Anda di halaman 1dari 14

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PEMBAKARAN

HUTAN DAN LAHAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG


NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN
DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI
WILAYAH HUKUM KEPOLISIAN SEKTOR
UKUI KABUPATEN PELALAWAN

DIEGO PAOLO ROSSI SIMANJUNTAK


Universitas Lancang Kuning
Jalan Flamboyan, Pekanbaru, Riau
Diegorossi794@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilatar belakangi dari beberapa hambatan dalam penegakan hukum
diantaranya kurang tegasnya sanksi yang diberikan Pemerintah yang mana
pemahaman masyarakat mengenai pelaksanaan larangan pembakaran hutan dan
lahan di Wilayah Hukum Kepolisian Sektor Ukui Kabupaten Pelalawan.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana penegakan hukum terhadap
pelaku pembakaran hutan dan lahan berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Wilayah Hukum
Kepolisian Sektor Ukui Kabupaten Pelalawan, faktor yang menjadi penghambat
yang timbul serta upaya yang dilakukan guna mengatasi hambatan yang timbul
tersebut. Metode yang dipergunakan adalah penelitian hukum sosiologis, Sumber
data terdiri atas data primer, data sekunder, dan data tertier dengan teknik
pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan kajian kepustakaan.

Kata Kunci: Penegakan Hukum, Pembakaran Hutan dan Lahan, Polsek Ukui
Kabupeten Pelalawan.

PENDAHULUAN

Program...pembangunan...nasional..merupakan…suatu…kegiatan…pembangunan
dibidang..hukum..yang..dikenal..dengan..istilah pembaharuan hukum (law reform).
Pembaharuan…hukum…(law reform)..nasional..sebagai..rangkaian pembangunan
nasional..ini..dilakukan.secara..menyeluruh..dan...terpadu…baik…secara…hukum
pidana, hukum..perdata..maupun..hukum..administrasi. Dan..meliputi juga hukum
formil maupun hukum materilnya.

Dalam membangun kerangka dasar hukum nasional, maka perlu dipahami agar
setiap bentuk hukum dan perundang-undangan selalu berlandaskan moral dan
hakikat yang ada didalam pandangan lingkungan masyarakat Indonesia yaitu
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 45) serta harus disesuaikan
dengan tuntutan kemajuan zaman, khususnya sejalan dengan tuntutan reformasi
dibidang hukum. Oleh karena itu hukum harus mampu mengikuti perubahan-

1
perubahan yang terjadi didalam kehidupan lingkungan masyarakat. Hukum bisa
berfungsi untuk mengendalikan masyarakat dan bisa juga menjadi sarana untuk
melakukan perubahan-perubahan dalam kehidupan lingkungan masyarakat.1

Seiring dengan perkembangan kehidupan dilingkungan masyarakat modern dalam


menghadapi permasalahan globalisasi serta adanya proses industrialisasi dan
modernisasi akan menumbuhkan perubahan proses sosial dalam tata kehidupan
masyarakat. Proses industrialisasi dan modernisasi terutama industrialisasi
kehutanan telah berdampak besar pada kelangsungan hutan sebagai penyangga
hidup dan kehidupan masyarakat didunia. Hutan merupakan sumber daya yang
sangat penting tidak hanya sebagai sumber daya kayu, tetapi juga lebih sebagai
salah satu komponen lingkungan hidup. 2

Untuk itu dalam kedudukannya hutan sebagai salah satu penentu sistem penyangga
kehidupan harus dijaga kelestariaannya. Sebagaimana landasan konstitusional pada
Pasal 33 Ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi:

“Bumi air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”.

Kawasan hutan merupakan sumber daya alam yang terbuka sehingga akses
masyarakat untuk masuk dan memanfaatkannya sangat besar. Kondisi tersebut
memacu permasalahan dalam pengelolaan hutan. Dalam Pasal 69 ayat (1) huruf (h)
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup menjelaskan bahwa setiap orang dilarang melakukan
pembukaan lahan dengan cara membakar. Sedangkan dalam Pasal 50 Undang-
Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjelaskan bahwa dilarang
membakar hutan dan lahan.3

Dari penjelasan diatas dapat kita simpulkan bahwa negara/pemerintah dalam hal ini
berwenang untuk memberikan izin kepada masyarakat baik secara sendiri-sendiri
maupun bersama-sama dengan orang lain serta badan-badan hukum dalam hal
penggunaan maupun peruntukan lahan dalam batas-batas yang telah diatur atau
ditentukan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang mana Pemerintah
mengatur bahwa dalam melakukan pembakaran lahan dengan luas lahan maksimal
2 hektar perkepala keluarga untuk ditanami tanaman varietas lokal yang dikelilingi
oleh sekat bakar sebagai pencegah penjalaran api ke wilayah sekelilingnya. Maka
apabila terdapat oknum yang melakukan pembakaran lahan secara sengaja demi
membuka lahan perkebunan dikawasan yang tidak diberi izin atau tidak

1
Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, (Bandung : Citra Aditya Bhakti, 2006), hlm. 189.
2
Siswanto Sunarso, Hukum Pidana Lingkungan Hidup dan Strategi penyelesaian sengketa,
(Jakarta : Rineka Cipta, 2015), hlm. 6.
3
Rizana, Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pembakaran Hutan di Kabupaten Indragiri
Hilir Provinsi Riau Menurut Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, Jurnal
Hukum Online, hlm. 2.

2
diperuntukkan untuk perkebunan maka hal tersebut termasuk illegal atau
bertentangan dengan hukum atau peraturan perundang-undangan.

Lingkungan hidup adalah suatu hal yang sangat penting yang perlu dijaga dan
diperhatikan dengan baik karena lingkungan hidup merupakan tempat yang sangat
penting bagi keberlangsungan kehidupan manusia, namun saat ini telah banyak
terjadinya kerusakan lingkungan dan pencemaran lingkungan akibat dari
pemanfaatan sumberdaya alam secara eksploitatif yang dilakukan dengan sengaja
oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab sehingga membawa dampak
buruk bagi kehidupan manusia.4

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup Pasal 108 menjelaskan tentang ketentuan sanksi pidana terhadap
pembakaran lahan dan hutan bahwa setiap orang yang melakukan pembakaran
lahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf h, dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
denda paling sedikit Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) dan paling banyak
Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).5

Kebakaran hutan dan lahan dari tahun ke tahun selalu menjadi masalah di
Indonesia. Sayangnya dari tiga jenis undang-undang, yakni Undang-Undang
Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004
tentang Perkebunan dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Panduan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup kurang efektif dalam memberikan efek jera
kepada para pelaku pembakaran hutan dan lahan. Apalagi kebakaran hutan dan
lahan terjadi di kawasan-kawasan yang telah diterbitkan izin pengelolaan dan
pemanfaatan hutan dan lahan.6

4
Yunia Rijayanti, Tindak Pidana Pembakaran Hutan dan Lahan, Jurnal Hukum, Volume 4, Nomor
1, September 2015, hlm. 1.
5
Erdiansyah, Implementasi Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pembakaran Hutan dan Lahan
di Provinsi Riau, Jurnal Ilmu Hukum, Volume 4, Nomor 3, Januari 2015, hlm. 143.
6
M Nurul Fajri, Penindakan Pelaku Pembakaran Hutan dan Lahan, Jurnal Integritas, Volume 2,
Nomor 1, Agustus 2016, hlm. 43.

3
Metode Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian secara benar dan terarah diperlukan suatu metode
sehingga hasil penelitian dapat digunakan untuk menjawab hasil dari permasalahan
yang ada dan menganalisis pokok permasalahan.

1. Jenis Penelitian

Penelitian hukum yang dilakukan dengan jenis penelitian hukum


sosiologis, yang membahas pengaruh berlakunya hukum positif dalam
kehidupan masyarakat, dalam hal ini penegakan hukum terhadap pelaku
pembakaran hutan dan lahan berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Wilayah
Hukum Kepolisian Sektor Ukui Kabupaten Pelalawan. Selain itu bapak Soerjono
Soekanto juga menambahkan bahwa dalam menggunakan penelitian hukum
sosiologis dapat berupa penelitian yang hendak melihat korelasi antara hukum
dengan masyarakat. Dengan demikian diharapkan mampu mengungkap
keefektivitan berlakunya hukum dalam masyarakat agar dapat
mengidentifikasikan hukum yang tidak tertulis yang berlaku pada masyarakat.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang penulis lakukan berlokasi di Wilayah Hukum


Kepolisian Sektor Ukui Kabupaten Pelalawan, dengan alasan masih banyaknya
masyarakat yang melakukan pembakaran lahan dan hutan dan selama ini
penegakan hukumnya masih belum baik, sehingga dibutuhkan kajian lanjutan
berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.

3. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah sekumpulan objek yang hendak diteliti. Setelah lokasi


penelitian ditentukan, peneliti harus segera menetapkan populasi
penelitiannya. Pada tahapan ini peneliti diharapkan mampu mengidentifikasi
populasi yang ada dilokasi penelitiannya. Isi populasi adalah unsur-unsur
yang ada kaitannya dengan penelitian dan yang akan menjadi objek
penelitiannya.7 Maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini yaitu:

7
Ibid., hlm 12.

4
1) Kepala Kepolisian Sektor Ukui Kabupaten Pelalawan sebanyak 1 orang.
2) Penyidik Unit II Tipiter Satuan Reskrim Kepolisian Sektor Ukui
Kabupaten Pelalawan sebanyak 1 orang.
3) Penyidik Pembantu Unit II Tipiter Satuan Reskrim Sektor Ukui Kabupaten
Pelalawan sebanyak 4 orang.
4) Pelaku Pembakaran Lahan dan Hutan di Wilayah Hukum Kepolisian
Sektor Ukui Kabupaten Pelalawan sebanyak 10 orang.

b. Sampel

Dari Populasi yang telah ditentukan dan teridentifikasi, sudah saatnya bagi
peneliti untuk menetapkan sampelnya. Sampel merupakan bagian dari
populasi yang akan dijadikan objek penelitian. Dari sampel inilah data primer
yang nantinya akan diperoleh. Ada pun yang menjadi sampel dalam
penelitian ini adalah :

1) Kepala Kepolisian Sektor Ukui Kabupaten Pelalawan sebanyak 1 orang


dengan metode sensus yaitu menetapkan jumlah sampel berdasarkan
jumlah populasi yang ada.
2) Penyidik Unit II Tipiter Satuan Reskrim Kepolisian Sektor Ukui
Kabupaten Pelalawan sebanyak 1 orang dengan metode sensus yaitu
menetapkan jumlah sampel berdasarkan jumlah populasi yang ada.
3) Penyidik Pembantu Unit II Tipiter Satuan Reskrim Kepolisian Sektor Ukui
Kabupaten Pelalawan 2 orang, dengan metode random yaitu menetapkan
sejumlah sampel yang mewakili jumlah populasi yang ada yang kategori
sampelnya ditetapkan secara acak oleh peneliti.
4) Pelaku Pembakaran Lahan dan Hutan di Wilayah Hukum Kepolisian
Sektor Ukui Kabupaten Pelalawan sebanyak 4 orang, dengan metode
random yaitu menetapkan sejumlah sampel yang mewakili jumlah
populasi yang ada yang kategori sampelnya ditetapkan secara acak oleh
peneliti.

5
PEMBAHASAN

A. Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Pembakaran Hutan dan Lahan


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Wilayah Hukum
Kepolisian Sektor Ukui Kabupaten Pelalawan

Kabupaten Pelalawan adalah salah satu daerah yang perkembangannya


sudah sangat pesat dari tahun ke tahun diantaranya perkembangan infrasturktur dan
perkembangan dibidang ekonomi. Kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Riau
berdampak pada kabut asap yang semakin mengganggu masyarakat dan juga
bahkan penerbangan antar Negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia. Badan
Lingkungan Nasional Singapura (NEA) melaporkan Indeks Standar terdapat
Pencemaran Udara (PSI) di wilayahnya. Permasalahan kebakaran hutan dan lahan
di Wilayah Kepolisian Daerah Riau akan menjadi permasalahan rutinitas secara
terus menerus apabila pemerintah, pengusaha, dan masyarakat tidak segera
menindak lanjuti dengan program aksi dalam meminimalisir dampak kebakaran
hutan di Provinsi Riau, karena krisis lingkungan yang terus meningkat serta
banyaknya sengketa Lingkungan Hidup yang berujung bebas menjadi kebiasaan
buruk yang mengancam eksistensi lingkungan dan manusia.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Kepolisian Sektor Ukui


mengenai penegakan hukum terhadap pelaku pembakaran hutan dan lahan
berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup di Wilayah Hukum Kepolisian Sektor Ukui
Kabupaten Pelalawan belum berjalan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang mana dalam pembukaan hutan dan lahan dengan cara membakar
dari tahun ketahun meningkat jumlahnya karena masyarakat menyalahgunakan izin
yang diberikan Pemerintah. Namun di Kabupaten Pelalawan kegiatan pembakaran
hutan dan lahan yang dilakukan oleh masyarakat ini selalu menjadi sebagai sumber
masalah, hal ini disebabkan karena kondisi sosial ekonomi masyarakat semakin hari
semakin sulit untuk memenuhi kebutuhan hidup sehingga masyarakat selalu
melakukan tindakan dengan cara instan demi tercapainya tujuan. Hal tersebut dapat
di lihat dari tindakan yang dilakukan oleh masyarakat cenderung mengarah kepada
perbuatan pelanggaran hukum sehingga dapat menimbulkan kerugian terhadap
orang lain, seperti contoh dalam usaha perkebunan dan pemanfaatan hasil hutan
cenderung kegiatan masyarakat tersebut melakukan pembakaran hutan dan lahan
yang menimbulkan dampak secara langsung implikasi pencemaran udara berupa
asap yang sering terjadi diwilayah Hukum Kepolisian Sektor Ukui.8

8
Wawancara dengan Bapak AKP Lassarus Sinaga Kepala Kepolisian Sektor Ukui Kabupaten
Pelalawan, Hari Senin Tanggal 23 Maret 2021. Pukul 10:00 Wib, di Kantor Kepolisian Sektor
Ukui.

6
Berdasarkan hasil wawancara dengan Penyidik Unit II Tipiter Satuan
Reskrim Kepolisian Sektor Ukui mengenai penegakan hukum terhadap pelaku
pembakaran hutan dan lahan berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Wilayah Hukum
Kepolisian Sektor Ukui Kabupaten Pelalawan adalah belum berjalan sebagaimana
semestinya yang mana pembakaran lahan menjadi problem atau polemik dalam
kehidupan masyarakat sehari-hari, melihat kondisi kebiasaan masyarakat
Kabupaten Pelalawan yang melakukan pembukaan lahan dengan cara dibakar,
seyogyanya pembukaan lahan atau pembersihan lahan memang dalam peraturan
perundang-undangan dibolehkan tetapi pada prinsipnya pembukaan lahan dengan
cara membakar tersebut hanya diperbolehkan apabila masyarakat hukum adat yang
melakukan pembakaran lahan dengan luas lahan maksimum 2 (dua) Hektar
perkepala keluarga untuk ditanami jenis varietas lokal wajib memberitahukan
kepada Kepala Desa, Kepala Desa menyampaikan pemberitahuan kepada Instansi
yang menyelenggarakan urusan Pemerintahan dibidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup Kabupaten dan pembakaran lahan tidak berlaku pada
kondisi curah hujan dibawah normal, kemarau panjang dan atau iklim kering.9

Berdasarkan hasil wawancara dengan Penyidik Pembantu Unit II Tipiter


Satuan Reskrim Kepolisian Sektor Ukui Kabupaten Pelalawan mengenai
penegakan hukum terhadap pelaku pembakaran hutan dan lahan berdasarkan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup di Wilayah Hukum Kepolisian Sektor Ukui Kabupaten
Pelalawan adalah belum berjalan sebagaimana seharusnya hal ini karena salah satu
permasalahan mendasar merupakan lemahnya konstitusi hukum yang berdampak
pada penaatan lingkungan yang rendah. Selain itu penguatan institusi maupun
kordinasi antar lembaga terkait yang mesti dilakukan, ternyata diperlukan
penguatan rule of the game yang bisa mengatur seluruh persoalan lingkungan. Pada
dasarnya kerusakan pada Lingkungan Hidup terjadi karena dua faktor. Baik faktor
alami ataupun karena faktor tangan-tangan usil manusia. Faktor alami bisa terjadi
karena banyaknya bencana alam dan cuaca yang tidak menentu menjadi penyebab
terjadinya kerusakan lingkungan hidup. Sedangkan kerusakan lingkungan yang
diakibatkan oleh tangan manusia terjadi jika manusia melakukan eksploitasi sumber
daya alam secara berlebihan. Penyebab kerusakan lingkungan akibat ulah manusia
merupakan penyebab tertinggi dan sangat berpengaruh daripada faktor alam yang
terjadinya tidak setiap hari. Negara/Pemerintah dalam hal ini berwenang untuk
memberikan izin kepada orang baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama
dengan orang lain serta badan–badan hukum dalam hal penggunaan maupun
peruntukan lahan dalam batas-batas yang telah diatur atau ditentukan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Jadi apabila terdapat oknum-oknum yang
melakukan pembakaran lahan secara sengaja dilakukan demi untuk membuka lahan
perkebunan dikawasan yang tidak diberi izin atau tidak diperuntukkan untuk

9
Wawancara dengan Bapak Bripka A. Kholid Nasution Penyidik Pembantu Unit Reskrim
Kepolisian Sektor Ukui, Hari Selasa Tanggal 24 Maret 2021 Pukul 13:00 Wib, di Kantor
Kepolisian Sektor Ukui.

7
perkebunan maka hal tersebut termasuk tindakan illegal atau bertentangan dengan
hukum atau peraturan perundang-undangan.10

Berdasarkan hasil wawancara dengan pelaku pembakaran lahan dan hutan


mengenai penegakan hukum terhadap pelaku pembakaran hutan dan lahan
berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup di Wilayah Hukum Kepolisian Sektor Ukui
Kabupaten Pelalawan adalah belum berjalan dengan yang semestinya yang mana
dalam pembukaan hutan dan lahan masih banyak masyarakat melakukan dengan
cara membakar karena masyarakat menyalahgunakan izin yang diberikan
Pemerintah. Namun di Kabupaten Pelalawan kegiatan pembakaran lahan dan hutan
yang dilakukan oleh masyarakat ini selalu menjadi sebagai sumber masalah, hal ini
disebabkan karena kondisi sosial ekonomi masyarakat semakin hari semakin sulit
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehingga masyarakat selalu melakukan tindakan
dengan cara instan demi tercapainya tujuan. Hal tersebut dapat dilihat dari tindakan
yang dilakukan oleh masyarakat cendrung mengarah kepada perbuatan pelanggaran
hukum sehingga dapat menimbulkan kerugian terhadap orang lain, seperti contoh
dalam usaha perkebunan dan pemanfaatan hasil hutan cenderung kegiatan
masyarakat tersebut melakukan pembakaran hutan dan lahan yang menimbulkan
dampak secara langsung implikasi pencemaran udara berupa asap yang sering
terjadi diwilayah Kepolisian Sektor Ukui. Pencemaran udara berupa asap sangat
mengganggu, hal ini terbukti dengan lumpuhnya berbagai kegiatan masyarakat
seperti diliburkannya sekolah-sekolah, masyarakat yang terjangkit penyakit ISPA,
terganggunya kegiatan transportasi, terbatasnya kegiatan-kegiatan diluar rumah.

B. Hambatan dalam Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Pembakaran


Hutan dan Lahan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Wilayah
Hukum Kepolisian Sektor Ukui Kabupaten Pelalawan

Indonesia saat ini sedang melaksanakan pembangunan disegala bidang


kehidupan sesuai dengan keadaan negara yang sedang berkembang, salah satunya
pembangunan dibidang sosial dengan tujuan untuk meningkatkan taraf hidup rakyat
yang lebih baik, baik secara materil maupun secara spiritual agar tercapai derajat
hidup yang setinggi-tingginya. Supaya pembangunan dibidang ekonomi dan sosial
ini dapat tercapai dan berhasil sesuai dengan apa yang telah dicita-citakan oleh
bangsa Indonesia, maka sangat ditentukan oleh faktor tenaga manusia, karena
faktor tenaga manusia memegang peran yang sangat penting. Berhubungan dengan
itu untuk melaksanakan setiap usaha diperlukan tenaga manusia yang ahli dan
terampil, karena tidak mungkin seseorang dapat melaksanakan suatu pekerjaan

10
Wawancara dengan Bapak Bripka Tri Kurniawan dan Bapak Bripka Heruza Nurza Penyidik
Pembantu Unit Reskrim Kepolisian Sektor Ukui Kabupaten Pelalawan, Hari Selasa Tanggal 24
Maret 2021 Pukul 14:00 Wib, di Kantor Kepolisian Sektor Ukui.

8
tersebut jika seseorang tersebut tidak menguasai atau memiliki keahlian dan
keterampilan dibidangnya.11

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Satuan Reskrim Kepolisian


Sektor Ukui Kabupaten Pelalawan mengenai hambatan penegakan hukum terhadap
pelaku pembakaran hutan dan lahan berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Wilayah Hukum
Kepolisian Sektor Ukui Kabupaten Pelalawan adalah:12
1. Kurangnya aparat Penyidik Pegawai Negeri Sipil pada instansi teknis,
sehingga mereka hanya menangani tugas-tugas seperti pemantauan,
pembinaan maupun peringatan.
2. Kurangnya jumlah penyidik Kepolisian, Kejaksaan dan Pengadilan
yang memiliki kecakapan dan keterampilan teknis dalam penanganan
kasus-kasus lingkungan, kelemahan dalam pengimplementasian
peraturan perudang-undangan yang sudah ada. Kelemahan di bidang
implementasi ini sangat dipengaruhi oleh kapasitas profesionalisme para
pelaksana dan penegak hukum yang belum memadai.
3. Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap kepatuhan dan ketaatan pada
hukum lingkungan merupakan indikator efektivitas berlakunya hukum
lingkungan tersebut di tengah tengah masyarakat.
4. Keterbatasan tingkat akan kualitas kesadaran hukum masyarakat antara
lain disebabkan kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang sejauh
mana pengaruh dan aktivitas yang dilakukannya terhadap lingkungan,
sementara di sisi lain mereka hanya memikirkan keuntungan besar.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Penyidik Unit II Tipiter Satuan


Reskrim Kepolisian Sektor Ukui Kabupaten Pelalawan mengenai hambatan dalam
penegakan hukum terhadap pelaku pembakaran hutan dan lahan berdasarkan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup di Wilayah Hukum Kepolisian Sektor Ukui Kabupaten
Pelalawan adalah:13
1. Kurangnya pemahaman masyarakat terhadap regulasi-regulasi yang
berkenaan dengan pengendalian kebakaran lahan dan hutan.
2. Kurangnya sosialisai terhadap masyarakat mengenai dampak serta sanksi
yang timbul terhadap kegiatan pembakaran hutan dan lahan yang tidak
tersistem.
3. Masyarakat khususnya masyarakat Kabupaten Pelalawan masih
memiliki pemahaman yang kurang bijak, hal ini tentunya tidak terlepas

11
Usman Arifin, Kebijakan dan Administrasi Publik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2013),
hlm. 35.
12
Wawancara dengan AKP Bapak Lassarus Sinaga Kepala Kepolisian Sektor Ukui Kabupaten
Pelalawan, Hari Senin Tanggal 23 Maret 2021. Pukul 10:00 Wib, di Kantor Kepolisian Sektor
Ukui.
13
Wawancara dengan Bapak Bripka A. Kholid Nasution Penyidik Pembantu Unit Reskrim
Kepolisian Sektor Ukui, Hari Selasa Tanggal 24 Maret 2021 Pukul 13:00 Wib, di Kantor Kepolisian
Sektor Ukui.

9
dari beberapa kasus yang pernah ditangani berkenaan dengan tindak
pidana kebakaran lahan dan hutan, kurang bijaknya dalam artian
membenarkan yang biasa, bukan membiasakan yang benar.
4. Lingkup serta geografis Pelalawan dalam memberikan pemahaman
kepada masyarakat tentang penegakan hukum yang sebenarnya dalam
hal kegiatan pembukaan lahan/pembersihan lahan mengingat akses serta
sarana prasarana yang ada masih sangat minim.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Penyidik Pembantu Unit II Tipiter


Satuan Reskrim Kepolisian Sektor Ukui Kabupaten Pelalawan mengenai hambatan
dalam penegakan hukum terhadap pelaku pembakaran hutan dan lahan berdasarkan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup di Wilayah Hukum Kepolisian Sektor Ukui Kabupaten
Pelalawan adalah dalam pembakaran lahan tersebut tentunya tidak terlepas dari
faktor ekonomi, kebiasaan serta kurangnya pemahaman terhadap mekanisme
pelaksanaan pembakaran lahan itu sendiri, sebagaimana contoh kasus yang terjadi
di Provinsi Riau untuk periode 2020 saja terdapat 56 jumlah kasus dengan jumlah
tersangka terdiri dari 65 orang kebakaran lahan yang ada untuk pelakunya hampir
keseluruhan dilakukan oleh Perorangan atau orang pribadi, dari kasus-kasus yang
ditangani tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa perbuatan pembakaran lahan
tersebut dilakukan mengingat estimasi pengerjaan pembersihan dan pembukaan
lahan dengan cara bakar menggunakan biaya atau cost yang murah, pembukaan
lahan dengan cara bakar sudah menjadi kebiasaan masyarakat setempat khususnya
di Kabupaten Pelalawan serta yang paling dominan adalah masih minimnya
pengetahuan masyarakat tentang mekanisme pembukaan lahan/pembersihan lahan
dengan cara bakar tersebut.14

C. Upaya dalam mengatasi hambatan Penegakan Hukum Terhadap Pelaku


Pembakaran Hutan dan Lahan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
di Wilayah Hukum Kepolisian Sektor Ukui Kabupaten Pelalawan

Tugas dalam membenahi sistem hukum yang sudah sedemikian rupa


kebablasan dan tenggelam dalam arus kelompok vested interest, merupakan suatu
keharusan yang tidak terelakkan dan merupakan suatu tugas berat bagi generasi
mendatang, khususnya para mahasiswa hukum, intelektual hukum, praktisi hukum,
serta aparatur hukum. Pembenahan sektor hukum merupakan hal prioritas jika saja
kita mau belajar dari kejayaan dan keruntuhan pengalaman pemerintahan masa lalu.
Jika hendak menggusur pengalaman pahit masa lalu yang legam itu, atau sekaligus
untuk membenahi sistem pemerintahan yang telah mengakar kuat untuk
membenahi sistem yang telah mapan.15

14
Wawancara dengan Bapak Bripka Tri Kurniawan dan Bapak Bripka Heruza Nurza Penyidik
Pembantu Unit Reskrim Kepolisian Sektor Ukui Kabupaten Pelalawan, Hari Selasa Tanggal 24
Maret 2021 Pukul 14:00 Wib, di Kantor Kepolisian Sektor Ukui.
15
Soerjono Soekanto, Teori Sosiologi Tentang Struktur Masyarakat, ( Jakarta : Rajawali, 2006),
hlm. 37.

10
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Satuan Reskrim Kepolisian
Sektor Ukui Kabupaten Pelalawan mengenai upaya mengatasi hambatan dalam
penegakan hukum terhadap pelaku pembakaran hutan dan lahan berdasarkan
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup di Wilayah Hukum Kepolisian Sektor Ukui Kabupaten
Pelalawan adalah:16
1. Pejabat penyidik dari Dinas Kehutanan dimana penyidik Kehutanan
harus berkoordinasi dengan penyidik Kepolisian dalam setiap kegiatan
yang dilakukan oleh penyidik Kehutanan harus dibawah pengawasan
penyidik Kepolisian, aparat penegak hukum di Kepolisian Sektor Ukui
harus bekerja secara optimal untuk bisa menegakan hukum dengan cara
menyelidiki, menangkap dan memberikan hukuman sesuai dengan
perbuatan yang dilakukan oleh para pelaku pembakaran lahan dan hutan
tersebut guna untuk memberikan efek jera kepada para pelaku.
2. Masyarakat harus ikut berpartisifasi guna mempelancar proses
pelaksanaan penyidikan terhadap pelaku pembakaran lahan dan hutan di
Kabupaten Pelalawan, harus menambah personil Kepolisian guna
mempersempit gerak pelaku pembakaran lahan dan hutan, Aparat polri
sebagai penegak hukum dan Dinas Kehutanan khususnya harus selalu
mensosialisasikan menyangkut pembukaan lahan yang mana
masyarakat masih kurang mengetahui mengenai peraturan perundang-
undangan ini.
3. Meningkatkan keterbatasan sarana dan prasarana yang masih kurang.
4. Pemerintah dan aparat penegak hukum harus selalu mensosialisasikan
undang-undang tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup kepada masyarakat yang mana masyarakat masih kurang
mengetahui mengenai peraturan perundang-undangan ini dan
masyarakat harus ikut berpartisifasi guna mempelancar proses
pelaksanaan penyidikan terhadap pelaku pembakaran lahan dan hutan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Penyidik Unit II Tipiter Satuan


Reskrim Kepolisian Sektor Ukui Kabupaten Pelalawan mengenai upaya mengatasi
hambatan dalam penegakan hukum terhadap pelaku pembakaran hutan dan lahan
berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup di Wilayah Hukum Kepolisian Sektor Ukui
Kabupaten Pelalawan adalah tentunya tidak terlepas dari tindakan berupa
pengendalian sosial, dalam hal ini Persuasif dan Preventif. Tindakan Persuasif
yang dilakukan dapat berupa ajakan lisan kepada masyarakat khususnya
masyarakat yang berkecimpung dalam usaha pertanian dan perkebunan, selain itu
juga dalam hal persuasif ini juga Kepolisian melakukan ajakan-ajakan serta
pencegahan-pencegahan melalui himbauan-himbauan spanduk atau baliho tentang
larangan kegiatan membakar lahan yang didistribusikan ke seluruh Kecamatan

16
Wawancara dengan Bapak AKP Lassarus Sinaga Kepala Kepolisian Sektor Ukui Kabupaten
Pelalawan, Hari Senin Tanggal 23 Maret 2021. Pukul 10:00 Wib, di Kantor Kepolisian Sektor Ukui.

11
yang ada di Kabupaten Pelalawan hingga ke Desa-Desa terujung hal ini tentunya
dilakukan untuk mencegah terjadi kebakaran lahan yang besar.

Selain itu dalam hal ini Kepolisian Sektor Ukui juga melakukan tindakan
tindakan Preventif. berupa ajakan-ajakan serta nasihat-nasihat yang di
sosialisasikan melalui Bhabinkamtibas yang ada disetiap desa di Kabupaten
Pelalawan, disini Bhabinkamtibmas Kepolisian juga berperan sangat penting untuk
mencegah terjadi kebakaran lahan dan hutan. Sedangkan tindakan Represif. berupa
pemberian sanksi dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor yang
ditimbulkan akibat dari pembakaran lahan tersebut, dalam hal kebakaran tersebut
menjadi kebakaran yang berdampak serius terhadap kondisi udara yang ada serta
mengakibatkan kerusakan lingkungan yang besar dan juga menimbulkan kerugian
dari berbagai pihak. Pemberian sanksi juga memperhatikan keadilan serta manfaat,
dan dalam setiap upaya yang dilakukan tersebut tindakan represif juga merupakan
upaya terakhir untuk memberikan efek jera bagi para pelaku.17

Berdasarkan hasil wawancara dengan Penyidik Pembantu Unit II Tipiter


Satuan Reskrim Kepolisian Sektor Ukui Kabupaten Pelalawan mengenai upaya
mengatasi penegakan hukum terhadap pelaku pembakaran hutan dan lahan
berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup di Wilayah Hukum Kepolisian Sektor Ukui
Kabupaten Pelalawan adalah:18
1. Masyarakat harus ikut berpartisifasi guna mempelancar proses
pelaksanaan penyidikan terhadap pelaku pembakaran lahan dan hutan di
Wilayah Hukum Kepolisian Sektor Ukui Kabupaten Pelalawan dan
menambah jumlah personil Kepolisian guna mempersempit gerak
pelaku pembakaran lahan dan hutan, Aparat polri sebagai penegak
hukum dan Dinas Kehutanan khususnya harus selalu mensosialisasikan
menyangkut pembukaan lahan yang mana masyarakat masih kurang
mengetahui mengenai peraturan perundang-undangan ini.
2. Pemberian sanksi dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor
yang ditimbulkan akibat dari pembakaran lahan tersebut dalam hal
kebakaran tersebut menjadi kebakaran yang berdampak serius terhadap
kondisi udara yang ada serta mengakibatkan kerusakan lingkungan yang
besar dan juga menimbulkan kerugian dari berbagai pihak.

17
Wawancara dengan Bapak Bripka A. Kholid Nasution Penyidik Pembantu Unit Reskrim
Kepolisian Sektor Ukui, Hari Selasa Tanggal 24 Maret 2021 Pukul 13:00 Wib, di Kantor
Kepolisian Sektor Ukui.
18
Wawancara dengan Bapak Bripka Tri Kurniawan dan Bapak Bripka Heruza Nurza Penyidik
Pembantu Unit Reskrim Kepolisian Sektor Ukui Kabupaten Pelalawan, Hari Selasa Tanggal 24
Maret 2021 Pukul 14:00 Wib, di Kantor Kepolisian Sektor Ukui.

12
Kesimpulan

1. Penegakan hukum terhadap pelaku pembakaran hutan dan lahan


berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Wilayah Hukum Kepolisian Sektor
Ukui Kabupaten Pelalawan adalah belum berjalan sebagaimana semestinya
yang mana dalam pembakaran lahan menjadi problem atau polemik dalam
kehidupan masyarakat sehari-hari, melihat kondisi kebiasaan masyarakat
Kabupaten Pelalawan yang melakukan pembukaan dan pembersihan lahan
dengan cara dibakar, pembukaan lahan dengan cara membakar tersebut
hanya diperbolehkan yaitu masyarakat hukum Adat yang melakukan
pembakaran lahan dengan luas lahan maksimum 2 (dua) Hektar per kepala
keluarga untuk ditanami jenis varietas lokal wajib memberitahukan kepada
kepala desa selanjutnya kepala desa menyampaikan pemberitahuan kepada
Instansi yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup Kabupaten.

2. Hambatan dalam penegakan hukum terhadap pelaku pembakaran hutan dan


lahan berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di Wilayah Hukum
Kepolisian Sektor Ukui Kabupaten Pelalawan adalah kurangnya
pemahaman masyarakat terhadap regulasi-regulasi yang berkenaan dengan
pengendalian kebakaran lahan dan hutan, kurangnya sosialisai terhadap
masyarakat mengenai dampak serta sanksi yang timbul terhadap kegiatan
pembakaran hutan dan lahan yang tidak tersistem. Masyarakat khususnya di
Kabupaten Pelalawan masih memiliki pemahaman yang kurang bijak, hal
ini tentunya tidak terlepas dari beberapa kasus yang pernah ditangani
berkenaan dengan tindak pidana kebakaran lahan dan hutan, kurang
bijaknya dalam artian membenarkan yang biasa, bukan membiasakan yang
benar, serta sarana prasarana yang ada masih sangat minim.

3. Upaya mengatasi hambatan dalam penegakan hukum terhadap pelaku


pembakaran hutan dan lahan berdasarkan Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup di
Wilayah Hukum Kepolisian Sektor Ukui Kabupaten Pelalawan adalah
masyarakat harus ikut berpartisifasi guna mempelancar proses pelaksanaan
penyidikan terhadap pelaku pembakaran lahan dan hutan di Wilayah
Hukum Kepolisian Sektor Ukui Kabupaten Pelalawan, harus menambah
personil Kepolisian guna mempersempit gerak pelaku pembakaran lahan
dan hutan, Aparat polri sebagai penegak hukum dan Dinas Kehutanan
khususnya harus selalu mensosialisasikan menyangkut pembukaan lahan
yang mana masyarakat masih kurang mengetahui mengenai peraturan
perundang-undangan dan dalam pemberian sanksi dapat menimbulkan
kerugian dari berbagai pihak.

13
Saran

1. Penyidik Kepolisian Sektor Ukui Kabupaten Pelalawan diharapkan dapat


menjadi aparat penegak hukum yang profesional yang mampu menangani
kasus pembakaran lahan dan hutan lebih banyak lagi, hal ini bisa terwujud
melalui proses pembelajaran, pemberdayaan serta dukungan perlengakapan
dan fasilitas yang sesuai dengan kebutuhan tugas.

2. Perlu adanya tambahan sarana dan prasarana yang memadai, partisipasi atau
kerjasama antara penyidik Kepolisian Sektor Ukui Kabupaten Pelalawan
dengan masyarakat serta jumlah personil yang cukup sehingga dapat
mendukung pelaksanaan penyidikan.

3. Perlu adanya koordinasi, pengawasan dan patroli bersama antara Kepolisian


dan Dinas terkait sehingga lebih terpantaunya pembakaran lahan dan hutan
yang terjadi diwilayahnya.

Referensi

Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, (Bandung : Citra Aditya Bhakti, 2006), hlm. 189.

Siswanto Sunarso, Hukum Pidana Lingkungan Hidup dan Strategi penyelesaian


sengketa, (Jakarta : Rineka Cipta, 2015), hlm. 6.

Rizana, Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pembakaran Hutan di


Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau Menurut Undang-Undang Nomor 41
Tahun 1999 tentang Kehutanan, Jurnal Hukum Online, hlm. 2.

Yunia Rijayanti, Tindak Pidana Pembakaran Hutan dan Lahan, Jurnal Hukum,
Volume 4, Nomor 1, September 2015, hlm. 1.

Erdiansyah, Implementasi Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Pembakaran


Hutan dan Lahan di Provinsi Riau, Jurnal Ilmu Hukum, Volume 4, Nomor 3,
Januari 2015, hlm. 143.

M Nurul Fajri, Penindakan Pelaku Pembakaran Hutan dan Lahan, Jurnal Integritas,
Volume 2, Nomor 1, Agustus 2016, hlm. 43.

Usman Arifin, Kebijakan dan Administrasi Publik, (Jakarta: Gramedia Pustaka


Utama, 2013), hlm. 35.

14

Anda mungkin juga menyukai