Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MENGAPA HUKUM PENTING DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Dosen Pengampu : Hendria Fithrina, SH.,MH

PENYUSUN :

IQBAL NUGRAHA 2210112214

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ANDALAS
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatan atas kehadirat ALLAH SWT Tuhan Yang Maha
Kuasa yang telah memberikan rahmat dan hidayatnya kepada kami sehingga
kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah “Mengapa Hukum Penting
Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup” ini dengan sebaik mungkin.
Saya Iqbal nugraha mengucapkan terima kasih kepada Ibuk Hendria
Fithrina, SH,. MH selaku Dosen Hukum lingkungan , yang telah membimbing dan
mengarahkan kami dalam penyusunan makalah ini. Demikian juga, kami
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan
masukan dan ide selama kami mengerjakan makalah ini. Makalah ini ditulis
untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Lingkungan semester 4.
Kami mohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, kami menerima kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca agar kami dapat menyusun makalah yang lebih
baik di lain waktu.
Kami berharap dengan disusunnya makalah ini maka dapat dipahami
serta menjadi manfaat bagi para pembaca.

Iqbal nugraha

Padang, Maret 2024

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB 1...........................................................................................................1
PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................2
BAB II...........................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................3
A. Pengertian dan Kewenangan Peradilan Agama Mengenai Gugatan dan
Permohonan...............................................................................................3
B. Proses Pembuatan Permohonan dan Gugatan.........................................7
C. Prosedur Pengajuan Gugatan dan Permohonan......................................8
D. Pengertian Pemeriksaan dan Sidang Pertama Pengadilan Agama.............9
E. Prosedur dan Tahapan Pemeriksaan Peradilan Agama_______________10
BAB III........................................................................................................15
PENUTUP.....................................................................................................15
A. Kesimpulan........................................................................................15
DAFTAR KEPUSTAKAAN................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengelolaan lingkungan hidup merupakan suatu tantangan besar yang dihadapi
oleh umat manusia di era modern ini. Kegiatan manusia dalam upaya memenuhi
kebutuhan hidup dan meningkatkan kesejahteraan seringkali berdampak negatif
terhadap kelestarian lingkungan. Eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan,
pencemaran, dan kerusakan ekosistem telah mengakibatkan degradasi lingkungan yang
signifikan. Oleh karena itu, diperlukan suatu sistem yang mengatur dan mengontrol
perilaku manusia agar selaras dengan prinsip-prinsip pelestarian lingkungan.

Di sinilah peran penting hukum lingkungan hadir. Hukum lingkungan merupakan


seperangkat aturan dan regulasi yang mengatur hubungan antara manusia dengan
lingkungan hidup. Hukum lingkungan memiliki beberapa fungsi utama, antara lain:

1. Pencegahan: Hukum lingkungan menetapkan standar dan batasan yang harus


dipatuhi dalam melakukan kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak terhadap
lingkungan. Contohnya adalah pembatasan emisi gas rumah kaca, pengaturan
pembuangan limbah, dan persyaratan analisis dampak lingkungan (AMDAL) bagi
kegiatan tertentu.

2. Pengendalian: Hukum lingkungan memberikan instrumen untuk mengendalikan dan


mengawasi kegiatan manusia yang berdampak pada lingkungan. Ini mencakup
perizinan, inspeksi, dan penerapan sanksi bagi pelanggar.

3. Penegakan: Hukum lingkungan menyediakan mekanisme untuk menegakkan aturan


dan memberikan konsekuensi hukum bagi pelanggaran yang terjadi. Ini mencakup
proses penegakan hukum, penyelesaian sengketa, dan penerapan ganti rugi atau
kompensasi.

4. Perlindungan: Hukum lingkungan bertujuan untuk melindungi lingkungan hidup,


keanekaragaman hayati, dan ekosistem dari ancaman kerusakan. Ini dilakukan dengan
menetapkan kawasan lindung, mengatur pemanfaatan sumber daya alam, dan
mengembangkan instrumen ekonomi seperti pajak lingkungan atau mekanisme
pembayaran jasa lingkungan.

5. Pembangunan Berkelanjutan: Hukum lingkungan mendorong pembangunan yang


berkelanjutan dengan menyeimbangkan kepentingan ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Ini mencakup prinsip-prinsip seperti pencegahan pencemaran, penggunaan sumber
daya secara bijaksana, dan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan.

Dengan demikian, hukum lingkungan memiliki peran yang sangat penting dalam
pengelolaan lingkungan hidup. Keberadaan hukum lingkungan yang kuat dan efektif
dapat membantu mencegah kerusakan lingkungan, mengendalikan dampak negatif dari
kegiatan manusia, serta menjamin pembangunan yang berkelanjutan untuk generasi
sekarang dan mendatang.

3
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran hukum lingkungan dalam mencegah dan mengendalikan
kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan?
2. Apa saja instrumen hukum lingkungan yang dapat digunakan untuk
menegakkan aturan dan memberikan konsekuensi hukum bagi pelanggaran
yang terjadi di bidang lingkungan hidup?
3. Sejauh mana hukum lingkungan berkontribusi dalam melindungi
keanekaragaman hayati dan ekosistem dari ancaman kerusakan akibat aktivitas
manusia?
4. Bagaimana hukum lingkungan dapat mendorong pembangunan yang
berkelanjutan dengan menyeimbangkan kepentingan ekonomi, sosial, dan
lingkungan?

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Bagaimana peran hukum lingkungan dalam mencegah dan mengendalikan


kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan

Peran hukum lingkungan dalam mencegah dan mengendalikan kegiatan


manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan sangatlah vital. Hukum
lingkungan menyediakan landasan hukum dan instrumen yang diperlukan untuk
mengatur perilaku manusia agar tidak melampaui batas daya dukung lingkungan.
Berikut adalah beberapa peran utama hukum lingkungan dalam mencegah dan
mengendalikan kerusakan lingkungan.
Pertama, hukum lingkungan menetapkan standar, baku mutu, dan kriteria batas
yang harus dipenuhi dalam melakukan kegiatan yang berpotensi berdampak pada
lingkungan. Seperti yang disampaikan oleh Siti Sundari Rangkuti dalam bukunya
"Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan Lingkungan Nasional" (2005):
"Hukum lingkungan menetapkan berbagai ketentuan dan persyaratan yang
harus dipenuhi oleh setiap kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak terhadap
lingkungan hidup, seperti kewajiban melakukan analisis dampak lingkungan (AMDAL)
bagi kegiatan usaha atau proyek tertentu."
Kedua, hukum lingkungan mengatur mekanisme perizinan dan pengawasan
terhadap kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak lingkungan. Setiap kegiatan
tersebut harus memiliki izin dari pihak berwenang, dan pelaksanaannya akan diawasi
untuk memastikan kepatuhan. Hal ini dijelaskan oleh Mas Achmad Santosa dalam
bukunya "Good Governance dan Hukum Lingkungan" (2001):
"Hukum lingkungan berperan dalam pengendalian melalui mekanisme perizinan
dan pengawasan. Setiap kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak terhadap
lingkungan harus memiliki izin dari pihak berwenang, dan pelaksanaannya akan diawasi
untuk memastikan kepatuhan terhadap persyaratan yang ditetapkan dalam izin
tersebut."
Ketiga, hukum lingkungan menyediakan instrumen untuk menegakkan aturan
dan memberikan konsekuensi hukum bagi pelanggaran yang terjadi. Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
mengatur berbagai jenis sanksi bagi pelanggaran, seperti sanksi administratif, perdata,
dan pidana.
5
Keempat, hukum lingkungan mendorong pencegahan pencemaran dan
kerusakan lingkungan melalui instrumen seperti analisis dampak lingkungan (AMDAL)
dan audit lingkungan. AMDAL wajib dilakukan untuk mengidentifikasi dampak potensial
dan merumuskan upaya pencegahan sebelum suatu kegiatan dilaksanakan.
Kelima, hukum lingkungan memfasilitasi partisipasi masyarakat dalam proses
pengambilan keputusan terkait dengan pengelolaan lingkungan hidup. Hal ini penting
untuk memastikan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan lingkungan.

B. Apa saja instrumen hukum lingkungan yang dapat digunakan untuk


menegakkan aturan dan memberikan konsekuensi hukum bagi pelanggaran
yang terjadi di bidang lingkungan hidup.

Penerapan instrumen hukum lingkungan dalam penegakan aturan dan


pemberian konsekuensi bagi pelanggar tidak bisa dilakukan sembarangan.
Penerapannya harus memperhatikan asas proporsionalitas dan keadilan, artinya jenis
sanksi atau konsekuensi harus sepadan dengan tingkat pelanggaran yang dilakukan.
Sanksi berat seperti pidana penjara seharusnya untuk pelanggaran serius, sedangkan
pelanggaran ringan cukup ditindak dengan sanksi administratif. Hal ini untuk
menghindari penjatuhan hukuman yang terlalu berat atau terlalu ringan. Penegakan
hukum lingkungan harus dilakukan secara adil dan tanpa diskriminasi. Setiap pelaku
pelanggaran, baik individu, korporasi, maupun instansi pemerintah harus mendapat
perlakuan yang sama di hadapan hukum. Tidak boleh ada keberpihakan atau
perlindungan terhadap pihak-pihak tertentu yang melanggar hukum lingkungan.
Aspek transparansi dan partisipasi masyarakat menjadi sangat penting. Proses
penegakan hukum lingkungan, mulai dari penindakan hingga penyelesaian sengketa,
harus terbuka dan dapat diakses informasinya oleh masyarakat. Masyarakat juga harus
diberikan kesempatan untuk berpartisipasi, misalnya dalam pengambilan keputusan
atau memantau proses penegakan hukum. Penegakan hukum lingkungan
membutuhkan koordinasi dan kolaborasi yang erat antara berbagai pemangku
kepentingan, mencakup instansi pemerintah terkait, aparat penegak hukum, lembaga
peradilan, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat. Kolaborasi yang baik akan
memperkuat upaya penegakan hukum lingkungan.
Penegakan hukum lingkungan juga harus didukung kapasitas dan sumber daya yang
memadai. Petugas penegak hukum harus memiliki kualifikasi, pelatihan, dan fasilitas
6
yang memadai untuk melaksanakan tugasnya secara efektif. Anggaran yang cukup
juga diperlukan untuk mendukung operasional penegakan hukum lingkungan. Dengan
memperhatikan prinsip-prinsip tersebut, penerapan instrumen hukum lingkungan
dalam penegakan aturan dan pemberian konsekuensi bagi pelanggar akan lebih efektif,
adil, dan dapat diterima semua pihak. Upaya penegakan hukum lingkungan yang kuat
akan berkontribusi besar dalam menjaga kelestarian lingkungan hidup untuk masa kini
dan masa depan. Selain prinsip dan praktik terbaik tersebut, penegakan hukum
lingkungan juga harus memperhatikan kondisi dan karakteristik wilayah tertentu.
Instrumen hukum lingkungan harus dapat disesuaikan dengan situasi lokal, budaya
masyarakat setempat, dan isu-isu lingkungan spesifik yang dihadapi. Penerapan
instrumen yang kaku dan seragam di semua wilayah berpotensi menimbulkan resistensi
dan mengabaikan kekhasan masing-masing daerah.

Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang lebih fleksibel dan kontekstual
dalam penegakan hukum lingkungan. Pembentukan peraturan daerah (Perda) terkait
lingkungan hidup dapat menjadi opsi untuk mengakomodasi kebutuhan dan tantangan
lokal. Perda ini harus tetap sejalan dengan prinsip dan norma dalam peraturan
perundang-undangan nasional. Dalam konteks Indonesia sebagai negara kepulauan
dengan keanekaragaman hayati tinggi, penegakan hukum lingkungan khususnya
terkait perlindungan keanekaragaman hayati menjadi sangat krusial. Instrumen hukum
harus memadai untuk menangani permasalahan seperti perambahan hutan,
pembalakan liar, perdagangan satwa liar ilegal, dan pencurian sumber daya genetik.
Peran aktif masyarakat lokal dan masyarakat adat juga penting dalam upaya
penegakan hukum lingkungan. Mereka dapat berpartisipasi dalam pemantauan
lingkungan, pemberian informasi terkait pelanggaran, hingga terlibat dalam mekanisme
penyelesaian sengketa lingkungan. Penghormatan terhadap kearifan lokal dan hak-hak
masyarakat adat harus diintegrasikan dalam penegakan hukum.
Dengan demikian, langkah penegakan hukum lingkungan yang efektif
membutuhkan harmonisasi antara instrumen hukum nasional dengan konteks lokal,
serta keterlibatan aktif masyarakat dalam proses penegakannya. Hanya dengan cara ini
kelestarian lingkungan dapat terjamin dengan tetap menghormati keberagaman
budaya dan kondisi di lapangan. Salah satu tantangan signifikan dalam penegakan
hukum lingkungan adalah keberadaan pelaku korporasi sebagai subjek hukum.
Korporasi seringkali terlibat dalam kegiatan yang berdampak besar terhadap
lingkungan, seperti pertambangan, perkebunan, industri, dan pembangunan
7
infrastruktur. Jika terjadi pelanggaran, penerapan instrumen hukum lingkungan
terhadap korporasi menjadi lebih rumit dibandingkan terhadap individu. Dalam kasus
korporasi, seringkali sulit untuk mengidentifikasi individu yang bertanggung jawab
secara pribadi atas pelanggaran yang terjadi. Struktur korporasi yang kompleks dan
terdesentralisasi dapat mengaburkan jalur pertanggungjawaban. Selain itu, korporasi
biasanya memiliki sumber daya finansial dan legal yang besar sehingga dapat
melakukan upaya pembelaan secara masif.

C. Sejauh mana hukum lingkungan berkontribusi dalam melindungi


keanekaragaman hayati dan ekosistem dari ancaman kerusakan akibat
aktivitas manusia?

Hukum lingkungan memiliki peran yang sangat penting dalam melindungi


keanekaragaman hayati dan ekosistem dari berbagai ancaman kerusakan akibat
aktivitas manusia. Salah satu instrumen utamanya adalah penetapan kawasan lindung
dan kawasan konservasi seperti taman nasional, cagar alam, atau taman hutan raya
yang harus dijaga kelestariannya. Di dalam kawasan lindung tersebut, berbagai
kegiatan yang dapat mengganggu ekosistem dan merusak keanekaragaman hayati
dilarang atau dibatasi. Selain itu, hukum lingkungan juga mengatur mengenai
pemanfaatan sumber daya alam hayati seperti satwa liar dan tumbuhan agar dapat
dilakukan secara lestari. Hal ini mencakup ketentuan pemberian izin, kuota, musim
pemanfaatan, serta larangan perburuan atau pengambilan spesies tertentu yang
terancam punah.
Hukum lingkungan juga melarang dan membatasi berbagai aktivitas manusia
yang berpotensi merusak lingkungan seperti penambangan, pembalakan liar,
perambahan kawasan lindung, pembukaan lahan dengan pembakaran, serta
pencemaran. Aktivitas-aktivitas ini dapat dikenakan sanksi jika melanggar ketentuan
yang ada. Untuk mencegah ancaman dari spesies asing invasif, hukum lingkungan
memberikan dasar bagi pengaturan dan pelarangan penyebaran spesies asing yang
dapat mengancam keanekaragaman hayati asli di suatu wilayah.
Instrumen penilaian dampak lingkungan (AMDAL) dan mekanisme perizinan juga
merupakan bagian penting dari upaya melindungi keanekaragaman hayati. Setiap
usaha atau kegiatan yang berpotensi berdampak harus melalui kajian dan memenuhi
persyaratan untuk mencegah bahaya bagi keanekaragaman hayati.

8
Dalam perlindungan keanekaragaman hayati, hukum lingkungan juga mengakui
dan melibatkan peran masyarakat lokal dan masyarakat adat. Mereka merupakan
pemangku kepentingan utama dan sumber pengetahuan tradisional terkait kelestarian
alam. Dengan berbagai instrumen tersebut, hukum lingkungan berupaya memberikan
payung perlindungan hukum yang memadai agar keanekaragaman hayati dan
ekosistem dapat terjaga dari ancaman kerusakan akibat ulah manusia. Implementasi
dari aturan hukum ini tentunya harus dibarengi dengan penegakan hukum yang
konsisten dan dukungan dari semua pihak agar tujuan perlindungan keanekaragaman
hayati dapat tercapai secara optimal.
Dalam buku "Hukum Lingkungan" karya Otto Soemarwoto (2001), disebutkan
bahwa salah satu tujuan utama hukum lingkungan adalah melindungi keanekaragaman
hayati dan ekosistem agar kelestarian ekologis tetap terjaga. Untuk mencapai tujuan
tersebut, hukum lingkungan memiliki instrumen pengaturan seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya. Otto menegaskan bahwa penetapan kawasan lindung dan
konservasi merupakan salah satu pilar penting dalam perlindungan keanekaragaman
hayati. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya yang memberikan landasan
hukum penetapan kawasan konservasi.
Sementara itu, dalam buku "Pengantar Hukum Lingkungan" oleh Supriadi
(2006), dijelaskan bahwa pengaturan pemanfaatan sumber daya alam hayati secara
lestari sangat penting untuk mempertahankan keseimbangan ekosistem. Konsep
pemanfaatan lestari ini merupakan salah satu prinsip dasar dalam hukum lingkungan.
Lebih lanjut, Supriadi menyebutkan bahwa larangan dan pembatasan kegiatan yang
merusak lingkungan merupakan bentuk perlindungan preventif yang diatur dalam
hukum lingkungan. Contohnya larangan pembukaan lahan dengan pembakaran yang
diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Dalam konteks keanekaragaman hayati, instrumen AMDAL dan perizinan


lingkungan memiliki peran sentral. Sesuai Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 2012,
setiap usaha yang berdampak penting terhadap lingkungan wajib mendapat izin
lingkungan berdasarkan hasil AMDAL untuk mencegah kerusakan keanekaragaman
hayati. Terakhir, peran masyarakat lokal dan adat dalam perlindungan
keanekaragaman hayati diakui dalam instrumen hukum seperti disebutkan dalam buku
"Hukum Lingkungan" oleh Mas Achmad Santosa (2001). Pengetahuan tradisional
9
mereka berperan penting dalam menjaga kelestarian lingkungan.

Dengan demikian, hukum lingkungan menyediakan berbagai instrumen yang


diharapkan dapat memberikan perlindungan yang memadai bagi keanekaragaman
hayati dan ekosistem dari ancaman aktivitas manusia. Landasan pengaturan ini harus
terus diperkuat dan diimplementasikan secara konsisten untuk menjamin kelestarian
lingkungan hidup.

D. Bagaimana hukum lingkungan dapat mendorong pembangunan yang


berkelanjutan dengan menyeimbangkan kepentingan ekonomi, sosial, dan
lingkungan?

Konsep pembangunan berkelanjutan merupakan salah satu prinsip utama dalam


hukum lingkungan. Pembangunan berkelanjutan didefinisikan sebagai pembangunan
yang dapat memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengorbankan kemampuan
generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri (Supriadi, 2006).
Dalam konteks ini, hukum lingkungan berperan penting dalam menciptakan
keseimbangan antara kepentingan ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Berdasarkan buku "Hukum Lingkungan" karya Mas Achmad Santosa (2001),


hukum lingkungan menetapkan prinsip-prinsip dasar seperti prinsip pencegahan
pencemaran, penggunaan sumber daya alam secara bijaksana, serta partisipasi
masyarakat dalam pengambilan keputusan. Prinsip-prinsip ini bertujuan untuk
memastikan bahwa pembangunan ekonomi dan kegiatan manusia tidak melampaui
daya dukung lingkungan hidup. Salah satu instrumen hukum yang mendukung
pembangunan berkelanjutan adalah analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL)
dan mekanisme perizinan lingkungan. Sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah
No. 27 Tahun 2012, setiap usaha atau kegiatan yang berdampak penting terhadap
lingkungan wajib memiliki izin lingkungan berdasarkan hasil AMDAL. Melalui AMDAL,
dampak lingkungan dari suatu kegiatan dapat diidentifikasi dan dirumuskan upaya
pengendalian serta pemantauannya.

Selain itu, hukum lingkungan juga menyediakan instrumen ekonomi seperti


pajak lingkungan dan mekanisme pembayaran jasa lingkungan. Instrumen ini
bertujuan untuk menginternalisasi biaya lingkungan ke dalam kegiatan ekonomi,
10
sehingga mendorong pelaku usaha untuk lebih bertanggung jawab terhadap
lingkungan (Otto Soemarwoto, 2001). Dalam buku "Pengantar Hukum Lingkungan"
oleh Supriadi (2006), disebutkan bahwa hukum lingkungan juga mengatur mengenai
partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan terkait pengelolaan
lingkungan hidup. Partisipasi masyarakat ini penting untuk memastikan bahwa
kepentingan dan aspirasi masyarakat, khususnya masyarakat lokal, diakomodasi dalam
proses pembangunan.

Lebih lanjut, hukum lingkungan memuat ketentuan mengenai akses informasi


lingkungan hidup dan mekanisme penegakan hukum. Akses informasi ini penting untuk
memastikan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan lingkungan hidup,
sedangkan penegakan hukum diperlukan untuk memastikan kepatuhan terhadap
aturan dan mencegah pelanggaran yang dapat mengganggu keseimbangan antara
kepentingan ekonomi, sosial, dan lingkungan. Dengan berbagai instrumen dan prinsip
yang ada dalam hukum lingkungan, upaya untuk mewujudkan pembangunan
berkelanjutan dapat didorong. Kepentingan ekonomi dapat diakomodasi dengan tetap
memperhatikan daya dukung lingkungan hidup dan aspirasi masyarakat. Namun
demikian, implementasi dari aturan hukum ini harus dilakukan secara konsisten dan
didukung oleh semua pemangku kepentingan agar pembangunan berkelanjutan dapat
benar-benar terwujud.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hukum lingkungan memainkan peran krusial dalam menjaga kelestarian
lingkungan hidup dan mencegah serta mengendalikan kegiatan manusia yang dapat
menimbulkan kerusakan lingkungan. Keberadaan hukum lingkungan menjadi sangat
penting mengingat tingginya laju eksploitasi sumber daya alam dan pencemaran akibat
aktivitas manusia yang terus meningkat seiring pertumbuhan populasi dan
industrialisasi. Tanpa adanya payung hukum yang kuat, lingkungan akan semakin
terancam kerusakannya.

Instrumen hukum lingkungan seperti undang-undang, peraturan pemerintah, izin


lingkungan, dan mekanisme penegakan hukum dapat digunakan untuk menegakkan
aturan dan memberikan konsekuensi hukum bagi pelanggaran yang terjadi di bidang
lingkungan hidup. Melalui instrumen tersebut, praktik-praktik yang merugikan
lingkungan dapat diawasi, dikendalikan, dan dikenakan sanksi yang tegas bagi
pelanggarannya. Hal ini akan mendorong masyarakat dan pelaku usaha untuk lebih
bertanggung jawab dalam menjalankan aktivitasnya.

Selain itu, hukum lingkungan juga berkontribusi besar dalam melindungi


keanekaragaman hayati dan ekosistem dari ancaman kerusakan akibat aktivitas
manusia. Hukum lingkungan mengatur pembatasan dan persyaratan ketat bagi
kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, seperti
pembalakan liar, penambangan, dan pembangunan infrastruktur besar-besaran.
Dengan demikian, keberadaan spesies langka dan kawasan ekosistem yang rentan
dapat lebih terjaga kelestariannya.

Lebih jauh lagi, hukum lingkungan berperan penting dalam mendorong pembangunan
yang berkelanjutan dengan menyeimbangkan kepentingan ekonomi, sosial, dan
lingkungan. Instrumen seperti analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL)
memastikan bahwa proyek pembangunan dilaksanakan dengan mempertimbangkan
aspek keberlanjutan dan meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan. Dengan
12
demikian, pembangunan dapat tetap berjalan tanpa mengorbankan kelestarian
lingkungan untuk generasi mendatang. Hukum lingkungan berfungsi sebagai alat untuk
mencapai keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan perlindungan lingkungan
demi kepentingan generasi saat ini dan masa depan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistemnya.
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil.
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.
Erwin, M. (2008). Hukum Lingkungan: Dalam Sistem Kebijaksanaan Pembangunan
Lingkungan Hidup. Bandung: Refika Aditama.
Silalahi, M. D. (2001). Hukum Lingkungan dalam Sistem Penegakan Hukum Lingkungan
Indonesia. Bandung: Alumni.
Rangkuti, S. S. (2005). Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan Lingkungan Nasional.
Surabaya: Airlangga University Press.
Syahrin, A. (2018). Hukum Lingkungan dan Pengelolaan Lingkungan di Indonesia.
Jakarta: Prenadamedia Group.
Hamzah, A. (2005). Penegakan Hukum Lingkungan. Jakarta: Sinar Grafika.
Supriadi. (2010). Hukum Lingkungan di Indonesia: Sebuah Pengantar. Jakarta: Sinar
Grafika.

14

Anda mungkin juga menyukai