ABSTRAK
Penelitian ini dilatar belakangi dari beberapa hambatan dalam penegakan hukum
diantaranya kurang tegasnya sanksi yang diberikan Pemerintah yang mana
pemahaman masyarakat mengenai pelaksanaan larangan pembakaran hutan dan
lahan di Wilayah Hukum Kepolisian Sektor Ukui Kabupaten Pelalawan.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana penegakan hukum terhadap
pelaku pembakaran hutan dan lahan berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Wilayah Hukum
Kepolisian Sektor Ukui Kabupaten Pelalawan, faktor yang menjadi penghambat
yang timbul serta upaya yang dilakukan guna mengatasi hambatan yang timbul
tersebut. Metode yang dipergunakan adalah penelitian hukum sosiologis, Sumber
data terdiri atas data primer, data sekunder, dan data tertier dengan teknik
pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan kajian kepustakaan.
Kata Kunci: Penegakan Hukum, Pembakaran Hutan dan Lahan, Polsek Ukui
Kabupeten Pelalawan.
PENDAHULUAN
Program...pembangunan...nasional..merupakan…suatu…kegiatan…pembangunan
dibidang..hukum..yang..dikenal..dengan..istilah pembaharuan hukum (law reform).
Pembaharuan…hukum…(law reform)..nasional..sebagai..rangkaian pembangunan
nasional..ini..dilakukan.secara..menyeluruh..dan...terpadu…baik…secara…hukum
pidana, hukum..perdata..maupun..hukum..administrasi. Dan..meliputi juga hukum
formil maupun hukum materilnya.
Dalam membangun kerangka dasar hukum nasional, maka perlu dipahami agar
setiap bentuk hukum dan perundang-undangan selalu berlandaskan moral dan
hakikat yang ada didalam pandangan lingkungan masyarakat Indonesia yaitu
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45) serta harus disesuaikan
dengan tuntutan kemajuan zaman, khususnya sejalan dengan tuntutan reformasi
dibidang hukum. Oleh karena itu hukum harus mampu mengikuti perubahan-
1
perubahan yang terjadi didalam kehidupan lingkungan masyarakat. Hukum bisa
berfungsi untuk mengendalikan masyarakat dan bisa juga menjadi sarana untuk
melakukan perubahan-perubahan dalam kehidupan lingkungan masyarakat.1
Untuk itu dalam kedudukannya hutan sebagai salah satu penentu sistem penyangga
kehidupan harus dijaga kelestariaannya. Sebagaimana landasan konstitusional pada
Pasal 33 Ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi:
“Bumi air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”.
Kawasan hutan merupakan sumber daya alam yang terbuka sehingga akses
masyarakat untuk masuk dan memanfaatkannya sangat besar. Kondisi tersebut
memacu permasalahan dalam pengelolaan hutan. Dalam Pasal 69 ayat (1) huruf (h)
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup menjelaskan bahwa setiap orang dilarang melakukan
pembukaan lahan dengan cara membakar. Sedangkan dalam Pasal 50 Undang-
Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjelaskan bahwa dilarang
membakar hutan dan lahan.3
Dari penjelasan diatas dapat kita simpulkan bahwa negara/pemerintah dalam hal ini
berwenang untuk memberikan izin kepada masyarakat baik secara sendiri-sendiri
maupun bersama-sama dengan orang lain serta badan-badan hukum dalam hal
penggunaan maupun peruntukan lahan dalam batas-batas yang telah diatur atau
ditentukan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang mana Pemerintah
mengatur bahwa dalam melakukan pembakaran lahan dengan luas lahan maksimal
2 hektar perkepala keluarga untuk ditanami tanaman varietas lokal yang dikelilingi
oleh sekat bakar sebagai pencegah penjalaran api ke wilayah sekelilingnya. Maka
apabila terdapat oknum yang melakukan pembakaran lahan secara sengaja demi
membuka lahan perkebunan dikawasan yang tidak diberi izin atau tidak
1
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, (Bandung : Citra Aditya Bhakti, 2006), hlm. 189.
2
Siswanto Sunarso, Hukum Pidana Lingkungan Hidup dan Strategi penyelesaian sengketa,
(Jakarta : Rineka Cipta, 2015), hlm. 6.
3
Rizana, Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pembakaran Hutan di Kabupaten Indragiri
Hilir Provinsi Riau Menurut Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, Jurnal
Hukum Online, hlm. 2.
2
diperuntukkan untuk perkebunan maka hal tersebut termasuk illegal atau
bertentangan dengan hukum atau peraturan perundang-undangan.
Lingkungan hidup adalah suatu hal yang sangat penting yang perlu dijaga dan
diperhatikan dengan baik karena lingkungan hidup merupakan tempat yang sangat
penting bagi keberlangsungan kehidupan manusia, namun saat ini telah banyak
terjadinya kerusakan lingkungan dan pencemaran lingkungan akibat dari
pemanfaatan sumberdaya alam secara eksploitatif yang dilakukan dengan sengaja
oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab sehingga membawa dampak
buruk bagi kehidupan manusia.4
Kebakaran hutan dan lahan dari tahun ke tahun selalu menjadi masalah di
Indonesia. Sayangnya dari tiga jenis undang-undang, yakni Undang-Undang
Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004
tentang Perkebunan dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Panduan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup kurang efektif dalam memberikan efek jera
kepada para pelaku pembakaran hutan dan lahan. Apalagi kebakaran hutan dan
lahan terjadi di kawasan-kawasan yang telah diterbitkan izin pengelolaan dan
pemanfaatan hutan dan lahan.6
4
Yunia Rijayanti, Tindak Pidana Pembakaran Hutan dan Lahan, Jurnal Hukum, Volume 4, Nomor
1, September 2015, hlm. 1.
5
Erdiansyah, Implementasi Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pembakaran Hutan dan Lahan
di Provinsi Riau, Jurnal Ilmu Hukum, Volume 4, Nomor 3, Januari 2015, hlm. 143.
6
M Nurul Fajri, Penindakan Pelaku Pembakaran Hutan dan Lahan, Jurnal Integritas, Volume 2,
Nomor 1, Agustus 2016, hlm. 43.
3
Metode Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian secara benar dan terarah diperlukan suatu metode
sehingga hasil penelitian dapat digunakan untuk menjawab hasil dari permasalahan
yang ada dan menganalisis pokok permasalahan.
1. Jenis Penelitian
2. Lokasi Penelitian
a. Populasi
7
Ibid., hlm 12.
4
1) Kepala Kepolisian Sektor Ukui Kabupaten Pelalawan sebanyak 1 orang.
2) Penyidik Unit II Tipiter Satuan Reskrim Kepolisian Sektor Ukui
Kabupaten Pelalawan sebanyak 1 orang.
3) Penyidik Pembantu Unit II Tipiter Satuan Reskrim Sektor Ukui Kabupaten
Pelalawan sebanyak 4 orang.
4) Pelaku Pembakaran Lahan dan Hutan di Wilayah Hukum Kepolisian
Sektor Ukui Kabupaten Pelalawan sebanyak 10 orang.
b. Sampel
Dari Populasi yang telah ditentukan dan teridentifikasi, sudah saatnya bagi
peneliti untuk menetapkan sampelnya. Sampel merupakan bagian dari
populasi yang akan dijadikan objek penelitian. Dari sampel inilah data primer
yang nantinya akan diperoleh. Ada pun yang menjadi sampel dalam
penelitian ini adalah :
5
PEMBAHASAN
8
Wawancara dengan Bapak AKP Lassarus Sinaga Kepala Kepolisian Sektor Ukui Kabupaten
Pelalawan, Hari Senin Tanggal 23 Maret 2021. Pukul 10:00 Wib, di Kantor Kepolisian Sektor
Ukui.
6
Berdasarkan hasil wawancara dengan Penyidik Unit II Tipiter Satuan
Reskrim Kepolisian Sektor Ukui mengenai penegakan hukum terhadap pelaku
pembakaran hutan dan lahan berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Wilayah Hukum
Kepolisian Sektor Ukui Kabupaten Pelalawan adalah belum berjalan sebagaimana
semestinya yang mana pembakaran lahan menjadi problem atau polemik dalam
kehidupan masyarakat sehari-hari, melihat kondisi kebiasaan masyarakat
Kabupaten Pelalawan yang melakukan pembukaan lahan dengan cara dibakar,
seyogyanya pembukaan lahan atau pembersihan lahan memang dalam peraturan
perundang-undangan dibolehkan tetapi pada prinsipnya pembukaan lahan dengan
cara membakar tersebut hanya diperbolehkan apabila masyarakat hukum adat yang
melakukan pembakaran lahan dengan luas lahan maksimum 2 (dua) Hektar
perkepala keluarga untuk ditanami jenis varietas lokal wajib memberitahukan
kepada Kepala Desa, Kepala Desa menyampaikan pemberitahuan kepada Instansi
yang menyelenggarakan urusan Pemerintahan dibidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup Kabupaten dan pembakaran lahan tidak berlaku pada
kondisi curah hujan dibawah normal, kemarau panjang dan atau iklim kering.9
9
Wawancara dengan Bapak Bripka A. Kholid Nasution Penyidik Pembantu Unit Reskrim
Kepolisian Sektor Ukui, Hari Selasa Tanggal 24 Maret 2021 Pukul 13:00 Wib, di Kantor
Kepolisian Sektor Ukui.
7
perkebunan maka hal tersebut termasuk tindakan illegal atau bertentangan dengan
hukum atau peraturan perundang-undangan.10
10
Wawancara dengan Bapak Bripka Tri Kurniawan dan Bapak Bripka Heruza Nurza Penyidik
Pembantu Unit Reskrim Kepolisian Sektor Ukui Kabupaten Pelalawan, Hari Selasa Tanggal 24
Maret 2021 Pukul 14:00 Wib, di Kantor Kepolisian Sektor Ukui.
8
tersebut jika seseorang tersebut tidak menguasai atau memiliki keahlian dan
keterampilan dibidangnya.11
11
Usman Arifin, Kebijakan dan Administrasi Publik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2013),
hlm. 35.
12
Wawancara dengan AKP Bapak Lassarus Sinaga Kepala Kepolisian Sektor Ukui Kabupaten
Pelalawan, Hari Senin Tanggal 23 Maret 2021. Pukul 10:00 Wib, di Kantor Kepolisian Sektor
Ukui.
13
Wawancara dengan Bapak Bripka A. Kholid Nasution Penyidik Pembantu Unit Reskrim
Kepolisian Sektor Ukui, Hari Selasa Tanggal 24 Maret 2021 Pukul 13:00 Wib, di Kantor Kepolisian
Sektor Ukui.
9
dari beberapa kasus yang pernah ditangani berkenaan dengan tindak
pidana kebakaran lahan dan hutan, kurang bijaknya dalam artian
membenarkan yang biasa, bukan membiasakan yang benar.
4. Lingkup serta geografis Pelalawan dalam memberikan pemahaman
kepada masyarakat tentang penegakan hukum yang sebenarnya dalam
hal kegiatan pembukaan lahan/pembersihan lahan mengingat akses serta
sarana prasarana yang ada masih sangat minim.
14
Wawancara dengan Bapak Bripka Tri Kurniawan dan Bapak Bripka Heruza Nurza Penyidik
Pembantu Unit Reskrim Kepolisian Sektor Ukui Kabupaten Pelalawan, Hari Selasa Tanggal 24
Maret 2021 Pukul 14:00 Wib, di Kantor Kepolisian Sektor Ukui.
15
Soerjono Soekanto, Teori Sosiologi Tentang Struktur Masyarakat, ( Jakarta : Rajawali, 2006),
hlm. 37.
10
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Satuan Reskrim Kepolisian
Sektor Ukui Kabupaten Pelalawan mengenai upaya mengatasi hambatan dalam
penegakan hukum terhadap pelaku pembakaran hutan dan lahan berdasarkan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup di Wilayah Hukum Kepolisian Sektor Ukui Kabupaten
Pelalawan adalah:16
1. Pejabat penyidik dari Dinas Kehutanan dimana penyidik Kehutanan
harus berkoordinasi dengan penyidik Kepolisian dalam setiap kegiatan
yang dilakukan oleh penyidik Kehutanan harus dibawah pengawasan
penyidik Kepolisian, aparat penegak hukum di Kepolisian Sektor Ukui
harus bekerja secara optimal untuk bisa menegakan hukum dengan cara
menyelidiki, menangkap dan memberikan hukuman sesuai dengan
perbuatan yang dilakukan oleh para pelaku pembakaran lahan dan hutan
tersebut guna untuk memberikan efek jera kepada para pelaku.
2. Masyarakat harus ikut berpartisifasi guna mempelancar proses
pelaksanaan penyidikan terhadap pelaku pembakaran lahan dan hutan di
Kabupaten Pelalawan, harus menambah personil Kepolisian guna
mempersempit gerak pelaku pembakaran lahan dan hutan, Aparat polri
sebagai penegak hukum dan Dinas Kehutanan khususnya harus selalu
mensosialisasikan menyangkut pembukaan lahan yang mana
masyarakat masih kurang mengetahui mengenai peraturan perundang-
undangan ini.
3. Meningkatkan keterbatasan sarana dan prasarana yang masih kurang.
4. Pemerintah dan aparat penegak hukum harus selalu mensosialisasikan
undang-undang tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup kepada masyarakat yang mana masyarakat masih kurang
mengetahui mengenai peraturan perundang-undangan ini dan
masyarakat harus ikut berpartisifasi guna mempelancar proses
pelaksanaan penyidikan terhadap pelaku pembakaran lahan dan hutan.
16
Wawancara dengan Bapak AKP Lassarus Sinaga Kepala Kepolisian Sektor Ukui Kabupaten
Pelalawan, Hari Senin Tanggal 23 Maret 2021. Pukul 10:00 Wib, di Kantor Kepolisian Sektor Ukui.
11
yang ada di Kabupaten Pelalawan hingga ke Desa-Desa terujung hal ini tentunya
dilakukan untuk mencegah terjadi kebakaran lahan yang besar.
Selain itu dalam hal ini Kepolisian Sektor Ukui juga melakukan tindakan
tindakan Preventif. berupa ajakan-ajakan serta nasihat-nasihat yang di
sosialisasikan melalui Bhabinkamtibas yang ada disetiap desa di Kabupaten
Pelalawan, disini Bhabinkamtibmas Kepolisian juga berperan sangat penting untuk
mencegah terjadi kebakaran lahan dan hutan. Sedangkan tindakan Represif. berupa
pemberian sanksi dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang
ditimbulkan akibat dari pembakaran lahan tersebut, dalam hal kebakaran tersebut
menjadi kebakaran yang berdampak serius terhadap kondisi udara yang ada serta
mengakibatkan kerusakan lingkungan yang besar dan juga menimbulkan kerugian
dari berbagai pihak. Pemberian sanksi juga memperhatikan keadilan serta manfaat,
dan dalam setiap upaya yang dilakukan tersebut tindakan represif juga merupakan
upaya terakhir untuk memberikan efek jera bagi para pelaku.17
17
Wawancara dengan Bapak Bripka A. Kholid Nasution Penyidik Pembantu Unit Reskrim
Kepolisian Sektor Ukui, Hari Selasa Tanggal 24 Maret 2021 Pukul 13:00 Wib, di Kantor
Kepolisian Sektor Ukui.
18
Wawancara dengan Bapak Bripka Tri Kurniawan dan Bapak Bripka Heruza Nurza Penyidik
Pembantu Unit Reskrim Kepolisian Sektor Ukui Kabupaten Pelalawan, Hari Selasa Tanggal 24
Maret 2021 Pukul 14:00 Wib, di Kantor Kepolisian Sektor Ukui.
12
Kesimpulan
13
Saran
2. Perlu adanya tambahan sarana dan prasarana yang memadai, partisipasi atau
kerjasama antara penyidik Kepolisian Sektor Ukui Kabupaten Pelalawan
dengan masyarakat serta jumlah personil yang cukup sehingga dapat
mendukung pelaksanaan penyidikan.
Referensi
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, (Bandung : Citra Aditya Bhakti, 2006), hlm. 189.
Yunia Rijayanti, Tindak Pidana Pembakaran Hutan dan Lahan, Jurnal Hukum,
Volume 4, Nomor 1, September 2015, hlm. 1.
M Nurul Fajri, Penindakan Pelaku Pembakaran Hutan dan Lahan, Jurnal Integritas,
Volume 2, Nomor 1, Agustus 2016, hlm. 43.
14