Anda di halaman 1dari 4

HUKUM KEHUTANAN PADA KASUS PENEBANGAN HUTAN

Penulis1

ABSTRAK

Hutan merupakan salah satu faktor krusial di dalam mata rantai permasalahan
lingkungan hidup sosial. Terlepas dari bagaimana implementasi pengelolaan hutan di
lapangan, sebenarnya pemerintah Indonesia telah menyatakan concern terhadap
masalah degradasi lingkungan global diantaranya dengan komitmen untuk mengelola
hutan secara lestari (sustainable forest management). Kejaksaan Tinggi Jawa Timur,
menyatakan kasus penebangan ilegal di kawasan Taman Nasional (TN) Baluran,
Situbondo, dengan tersangka H, sudah lengkap (27/8). Tim Penyidik Pengawai Negeri
Sipil (PPNS) Balai Gakkum KLHK Wilayah Jawa Bali Nusa Tenggara (Jabalnusra)
dalam waktu dekat ini akan menyerahkan tersangka beserta barang bukti kepada Jaksa
Penuntut Umum Kejaksaan Negeri Situbondo agar bisa segera disidangkan.
Kebijakan merupakan solusi atas masalah, dan seringkali tidak efektif akibat tidak
cermat dalam merumuskan masalah, dan masalah selalu timbul dari pelaku-pelaku
yang dalam kesehariannya mengambil keputusan sebagai dasar bertindak.
Kata Kunci : Hutan, Kebijakanm, Pemerintah

PENDAHULUAN
Hutan merupakan salah satu faktor krusial di dalam mata rantai permasalahan
lingkungan hidup sosial. Terlepas dari bagaimana implementasi pengelolaan hutan di
lapangan, sebenarnya pemerintah Indonesia telah menyatakan concern terhadap
masalah degradasi lingkungan global diantaranya dengan komitmen untuk mengelola
hutan secara lestari (sustainable forest management). Di samping berbasis pada
prinsip-prinsip kelestarian, pemanfaatan sumber daya hutan dituntut juga untuk
memperhatikan juga prinsip multiguna mencakup konservasi tanah dan air, sumber
kayu dan non kayu untuk masyarakat lokal, konservasi flora dan fauna, serta fungsi
support untuk program pembangunan lainnya seperti transmigrasi, pertanian, dan
sarana umum lainnya. Hal tersebut sejalan dengan apa yang tersebut dalam Pasal 33
ayat (3) UUD 1945 bahwa dalam hal pengelolaan hutan pun negara berhak
memanfaatkannya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Hal itu diperjelas di
dalam pasal 4 (ayat) 1 Undang-undang No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan, bahwa
semua wilayah Republik Indonesia termasuk kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh Negara dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran
rakyat, namun demikian pengelolaan hutan dan pemanfaatan hasil hutan harus
dilakukan secara proporsional, agar tidak merusak kondisi dan fungsi hutan secara
keseluruhan, mengingat, hutan sebagai salah satu penentuan sistem penyangga
kehidupan dan sumber kemakmuran rakyat, jika kita tidak ingin kondisinya akan
semakin menurun akibat illegal logging, perambahan dan terbakarnya hutan secara
meluas. Selain UU Kehutanan No.41 tahun 1999, yang berhubungan dengan
pencegahan dan pemberantasan hutan juga dipertegas dengan Undang-Undang No.18
Tahun 2013 mencakup keseluruhan tentang pemberantasan perusakan hutan,
pemanfaatan hutan dan hasil hutan serta pengelolaan kawasan hutan oleh Pemerintah
untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
Kejaksaan Tinggi Jawa Timur, menyatakan kasus penebangan ilegal di
kawasan Taman Nasional (TN) Baluran, Situbondo, dengan tersangka H, sudah
lengkap (27/8). Tim Penyidik Pengawai Negeri Sipil (PPNS) Balai Gakkum KLHK
Wilayah Jawa Bali Nusa Tenggara (Jabalnusra) dalam waktu dekat ini akan
menyerahkan tersangka beserta barang bukti kepada Jaksa Penuntut Umum Kejaksaan
Negeri Situbondo agar bisa segera disidangkan. Dirjen Gakkum KLHK, Rasio Ridho
Sani, juga berjanji akan tegas menegakkan hukum melawan kejahatan kehutanan
seperti kasus perambahan dan penebangan ilegal di kawasan konservasi maupun
kawasan hutan lainnya “Kita harus melawan kejahatan seperti ini. Hukuman setinggi-
tingginya men jadi peringatan bagi para pelaku kejahatan lingkungan yang
memperkaya diri dari hasil merusak hutan,” kata Rasio Ridho Sani mengajak semua
pihak. PPNS Balai Gakkum KLHK Wilayah Jabalnusra menjerat tersangka H dengan
Pasal 83 Ayat (1) Huruf a Jo. Pasal 12 Huruf d Undang-Undang No.18 Tahun 2013
tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan, Jo. Undang-Undang No.11
Tahun 2020 tentang Cipta Kerja. Tersangka H diancam pidana penjara maksimum 5
tahun dan denda maksimum Rp 2,5 miliar. Kasus ini terungkap berkat hasil patroli
rutin Tim Polisi Kehutanan Taman Nasional Baluran tanggal 1 Juli 2021. Tim
mengamankan satu supir truk dengan barang bukti 30 batang kayu jati gelondongan
sedangkan tiga orang melarikan diri. Barang bukti lainnya truk colt diesel Mitsubishi
dengan kunci kontak dan ponsel Merk Oppo A12. Selanjutnya kasus ditangani oleh
PPNS BPPHLHK Wilayah Jabalnusra dan pada tanggal 2 Juli 2021 pelaku inisial H
ditetapkan menjadi tersangka dan mulai dilakukan penahanan di Rutan Polda Jawa
Timur.

KESIMPULAN

Kebijakan merupakan solusi atas masalah, dan seringkali tidak efektif akibat
tidak cermat dalam merumuskan masalah, dan masalah selalu timbul dari pelaku-
pelaku yang dalam kesehariannya mengambil keputusan sebagai dasar bertindak.
Tindak pidana bidang kehutanan merupakan masalah yang serius yang dihadapi
karena tidak hanya terjadi di hutan produksi tetapi sudah merambah ke kawasan
lindung dan konservasi. Tindak pidana di bidang kehutanan dan konservasi
menimbulkan dampak yang berbeda dengan tindak pidana secara umum, tidak saja
merugikan masyarakat dan negara, akan tetapi memberikan dampak buruk luar biasa
pada lingkungan dan sumberdaya alam itu sendiri dalam jangka panjang Proses
pembuktian yang lebih kompleks karena melibatkan aspek-aspek teknis di bidang dan
konservasi yang tidak ditemui tindak pidana di bidang kehutanan dan konservasi tidak
dapat dilakukan oleh pihak kepolisian saja, namun juga harus melibatkan Pegawai
Penyelidik Negeri Sipil (PPNS) di bidang kehutanan, konservasi, juga lingkungan
hidup.

Daftar Pustaka
Gane, A. (2019). Penegakan Hukum Secara Integratif Alih Fungsi Lahan Dalam
Tindak Pidana Kehutanan. Jurnal Poros Hukum Padjadjaran, 1(2), 315-333.
Https://Doi.Org/10.23920/Jphp.v1i2.293
Mega Fitri Hertini, & Dina Karlina. (2022). Implementasi Kearifan Lokal Dalam
Penegakan Hukum Di Bidang Kehutanan . Jurnal Komunikasi Hukum (Jkh),
8(2),107128.RetrievedFromHttps://Ejournal.Undiksha.Ac.Id/Index.Php/Jkh/Ar
ticle/View/47693
Esti Aryani, Tri Wahyu Widiastuti, 2016. Pertanggungjawaban Korporasi Dalam
Tindak Pidana Kehutanan, Jurnal Ilmu Hukum, Volume 7, Nomor 1, Maret,
2016.
I Gusti Ayu Ketut Rachmi Handayani, 2009. Penegakkan Hukum Kehutanan Dalam
Rangka Antisipasi Dampak Climate Change Di Indonesia, Mimbar Hukum,
Volume 21, Nomor 2, Juni 2009. Rm.
Armaya Mangkunegara, 2018. Pemidanaan Korporasi Dalam Hukum Kehutanan
Berbasis Perlindungan Hukum Terhadap Korban, Rechtidee, Vol. 13, No. 1,
Juni 2018.
Afifah Khairunnisa. Dampak Industri Perkebunan Kelapa Sawit Di Riau Terhadap
Ekosistem Lingkungan, Jusuf Kalla School Of Goverment. 2018
Aries Isnandar. Bangunan Hukum Pidana Berbasis Kearifan Lokal Studi Kasus
Pengendalian Badan Konservasi Dan Sumber Daya, Jurnal Hukum
Ransendental, Ums, 2021
Gatoet Purnomo, Kearifan Lokal Dalam Pengaturan Larangan Pembakaran Hutan
Dan Lahan, Lex Jurnal: Kajian Hukum Dan Keadilan, Vol 4 No.1. 2021
Joko Pribadi. Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pencurian Buah
Kalapa Sawit Yang Dilakukan Oleh Anak, Medan. 2018
Mispansyah. Penyalahgunaan Perizinan Perkebunan Sawit Dalam Persepktif Tindak
Pidana Korupsi, Banjarmasin. Journal Ius Constituendum Prodi Magister
Hukum Pascasarjana Universitas Semarang. 2021

Anda mungkin juga menyukai