Abstrak
Di Kabupaten Musi Banyuasin pada tahun 2019 terjadi 6 kasus kebakaran hutan dan atau lahan
yang pelakunya oknum masyarakat secara individu dan 5 kasus dapat dilanjutkan pada tahap II (P21),
salah satunya adalah kasus dengan laporan Polisi Nomor LP/A-138/VIII/2019/SUMSEL/RES.MUBA,
tanggal 09 Agustus 2019.. Adapun yang menjadi permasalahan dalam tesis ini adalah
Bagaimanakah penegakan hukum Pidana terhadap pelaku pembakaran hutan dan atau lahann di
wilayah hukum Kepolisian Resor Musi Banyuasin ? dan Apakah faktor penghambat penegakan
hukum pidana terhadap pelaku pembakaran hutan dan atau lahan di wilayah Kepolisian Reor Musi
Banyuasin ?. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian yuridis empiris, dengan data
primer yang diperoleh dari lapangan melalui wawancara dan data sekunder dengan mengkaji
peraturan perundang-undangan yang terkait dengan permasalahan dan literature yang relevan dengan
pembahasan tesis ini. Hasil penelitian tesis ini adalah bahwa berdasarkan hasil penyidikan yang
dilakukan oleh Unit Pidana khusus Satreskrim Polres MUBA. bahwa pelaku secara sengaja
melakukan pembakaran lahan untuk dijadikan areal kebun, berdasarkan bukti-bukti yang sah, maka
penyidik menetapkan tersangka dengan ancaman hukuman sebagaimana diatur Pasal 187 ayat (1)
juncto Pasal 188 KUH.Pidana. Sedangkan faktor penghambat penegakan hukum terhadap kasus
tersebut adalah faktor hukum diterapkan ketentuan KUHP bukan ketentuan dalam Undang-Undang
yang bersifat lex specialist. Dari segi aparatur pengeak hukum banyak aparat yang belum memahami
ketentuan yang mengatur tentang pembakaran hutan dan atau lahan. Faktor fasilitas/sarana prasarana,
belum tersedianya sarana/fasilitas untuk melakukan tindakan kepolisian dalam upaya mencegah dan
melakukan tindakan apabila terjadi kebakaran hutan dan atau lahan. Minimnya jumlah personil Polri
dan terbatasnya anggaran biaya. Faktor masyarakat dan budaya masih adanya sikap ketidak pedulian
masyarakat dan sudah menjadi kebiasaan masyarakat jika membuka lahan untuk
pertanian/perkebunan dilakukan dengan cara membakar lahan.
Abstract:
In Musi Banyuasin Regency in 2019 there were 6 cases of forest and/or land fires whose perpetrators
were individual people and 5 cases could be continued in stage II (P21), one of which was the case
with the Police report Number LP/A-138/VIII/2019 /SUMSEL/RES.MUBA, August
09, 2019.. The problem in this thesis is how is the criminal law enforcement against the perpetrators
of forest and/or land burning in the jurisdiction of the Musi Banyuasin Resort Police? and What are
the inhibiting factors for the enforcement of criminal law against perpetrators of forest and/or land
burning in the Reor Musi Banyuasin Police area?. The research method used is empirical juridical
research, with primary data obtained from the field through interviews and secondary data by
reviewing laws and regulations related to issues and literature relevant to the discussion of this
thesis. The result of this thesis research is that based on the results of the investigation conducted by
the Special Criminal Unit of the MUBA Police Satreskrim. that the perpetrator intentionally burns the
land to be used as a garden area, based on valid evidence, the investigator determines the suspect
with the threat of punishment as stipulated in Article 187 paragraph (1) in conjunction with Article
188 of the Criminal Code. Meanwhile, the inhibiting factor for law enforcement in this case is the
legal factor being applied to the provisions of the Criminal Code, not the provisions in the Law which
are lex specialist. In terms of law enforcement officials, many officers do not understand the
provisions governing forest and/or land burning. Factors facilities/infrastructure, the unavailability of
facilities/facilities to take police action in an effort to prevent and take action in the event of forest
and or land fires. The minimum number of Polri personnel and the limited budget. Community and
cultural factors are still the attitude of community ignorance and it has become a habit of the
community if clearing land for agriculture/plantation is done by burning the land.
dikuasai oleh Negara dan dipergunakan Tahun 2015 tentang Prosedur Tetap
untuk sebesar-besarnya kemakmuran Pengendalian Kebakaran Hutan dan atau
rakyat. Lahan yang memberi panduan teknis
Kabupaten Musi Banyuasin Pemerintah Provinsi dan kabupaten /kota
Provinsi Sumatera Selatan merupakan untuk melakukan peningkatan
salah satu dari beberapa daerah yang rawan pengendalian kebakaran lahan dan atau
kebakaran, selain kondisi iklim/cuaca hutan melalui kegiatan pencegahan,
karakteristik lahan seperti gambut juga pemadaman dan penanganan pasca
menjadi faktor pendukung terjadinya kebakaran/pemulihan; melakukan
kebakaran, namun yang paling dominan kerjasama dan saling berkoordinasi dan
menyebabkan terjadinya kebakaran adalah meningkatkan peran serta masyarakat.
karena ulah manusia membuka lahan Namun demikian dalam rangka menjamin
masih dengan cara membakar. Faktor kepastian hukum upaya pengendalian,
lainnya adalah sumber api dari masyarakat, penangangan dampak dan meningkatkan
kasus kebakaran hutan maupun lahan sulit penegakan hukum dan memberikan sanksi
diselesaikan melalui penegakan hukum, yang tegas terhadap perorangan dan badan
kebakaran hutan dan lahan juga akibat dari hukum yang terlibat dengan kegiatan
perambahan, menguasai kawasan hutan. pembakaran lahan dan atau hutan
Sehingga dampak dari terjadinya diperlukan adanya penegakan hukum yang
kebakaran hutan dan lahan yang tegas dari apatur penegak hukum.
mengakibatkan kabut asap yang terjadi Berdasarkan laporan Kepolisian
setiap tahun dan telah menimbulkan pada Kepolisian Resor Musi Banyuasin
kerugian, baik kerugian ekologi, ekonomi, (Polres Muba) tahun 2019 terdapat 6
sosial maupun budaya yang sulit dihitung (enam) kasus kebakaran hutan dan atau
besarannya.10 lahan yang terjadi di Kabupaten Musi
Sesuai dengan Instruksi Presiden Banyuasin yang merupakan wilayah
No. 11 Tahun 2015 tentang Peningkatan hukum Kepolisian Resor Musi Banyuasin
Pengendalian Kebakaran hutan dan atau (Polres Muba).11 Dari 6 (enam) kasus
Lahan, Pemerintah Provinsi Sumatera tersebut dapat dirinci sebagai berikut, 5
Selatan telah mengeluarkan Peraturan (lima) Kasus pelakunya adalah masyarakat,
Gubernur Sumatera Selatan Nomor 71 sedangkan 1 (satu) Kasus pelakunya adalah
Perusahaan Perkebunan. 1 (satu) Kasus
10
“Kabut Asap Menyelimuti Kota
11
Palembang”, SUMATERA EKSPRESS, Palembang, Data Satreskrim Polres Muba Tahun
10 Agustus 2015, hlm.1 2019.
tritunggal nilai, kaidah dan pola perilaku.14 mengartikan penegakan hukum sebagai
Oleh karena itu dapatlah dikatakan bahwa pelaksanaan keputusan-keputusan hakim.18
penegakan hukum bukanlah semata-mata Masalah pokok dari penegakan hukum
berarti pelaksanaan perundang-undangan, sebenarnya terletak pada faktor-faktor
walaupun di dalam kenyataan di Indonesia yang mungkin mempengaruhinya. Faktor-
kecenderungannya adalah demikian, faktor tersebut mempunyai arti netral,
sehingga pengertian law enforcement sehingga dampak positif atau negatifnya
begitu populer. Selain dari itu, maka ada terletak pada isi faktor tersebut. Faktor-
kecenderungan yang kuat untuk faktor tersebut adalah sebagai berikut :
mengartikan penegakan hukum sebagai a. Faktor hukumnya sendiri, yang di dalam
15
pelaksanaan keputusan-keputusan hakim. penelitian ini akan dibatasi pada
Penegakan hukum, sebagaimana undang-undang.
dirumuskan secara sederhana oleh Satjipto b. Faktor penegak hukum, yakni pihak-
Rahardjo, merupakan suatu proses untuk pihak yang membentuk maupun
mewujudkan keinginan-keinginan hukum menerapkan hukum.
menjadi kenyataan.16 Keinginan-keinginan c. Faktor sarana atau fasilitas yang
hukum yang dimaksudkan di sini yaitu mendukung penegakan hukum.
yang merupakan pikiran-pikiran badan d. Faktor masyarakat, yakni lingkungan di
pembentuk undang-undang yang mana hukum tersebut berlaku atau
dirumuskan dalam peraturan-peraturan diterapkan.
hukum itu. Perumusan pikiran pembuat e. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil
hukum yang dituangkan dalam peraturan karya, cipta, dan rasa yang didasarkan
hukum, turut menentukan bagaimana pada karsa manusia di dalam pergaulan
penegakan hukum itu dijalankan. Dengan hidup.19
demikian pada gilirannya, proses
Kelima faktor tersebut di atas
penegakan hukum itu memuncak pada
saling berkaitan dengan eratnya, oleh
pelaksanaannya oleh para pejabat penegak
karena merupakan esensi dari penegakan
hukum itu sendiri.17
hukum, serta merupakan tolok ukur dari
Selain dari itu, maka ada
efektivitas penegakan hukum.
kecenderungan yang kuat untuk
14
Ibid, hlm. 4
15
Ibid, hlm. 5
16
Satjipto Rahardjo, 1983, Masalah
18
Penegakan Hukum, Sinar Baru, Bandung, hlm. 24 Ibid, hlm. 5
17 19
Ibid Ibid, hlm. 6
4. Analisis Data
3. Teknik Pengumpulan dan
Data yang telah terkumpul
Pengolahan Data
dianalisis dengan cara kualitatif. Analisis
Dalam pengumpulan data, penulis
kualitatif dilakukan untuk melukiskan
melakukan serangkaian kegiatan yang
kenyataan-kenyataan yang ada berdasarkan
meliputi :
hasil penelitian yang berbentuk penjelasan-
1. Studi pustaka, yaitu pengumpulan
penjelasan, dari analisis tersebut dapat
terhadap data sekunder dengan
ditarik suatu kesimpulan terhadap
mencatat, mengutip serta menelaah
permasalahan yang membahas secara
buku-buku kepustakaan yang berkaitan
umum yang didasarkan atas fakta-fakta
dengan materi penelitian kemudian
yang bersifat khusus.
menyusunnya sebagai kajian data.
Setelah data sekunder diperoleh,
2. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan
kemudian disusun secara sistematis
data primer yang dilakukan secara lisan
sehingga diperoleh gambaran hukum
kepada narasumber dengan mengajukan
terkait kinerja penyidik kepolisian dalam
beberapa pertanyaan secara terbuka dan
menangani pelaku tindak pidana
terarah dengan sebelumnya
ppembakaran hutan dan atau lahan di
wilayah hukum Polres muba. Data primer pengayoman, dan pelayanan kepada
yang diperoleh melalui studi lapangan masyarakat dalam hal ini dalam konteks
tersebut digunakan untuk mendukung tugas polisi untuk memberikan bantuan
pemahaman dari studi kepustakaan kepada masyarakat, maka kepolisian dapat
terutama yang berkaitan dengan bertindak menurut penilaiannya sendiri.20
permasalahan di atas, sehingga akan Dalam kasus pembakaran Hutan
diperoleh gambaran yang jelas mengenai dan atau lahan yang pelakunya adalah
Peranan Polri khususnya Polres Muba masyarakat pada dasarnya
dalam penegakan hukum pidana terhadap pertanggungjawaban pidana pelaku
pelaku pembakaran hutan dan atau lahan di pembakaran Hutan dan atau Lahan Polres
wilayah hukum Polres Muba. Metode yang Musi Banyuasin menerapkan ketentuan
digunakan dalam penarikan kesimpulan Pasal 187 ayat (1) Juncto Pasal 188
adalah metode induktif yaitu suatu cara KUHPidana, yang rumusannya berbunyi
berfikir yang didasarkan fakta-fakta yang sebagai berikut : Pasal 187 ayat (1)
bersifat khusus yang kemudian diambil KUHPidana “Barang siapa dengan sengaja
kesimpulan secara umum sehingga menimbulkan kebakaran, ledakan atau
kesimpulan tersebut dapat diberikan saran. banjir jika karena perbuatan tersebut diatas
timbul bahaya umum bagi barang dengan
E. PEMBAHASAN ancaman pidana paling lama 12 tahun.
1. Penegakan Hukum Pidana Terhadap Sedangkan Pasal 188 KUHPidana “Barang
Pelaku Pembakaran Hutan Dan Atau siapa karena kesalahan (Kealpaan)
Lahan Di Wilayah Hukum Kepolisian menyebabkan kebakaran, ledakan atau
Resort Musi Banyuasin. banjir jika krena perbuatan itu timbul
Berdasarkan kebijakan formulasi bahaya umum bagi barang dengan
dalam Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun ancaman pidana paling lama lima tahun”.
2002 tersebut, tampak bahwa kewenangan Mengenai pertanggungjawaban
kepolisian dalam konteks implementasi pelaku tindak pidana pembakaran hutan
fungsi penyidikan, yaitu kepolisian dan tau lahn , sehingga terhadapnya dapat
berwenang untuk melakukan penyelidikan, dipidana, maka pelakunya haruslah
penyidikan dan penghentian penyidikan memenuhi unsur-unsur sebagaimana dalam
serta berwenang untuk mengadakan Pasal 187 ayat (1) Jo Pasal 188 KUHP.
tindakan lain menurut hukum yang Untuk dapat menyatakan seseorang
bertanggung jawab, ddisamping adanya
tugas polisi memberikan perlindungan, 20
Ibid, hlm. 88
tersngka yang didakwa melanggar larangan semak belukar yang sudah ditebasditebang
yang diatur dalam Pasal 187 ayat (1) Jo tersangka. Dari fakta-fakta tersebut diatas,
Pasal 188 KUHP terbukti mempunyai maka telah terjadi peristiwa tindak pidana
kesengajaan melakukan tindak pidana berdasarkan ketentuan sebagaimana diatur
pemabakaran hutan dan atau lahan akan, dalam Pasal 187 ayat (1) Jo Pasal 188
oleh sebab itu Kepolisian Resor Musi KUHPidana.22
Banyuasin sebagai institusi aparatur Berdasarkan analisis secara yuridis
penegak hukum melakukan langkah- terhadap kasus tersebut diatas bahwa
langkah penegakan hukum sesuai dengan tersangka AHYAR Bin MAJID telah
standar operasional prosedur dann didapat cukup bukti untuk diduga keras
peraturan perundang-undangan yang bahwa ianya benar telah melakukan
berlaku.21 pembakaran lahan semak belukar yang
Berdasarkan keterangan para saksi dengan kesalahan (Kealpaan)nya tersebut
bahwa benar saudara AHYAR Bin MAJID menimbulkan bahaya umum bagi barang,
ada membakar lahan semak belukar pada dimana berdasarkan pengakuan dari
tanggal 20 Juli 20019 di Jalan Sekayu - tersangka bahwa tersangka mengakui telah
Pendopo KM 5 Kelurahan Soak Baru membuka lahan dengan cara
Kecamatan Sekayu Kabupaten Musi ditebas/ditebang kemudian dengan
Banyuasin. Saksi juga menerangkan bahwa menggunakan Ban Dalam Mobul, puntung
saudara AHYAR ada menebas/menebang kayu dan korek api lahan tersebut dibakar,
semak belukar yang ada di lahan yang sehingga terjadi kebakaran yang dapat
terbakar dan kemudian belukar yang baru menimbulkan bahaya umum bagi barang.
ditebas, saudara AHYAR tumpuk menjadi Sehubungan dengan hal tersebut
satu tumpukan, kemudian tersangka diatas, maka penyidik berpendapat bahwa
AHYAR bakar dengan menggunakan karet perbuuatan tersangka AHYAR Bin MAJID
Ban Dalam Mobil yang dipotong kecil- telah memenuhi unsur-unsur delik yang
kecil dan korek api. Tersangka juga tercantum dalam Pasal 187 ayat (1) Jo Pasal
membenarkan bahwa pada tanggal 20 Juli 188 KUHPidana. Oleh sebab itu perkara
2019 tersangka ditegur oleh anggota BPBD tersebut dapat ditingkatkan ke Tahap
Kabupaten Musi banyuasin untuk tidak
melakukan pembakaran terhadap lahan
21 22
Hasiil wawancara dengan AKP. Ali Hasil wawancara .dengan Bapak IPDA.
Rojikin, SH. MH. Kasat. Reskrim. Polres Musi Hendri, SH. Kanit. Pidsus Satreskrim Poolres Musi
Banyuasin, tanggal 3 Mei 2021, di Mapolres Musi Banyuasin, tanggal 4 Mei 2021, di Mapolres Musi
Banyuasin. Banyuasin.
penuntutan.23 Penerapan Pasal 187 ayat (1) Lahan di Wilayah Hukum Kepolisian
Jo Pasal 188 KUHPidana tersebut Resor Musi Banyuasin, peneliti mencoba
merupakan upaya polri untuk melakukan menguraikan faktor-faktor tersebut
penegakan hukum terhadap tindak pidana berdasarkan teori yang dikemukakan oleh
pembakaran hutan dan atau lahan Soejono Soekanto, yaitu:
(Karhutlah) yang pelakunya adalah a. Faktor Hukum atau Undang-Undang.
masyarakat secara perorangan dalam arti Penyidik Unit Pidana Khusus
pelakunya bukan korporasi. Banyak kasus Satreskrim Polres Musi Banyuasin
kebakaran hutan dan atau lahan yang terjadi menerapkan ketentuan Pasal 187 ayat
pelakunya adalah masyarakat secara (1) Jo Pasal 188 KUHPidana dalam
perorangan dalam upaya mereka memmbuka peristiwa tindak pidana tersebut oleh
lahan untuk berkebun dengan menggunakan karena pelakunya individu/perorangan
cara dibakar agar supaya lebih mudah lahan dan luas lahan yang menjadi objek
tersebut dibersihkan. Namun tidak jarang tindak pidana juga tidak terlalu luas,
terjadi kebakaran hutan dan atau lahan sehingga apabila diterapkan ketentuan
dimana pelakunya adalah korporasi yang pidana dalam Undang-Undang RI
bergerak dibidang perkebunan. Dampak dari Nomoor 32 Tahun 2009 Tentang
kegiatan pembakaran hutan dan atau lahann Perlindungan Dan Pengelolaan
tersebut menyebabkan asap pekat sehingga Lingkungan Hidup dan/atau Undang-
menimbulkann pencemaran udara yang Undang RI Nomor 41 Tahun 1999
dapat mengganggu aktifitas dan kesehatan Tentang Kehutanan dan/atau Undang-
masyarakat. Undang RI Nomor 39 Tahun 2014
Tentang Perkebunan sebagai Lex
2. Faktor Penghambat Penegakan Specialist, maka ancaman hukumannya
Hukum Pidana Terhadap Pelaku lebih berat dari pada ketentuan pidana
Pembakaran Hutan Dan Atau Lahan sebagaimana ketentuan Pasal 187 ayat
di Wilayah Hukum Kepolisian Resor (1) Jo pasal 188 KUHPidana.24
Musi Banyuasin. b. Faktor Penegak hukum
Faktor-faktor penghambat Kelemahan dari peraturan-
Penegakan Hukum Pidana Terhadap peraturan yang ada seperti telah
Pelaku Pembakaran Hutan Dan Atau disebutkan di atas sebenarnya dapat di
23 24
Hasil wawancara .dengan Bapak IPDA. Hasil wawancara dengan Bapak AKP.
Hendri, SH. Kanit. Pidsus Satreskrim Poolres Musi Ali Rojikin, SH. MH, Kasat Reskrim Polres Musi
Banyuasin, tanggal 4 Mei 2021, di Mapolres Musi Banyuasin, Tanggal 3 Mei 2021 di Mapolres Musi
Banyuasin. Banyuasin..
25 26
Hasil Wawancara dengan Bapak AKP. Hasil Wawancara dengan Bapak AKP.
Ali Rojikin, SH. MH, Kasat Reskrim Polres Musi Ali Rojikin, SH. MH, Kasat Reskrim Polres Musi
Banyuasin, Tanggal 3 Mei 2021 di Mapolres Musi Banyuasin, Tanggal 3 Mei 2021 di Mapolres Musi
Banyuasin. Banyuasin