi Jubir Sosialisasi KUHP, ALBERT ARIES
Masyarakat Ada Yang Percaya. Rm.Id. https://rm.id/baca-
berita/nasional/153564/pro-kontra-pasal-karet-kuhp-9selesai-dukun-santet-tak-
bebas-beroperasi-jubir-sosialisasi-kuhp-albert-aries-masyarakat-ada-yang-percaya

Saptohutomo, A. P. (2022, December 9). KUHP Baru: Dukun Santet dan Praktik Sihir
Bisa Dipenjara 1,5 Tahun. Kompas.Com.

10
https://nasional.kompas.com/read/2022/12/09/17403341/kuhp-baru-dukun-santet-
dan-praktik-sihir-bisa-dipenjara-15-tahun

Syarief, I. S. (2022, December 7). Pentingnya Mengubah Pasal Bermasalah di KUHP


Baru - Suara Surabaya. Suarasurabaya.
https://www.suarasurabaya.net/kelanakota/2022/pentingnya-mengubah-pasal-
bermasalah-di-kuhp-baru/

11

Anda mungkin juga menyukai