Skripsi
Oleh :
2021
Daftar Isi
.......................................................................................................................................ii
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................................1
A. Latar belakang..............................................................................................................1
C. Rumusan Masalah........................................................................................................6
D. Kajian Pustaka..............................................................................................................7
BAB II................................................................................................................................10
TINJAUAN TEORITIS...................................................................................................10
BAB III..............................................................................................................................27
METODE PENELITIAN................................................................................................27
B. Pendekatan Penelitian.................................................................................................27
C. Sumber Data...............................................................................................................28
Daftar Pustaka..................................................................................................................34
BAB I
PENDAHULUA
A. Latar belakang
Lingkungan hidup adalah anugerah yang diberikan oleh tuhan yang maha
sumber penopang bagi kehidupan masyarakat indonesia dan mahluk hidup yang
Kerusakan hutan yang saat ini semakin meluas dan masif terjadi di mana
mana. Pengerusakan terjadi kebanyakan dihutan produksi saja tapi juga sudah
tindak pidana kejahatan yang berakibat sangat luar biasa masif, dan teroganisir.
dikawasan hutan terjadi karena masih banyak sekali celah untuk perseorangan
secara besar – besaran dan masif, hal ini berbanding lurus dengan penegakan
hukum yang masih kurang kuat dantegas dibanding pelaku pidana lingkungan
kawasan hutan.
1
Perubahan lingkungan sangat ditentukan oleh sikap, perilaku dan
2
perlindungan lingkungan. Alam dan lingkungan fisik dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan manusia yang lebih baik dan lebih sehat. Di sisi lain, alam dan
lingkungan juga dapat menjadi buruk dan sehat akibat penggunaan yang
pengeboran minyak dan gas yang tidak sesuai dengan ketentuan, serta pencemaran
udara, air dan tanah. Hutan adalah salah satu ruang lingkup lingkungan hidup yang
menjadi wadah bagi semua mahluk hidup di dunia untuk menjalankan ekosistem
yang sudah terjadi dari zaman sekarang sampai dengan sekarang. Akan tetapi
rusak secara brutal dan melanggar aturan aturan yang telah diterapkan pemerintah
sebagai sistem pengelolaan yang berkaitan dengan masalah hutan, kawasan hutan,
dan hasil hutan yang diatur secara terstruktur untuk mewujudkan kehidupan di
dalam hutan secara lestari. Sehingga terdapat perbedaan antara hutan dan
ditumbuhi di suatu wilayah yang luas dengan unsur biotik dan anbiotik yang
berbeda, sebagai habitat alami bagi hewan dan tumbuhan serta salah satu aspek
ilmu yang membahas tentang berbagai hal yang berkaitan dengan hutan, baik itu
3
Dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan,
tercantum dalam Pasal 1 angka 2 yang berbunyi: “Hutan adalah satu kesatuan
sistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi
dan penegakan peraturan lingkungan yang luar biasa karena kerusakan lingkungan
Jelas sekali bahwa lingkungan saat ini memang menjadi masalah yang
paling sering muncul. Terkadang masalah lingkungan sering terjadi dan hampir
sama, namun belum ada solusi yang tepat untuk mengatasinya seperti itu
Kerusakan alam dan lingkungan terus terjadi. Karena lingkungan merupakan hal
terjadi karena masih banyak sekali celah untuk perseorangan atau koprorarsi
besaran dan masif hal ini berbanding lurus dengan penegakan hukum yang masih
kurang kuat di banding pelaku tindak pidana lingkungan hidup dan kehutanan
1
Supriyadi Bambang Eko, 2013, Hukum Agraria Kehutanan: Aspek Hukum Pertanahan Dalam
Pengelolaan Hutan Negara, Jakarta: Rajawali Pers, hal 68-69
4
Setidaknya ada empat dimensi yang dapat mempengaruhi kualitas
menempatkan dalam satu politik, struktur sosial, Ekonomi dan budaya dalam
keadaan tertentu.
aparat dan kepatuhan masyarakat terhadap regulasi yang berlaku, yang meliputi
tiga bidang hukum, yaitu administrasi, pidana dan perdata. Oleh karena itu,
terhadap aturan dan persyaratan ketentuan hukum yang berlaku secara umum dan
bumi ini. Secarakonstitisonal terdapat dalam Pasal 28 huruf h ayat (1) yang
berbunyi “setiap orang hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan
kesehatan” dan Pasal 33 ayat (3) yangberbunyi “Bumi dan air dan kekayaan alam
merupakan
5
instrumen untuk menciptakan lingkungan yang baik dan sehat.2
1. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini akan dilakuakan sesuai deskripsi fokus yang penulis
sulawesi barat dan sulawesi selatan dan terfokus pada pengerusakan hutan illegal
2. Deskripsi Fokus
2
Suwari Akhmaddhian, 2013, “Peran Pemerintah Daerah dalam Mewujudkan HutanKonservasi
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan
6
ini, penulis dapat menggambarkan dan menjelaskan makna yang diperoleh dari
berbagai sarana sebagai reaksi yang dapat diberikan kepada pelaku kejahatan,
berupa saran pidana manapun nonhukum, yang dapat integritas satu dengan yang
mencapai hasil perundang – undangan pidana yang sesuai politik hukum pidana.
yang sesuai dengan keadaan dan situasi pada suatu waktu dan untuk masa – masa
yangakan datang.3
a. Defenisi Hukum Pidana Khusus: Ahli pidana sering disebut sebagai ahli
kedalam dua kategori utama yaitu pidana berat dan pidana khusus serta
membedakannya dengan delik pidana. Selain itu, tindak pidana yang ditentukan
oleh undang-undang selain hukum pidana berada di luar hukum pidana dan
disebut sebagai tindak pidana berat. Belakangan ini, perbedaan antara penyiksaan
dibuat hanya untuk umum dan kelompok lain. Jika merupakan kelompok terbesar,
maka disebut pelaku yang sama. Untuk beberapa kelompok, mereka menyebut
3
Barda Nawawi Arief, Kebijakan Hukum Pidana.
http://www.paraahli.net/2020/09/penegakan-hukum.html (Diakses pada 25 Februari 2021)
6
khusus tentang kriminal, singkatnya
6
Arti undang-undang tersebut. Kejahatan yang dilakukan dengan profesional
pengolahan hingga kegiatan jual beli (termasuk ekspor-impor) kayu yang tidak sah
atau bertentangan dengan aturan hukum yang berlaku, atau perbuatan yang dapat
punah.
2) Defenisi Kehutanan
habitat hewan modulator arus hidrologika serta pelestarian tanah, dan merupakan
salah satu aspek biosfer bumi yang paling penting.daerah tropis maupun beriklim
4
Zainal Arifin Mochtar, dalam harian Satria, op.cit., hal vii. (Buku Hukum Pidana Khusus:
DelikDelik Di Luar KHUP, Dr Ruslan Renggong, SH., M.H. hal 28).
5
Zainal Arifin Mochtar, dalam harian Satria, op.cit., hal vii. (Buku Hukum Pidana
Khusus: DelikDelik Di Luar KHUP, Dr Ruslan Renggong, SH., M.H. hal 28).
7
C. Rumusan Masalah
hanya kedalam satu pokok masalah saja. Pokok masalah inilah yang harus
dianalisis secara logis kedalam beberapa sub masalah. Jika pokok masalah
tersebut ternyata mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, maka harus dibatasi
D. Kajian Pustaka
6
Universitas Islam Negeri Makassar, Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah: Makalah,
Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Laporan Penelitian (Makassar:alauddin Pers, 2013), hal 12
8
Secara umum kajian pustaka atau penelitian sebelumnya merupakan
9
momentum bagi calom peneliti untuk menerapkan bacaan pustaka yang ekstensif
terkait dengan materi pelajaran yang hendak penulis teliti. Pada bagian ini
pembahasan konsep dan teori yang digunakan didasarkan literatur yang sudah ada
5. Nurdjana, Teguh Prasetyo, dan Sukardi dalam bukunnya Korupsi Dan Illegal
10
logging dan eksistensi praktik illegal logging dalam penjelasannya juga
menjelaskan faktor faktor apa yang mempengaruhi illegal logging dan modus
modus operasi illegal logging. Dalam buku ini juga menjeleskan ketentuan
1. Tujuan
hutan
Kehutanan WilayahSulawesi.
2. Kegunaan Penelitian
a. Kegunaan Teoritis
danHukum.
b. Kegunanaan Praktis
11
penegak hukum khususnya penegak hukum yang berkecimpung di penegakan
12
hukum lingkungan hidup dan kehutanan untuk mengatasi problematika yang
13
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. Defenisi Hukum
mempunyai hak atas keadilan dan pembelaan dari hukum yang diberlakukan di
negaratersebut.
a. Adanya perintah atau larangan yaitu hal – hal yang boleh dan tidakboleh di
14
Pada dasarnya, tujuan hukum dibuat bersifat umum yaitu terlaksananya
masyarakat.
terkecuali.
pengertian yagn bersifat makro dan mikro. Bersifat makro mencakup seluruh
15
berbangsa dan bernegara, sedangkan dalam pengertian mikro terbatasdalam proses
a. Subjeknya
Dalam arti yang luas, mekanisme penegakan hukum melibatkan seluruh subjek
hukum dalam tiap – tiap hubungan hukum. Siapa saja yang menjalankan aturan
medasari diri pada normaaturan hukum. Dalam arti yang sempit, penegakan
hukum hanya didefinisikan sebagai upaya para aparatur penegak hukum tertenntu
7
Chaeruddi, Syaiful Ahmad Dinar, Syaif Fadilah, Strategi Pencegahan Dan Penegakan
Hukum Tindak Pidana Korupsi, Refika Editama, Bandung, 2008, Hal 87
8
Satjipto Raharjo, Masalah Penegakan Hukum (Suatu Tinjauan Sosiologis), Sinar Baru
16
b. Objeknya
Dalam arti yang paling luas, penegakan hukum mencakup nilai – nilai keadilan,
– nilai keadilan yang ada didalam masyarakat. Didalamm yang lebih sempit,
Dalam penegakan hukum ada beberapa unsur yang wajib diterapkan oleh para
ketetapan. Hukum secara hakiki harus pasti dan adilsebagai pedoman kelakuan
dan adil karena pedoman kelakuan itu harus menunjang suatu tatanan yang dinilai
wajar. Hanya karena bersifat adil dan dilakukan dengan pasti dapat menjalankan
secara normatif.9
norma adalah produk dan aksimanusia yang deliberatif. Undang – undang yang
berisi aturan aturan yang bersifat umum menjadi pedoman bagi individu
9
Dominikus Rati, Filsafat Hukum: Mencari Dan Memahami Hukum, Laksbang Pressindo,
Yogyakarta, 2010, hal 59
17
bertingkahlaku dalam bermsyarakat, baik dalam hubungannya denga masyarakat.
Aturan – aturan itu menjadi batasan bagi masyarakat dalam membebani atau
melakukan tindakan terhadap individu. Adanya aturan itu dan pelaksanaan aturan
dan diundangkan secara nyata karena meregulasi sejarah yang jelas dan logis
diterima nalar berfikir manusia. Jelas dalam artian tidak menghasilkan kembiguan
dalam tafsirnya dan masuk akal. Dalam artian ini menjadi suatu struktur sistem
hukum yang jelas tetap, kensekuen dan konsisten yang penerapannya tidak bisa di
pengaruhi dari situasi –situasi yang sifatnya subjektif. Kepastian dan keadilan
mendeskrisikan hukum. Hukum tidak pasto dan tidak mau adilbukan Cuma
b. Keadilan (gerechtigkeit)
Keadilan adalah sikap dimana seseorang yang memihak pada kebenaran dan
dapat melakukan keadilan siapapun sesuai dengan haknya atau kondisi kebenaran
c. Kemanfaatan (zweckmassigkeit)
Kemanfaataan yaitu rasa mamfaat yang diberikan untuk semua pihak yang
10
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Kenjana Jakarta, 2008, Hal 158
18
sedang bersengketa.
tertib agar penegakan hukum lebih menjaga keadilan dalam penerapan kepastian
selamanya sama dengan keadilan yang dirasakan setiap orang, karena hukum itu
bersifat universal dan setiap individu terkait dengan hukum. Dalam penegakan
tugasnya dalam penegakan hukum itu sendiri, tentu saja hal tersebut itu tidak
bagian, yaitu hukum pidana yang di kenal dala Kitap Undang – Undang Hukum
Pidana (KUHP) dan Hukum Pidana Khusus. Biasanya hukum pidana yang dikenal
dalam KUHP disebut dengan hukum pidana umum, sedangkan yang tersebar
dengan special criminal law, sedangkan dalam bahasa belanda, disebut dengan
19
Hukum pidana khusus berkaitan erat dengan hukum pidana yang dikenal
undang
ada asas yangdisebut asas lex specialis lex generale. Ini berarti bahwa hukum
lingkungan hidup yang dimana kedua undang – undang tersebut menjadi fokus
penelitian dalam ini. Tidak hanya undang – undang kehutana dan lingkungan
hidup yang masuk ruang lingkup hukum pidana khusus tapi masih banyak lagi
undang – undang yang masuk dalam ruang lingkup hukum pidana khusus, berikut
undang undang yang termasuk dalam ruang lingkup hukum pidana khusus:11
11
Rodliyah dan Salim, Hukum Pidana Khusus: Unsur Dan Sanksi Pidananya, Hal 1
20
x. Tindak pidana UU kesehatan
1. Illegal Logging
tidak secara eksplisit didefinisikan dengan tegas. Namun secara terminology dapat
dilihat dari pengertian secara harfiah illegal logging berarti menebang pohon lalu
yang tidak sah atau bertentangan dengan aturan hukum yang berlaku, atau
Essensi yang penting dalam praktek penebangan liar (illegal logging) ini
adalah perusakan hutan yang akan berdampak pada kerugian baik dari aspek
12
Nurdhana, Teguh prasetyo, dan sukardi, Korupsi Dan Illegal Logging Dalam Sistem
Desentralisasi, Hal 13
19
ekonomi, ekologi, maupun sosial budaya dan lingkungan. Hal ini merupakan
konsekuensi logis dari fungsi hutan yang pada hakekatnya adalah sebuah
ekosistem yang di dalamnya mengandung tiga fungsi dasar, yaitu fungsi produksi
tidakada definisi resmi saat ini tentang illegallogging itu sendiri. Namun, dengan
melihatarti baik secara harafiah maupun pengertian dari beberapa sumber di atas
terdapat dalam kejahatan penebangan liar (illegal logging), yaitu : adanya suatu
dan atau pembelian kayu, dapat merusak hutan, ada aturan hukum yang melarang
Unsur yang mencolok dalam praktek penebangan liar (illegal logging) ini
adalah perusakan hutan yang akan berdampak pada kerugian baik dari aspek
ekonomi, ekologi, maupun sosial budaya. Oleh karena kegiatan itu tidak melalui
perubahan fisik, sifat fisik atau hayatin ya, yang menyebabkan hutan tersebut
terganggu atau tidak dapat berperan sesuai dengan fungsinya (penjelasan Pasal 50
13
Fransiska Novita Eleanora., Tindak Pidana Illegal Logging Menurut Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
20
lingkungan hidup adalah tindakan yang menimbulkan perubahan langsung
Lingkungan Hidup).
2. Defenisi Kehutanan
Defenisi hutan dapat diliat dari faktor – faktor berikut: bentuk biosfer
perbuatan tertentu lainnya, dan statu hukum kawasan hutan. Banyaknya defenisi
pada aspek – aspek ini, selaras dengan tujuan penggunaan deri pengeritian hutan
yang dengan tujuan pengguanaa dari defenisi hutan yang diperlukkan. Namu
secara luas defenisi tersebut membuat karakteristik tersendiri dari aspekk tersebut.
adalah suatu proses ekosistem berrupa hamparan lahan berisi sumber daya alam
dan prisnsip – prinsip tehnik kehutanan untuk mengoperasikan sifat – sifat hutan.
pemamfaatan sumber daya alam yang tersedia untuk kepentingan manusia, yang
14
Pasal 1 Undang – undang republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2013 TentangPencegahan
Dan Pemberantasan Perusakan Hutan, hal 3
21
terdapat dalam dan berasosiasi dengan kawasan hutan dan kawasan lain yang
berumur 137 tahun, yaitu sejak diundangkannya reglemen hutan 1865.40. hukum
Namun status dan posisi demikian itu tidak pernah dicapai olehnya, oleh karena
baik tertulis maupun tidak tertulih yang memberlakukan pelanggaran sanksi dan
mengatur relasi dan korelasi hukum antara mengelola hutan, menggunakan hutan
dan hasil hutan serta aset yang dikandung di dalam hutan, dengan tetapmenjaga
berbunyi:
iii. kelembagaan;
15
Hasanu Simon, Hutan Jati Dan Kemakmuran, Yogyakarta:pustaka Pelajar, 2006, Hal
19
16
Joni, Hutan Lingkungan Kehutanan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2015, hal 17
22
iv. peran serta masyarakat;
viii. sanksi.
terang – terangan maupun tidak. Kaum musliin wajib berada di garda yang
terdepan dalam melindungi dan melestarikan lingkungan hidup. Oleh karena itu,
hidup adalah tanggung jawab seluruh umat manusia sebagai pemegang amanah
yang kita tempati ini adalah milik Allah SWT dan kitahanya diamanahkan untuk
menempatinya sampai pada batas waktu yan telah Allah SWT tetapkan. Oleh
karena itu, manusia tidak boleh semana –mena mengeksplorasi alam tanpa
memikirkan akibatnya.17
17
Abu Ihsan al-Atsari, Islam dan Lingkungan Hidup, https://almanhaj.or.id/3456-
islam-dan-lingkungan-hidup.html (diakses pada 28 Februari 2021)
23
diperbolehkan membakar atau menebang pohon tanpa alasan yang jelas dan tanpa
kebutuhan. Pengerusakan alam dan lingkungan yang kita alamisaat ini adalah
imbas dari ulah manusia itu sendiri. Allah SWT menyebutkan firmannya:
Artinya:
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” Ar – Rum ayat 41
kesejahteraan manusia dan mahluk hidup lainnya selain firman dalam alquran
Artinya:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergatiannya malam dan
siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia,
dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu dia
hidupkan bumi sesudah mati (kering) nya dan dia sebarkan di bui itu segalajenis
hewan dan
24
pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh
terdapat tanda – tanda (keesaandan kebesaran Allah bagi kaum yang memikirkan”.
yang tidak baik dan tidak mendidik bagi seluruh umat manusia didunia, perbuatan
ini jelas dilarang oleh agama islam, karen adampak dari perbuatan penebangan
illegal loging dan beberapa aspek-aspek tarbawi yang terkandung didalam hadits
tersebut.
Dari Abdullah bin Hubsyiy r.a: Telah bersabda Rasulullah s.a.w: “barang
siapa yang memotong pohon bidara, Allah jatuhkan kepalanya ke neraka.” Dari
hadits tersebut Abu Daud mengartikan bahwa hadits itu termasuk hadits
mukhtashor yakni : Barang siapa menebang pohon di padang tandus (yang lapang)
tersebut) di mata Allah, dan kelak kepalanya akan di masukan ke dalam neraka.”
penebangan liar atau illegal loging yang mana perbuatan tersebut akan
25
mempedulikan kelestarian pohon itu akan di masukan ke dalam neraka. Adapun
pohon yang dimaksud adalah pohon bidara sebuah pohon yang meneduhkan di
daerah padang pasir sehingga orang yang menebangnya baik untuk lahan bermain
kesejahteraan, tidak hanya bagi manusia saja yang mendapatkannya, akan tetapi
juga bagi mahluk hidup lainnya seperti hewan dan tumbuhan. Karena semua
kesejahteraan manusia, oleh karena itu tumbuhan dan hewan yang dapat
penghuninya, maka besarnya interaksi korelasi. Oleh karena itu, perlu dilakukan
berbagai sumbernya.
manusia dari tanah (darat) dan menjadikan manusia sejahtera di bumi. Perintah
dengan segalah kesejahteraan yang ada disemua bidang, untuk membangun umat
26
komprehensif yang mencakup
27
seluruh aspek kehidupan, untuk keadilan hukum kehutanan di bumi ini. Disafari
tanpa adanya paksaan dan tindak kekerasan, tetapi dengan pembelajaran dan
dari tanah dan karena itu juga bertanggungjawab untuk membangun, memelihara,
28
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
adalah field research, field research ialah jenis penelitian yang dilakukan
2. Lokasi Penelitian
menentukan bahwa lokasi penelitian ini sesuai dengan judul karya dan dapat
B. Pendekatan Penelitian
Metode pendekatan yang dipergunakan dalam penyusunan tesis ini adalah
penelitian yuridis normatif (metode penelitian hukum normatif). Pendekatan
yuridis normatif adalah pendekatan yang dilakukan berdasarkan bahan hukum
utama dengan cara menelaah teori-teori, konsep - konsep, asas-asas hukum serta
peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan penelitian ini.
Pendekatan ini dikenal pula dengan pendekatan kepustakaan, yakni dengan
mempelajari buku- buku, peraturan perundang-undangan dan dokumen lain yang
berhubungan dengan penelitian ini.
29
C. Sumber Data
Sumber data dalam penelitain adalah subjek data yang dapat diperoleh,
jenis dan sumber data penulis gunakan dalam penelitian ini terbagi atas dua
bagian, yakni:
langsung dengan cara wawancara dari lokasi penelitian atau objek yang diteliti
berdasarkan data – data dan informasi terkait dengan fokus penelitan yang
Hidup Dan Kehutanan Wilayah Sulawesi. Secara teknis informan adalah orang
yang dapat memberikan penjelasan yang lebih detil dan konferhesif mengenai apa,
Data sekunder merupakan jenis data yang mendukung data primer dan
dapat diperoleh dari luar objek penelitian. Sumber data sekunder terdiri dari:
c. Tersier yaitu sumber sekunder yang diutaman ketiga yaitu sumberyang bersifat
melengkapi sumber sekunder yang paling diutamakan dan sumber utama yang
kedua.
30
Bagian ini mencakup penjelasan tentang metode yang digunakan dalam
data.
1. Observasi
oleh peneliti dalam penelitian ini ialah “penegakan Hukum Pidana Khusus
2. Wawancara
berlangsung secara lisan dalam dua orang atau lebih dengan carabertatap muka
kepada orang yang dapat memberiakn keterangan. Teknik ini memberikan data
sekunder dan data primer yang akan mendukung penelitian. Sehubung dengan hal
18
J. Supranto, Metode Riset, Aplikasinya Dalam Pemasaran (Jakarta: Lembaga Penerbit
FE-UI, 1998), hal 47
31
penelitian.19
3. Dokumentasi
biasa berbentuk tulisan, gambar, atau karya – karya monumental dari seseorang.
gambar misalnyafoto, gambar hidup, sketsa dan lain – lain. Dengan demikian
E. Instrument Penelitian
penelitian.
penelitain atau alat penelitian adalah peliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti
sebagai instrument juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap
melakukan penelitian yang selanjutnya terjun kelapangan. Adapun alat – alat yang
yang dijadikan dasar untuk memperoleh informasi dari informan yang berupa
daftar pernyataan.
2. Buku catatan dan alat tulis, berfungsi untuk mencatat semua percakapan
19
Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek (Jakarta: Raneka Cipta,
1991), hal 63
20
Rosady ruslan, Metode Penelitian Public Relation Dan Komunikasi,
32
3. Kamera, berfungsi untuk memotret jika peneliti sedang melakukan
Reduksi data adalah proses transformasi data menjad pola, fokus, kategori,
atau masalah utama yang dihadapi dalam penegakan hukum pidana khusus
a. Penyajian data adalah data yang ditampilkan dengan memasukkan data dan
2. Analisis Data
21
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah,
Makalah, Skripsi, Tesis, Disertasi, Dan Laporan Penelitian, Hal 17
33
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Danusaputro Munajat, 1981, Hukum Lingkungan, Buku I, Banicipta, Bandung, Hal 108
KrieR, R. S. ( 1978). Enviromental Law and Policy. Indianapolis: New York The Bobbs
Merril co.inc.
34
Raharjo, S. ( 2010). Masalah Penegakan Hukum (Vol. Suatu Tinjauan Sosiologis).
Rati, D. ( 2010). Filsafat Hukum: Mencari Dan Memahami Hukum. Yogyakarta: Laksbang
Pressindo.
Rajagrafindo Persada.
Subagyo, J. (1991). Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek. Jakarta: Raneka Cipta.
Penerbit FE-UI.
INTERNET
http://almanhaj.or.id/3456-islam-dan-lingkungan-hidup.html. (n.d.).
http://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-hutan/. (n.d.).
http://www.paraahli.net/2020/09/penegakan-hukum.html.
UNDANG-UNDANG
Perusakan Hutan.
Undang – undang No. 23 Tahun 1997. (1997). Undang – undang No. 23 Tahun 1997.
35
Jakarta.