Anda di halaman 1dari 16

JUDUL MAKALAH

“TINDAK PIDANA LINGKUNGAN TERHADAP PELAKU USAHA YANG TIDAK


MEMILIKI IZIN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL)”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


HUKUM PIDANA LINGKUNGAN

Dosen pengampu:
ANTO MUTRIADI, MH

Disusun oleh;
Ahmad Adanan Nasution (0205202054)
Desita Adinda Putri Lubis (0205202005)
Dhuha Al-Qodri (0205202021)
Fatimah Khairul Hakim (0205202040)
M Reza Mahrizal (0205202041)
M Ridho Butar-Butar (0205202036)

JURUSAN HUKUM PIDANA ISLAM


FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
2022
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Hukum Pidana Lingkungan yang berjudul “
Tindak Pidana Lingkungan Terhadap Pelaku Usaha Yang Tidak Memiliki Izin Analisis
Dampak Lingkungan (AMDAL)” dengan tepat waktu. Tujuan dari penulisan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Pidana Lingkungan. Kami ucapkan terima
kasih kepada Bapak Anto Mutriadi, MH selaku dosen mata kuliah Hukum Pidana
Lingkungan yang telah memberikan banyak bantuan arahan dan petunjuk yang sangat jelas
sehingga mempermudah kami dalam mengerjakan tugas ini. Terima kasih juga kepada
teman–teman seperjuangan yang telah mendukung selesainya makalah ini tepat waktu.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna oleh karena itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga makalah ini bisa
lebih baik lagi. Dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan pembaca sekalian.
Akhir kata, kami ucapkan terima kasih.

Wasallamu`alaikum wr.wb.

MEDAN, 03 OKTOBER 2022

PENULIS : KELOMPOK 6

ii
DAFTAR ISI

JUDUL MAKALAH .................................................................................................................. i


KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................................................. 2
BAB II........................................................................................................................................ 2
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3
A. Defenisi AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) ....................................... 3
B. Manfaat dan Kegunaan AMDAL.................................................................................... 4
C. AMDAL dalam Sistem Perizinan Lingkungan ............................................................... 6
D. Penyusunan AMDAL Berdasarkan Peraturan Perundangan-Undangan......................... 7
E. Penetapan AMDAL sebagai Kelayakan Suatu Kegiatan Usaha ..................................... 8
F. Penerapan Sanksi Hukum Bagi Pelanggar di Bidang Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL) .......................................................................................................... 8
BAB III .................................................................................................................................... 12
PENUTUP................................................................................................................................ 12
A. KESIMPULAN ............................................................................................................. 12
B. SARAN ......................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 13

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk hidup senantiasa selalu ingin hidup lebih baik dan lebih
baik lagi setiap harinya, manusia juga berinteraksi dengan lingkungan hidupnya. Ia
mempengaruhi lingkungan hidupnya dan sebaliknya juga ia dapat dipengaruhi oleh
lingkungan hidupnya. Makhluk hidup yang sesuai dan cocok dengan lingkunganya akan
tetap bisa hidup dan berkembang biak, lain hal-nya dengan makhluk hidup yang tidak
bisa menyesuaikan diri dengan lingkunganya ia akan mati dan tidak akan bisa
berkembang biak (musnah), dan ini dinamakan seleksi alam. “Manusia modern terbentuk
oleh lingkungan hidupnya dan juga membentuk lingkungan hidupnya, manusia tidak bisa
berdiri sendiri tanpa atau di luar lingkungan hidupnya. Membicarakan manusia harus pula
membicarakan lingkungan hidupnya. Manusia tanpa lingkungan hidupnya hanyalah
abstraksi semata”. (Otto Soemarwoto:18).
Dari uraian singkat diatas jelaslah bahwa manusia itu sangat tergantung dengan
lingkungan hidupnya, kelangsungan hidupnya tergantung dari sebagaimana bisa ia
menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan hidupnya, dan saat terjadi perubahan yang
dahsyat dari lingkungan hidupnya itu akan mengancam kelangsungan hidupnya juga.
Seiring berjalanya waktu banyak pembangunan – pembangunan yang manusia buat
sendiri dan itu secara tidak langsung membuat perubahan juga terhadap lingkungan
hidupnya, manusia sebisa mungkin memanfaatkan sumber daya alam yang ada untuk
kelangsungan hidupnya yang lebih baik lagi dari sebelumnya. Pola pemanfaatan
sumberdaya alam harus memberi kesempatan dan peran serta aktif masyarakat, serta
memikirkan dampak – dampak yang timbul akibat pemanfaatan sumber daya alam
tersebut. Untuk itu di perlukan suatu pemahaman yang cukup dalam menganalisis
mengenai dampak tehadap lingkungan.
Meningkatnya intensitas kegiatan penduduk dan industri perlu dikendalikan untuk
mengurangi kadar kerusakan lingkungan di banyak daerah antara lain pencemaran
industri, pembuangan limbah yang tidak memenuhi persyaratan teknis dan kesehatan,
penggunaan bahan bakar yang tidak aman bagi lingkungan, kegiatan pertanian,
penangkapan ikan dan pengelolaan hutan yang mengabaikan daya dukung dan daya
tampung lingkungan.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan AMDAL ?
2. Apa-apa saja kegunaan dan manfaat AMDAL ?
3. Bagaimana bentuk AMDAL Dalam sistem perizinan lingkungan ?
4. Bagaimana penyusunan AMDAL berdasarkan perundang-undangan ?
5. Apakah AMDAL layak sebagai penetapan suatu kegiatan usaha?
6. Bagaimana penerapan sanksi hukum bagi pelanggar di bidang AMDAL ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan AMDAL
2. Untuk mengetahui apa saja kegunaan dan manfaat AMDAL
3. Untuk mengetahui bagaimana AMDAL dalam sistem perizinan lingkungan
4. Untuk mengetahui bagaimana penyusunan AMDAL berdasarkan perundang-
undangan
5. Untuk mengetahui apakah AMDAL layak sebagai penetapan suatu kegiatan usaha
6. Untuk mengetahui bagaimana penerapan sanksi hukum bagi pelanggar di bidang
AMDAL

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Defenisi AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan)
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, yang sering disingkat AMDAL, merupakan
reaksi terhadap kerusakan lingkungan akibat aktivitas manusia yang semakin meningkat.
Reaksi ini mencapai keadaan ekstrim sampai menimbulkan sikap yang menentang
pembangunan dan penggunaan teknologi tinggi. Dengan ini timbullah citra bahwa
gerakan lingkungan adalah anti pembangunan dan anti teknologi tinggi serta
menempatkan aktivis lingkungan sebagai lawan pelaksana dan perencana pembangunan.
Karena itu banyak pula yang mencurigai AMDAL sebagai suatu alat untuk menentang
dan menghambat pembangunan.
Dengan adanya undang-undang tentang lingkungan hidup di Amerika Serikat,
yaitu National Environmental Policy Act (NEPA) pada tahun 1969.NEPA mulai berlaku
pada tanggal 1 Januari 1970.Dalam NEPA pasal 102 (2) (C) menyatakan, “Semua usulan
legilasi dan aktivitas pemerintah federal yang besar yang akan diperkirakan akan
mempunyai dampak penting terhadap lingkungan diharuskan disertai
laporan Environmental Impact Assessment (Analsis Dampak Lingkungan) tentang usulan
tersebut”. AMDAL mulai berlaku di Indonesia tahun 1986 dengan diterbitkannya
Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1086. Karena pelaksanaan PP No. 29 Tahun 1986
mengalami beberapa hambatan yang bersifat birokratis maupun metodologis, maka sejak
tanggal 23 Oktober 1993 pemerintah mencabut PP No. 29 Tahun 1986 dan
menggantikannya dengan PP No. 51 Tahun 1993 tentang AMDAL dalam rangka
efektivitas dan efisiensi pelaksanaan AMDAL. Dengan diterbitkannya Undang-undang
No. 23 Tahun 1997, maka PP No. 51 Tahun 1993 perlu disesuaikan.Oleh karena itu, pada
tanggal 7 Mei 1999, pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun
1999.Melalui PP No. 27 Tahun 1999 ini diharapkan pengelolaan lingkungan hidup dapat
lebih optimal. Pembangunan yang tidak mengorbankan lingkungan dan/atau merusak
lingkungan hidup adalah pembangunan yang memperhatikan dampak yang dapat
diakibatkan oleh beroperasinya pembangunan tersebut. Untuk menjamin bahwa suatu
pembangunan dapat beroperasi atau layak dari segi lingkungan, perlu dilakukan analisis
atau studi kelayakan pembangunan tentang dampak dan akibat yang akan muncul bila
suatu rencana kegiatan/usaha akan dilakukan. AMDAL adalah singkatan dari analisis
mengenai dampak lingkungan. Dalam peraturan pemerintah no. 27 tahun 1999 tentang

3
analisis mengenai dampak lingkungan disebutkan bahwa AMDAL merupakan kajian
mengenai dampak besar dan penting untuk pengambilan keputusan suatu usaha dan/atau
kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
Kriteria mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan terhadap
lingkungan hidup antara lain:
1. Jumlah manusia yang terkena dampak
2. Luas wilayah persebaran dampak
3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
4. Banyaknya komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak
5. Sifat kumulatif dampak
6. Berbalik (reversible) atau tidak berbaliknya (irreversible) dampak.

B. Manfaat dan Kegunaan AMDAL


Secara umum kegunaan AMDAL adalah:

1. Memberikan informasi secara jelas mengenai suatu rencana usaha, berikut dampak-
dampak lingkungan yang akan ditimbulkannya.
2. Menampung aspirasi, pengetahuan dan pendapat penduduk khusunya dalam ma-salah
lingkungan sewaktu akan didiri-kannya suatu rencana proyek atau usaha.
3. Menampung informasi setempat yang berguna bagi pemrakarsa dan masyarakat
dalam mengantisipasi dampak dan mengelola lingkungan.

Selanjutnya dalam usaha menjaga kualitas lingkungan, secara khusus AMDAL berguna
dalam hal:

1. Mencegah agar potensi sumber daya alam yang dikelola tidak rusak, terutama sumber
daya alam yang tidak dapat diperbaharui.
2. menghindari efek samping dari pengola-han sumber daya terhadap sumber daya alam
lainnya, proyek-proyek lain, dan masyarakat agar tidak timbul pertentangan-
pertentangan.
3. mencegah terjadinya perusakan lingkungan akibat pencemaran sehingga tidak
mengganggu kesehatan, kenyamanan, dan keselamatan masyarakat.
4. agar dapat diketahui manfaatnya yang berdaya guna dan berhasil guna bagi bangsa,
negara dan masyarakat.

4
Tugas utama dari AMDAL adalah memilah perubahan-perubahan yang ditimbulkan oleh
aktifitas pembangunan yang ditawarkan agar menjadi bagian dari siklus alam. Satu
eksperimen yang terkendali dapat dilakukan untuk membandingkan perubahan dalam
parameter kualitas lingkungan. Satu sistem disiapkan sebagai pengontrol, fungsi ini dapat
dibebankan kepada kawasan lindung. Sedangkan sistem alam lainnya yaitu di kawasan budi
daya berlangsung aktifitas pembangunan. Pengkajian AMDAL yang terpenggal-penggal atau
mengabaikan satu komponen tertentu dapat menyebabkan terganggunya kestabilan
komponen yang lain.1

Adapun manfaat dan kegunaan AMDAL bagi pemerintahan, pemilik modal, pemilik
proyek, masyarakat dan peneliti dan ilmuan yaitu :

1. Bagi Pemerintahan
a. Menghindari perusakan lingkungan hidup seperti timbulnya pencemaran
air, pencemaran udara, kebisingan, dan lain sebagainya. Sehingga
tidak mengganggu kesehatan, kenyamanan, dan keselamatan masyarakat.
b. Menghindari pertentangan yang mungkin timbul, khususnya dengan masyarakat
dan proyek - proyek lain.
c. Mencegah agar potensi dumber daya yang dikelola tidak rusak.
d. Mencegah rusaknya sumber daya alam lain yang berada diluar lokasi proyek,
baik yang diolah proyek lain, masyarakat, ataupun yang belum diolah.
2. Bagi pemilik modal.
a. Menentukan prioritas peminjaman sesuai dengn misinya.
b. Melakukan pengaturan modal dan promosi dari berbagai sumber modal.
c. Menghindari duplikasi dari proyek lain yang tidak perlu.
d. Untuk dapat menjamin bahwa modal yang dipinjamkan dapat dibayar
kembali oleh proyek sesuai pada waktunya, sehingga modal tidak hilang.
3. Bagi pemilik proyek.
a. Melihat masalah-masalah lingkungan yang akan dihadapi dimasa yang
akan datang.
b. Melindungi proyek yang melanggar undang – undang atau peraturan
yang berlaku.

1 Niniek Suparni, Pelestarian Pengelolaan dan Penegakan Hukum Lingkungan, Sinar Grafika,

Jakarta:1994 hal. 119

5
c. Mempersiapkan cara-cara pemecahan masalah yang akan dihadapi dimasa
yang akan datang.
d. Melindungi proyek dari tuduhan pelanggaran atau suatu dampak negatif
yang sebenarnya tidak dilakukan.
4. Bagi masyarakat.
a. Mengetahui rencana pembangunan didaerahnya.
b. Turut serta dalam pembangunan di daerah sejak awal.
c. Mengetahui kewajibannya dalam hubungan dengan proyek tersebut.
d. Memahami hal ihwan mengenai proyek secara jelas akan ikut
menghindarkan timbulnya kesalahpahaman.
5. Bagi peneliti dan ilmuan.
a. Kegunaan didalam penelitian.
b. Kegunaan didalam analisis kemajuan dan ilmu pengetahuan.
c. Kegunaan didalam meningkatkan keterampilan didalam penelitian dan
meningkatkan pengetahuan.

C. AMDAL dalam Sistem Perizinan Lingkungan

AMDAL sebagai salah satu persyaratan dalam izin lingkungan merupakan studi aktivitas
yang tersusun secara sistematik dan ilmiah dengan menggunakan teknik pendekatan yang
bersifat interdisipliner bahkan multidisipliner, maka studi tersebut haruslah tersusun secara
runtut dan komprehensif-integral (terpadu-lintas sektoral)2 . AMDAL dalam sistem perizinan
berdasarkan UUPPLH :

1. AMDAL sebagai informasi yang harus terbuka bagi masyarakat (BAB VIII, Pasal 62
UUPPLH).
2. AMDAL sebagai alat prediksi kemungkinan terjadinya dampak/ongkos.
3. AMDAL sebagai alat pemantau/RPL dan pengelolaan/RKL kegiatan.
4. AMDAL sebagai legal evidence.

Dalam konteks perizinan kegiatan usaha, AMDAL akan menjadi tolak ukur yang
mendasar secara spesifik, terkait tindak lanjut perizinan usaha tersebut. Maka AMDAL tiap-
tiap jenis kegiatan usaha akan memiliki analisa ilmiah yang berbeda-beda pula. AMDAL

2 Muhammad Erwin, Hukum Lingkungan: dalam sistem kebijaksanaan pembangunan Lingkungan

Hidup Edisi Ketiga, Refika Aditama, Bandung, 2007, hlm. 86

6
sebagai dasar pertama sistem perizin usaha akan berpengaruh besar terhadap izin lingkungan
yang akan dikeluarkan oleh pemerintah. Kemudian akan berlanjut kepada izin
usaha/kegiatan. Boleh dikatakan AMDAL adalah keran utama penentu baik buruknya
kualitas izin lingkungan dan izin kegiatan.

D. Penyusunan AMDAL Berdasarkan Peraturan Perundangan-Undangan

Sekarang Ini Dalam mekanisme AMDAL dikenal adanya dokumen-dokumen yang


harus dipenuhi, yakni Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL), rencana pengelolaan
lingkungan (RKL), rencana pemantauan lingkungan (RPL). PP Nomor 27 Tahun 2012
tentang Izin Lingkungan menentukan bahwa pemrakarsa menyusun ANDAL, RKL dan
RPL berdasarkan kerangka acuan yang telah mendapatkan keputusan instansi yang
berkompeten. ANDAL digunakan sebagai telaah yang cermat mengenai dampak suatu
kegiatan. Pada dasarnya ANDAL bertujuan untuk mengalisa suatu kegiatan yang berpotensi
memberikan dampak terhadap lingkungan, yang juga sekaligus nantinya akan menjadi salah
satu poin penting dalam pengambilan putusan terkait izin suatu kegiatan. RKL adalah
uapaya pananganan dampak besar dan penting yang timbul sebagai akibat dari rencana
kegiatan. Sedangkan RPL adalah upaya pemantauan komponen lingkungan yang terkena
dampak besar dan penting sebagai akibat dari rencana kegiatan. Secara ilmiah prosedur
pelaksanaan akan bersinggungan dengan disiplin ilmuilmu lainnya. Ini akan menjadi bukti,
bahwa AMDAL memiliki metode ilmiah sendiri dalam setiap jenis kegiatan/usaha. Dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan Pasal ayat (1),
mengamanatkan secara prosedural penyusunan dokumen AMDAL.

Tata laksana pelaksanaan AMDAL menurut Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun


2012 mengatakan bahwasanya dalam pelaksanaan AMDAL harus melalui tahapan-tahapan
yang diantaranya Setiap Usaha dan /atau Kegiatan yang berdampak penting terhadap
lingkungan hidup wajib memiliki AMDAL. Proses penyusunan AMDAL menurut PP ini
menguraikan bahwa dalam penyusunanya melalui tahapan sebagai berikut :

a. AMDAL dapat disusun sendiri oleh pemrakarsa atau meminta bantuan pihak lain.
b. Pihak lain yang membantu pemrakarsa dapat bersifat perorangan atau lembaga
penyedia jasa penyusun AMDAL.
c. Pemrakarsa, dalam menyusun dokumen AMDAL sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8, mengikutsertakan masyarakat.

7
d. Penyusunan dokumen AMDAL wajib dilakukan oleh penyusun AMDAL yang
memiliki sertifikat kompetensi penyusun AMDAL. Sertifikat kompetensi penyusun
AMDAL disini diperoleh melalui uji kompetensi, Untuk mengikuti uji kompetensi
setiap orang harus mengikuti pendidikan dan pelatihan penyusunan yang
diselenggarakan oleh lembaga pelatihan kompetensi di bidang AMDAL dan
dinyatakan lulus. Berikutnya penerbitan sertifikat kompetensi dilaksanakan oleh
lembaga sertifikasi kompetensi penyusun AMDAL yang ditunjuk oleh Menteri.

E. Penetapan AMDAL sebagai Kelayakan Suatu Kegiatan Usaha

Pertanyaan terkait kelayakan lingkungan dalam dokumen AMDAL terkait fungsinya sebagai
instrumen pencegah pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup adalah kapan
AMDAL memerankan fungsinya tersebut? Ketika dokumen AMDAL secara substantif
(kelayakan lingkungan) dinyatakan tidak layak lingkungan berarti dokumen tersebut tidak
disetujui yang otomatis tidak mungkin diajukan permohonan izin lingkungan maka tidak
akan ada izin usaha atau kegitan, dengan demikian tidak terjadi dampak lingkungan baik
pencematan dan atau kerusakan lingkungan hidup, atau jika kemudian dokumen AMDAL
tersebut disetujui peran AMDAL sebagai instrumen pencegahan pencematan dan atau
kerusakan lingkungan hidup adalah dengan adanya kajian dampak lingkungan yang telah
diprediksi dalam dokumen AMDAL dalam pelaksanaanya sudah dapat diantisipasi dan dapat
diminimalisir sepanjang ambang batas atau baku mutu atau kriteria baku kerusakan
lingkungan hidup.

F. Penerapan Sanksi Hukum Bagi Pelanggar di Bidang Analisis Mengenai Dampak


Lingkungan (AMDAL)
Penerapan sanksi ini sangat berkaitan erat dengan proses penegakan hukum lingkungan.
Hukum lingkungan adalah sebuah bidang atau cabang hukum yang memiliki kekhasan yang
oleh Drupsteen disebut sebagai bidang hukum fungsional (functional rechtsgebeid), yaitu di
dalamnya terdapat unsur-unsur hukum administrasi, hukum pidana dan hukum perdata. 3
Penegakan hukum lingkungan dapat dimaknai sebagai penerapan instrumeninstrumen dan
sanksi-sanksi dalam lapangan hukum administrasi, hukum pidana dan hukum perdata dengan
tujuan memaksa subjek hukum yang menjadi sasaran mematuhi peraturan perundang-

3 7 Th.G.Drupsteen, Ontwikkelingen in het Milieurecht gedurende de jaren zeventig, dalam H.Th. F

van Maarseven et al, Recente Rechtssontwikkelingen, Tjeen Willink, Zwolle, 1970-1980, hal.99.

8
undangan lingkungan hidup. Dalam melakukan proses penegakan hukum lingkungan,
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup dikenal dengan adanya sanksi hukum Administratif yaitu adalah sanksisanksi hukum
yang dapat dijatuhkan oleh pejabat pemerintah tanpa melalui proses pengadilan terhadap
seseorang atau kegiatan usaha yang melanggar ketentuan hukum lingkungan administratif.
Beberapa contoh dari pelanggaran hukum lingkungan administrasi adalah menjalankan
tempat usaha tanpa memiliki izin-izin yang diperlukan, kegiatan usaha misalkan industri,
hotel, dan rumah sakit, membuang air limbah tanpa izin pembuangan air limbah, kegiatan
usaha telah memiliki izin pembuangan air limbah, tetapi jumlah atau konsentrasi buangan air
limbahnya melebihi baku mutu air limbah yang dituangkan dalam izin pembuangan air
limbahnya, serta menjalankan usaha yang wajib AMDAL, tetapi tidak atau belum
menyelesaikan dokumen AMDALnya.

Pejabat yang berwenang menerapkan sanksi adminstratif dalam penegakan hukum


lingkungan dalam Pasal 76 ayat (1) UUPPLH adalah Menteri, Gubernur, atau
Bupati/Walikota kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan jika dalam pengawasan
ditemukan pelanggaran terhadap izin lingkungan. Selanjutnya di dalam Pasal 76 ayat (2)
UUPPLH disebutkan bahwa sanksi administratif terdiri atas :

a. Teguran tertulis
b. Paksaan pemerintah
c. Pembekuan izin lingkungan
d. Pencabutan izin lingkungan.

Disaat pemerintah dalam hal ini pemeritah pusat melalui menteri menganggap
pemerintah daerah secara sengaja ataupun tidak sengaja tidak menerapkan sanksi
administratif terhadap pelanggaran yang serius di bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup, maka dalam Pasal 77 UUPPLH diserukan bahwa menteri dapat
menerapkan sanksi administrasi terhadap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan,
meskipun hal itu merupakan kewenangan dari Pemerintah Daerah. Selanjutnya dalam Pasal
78 UUPPLH disebutkan bahwa penerapan sanksi administrasi tidak membebaskan
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dari tanggung jawab pemulihan pidana. Pasal ini
menunjukkan 2 (dua) hal :

1. Dalam penegakan hukum lingkungan, penerapan sanksi administratif harus


mendahului penerapan sanksi pidana.

9
2. Dalam penegakan hukum lingkungan dikenal kumulatif sanksi yang bersifat eksternal.
Pengenaan sanksi administratif, pada dasarnya harus dimulai dari sanksi yang berupa
teguras tertulis.

Namun, dalam Pasal 80 ayat (2) UUPPLH disebutkan bahwa pengenaan sanksi
administratif yang berupa paksaan pemerintah dapat dijatuhkan tanpa didahului terguran
tertulis apabila pelanggaran yang dilakukan menimbulkan :

a. Ancaman yang sangat serius bagi manusia dan lingkungan hidup


b. Dampak yang lebih besar dan lebih luas jika tidak segera dihentikan pencemaran
dan/atau perusakan
c. Kerugian yang lebih besar bagi lingkungan hidup jika tidak segera dihentikan
pencemaran dan/atau perusakannya.

Sedangkan, pengenaan sanksi adminstratif berupa pembekuan atau pencabutan


izin lingkungan dalam Pasal 79 UUPPLH disebutkan bahwa baru dapat dilakukan
disaat pelaku usaha dan/atau kegiatan tidak melaksanakan paksaan pemerintah.
Dengan demikian, sanksi administratif yang berupa pembekuan izin lingkungan dan
pencabutan izin lingkungan tidak dapat dilakukan tanpa terlebih dahulu menerapkan
sanksi administratif yang berupa paksaan pemerintahan. namun, antara sanksi
administratif yang berupa pembekuan izin lingkungan dan pencabutan izin
lingkungan berdasarkan Pasal 76 ayat (2) UUPPLH digunakan kata “atau”. Ini
mengandung makna bahwa sanksi administratif yang berupa pencabutan izin
lingkungan dapat dikenakan tanpa didahului pengenaan sanksi administratif yang
berupa pembekuan izin lingkungan. Sanksi administratif berupa pembekuan izin
lingkungan dan pencabutan izin lingkungan hanya dapat dikenakan terhadap usaha
dan/atau kegiatan yang memiliki izin lingkungan. Dalam realitasnya cukup banyak
usaha dan/atau kegiatan yang tidak memiliki izin lingkungan. Oleh karena itu, sanksi
administratif yang dapat dikenakan terhadap usaha dan/atau kegiatan yang tidak
memiliki izin lingkungan adalah hanya sampai paksaan pemerintah. Sanksi
administratif yang berupa paksaan pemerintah dalam Pasal 80 ayat (1) UUPPLH
berupa :

a. Penghentian sementara kegiatan produksi


b. Pemindahan sarana produksi
c. Penutupan saluran pembuangan air limbah atau emisi

10
d. Pembongkaran
e. Penyitaan terhadap barang atau alat yang berpotensi menimbulkan pelanggaran
f. Penghentian sementara seluruh kegiatan.

11
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, yang sering disingkat AMDAL, merupakan
reaksi terhadap kerusakan lingkungan akibat aktivitas manusia yang semakin meningkat.
Reaksi ini mencapai keadaan ekstrim sampai menimbulkan sikap yang menentang
pembangunan dan penggunaan teknologi tinggi. Dengan ini timbullah citra bahwa gerakan
lingkungan adalah anti pembangunan dan anti teknologi tinggi serta menempatkan aktivis
lingkungan sebagai lawan pelaksana dan perencana pembangunan. Karena itu banyak pula
yang mencurigai AMDAL sebagai suatu alat untuk menentang dan menghambat
pembangunan.

B. SARAN
Alhamdulillah puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan saya
kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini hingga saya dapat mengaplikasikan
kemampuan kami di dalam makalah ini, tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak
dosen yang telah membimbing dan mengawasi proses pembuatan makalah ini, serta teman-
teman yang telah mendukung dalam penyelesaian makalah ini. Kami mohon maaf apabila
didalam makalah ini terdapat beberapa kesalahan dan beberapa kekurangan. Kami sebagai
penulis meminta kritik dan saran agar dalam penulisan makalah berikutnya saya bisa lebih
bagus dan lebih kreatif

12
DAFTAR PUSTAKA

Suparni Niniek, Pelestarian Pengelolaan dan Penegakan Hukum Lingkungan, Sinar Grafika
Jakarta:1994.

Erwin Muhammad , Hukum Lingkungan: dalam sistem kebijaksanaan pembangunan


Lingkungan Hidup Edisi Ketiga, Refika Aditama, Bandung, 2007.

Th.G.Drupsteen, Ontwikkelingen in het Milieurecht gedurende de jaren zeventig, dalam


H.Th. F van Maarseven et al, Recente Rechtssontwikkelingen, Tjeen Willink, Zwolle,
1970-1 Silalahi, M. Daud., & Kristianto. (2016). Perkembangan Pengaturan Amdal di
Indonesia. Bandung: Keni Media. 980.

Suparni, N. (1994). Pelestarian Pengelolaan dan Penegakan Hukum Lingkungan. Jakarta:


Sinar Grafika.

Taufiq, M. (September 2011). Kedudukan dan Prosedur Amdal Dalam Pengelolaan


Lingkungan Hidup. Jurnal Wiga Vol. 2 No. 2, 1.

Wijoyo, S. (1999). Penyelesaian Sengketa Lingkungan. Surabaya: Airlangga University


Press.

Yakin, S. K. ((Maret 2017)). Analisis Mengenai Dampai Lingkungan (AMDAL) Sebagai


Instrumen Pencegahan Pencemaran dan Perusakan Lingkungan. Badamai Law
Journal Vol. 2, Issues 1, 123.

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan


Lingkungan Hidup

UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup


(UUPPLH)

13

Anda mungkin juga menyukai