PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
menunjuk kepada konfigurasi saham yang dimiliki oleh investor, baik individual di luar
perusahaan. Struktur kepemilikan sangat tergantung bagaimana perusahaan memenuhi
kebutuhan pendanaannya.
Struktur kepemilikan dipercaya memiliki kemampuan untuk mempengaruhi jalannya
perusahaan yang nantinya dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Agency problem dapat
dikurangi dengan adanya struktur kepemilikan. Struktur kepemilikan merupakan suatu
mekanisme untuk mengurangi konflik antara manajemen dan pemegang saham.
3
saham lain yang lebih menguntungkan, sehingga hal tersebut dapat melemahkan stabilitas
perusahaan. Investor minoritas ini kurang mengawasi keputusan dewan dan tidak dapat
mempertahankan direktur yang dapat dipercaya, sehingga apabila terdapat direktur yang
mendukung keputusan yang tidak sejalan dengan perusahaan mungkin masih tetap di dewan.
2.2.2 Kepemilikan yang Terkonsentrasi (Concentrated Ownership)
Pada tipe perusahaan yang seperti ini, terdapat dua kelompok pemegang saham, yaitu
pemegang saham mayoritas yang bertindak sebagai pengendali dan pemegang saham
minoritas. Menurut Bae et al. (2003) kepemilikan yang terkonsentrasi ini merupakan salah
satu ciri dari control based model, selain menekankan pada insider board, pengungkapan
yang terbatas, dan ketergantungan pada keuangan atau sistem perbankan keluarga.
Karakteristik perusahaan ini banyak dijumpai di negara-negara yang sedang berkembang
(seperti Indonesia, Korea) dan Continental European. Masalah keagenan yang timbul
terutama adalah antara pengendali dan pemegang saham minoritas.
Masalah keagenan menjadi semakin makin serius karena seringkali perusahaan yang
terdaftar di bursa merupakan salah satu unit usaha dari grup sehingga masalah self-dealing
yang dapat merugikan pemegang saham minoritas sering terjadi. Karena itu bukan hanya
diperlukan adanya peraturan yang mencegah hal ini tetapi juga harus ada mekanisme untuk
menegakkan peraturan tersebut.
Roche (2005) berpendapat bahwa perusahaan yang kepemilikannya terkonsentrasi,
mempunyai beberapa keuntungan seperti pemegang saham mayoritas (insider) memiliki
kekuatan dan insentif untuk mengawasi manajemen dengan lebih dekat, sehingga dapat
meminimalkan timbulnya mismanajemen dan kecurangan. Selain itu, karena kepemilikan
mereka yang signifikan dan adanya hak pengendalian, insider cenderung untuk menjaga
investasinya dalam perusahaan untuk jangka waktu yang lama. Kelemahan dari sistem ini
antara lain, pemegang saham mayoritas dapat berkolusi dengan manajemen untuk mengambil
alih asset perusahaan dengan biaya dari pemegang saham minoritas. Ini merupakan risiko
yang signifikan bagi pemegang saham minoritas yang tidak dilindungi dengan hukum. Hal
yang sama, ketika manajer mengendalikan sejumlah besar saham atau hak suara yang
digunakan untuk mempengaruhi keputusan dewan yang menguntungkan mereka dengan
biaya perusahaan. Jadi terdapat masalah keagenan antara pemegang saham minoritas dengan
pengendali (pemegang saham mayoritas). Selain itu kemungkinan terjadi masalah keagenan
antara pemilik dan kreditur lebih besar daripada tipe perusahaan yang kepemilikannya
menyebar. Samad (2004) dalam penelitiannya pada perusahaan-perusahaan di Malaysia
menemukan bahwa kepemilikan yang terkonsentrasi dapat membuat kinerja perusahaan
4
menjadi lebih baik, dan komposisi kepemilikan tersebut merupakan elemen penting untuk
memacu kinerja perusahaan yang lebih baik.
5
oleh perusahaan, maka pemilik akan cenderung lebih menyelamatkan uang yang mereka
investasikan daripada memperbaiki kinerja perusahaan.
Anderson dan Reeb (2004) yang melakukan penelitian di Indonesia menemukan
bahwa kepemilikan keluarga berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan perusahaan hal
ini disebabkan karena perlindungan hukum terhadap investor dalam struktur kepemilikan
sangatlah lemah sehingga timbul masalah agensi yang dapat mengganggu kinerja
perusahaan.
2.3.2 Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan manajerial adalah pemegang saham dari pihak manajemen (dewan
direksi dan dewan komisaris) yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan.
Kepemilikan manajerial diukur dengan menggunakan rasio antara jumlah saham yang
dimiliki manajer atau direksi dan dewan komisaris terhadap total saham yang beredar.
Kepemilikan manajerial dapat mengurangi masalah agensi karena kinerja manajer
akan lebih baik seiring dengan peningkatan kepemilikan saham dalam perusahaan tersebut.
Manajer akan berusaha lebih giat untuk memperbaiki kinerja perusahaan, yang akhirnya
dapat meningkatkan nilai perusahaan dan meningkatkan kekayaannya sendiri.
Seiring meningkatnya kepemilikan manajerial akan menyelaraskan kepentingan
manajer dengan kepentingan pemegang saham. Sehingga terdapat insentif bagi manajer untuk
memaksimalkan nilai perusahaan ketika kepemilikan manajerialnya meningkat. Hal ini akan
efektif untuk mengontrol insentif manajer yang meningkat. Kepemilikan saham oleh
manajer akan mendorong penyatuan kepentingan antara prinsipal dan agen sehingga
manajer bertindak sesuai dengan keinginan pemegang saham dan dapat meningkatkan
kinerja perusahaan. Kepemilikan saham manajerial akan mendorong manajer untuk
berhati-hati dalam mengambil keputusan karena mereka ikut merasakan secara langsung
manfaat dari keputusan yang diambil dan ikut menanggung kerugian sebagai
konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah.
2.3.3 Kepemilikan Institusi
Kepemilikan saham institusional adalah saham perusahaan yang dipegang oleh
institusi lain. Institusi merupakan sebuah lembaga yang memiliki kepentingan besar terhadap
investasi yang dilakukan termasuk investasi saham. Perusahaan dengan kepemilikan
institusional yang besar (lebih dari 5%) mengindikasikan kemampuannya untuk memonitor
manajemen.
Kepemilikan institusional merupakan proporsi kepemilikan saham oleh institusi
seperti LSM, Perusahaan swasta, perusahaan efek, dana pensiun, perusahaan asuransi,
6
bank dan perusahaan-perusahaan investasi. Kepemilikan institusional diukur dengan
menggunakan rasio antara jumlah lembar saham yang dimiliki oleh institusi terhadap
jumlah lembar saham perusahaan yang beredar secara keseluruhan (Ujiyantho dan
Pramuka, 2007).
Kepemilikan institusional pada umumnya memiliki proporsi kepemilikan dalam
jumlah yang besar sehingga proses monitoring terhadap manajer menjadi lebih baik. Tingkat
kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih
besar oleh pihak investor institusional sehingga dapat menghalangi perilaku opportunistic
manajer.
Institutional shareholders memiliki insentif untuk memantau pengambilan keputusan
perusahaan. Hal ini akan berpengaruh positif bagi perusahaan tersebut, baik dari segi
peningkatan nilai perusahaan maupun peningkatan kinerja usaha. Kepemilikan
institusional memiliki peranan yang penting dalam meminimalisasi konflik keagenan
yang terjadi diantara pemegang saham dengan manajer. Keberadaaan investor institusional
dianggap mampu mengoptimalkan pengawasan kinerja manajemen dengan memonitoring
setiap keputusan yang diambil oleh pihak mana jemen selaku pengelola perusahaan.
Kepemilikan institusional ditunjukkan dengan tingginya persentase saham perusahaan yang
dimiliki oleh pihak institusi.
2.3.4 Kepemilikan Asing
Berdasarkan teori keagenan, perbedaan kepentingan antara manajer dan
pemegang saham mengakibatkan timbulnya konfik yang biasa disebut agency conflict.
Konflik kepentingan yang sangat potensial ini menyebabkan pentingnya suatu mekanisme
yang diterapkan yang berguna untuk melindungi kepentingan pemegang saham.
Kepemilikan asing merupakan porsi outstanding share yang dimiliki oleh investor atau
pemodal asing (foreign investors) yakni perusahaan yang dimiliki oleh perorangan, badan
hukum, pemerintah serta bagian-bagiannya yang berstatus luar negeri terhadap jumlah
seluruh modal saham yang beredar (Farooque et al., 2007).
Kepemilikan asing merupakan proporsi saham biasa perusahaan yang dimiliki
oleh perorangan, badan hukum, pemerintah serta bagian- bagiannya yang berstatus luar
negeri. Atau perorangan, badan hukum, pemerintah yang bukan berasal dari Indonesia.
Kepemilikan asing dalam perusahaan merupakan pihak yang dianggap concern terhadap
peningkatan good corporate governance.
7
2.3.5 Kepemilikan Pemerintah
Kepemilikan pemerintah adalah jumlah kepemilikan saham oleh pihak pemerintah
(government) dari seluruh modal saham yang dikelola . Berdasarkan teori keagenan,
perbedaan kepentingan antara manajer dan pemegang saham mengakibatkan timbulnya
konfik yang biasa disebut agency conflict. Konflik kepentingan yang sangat potensial ini
menyebabkan pentingnya suatu mekanisme yang diterapkan yang berguna untuk melindungi
kepentingan pemegang saham.
Perusahaan pemerintah yang dikendalikan oleh para birokrat memiliki tujuan yang
didasarkan pada kepentingan politis dan bukan untuk menyejahterakan masyarakat dan
perusahaan itu sendiri. Dalam teori keagenan dijelaskan hubungan antara pemegang saham
dengan pihak manajer, pemerintah sebagai pemegang saham pengendali seharusnya bisa
mengawasi atau mengkontrol kinerja dari manajer, tetapi seringkali pemerintah justru
mempunyai tujuan lain selain meningkatkan kinerja.
8
2.4.2 Masalah Dalam Model Manajerial
Masalah dalam model manajerial timbul karena terpisahnya pengelolaan perusahaan
dan kepemilikan dan menyebabkan tidak sinkronnya kepentingan pemilik dan pengelola
perusahaan. Dalam kasus perusahaan memiliki pemegang saham yang majemuk masalah
keagenan (agency problem) akan muncul bukan saja antara pemilik modal dan pengelola
(keagenan I), melainkan juga antara pemegang saham minoritas dengan pemegang saham
mayoritas (keagenan II)
Ada beberapa mekanisme untuk menekan masalah keagenan tipe I, seperti :
1. Sistem penggajian (remuneration system): diyakini, sistem penggajian yang baik
akan menekan sifat oportunis para pengelola perusahaan, sebagaimana dijelaskan
dalam teori biaya transaksi (transaction cost theory).
2. Sistem pengawasan internal: untuk mengawasi jalannya perusahaan yang
dilakukan oleh pihak lain, para pemilik modal menugaskan dewan pengawas yang
membawahi para pengelola perusahaan di bawah CEO (chief executive officers).
3. Sistem pengawasan eksternal (pasar): pengawasan melalui sistem pasar bisa
terjadi karena control yang dilakukan oleh para investor itu sendiri dengan cara
jual beli kepemilikan (saham), dan control bisa terjadi lewat mekanisme akuisisi
yang dilakukan atas alasan keterpaksaan karena kinerja perusahaan cenderung
buruk dan sulit diselamatkan sehingga mengundang perusahaan lain untuk
mengakuisisi.
4. Pasar eksekutif: mekanisme pengawasan dan control terhadap kinerja para
eksekutif dalam menjalankan perusahaan terjadi akibat ketatnya persaingan pasar
para eksekutif.
5. Konsentrasi kepemilikan: dalam berbagai studi ditunjukan bahwa konsentrasi
kepemilikan diyakini akan meningkatkan control terhadap manajer.
9
BAB III
PENUTUP
10
REFRENSI
11