Abstrack
Forests still cover about 30% of the world's land area, but grasslands the size of
Panama are being lost every year. It is no stranger to us that environmental problems are
the result of human actions. The exploitation of natural resources can cause changes to
ecosystems that can affect their sustainability. Exploitation of land that exceeds the limit
without regard to its sustainability can lead to disasters that can be detrimental to
humans themselves. The majority of Indonesia's population who depend on aspects of
farming and farming are the cause of the great pressure on vegetated land, therefore the
number of vacant land is increasing. This paper was made based on Law Number 32 of
2009 using a descriptive analytical method. The research aims to comprehensively
describe various legal facts regarding the object of writing the article, namely
"Implementation of Sanctions for Illegal Logging in Protected Forest Areas". The
government in this matter should supervise this activity. In Law Number 32 of 2009
Article 20 Paragraph (1) it is stated that: "Determination of the occurrence of
environmental pollution is measured through environmental quality standards".
Keywords: illegal logging, monitoring, environmental damage
Abstrak
Hutan masih menutupi sekitar 30% dari luas daratan dunia, tetapi padang rumput
seukuran Panama hilang setiap tahun. Tidak asing lagi bagi kita, bahwa persoalan
lingkungan adalah dampak dari perbuatan manusia. Dalam pengeksploitasian sumber
daya alam dapat menyebabkan perubahan atas ekosistem yang dapat mempengaruhi
kelestariannya. Pengeksploitasian lahan yang melampaui batas tanpa memperdulikan
kelestariannya dapat mendorong terjadinya bencana yang dapat merugikan manusia itu
sendiri. Mayoritas penduduk Indonesia yang menggantungkan hidupnya pada aspek
Bertani dan bercocok tanam adalah penyebab terjadinya tekanan yang besar pada lahan
bervegetasi, oleh sebab itu jumlah lahan kosong semakin meningkat. Tulisan ini dibuat
berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 dengan menggunakan metode
deskriptif analitis. Penelitian bertujuan untuk menggambarkan berbagai fakta hukum
secara komperhensif mengenai objek penulisan artikel, yakni “Penerapan Sanksi Tindak
Pidana Illegal logging Dikawasan Hutan Lindung”. Pemerintah dalam masalah ini
sebaiknya melakukan pengawasan dalam kegiatan ini. Dalam UU Nomor 32 Tahun 2009
Pasal 20 Ayat
(1) dikemukakan bahwa: “Penentuan terjadinya pencemaran lingkungan hidup diukur
melalui baku mutu lingkungan hidup”.
Kata kunci : illegal logging, pengawasan, kerusakan lingkungan
A. PENDAHULUAN
Para pencinta lingkungan di seluruh dunia telah lama menggemakan
peringatan tentang polusi dan perusakan alam. Salah satu masalah lingkungan
utama adalah illegal logging. Masalah hutan dapat dilihat terutama di negara-
negara beradab. Ahli lingkungan percaya bahwa illegal logging menyebabkan
konsekuensi negatif bagi tanah dan manusia. Tanpa hutan tidak akan ada
kehidupan di bumi, perlu dipahami siapa yang mempengaruhi pelestariannya.
Namun, kayu telah menjadi komoditas yang sangat mahal. masalah illegal logging
bisa sulit dicapai pencegahannya. Mungkin banyak tidak menyadari bahwa seluruh
hidupnya bergantung pada hutan yang dilindungi. Namun, hutan yang sudah lama
menjadi fungsi yang sangat bermanfaat. Hutan dapat dipersonifokasikan sebagak
pencari nafkah dan kekuatan alam yang memberi kehidupan. Bagi mereka, pohon
yang dirawat dengan hati-hati dicintai. Di semua negara, illegal logging besar-
besaran terjadi di setiap sudut dunia. Masalah dengan kehutanan adalah
perusakan pohon telah membunuh banyak spesies tumbuhan dan hewan.
Keseimbangan ekologi di alam terganggu. Lingkungan yang harmonis ini menjadi
dasar interaksi banyak spesies flora dan fauna. Selain pohon, tumbuhan perdu,
lumut, serangga, hewan dan mikroorganisme juga penting keberadaannya. Hutan
menempati lebih dari setengah luas taman hijau. Para ilmuwan memperkirakan
bahwa sekitar 80% spesies hewan telah musnah tanpa lingkungan normal. Di
beberapa daerah seperti Afrika Barat atau Madagaskar, sekitar 90% hutan telah
hilang. Situasi tragis lebih dari 40% pohon ditebang di Amerika Selatan.
Penghancuran kekayaan tersebut menyebabkan bencana lingkungan.
Area hijau penting bagi individu, tidak hanya karena mengontrol siklus air
dan menyediakan oksigen untuk semua organisme. Didalam hutan terdapat lebih
dari 200 spesies pohon buah-buahan dan berry dan semak-semak, serta biji-bijian,
tumbuhan obat dan jamur yang dapat dimakan. Banyak hewan, seperti badak
hitam, musang, belibis atau hewan lainnya. Untuk memajukan kesejahteraan
umum diperlukan suatu tindakan khususnya terhadap pelestarian dan
pengelolaan lingkungan hidup dan sumber daya alam. Dalam Undang- undang
dasar 1945 menyatakan bahwa : “Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat”. Sifat hubungan antara alam dan manusia telah berubah
sepanjang sejarah. Untuk pertama kalinya, orang mulai berpikir serius tentang
pengelolaan alam yang rasional di suatu tempat di pertengahan abad ke-20.
Tekanan antropogenik pada lingkungan memuncak selama ini. memiliki dua
definisi. Menurut yang pertama, pengelolaan alam dipahami sebagai serangkaian
tindakan untuk penggunaan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan
ekonomi, industri, peningkatan kesehatan atau kebutuhan manusia lainnya. Jiwa
Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
berlandaskan semangat sosial, yang menetapkan penguasa seperti sumber daya
alam menjadi kepentingan public kepada negara. Dalam undang-undang ini
diartikan bahwa dalam pelaksanaan kehidupan bernegara pemerintah merupakan
pemegang mandat utama di Indonesia. Dalam memegang mandat ini pmerintah
dan untuk terciptanya peraturan perundangundangan yang telah dijelaskan Pasal
33 Undang-Undang Dasar 1945 seharusnya pemerintah memiliki legitimasi yang
sah untuk mengontrol kebijakan yang diciptakan dan dilaksanakan.1
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup (UUPLH) sebagaimana telah diubah dan diperbaharui oleh Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
dan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti UndangUndang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan
1
Kuntana Magnar, Inna Junaenah, dan Giri Ahmad Taufk, Tafsir MK Atas Pasal 33 UUd 1945: (Studi
Atas Putusan MK Mengenai Judicial Review UU No. 7/2004, UU No. 22/2001, dan UU No. 20/2002),
Jurnal Konstitusi, Volume 7, Nomor 1, Februari 2010, hlm, 112.
atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi Undang-
Undang merupakan payung hukum di bidang pengelolaan lingkungan hidup yang
menjadi landasan untuk pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia dewasa ini.
Dengan demikian Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup dan Undang-Undang Kehutanan adalah landasan penentu terjadinya
pengelolaan lingkungan hidup dan menjadi dasar penyesuaian kepada pergantian
atas peraturan yang ditentukan sebelumnya, juga menetapkannya sebagai dasar
yang bulat dan utuh di dalam sistem yang telah dibuat. Kala itu 10% daratan
Indonesia dirancangkan menjadi Kawasan konservasi. Tapi pada faktanya banyak
dijumpai illegal logging, eksploitasi lahan dan tidak tanggap dalam mereboisasi.
Tidak asing lagi bagi kita, bahwa persoalan lingkungan adalah dampak dari
perbuatan manusia. Dalam pengeksploitasian sumber daya alam dapat
menyebabkan perubahan atas ekosistem yang dapat mempengaruhi
kelestariannya. Pengeksploitasian lahan yang melampaui batas tanpa
memperdulikan kelestariannya dapat mendorong terjadinya bencana yang dapat
merugikan manusia itu sendiri. Mayoritas penduduk Indonesia yang
menggantungkan hidupnya pada aspek Bertani dan bercocok tanam adalah
penyebab terjadinya tekanan yang besar pada lahan bervegetasi, oleh sebab itu
jumlah lahan kosong semakin meningkat. Pengalihan fungsi menjadi beberapa hal
berakibat pada menipisnya kayu yang berkualitas dan memiliki nilai jual tinggi,
selain itu penurunan jumlah air juga menjadi dampak atas dirobohkannya pohon –
pohon besar sungai. wilayah tersebut juga akan lebih mudah terkena karena daya
tampungnya berkurang. Penjarahan lahan ini terjadi kala krisis ekonomi melanda
pada Tahun 1997. Dugaan lainnya penjarahan ini terjadi saat iklim reformasi
terjadi di Indonesia, yakni adanya konflik agraria antara pemerintah dan
masyarakat. Seiring berkembangnya pembangunan sektor industri, manusia juga
tidak sadar akan bahaya pencemaran terhadap lingkungan yang dihasilkan dari
perindustrian tersebut. Pencemaran yang kini dirasakan berbarengan erat dengan
teknologi mekanisme, industrialisasi dan pola hidup yang mewah dan
konsumtif.2
2
N.H.T, Siahaan, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan, (Jakarta: Erlangga,2004), hlm.29
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dirumuskan permasalahannya sebagai
berikut:
1. Apa landasan hukun yang menjadi dasar untuk tindakan illegal logging itu
terjadi ?
2. Siapa yang dapat mempertanggung jawabkan atas illegal logging ini ketika
terjadi banjir ?
3. Bagaimana penyelesaian masalah hukum yang timbul akibat dari illegal logging
terhadap lingkungan dan masyarakat, dan cara penyelesaiannya?
Tulisan ini dibuat berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
dengan menggunakan metode deskriptif analitis. Penelitian bertujuan untuk
menggambarkan berbagai fakta hukum secara komperhensif mengenai objek
penulisan artikel, yakni “Penerapan Sanksi Tindak Pidana Illegal logging
Dikawasan Hutan Lindung”
B. Pembahasan
Alasan Terjadinya Tindakan Illegal logging
Pada prinsipnya makna dari alasan tindakan illegal logging adalah sesuatu
yang ada didalam diri manusia dan berhasil mendorong manusia untuk merusak
kawasan hutan. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Pasal 1 ayat (2) tentang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup mengatur adanya perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai upaya sistematis dan terpadu yang
dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan,
pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum. 3
3 Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
4 Pasal 20 ayat 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup
1. Membuat lahan pertanian
kenaikan harga produk pertanian merangsang kegiatan penebangan. Secara
umum, ketika orang yang memperoleh bahan mentah yang berasal dari
tumbuhan melalui pertanian ingin meningkatkan keuntungannya, hal ini
menyebabkan banyaknya dorongan untuk melakukan penebangan pohon yang
meningkat secara signifikan. Berdasarkan alasan tersebut, sekitar 60% pohon
ditebang untuk mengubah lahan umum menjadi lahan pertanian. Pertanian
tebang-dan-bakar berpotensi menyebabkan kerusakan permanen pada lahan
hutan. Semua ini akan memungkinkan tanaman tumbuh sampai semua unsur
hara dari tanah habis.
2. Eksploitasi hutan dan kayu bakar
kstraksi sumber daya dari kawasan hutan untuk mendapatkan kayu, buah atau
gabus tidak dianggap sebagai alasanillegal logging. Eksploitasi hutan ini juga
mempercepat proses degradasi, karena membuka jalur baru untuk
memudahkan akses. Mereka melakukan ini dengan mensubsidi biaya
pemotongan tutupan vegetasi dan menyiapkan lahan untuk melanjutkan
penanaman biji-bijian atau penggembalaan. Pemanenan kayu bakar dan bahan
bakar berbasis kayu lainnya terus terfokus pada hutan kering panas dan
kawasan hutan yang terdegradasi
Masalah Hukum Yang Timbul Dari Tindakan Illegal logging Dikawasan Hutan
Lindung Dan Langkah-Langkah Untuk Melawan Tindakan Illegal logging
Masalah utama dari illegal logging adalah bahwa seluruh ekosistem musnah
tanpa adanya pepohonan. Dua dari tiga pohon telah menghilang dari muka bumi
dalam 10.000 tahun keberadaan manusia. Terutama di bawah banyak baja yang
ditebang pada abad pertengahan ketika semakin banyak ruang dibangun dan
dibudidayakan. Tempat-tempat yang belum pernah dikunjungi sebelumnya dan
sekarang setiap tahun 13 juta hektar hutan, dan setengahnya hancur. illegal
logging adalah masalah lingkungan yang paling mendesak bagi mereka yang
masyarakat, sumber daya alam dan mata pencaharian bergantung pada kehutanan.
Menerapkan undang-undang untuk mencegah kayu yang ditebang secara ilegal
masuk ke pasar arus utama adalah peluang yang sangat jelas. Pemerintah dalam
masalah ini sebaiknya melakukan pengawasan dalam kegiatan ini sebagaimana
disebutkan dalam Pasal 36 UU No.32 Tahun 2009. 5 Izin lingkungan diterbitkan
oleh Menteri, gubernur, atau bupati/ walikota sesuai dengan kewenangannya.
Pengawasan yang dilakukan Pemerintah dalam kegiatan tumpangsari ini apabila
dilakukan secara tidak serius dan akhirnya kegiatan tumpangsari ini menimbulkan
suatu bencana yang merugikan masyarakat maka dapat diberikan sanksi
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 112 UU No.32 Tahun 2009.6
Dalam memastikan tegaknya hukum, apabila diperlukan, aparatur penegak
hukum itu diperkenankan untuk menggunakan daya paksa. 7 Dukungan pemerintah
ini sejalan dengan dukungan langsung yang diberikan kepada masyarakat yang
berupaya melindungi sumber daya dan kehidupan serta mata pencaharian mereka.
Kombinasi praktis dan politis adalah cara Progresi dalam melakukan sesuatu. Ini
adalah tanda penting dari solidaritas pemerintah kepada masyarakat yang hidup
dalam ketidakadilan yaitu penebangan liar. pemerintah bekerja sama dengan para
petani dan masyarakat yang kesulitan mencari nafkah dari tanahnya karena
dampak illegal logging, yang menghadapi kekerasan dan intimidasi dari para
penebang dan yang memerangi korupsi para pejabat yang menutup mata. Semua
ini
Lingkungan Hidup
dimungkinkan karena ada permintaan dan pasar untuk kayu tersebut. Ada tiga
gagasan utama untuk memecahkan masalah itu. Pertama-tama, kita harus
melakukan sistem illegal logging di tanah yang tidak subur. Kedua, konservasi
tanah. Ketiga, larangan membakar hutan. Roeslan Saleh, menyatakan bahwa :
Dalam membicarakan tentang pertanggungjawaban pidana, tidaklah dapat
dilepaskan dari satu dua aspek yang harus dilihat dengan pandangan-pandangan
falsafah. Satu diantaranya adalah keadilan, sehingga pembicaraan tentang
pertanggungjawaban pidana akan memberikan kontur yang lebih jelas.
Pertanggungjawaban pidana sebagai soal hukum pidana terjalin dengan keadilan
sebagai soal 8Pemerintah harus tegas dalam menghukum penyelundupan kayu
atau penebangan pohon secara ilegal dari hutan dan cagar alam sebagai pencurian
yang memenuhi syarat. Pemerintah harus memuat undang-undang yang memiliki
tujuan yang jelas dalam melindungi hutan diantaranya harus memuat beberapa hal
sebagai berikut :
1. Hutan masyarakat dan hutan lindung merupakan sumber daya alam penting
negara yang harus dijaga dan dilestarikan untuk generasi mendatang,
2. Hutan masyarakat dan hutan lindung merupakan sumber vital kayu
gelondongan dan produk kayu lainnya yang sangat penting bagi perekonomian
nasional sebagai penghasil dolar utama negara;
3. Kewajiban setiap warga negara untuk melindungi hutan masyarakat dan cagar
alam dari penebangan sembarangan, penggundulan yang tidak masuk akal dan
perusakan sembarangan yang merugikan generasi sekarang dan yang akan
datang;
4. Adanya pencegahan perusakan dan illegal logging lebih lanjut untuk
melestarikan hutan publik yang tersisa dan cadangan hutan untuk warisan
negara;
5. Baik secara alami maupun yuridis, yang secara langsung atau tidak langsung
menebang, mengumpulkan, membuang, atau menyelundupkan kayu atau hasil
hutan lainnya, baik dari hutan masyarakat, hutan suaka, dan hutan masyarakat
lainnya, baik dengan izin atau menyewa, atau dari lahan hutan milik pribadi
yang melanggar undang-undang, aturan dan peraturan yang ada bersalah atas
C. KESIMPULAN
Illegal logging masih sering terjadi. Tidaka. Ini memiliki banyak masalah.
Ketika semua orang mengerti bahwa hutan memberi mereka kehidupan normal,
mungkin mereka akan lebih berhati-hati terhadap yang biasa disebut paru-paru
dunia. Setiap orang berkontribusi pada pelestarian hutan dengan melakukan
setidaknya dengan satu tanaman pohon. Pemerintah harus memuat undang-
undang yang memiliki tujuan yang jelas dalam melindungi hutan berdasarkan
Pasal 112 UU No.32 Tahun 2009 yang menyatakan bahwa setiap pejabat
berwenang yang dengan sengaja tidak melakukan pengawasan terhadap ketaatan
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap peraturan
perundangundangan dan izin lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71
dan Pasal 72, yang mengakibatkan terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan yang mengakibatkan hilangnya nyawa manusia, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Masyarakat juga dalam masalah ini
berhak mengajukan gugatan jika mereka merasa dirugikan sebagaimana
disebutkan dalam Pasal 91 UU No.32 Tahun 2009. Baik secara alami maupun
yuridis, yang secara langsung atau tidak langsung menebang,
9 Pasal 91 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup
mengumpulkan, membuang, atau menyelundupkan kayu atau hasil hutan lainnya,
baik dari hutan masyarakat, hutan suaka, dan hutan masyarakat lainnya,
Daftar Pustaka
37 %
SIMILARITY INDEX
37%
INTERNET SOURCES
12%
PUBLICATIONS
17%
STUDENT PAPERS
PRIMARY SOURCES
ejournal.sthb.ac.id
1
Internet Source
11%
2
id.wikitrev.com
Internet Source
6%
3
www.ejournal-s1.undip.ac.id
Internet Source
4%
4
alfredaped.blogspot.com
Internet Source
2%
5
ms.deafety.org
Internet Source
2%
6
fitrykuspitarini.wordpress.com
Internet Source
1%
7
digilib.uinsgd.ac.id
Internet Source
1%
8
repository.ub.ac.id
Internet Source
1%
9
eprints.binadarma.ac.id
Internet Source
1%
10
www.scribd.com
Internet Source 1%
11
123dok.com
Internet Source 1%
12
wanaswara.com
Internet Source 1%
13
anyflip.com
Internet Source 1%
14
manajemen.uma.ac.id
Internet Source <1 %
15
repository.ar-raniry.ac.id
Internet Source <1 %
16
murobbs.muropaketti.com
Internet Source <1 %
17
e-journal.uajy.ac.id
Internet Source <1 %
18
repository.warmadewa.ac.id
Internet Source <1 %
19
ojs.uma.ac.id
Internet Source <1 %
20 repository.uin-suska.ac.id
Internet Source <1 %
21
academicjournal.yarsi.ac.id
Internet Source <1 %
<1 %
22 eprints.ung.ac.id
Internet Source
23 repository.unair.ac.id
Internet Source <1 %
24 repository.unhas.ac.id
Internet Source <1 %
25 repository.ubaya.ac.id
Internet Source <1 %
26 repository.uinbanten.ac.id
Internet Source <1 %
27 jakarta.indymedia.org
Internet Source <1 %
28 dev8.watyuting.com
Internet Source <1 %
29 eprints.umm.ac.id
Internet Source <1 %
30 lib.ui.ac.id
Internet Source <1 %
31 ms.iliveok.com
Internet Source <1 %
32 nadyaelianna.wordpress.com
Internet Source <1 %
33 repository.usahid.ac.id
Internet Source <1 %
34
www.pammieslife.com
Internet Source <1 %
35
www.slideshare.net
Internet Source <1 %
36
archive.org
Internet Source <1 %
37
ejournal.uncen.ac.id
Internet Source <1 %
38
zoelonline.wordpress.com
Internet Source <1 %
Exclude quotes
Exclude matches Off
Off Exclude bibliography
Off