Anda di halaman 1dari 9

Kebakaran Hutan di Riau dan Banjir di Kalimantan Selatan Sebagai Refleksi

Minimnya Penegakan Hukum Atas Deforestasi di Indonesia

Ditulis Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kewarganegaraan 6Li

Oleh:

Akhmad Taufik Munajat

NIM 195110500111013

Universitas Brawijaya

Pendidikan Bahasa Inggris

Fakultas Ilmu Budaya

Malang

2021
Abstraksi

Deforestasi adalah aktivitas penebangan pohon-pohon hutan sehingga lahan yang


mengalami penebangan dapat digunakan untuk fungsi yang lain selain fungsi kehutanan. Di
indonesia, deforestasi mengalami peningkatan yang pesat sehingga menjadi salah satu
penyebab terjadinya penyebab banyak bencana alam. Padahal, Indonesia diketahui sebagai
salah satu negara yang menjadi pusat paru-paru dunia. Contoh paling dekat akan dampak dari
deforestasi tersebut adalah minimnya penegakan hukum terhadap pelaku deforestasi. Artikel
ini membahas tentang fenomena deforestasi dan bencana-bencana alam sebagai dampak yang
ditimbulkan serta upaya penegakan undang-undang yang kurang maksimal oleh penegak
hukum.

Deforestation is the activity of felling forest trees so that the land that has been cut
down can be used for other functions other than forestry functions. In Indonesia,
deforestation has increased rapidly so that it is one of the causes of many natural disasters.
In fact, Indonesia is known as one of the countries that is the center of the world's lungs. This
article discusses the phenomenon of deforestation and the disasters it causes, as well as law
enforcement efforts that are less than optimal.

Kata kunci: deforestasi, konstitusi, Indonesia.

Keywords: deforestation, konstitution, Indonesia.

A. Pendahuluan

Permasalahan deforestasi merupakan permasalahan yang hingga saat ini masih belum
dapat diselesaikan secara maksimal oleh pemerintah Indonesia. Dari masa ke masa,
perizinan konsesi lahan terus saja diberikan dari pemerintah kepada para pengusaha, serta
kegiatan illegal logging atau penebangan hutan secara tidak resmi masih belum dapat
dicegah dan ditindak denga tegas. Akibatnya, luas hutan yang dimiliki Indonesia dari
tahun ke tahun semakin berkurang dan mengakibatkan banyaknya permasalahan seperti
kebakaran hutan, banjir, dan sebagainya.

Pada 12-15 Januari 2021 kemarin, terjadi bencana alam banjir di wilayah Kalimantan
Selatan. Banjir tersebut tidak hanya terjadi di satu kota saja, namun terjadi pada beberapa
kota dan kabupaten di Kalimantan Selatan yaitu Banjarmasin, Kabupaten Tanah Laut,
Kabupaten Banjar, Tapin, Kota Banjarbaru, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Balangan,
Hulu Sungai Selatan dan Hulu Sungai Utara dengan ketinggian air yang beragam mulai
dari 30 sentimeter hingga 3 meter.

Dampak dari banjir tersebut sebagaimana dilaporkan oleh Badan Nasional


Penanggulangan Bencana, tercatat ada seratus ribuan warga mengungsi, dua puluh tujuh
ribuan rumah terendam banjir dengan korban jiwa tewas sebanyak 21 orang. Beberapa
media melaporkan bahwa penyebab terjadinya banjir ini adalah curah hujan yang tinggi,
lebih tinggi dibandingkan dengan yang pernah terjadi sebelumnya. Hal tersebut juga
diamini oleh pemerintah daerah dan pusat.

Akan tetapi, beberapa pihak mengklaim bahwa curah hujan saja tidak cukup untuk
menjadi penyebab banjir separah satt itu. Penyebab yang tidak disebutkan dan seolah
ingin disembunyikan pemerintah adalah pesatnya terjadi deforestasi di Kalimantan
selatan yang mana beberapa kawasan hutan dialihfungsikan menjadi lahan perkebunan
sawit, sehingga fungsi hutan yang sebenarnya dapat menyimpan air dan mencegah banjir
tergantikan menjadi fungsi bisnis saja.

Pada September 2019, terjadi kabut asap yang sangat tebal di Riau. Kabut asap
tersebut sangat berbahaya, selain menganvam terjadinya penyakit pernapasan, kabut asap
tersebut juga memangkas jarak pandang manusia yang tentunya amat membatasi
kehidupan manusia yang terdanpak. Dilaporkan dari Kompas.com, kabut asap yang
terjadi pada September 2019 menyebabkan ribuan warga di Pekanbaru mengalami infeksi
saluran pernapasan akut (ISPA). Gejala yang dialami rata-rata adaah batuk, pilek, sesak
napas, pusing, demam, hingga muntah-muntah.

Kabut asap yang sedemikian rupa itu disebabkan oleh kebakaran tahun yang
ironisnya, dikatakan sebagai bencana tahunan. Penyebab dari kebakaran hutan tersebut
dikatakan adalah cuaca panas dan juga adanya angin kencang. Namun, penyebab
terjadinya kebakatan tersebut tidak berhemnti di situ saja. Ardhi Yusuf (2019) dalam
artikelnya menyebutkan bahwa salah satu penyebab terjadinya kebakaran hutan di Riau
secara tahunan adalah aktivitas masyarakat dan beberapa pihak yang mengelola lahan
perkebunan dan pertanian dengan cara tebas lalu bakar atau slash and burn.

Indonesia sebagai negara yang berdaulat, tentunya harus sadar dan mulai menindak
tegas para pelaku deforestasi. Undang-undang yang berkaitan dengan masalah kehutanan
harusnya dapat ditegakkan dengan lebih massive lagi seperti UU No. 32 tahun 2009
tentang pengelolaan Data Perlindungan Lingkungan hidup dan UU No. 41 tentang
Kehutanan.

B. Metode

Metode yang dilakukan dalam menyusun artikel ini adalah metode literasi
kepustakaan. Penulis mengumpulkan berbagai sumber dari majalah, media nasional dan
sebagainya untuk dibandingkan, diurutkan dan dianalisis sehingga sampai dan
mendapatkan hasil suatu kesimpulan.

C. Hasil

Penjelasan mengenai beberapa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang


hutan dan deforestasi adalah sebagai berikut:

1. UU No. 34 Tahun 2002 pasal 75 ayat (3) menyatakan tentang jenis


penebvangan hutan bahwa penebangan hutan yang:
a. Sesuai, hasil hutan tersebut dinyatakan sah (legal); dan
b. Tidak sesuai, hasil hutan dinyatakan tidak sah.
2. Pelaku penebangan hutan secara liar diantaranya adalah:
a. Pekerja yang berasal dari masyarakay sekitar hutan atau pendatang
tang dibawa ke tempat tersebut;
b. Investor, termasuk diantaranya adalah pedagang, pemegang hak
pengusaha hutan (HPH), pemegang izin pemanfaatan kayu (IPK) atau
pembeli kayu illegal dari industri pengolahan; dan
c. Pejabat pemerintahan, baik sipil maupun militer, termasuk apparat
penegak hukum dan pejabat legislative tertentu.
3. Asas-asas dari perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
berdasarkan UU No. 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup pasal 2 meliputi:
a. Tanggung jawab negara
b. Kelestarian dan keberlanjutan
c. Keserasian dan keseimbangan
d. Keterpaduan
e. Manfaat
f. Kehati-hatian
g. Keadilan
h. Ecoregion
i. Keanekaragaman hayati
j. Pencemar membayar
k. Partisipatif
l. Kearifan lokal
m. Tata Kelola pemerintah yang baik
n. Otonomi daerah.
4. Selanjutnya pada UU No. 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup pasal 3 disebutkan tujuan dari perlindungan
dan pengelolaan hutan:
a. Melindungi wilayah kesatuan negara republic Indonesia dari
pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup
b. Menjamin keselamatan, Kesehatan, dan kehidupan manusia
c. Menjamin keberlangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian
ekosistem
d. Menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup
e. Menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan genetasi masa
mendatang
f. Menjamin pemenuhan dan perlindungan hak asasi atas lingkungan
hidup dan hak asasi manusia
g. Mengendalikan pemanfaatannsumber daya alam secara bijaksana
h. Mewujudkan pembangunan berkelanjutan
i. Mengantisipasi isu lingkungan global
5. Dan dalam UU No. 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup pasal 4 disebutkan bahwa perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup meliputi:
a. Perencanaan
b. Pemanfaatan
c. Pengendalian
d. Pengawasan
e. Penegakan hukum
D. Pembahasan

Berdasarkan hasil diatas, kita dapat mengetahui bahwa beberapa komponen dari undang-
undang yang telah disebutkan belum dapat dilaksanakan secara maksimal. Dari 3 jenis pelaku
penebangan hutan yang menyebabkan deforestasi, semuanya dapat kita temukan di Indonesia.
Pelaku dari warga atau rakyat yang tinggal di lingkungan dekat hutan kebanyakan terjadi di
wilayah Riau. Sedangkan untuk pelaku secara investor yang meliputi pedagang dan berbagai
pihak lain ada di wilayah Kalimantan selatan karena banyaknya luas hutan yang kini telah
menjadi perkebunan sawit.

Dikutop dari detik.com, kebakaran hutan yang terjadi di Riau terdapat di 7 daerah yaitu
Kota dumai, Bengkalis, Rokan hilir, Indragiri Hulu, Indragili Hilir, Meranti, Siak dan
Pelalawan. Sementara itu, pelaku yang ditangkap baru 9 orang yang bahkan semuanya itu
adalah dilakukan atas motif ekonomi. Dengan fakta bahwa kebakaran hutan terus terjadi
setiap tahunnya, harusnya pemerintah mulai melakukan langkah preventif, tidak hanya
melakukan Langkah penindakan.

Sementara itu, di Kalimantan selatan terdapat beberapa perusahaan yang memiliki luas
kebun sawit dengan massive. Dilaporkan bahwa pada tahun 2018, luas kebiun sawit di
Kalimantan selatan adalah 424.932 hektare. Luas kebun sawit tiap tahunnya selalu
bertambah, sehingga tidak heran jika hal ini disinyalir sebagai salah satu penyebab kuat
terjadinya banjir. Lima perusahaan sawit dengan luas kebun sawit terbesar diantaranya adalah
PT Astra Agro lestari Tbk (grup Astra), PT Smart Tbk (Grup Sinar Mas), PTPN XII
(BUMN), Golden Agri resources (Grup Sinar Mas), dsn Hasnar group milik salah satu
pengusaha lokal.

Jika merujuk pada UU yang telah disebutkan, terus mengucurnya izin bagi para
perusahaan tersebut untuk melakukan deforestasi tentu tidak sesuai dengan beberapa
perundangan yang telah disebutkan. Mengingat adanya banjir yang terjadi di Kalimantan
Selatan, pemerintah seyogyanya mulai memikirkan Kembali beberapa perizinan kebun sawit
dan melakukan penanaman hutan kembali. Beberapa perlindungan dan pengelolaan yang
kurang dapat dicapai dalam kasus Kalimantan Selatan ini adalah:

a. Pengendalian
b. Pengawasan
c. Penegakan hukum
Jika dihubungkan dengan kasus lain, bukan tidak mungkin jka penebangan hutan
untuk dialihfungsikan sebagai perkebunan sawit ini juga adalah salah satu penyebab
utama berkurangnya populasi satwa khas di Indonesia seperti orang utan dan berbagai
spesies hewan dan tumbuhan lainnya.

Jika melihat kasus di Riau, maka beberapa poin yang dapat disoal antara lain:

a. Melindungi wilayah kesatuan negara republic Indonesia dari


pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup
b. Menjamin keselamatan, Kesehatan, dan kehidupan manusia
c. Menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan genetasi masa
mendatang
d. Menjamin pemenuhan dan perlindungan hak asasi atas lingkungan
hidup dan hak asasi manusia
e. Mengendalikan pemanfaatannsumber daya alam secara bijaksana
f. Mewujudkan pembangunan berkelanjutan
g. Mengantisipasi isu lingkungan global

Kebakaran hutan yang sampai mengakibatkan asap tebalhingga negeri tetangga tentu saja
adalah pencemaran longkungan yang serius, bahkan mendekati taraf isu lingkungan secara
global. Adanya bencana tersebut yang menggerus wilayah hutan juga tidak memberikan
keadilan kepada generasi yang akan dating.

Ribuan warga di Pekanbaru yang mengalami berbagai pernyakit pernapasan


mengindikasikan bahwa keselamatan dan Kesehatan rakyat terancam. Oleh karena itu, maka
sangat perlu adanya penegakan hukum baik secara Tindakan ataupun pencegahan. Jangan
sampai Indonesia yang saat ini masih memiliki beberapa hutan nantinya akan menjadi negara
dengan penghasil pencemaran udara.

E. Kesimpulan

Deforestasi adalah aktivitas penebangan pohon-pohon hutan sehingga lahan yang


mengalami penebangan dapat digunakan untuk fungsi yang lain selain fungsi kehutanan.
Pelaku deforestasi dapat diklsifikasikan sebagai 3 jenis: warga lokal, investor dan pejabat.
Penyebab dari terus terjadinya deforestasi ini adalah terus mengucurnya izin dari
pemerintah untuk melakukan alih fungsi lahan dan kurangnya pengawasan untuk
mencegah hal tersebut. Kedepan, diperlukan kesadaran dan peningkatan pengawasab]n
dari pemerintah, serta sosialisasi kepada warga agar tidak melakukan deforestasi lagi. Jika
dikerucutkan lagi, ada 3 langkah utama yang dapat dilakukan pemerintah:

1. Memperketat dan meningkatkan pengawasan hutan


2. Mengevaluasi dan mengurangi luas lahan hutan yang diizinkan menjadiu fungsi
lain
3. Memberikan sosialisasi akan deforestasi dan solusi lahan tetap kepada
masyarakat.
Daftar Pustaka

Nita, C.S. (2015). Tanggung Jawab Negara Terhadap Deforestasi Hutan Berdasarkan
Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Mengenai Keanekaragaman Hayati.

Anda mungkin juga menyukai