Anda di halaman 1dari 17

PENGAWASAN PEMERINTAH DALAM USAHA DIBIDANG

KEHUTANAN
( Studi Kasus Kelurahan Sembulang, Kecamatan Galang, Kota Batam )

A. Latar Belakang
Hutan sebagai paru-paru dunia menjadi hal yang sangat perlu

dijaga, hutan sampai saat ini masih rawan pengrusakan dan penebangan

liar. Masalah yang timbul dari penebangan hutan secara liar ini tak hanya

bisa mengakibatkan produksi oksigen menjadi berkurang tetapi, melainkan

bisa memusnahkan habitat ribuan spesies yang hidup didalamnya. Adapun

dampak yang terjadi akibat penebangan hutan secara illegal adalah

mengakibatkan terjadinya lonsor dan banjir karena tidak ada pohon untuk

meresap air, kurangnya sumber mata air di hutan, tanah menjadi kurang

subur, dan banyak fauna dan flora yang musnah akibat penebangan hutan

secara illegal. Penguasaan hutan oleh Negara bukan merupakan pemilikan,

tetapi Negara memberi wewenang kepada pemerintah untuk mengatur dan

mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan hutan, kawasan hutan dan

hasil hutan, menetapkan kawasan hutan dan atau mengubah status

kawasan hutan; mengatur dan menetapkan hubungan hukum antara orang

dengan hutan atau kawasan hutan dan hasil hutan, serta mengatur

perbuatan hukum mengenai kehutanan. Selanjutnya pemerintah

mempunyai wewenang untuk memberikan izin dan hak kepada pihak lain

untuk melakukan kegiatan di bidang kehutanan. Urusan pemerintahan di

bidang kehutanan adalah menyangkut urusan hutan, kawasan hutan dan

1
hasil hutan secara terpadu. Urusan pemerintahan di bidang kehutanan

diselenggarakan berdasarkan Undang-Undang Kehutanan.

Kelurahan Sembulang terdiri dari 5 Rukun Warga yaitu :

1. Dapur Enam

2. Tanjung Banun

3. Sungai Raya

4. Sembulang

5. Sungai Buluh

Kelurahan Sembulang adalah salah satu kelurahan yang banyak

terjadinya aktivitas penimbunan kayu tanpa izin yang mana di Kelurahan

Sembulang banyak orang yang mempunyai usaha dapur arang. Jumlah

dapur arang yang ada di Kelurahan Sembulang 44 dapur arang, ada pun

dapur arang yang muatannya 24 ton, 23 ton, 15 ton, 11 ton, 10 ton, 9 ton, 8

ton, 7 ton, 6 ton, 5 ton, 4 ton, 4,5 ton, 3,5 ton, 2,5 ton, 2 ton, 1,5 ton dan

ada juga yang muatannya 1 ton. Banyaknya orang yang mempunyai usaha

dapur arang melakukan penimbunan kayu tanpa izin. Dikeluarkan

Peraturan Walikota Batam Nomor: 23 Tahun 2010 Tentang Petunjuk

Pelaksanaan Perizinan Usaha Bidang Kehutanan. Tetapi tetap saja

masyarakat melakukan penimbunan kayu tanpa izin karna kurangnya

peranan pemerintah atau aparat penegak hukum dalam masalah ini, ini

akan memberi peluang kepada para pelaku penimbunan kayu tanpa izin.

Ketentuan pidana yang di atur dalam Pasal 50 dan sanksi

pidananya dalam Pasal 78 UU No. 41/1999, merupakan salah satu dari

2
upaya perlindungan hutan dalam rangka mempertahankan fungsi hutan

secara lestari. Maksud dan tujuan dari pemberian sanksi pidana yang berat

terhadap setiap orang yang melanggar hukum di bidang kehutanan ini

adalah agar dapat menimbulkan efek jera bagi pelanggar hukum di bidang

kehutanan (penjelasan umum paragraph ke – 18 UU No. 41/1999). Efek

jera yang dimaksud bukan hanya kepada pelaku yang telah melakukan

tindak pidana kehutanan, akan tetapi kepada orang lain yang mempunyai

kegiatan dalam bidang kehutanan menjadi berpikir kembali untuk

melakukan perbuatan melanggar hukum karena sanksi pidannya berat.

Ketentuan pada Pasal 50 ayat (3) huruf c menyatakan bahwa,

“Setiap orang di larang melakukan penebangan pohon dalam kawasan

hutan dengan radius atau jarak sampai dengan:

1. 500 (lima ratus) meter dari tepi waduk atau danau,

2. 200 (dua ratus) meter dari tepi mata air dan kiri kanan sungai di daerah

rawa,

3. 100 (seratus) meter dari kiri kanan tepi sungai,

4. 50 (lima puluh) meter dari kiri kanan tepi anak sungai,

5. 2 (dua) kali kedalaman jurang dari tepi jurang,

6. 130 (seratus tiga puluh) kali selisih pasang tertinggi dan pasang

terendah dari tepi pantai.

Berdasarkan uraian tentang rumusan ketentuan pidana dan

sanksinya yang di atur oleh UU No. 41/1999 tersebut di atas, maka dapat

ditemukan unsur–unsur yang dapat dijadikan dasar hukum penegakan

3
hukum pidana terhadap pelaku tindak pidana penebangan liar (illegal

logging) yaitu:

1. Merusak prasarana dan sarana perlindungan hukum,

2. Kegiatan yang keluar dari ketentuan–ketentuan perizinan sehingga

merusak hutan,

3. Melanggar batas–batas tepi sungai, jurang dan pantai yang ditentukan

undang–undang,

4. Menebang pohon tanpa izin,

5. Menerima, membeli, atau menjual, menerima tukar, menerima titipan,

menyimpan, atau memiliki hasil hutan yang diketahui atau patut di duga

sebagai hasil hutan illegal,

6. Mengangkut, menguasai atau memiliki hasil hutan tanpa SKSHH,

7. Membawa alat–alat berat dan alat–alat lain pengelolaan hasil hutan

tanpa izin.

Kecamatan Galang adalah salah satu Kecamatan yang ada di Kota

Batam yang merupakan daerah yang mempunyai berhektar-hektar hutan.

Kegiatan atau usaha yang menyebabkan kerusakan hutan di Kecamatan

Galang seperti penimbunan kayu tanpa izin yang dijadikan arang dan

kemudian diekspor ke Malaysia dan Singapur. Hal ini menurut analisa

penulis karena kurangnya upaya pemerintah setempat dalam memberikan

pengawasan dan menetapkan kebijakan kepada yang melakukan

penimbunan kayu tersebut. Khususnya di Kelurahan Sembulang telah

banyak masyarakat melakukan aktivitas penimbunan kayu tanpa izin,

4
aktivitas seperti ini sudah berjalan puluhan tahun, disatu sisi memang

termasuk mata pencaharian masyarakat setempat dimana mayoritas

masyarakat merupakan buruh.

Penimbunan kayu telah lama dilakukan sejak bertahun-tahun dan

selama ini belum nampak usaha penertiban dan penerapan sanksi hukum

bagi pelaku penimbunan kayu tersebut. Maka dari itu peneliti melakukan

penelitian ini dengan alasan karena di Kelurahan Sembulang merupakan

salah satu tempat dimana banyak yang melakukan aktivitas penimbunan

kayu. Disinilah letak pentingnya pengamatan ini dilakukan untuk melihat

sejauh mana upaya pemerintah dalam menangani penimbunan kayu tanpa

izin di Kelurahan Sembulang. Maka dari itu, Penulis menetapkan judul

“Pengawasan Pemerintah Dalam Usaha Bidang Kehutanan” (Studi

Kasus Kelurahan Sembulang, Kecamatan Galang, kota Batam).

B. Rumusan Masalah

Dari uraian yang telah dideskripsikan dari latar belakang tersebut,

maka yang menjadi permasalahan adalah bagaimana Pengawasan

Pemerintah Dalam Usaha Bidang Kehutanan?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan

Adapun tujuan atas tulisan ini adalah untuk mengetahui bagaimana

Pengawasan Pemerintah Dalam Usaha Bidang Kehutanan di Kelurahan

Sembulang.

5
2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini antara lain :

a. Secara teoritis hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan bagi

pemerintah dalam mengkaji keluhan-keluhan mengenai Petunjuk

Pelaksanaan Perizinan Usaha Bidang Kehutanan.

b. Secara praktis penelitian ini berguna untuk mengembangkan wawasan

dan menganalisis masalah-masalah yang terjadi.

D. Tinjaun Pustaka

1. Kebijakan

Kebijakan itu sendiri menurut Friedrich (Agustino, 2012:7)

menjelaskan bahwa:

“kebijakan merupakan sebagai tindakan-tindakan atau kegiatan yang


diusulkan oleh individu, seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam
suatu lingkungan tertentu. Dimana terdapat hambatan-hambatan atau
kesulitan-kesulitan dan kemungkinan-kemungkinan dimana kebijakan itu
diusulkan agar berguna dalam mengatasinya untuk mecapai tujuan yang
di maksud atau telah ditetapkan sebelumnya”.

Kebijakan menurut Suharto (2012:7) mengemukakan bahwa

kebijakan adalah suatu ketetapan yang memuat prinsip-prinsip untuk

mengarahkan cara-cara bertindak yang dibuat secara terencana, dan

konsistensi dalam mencapai tujuan tertentu. Sesuai dengan sistem

administrasi Negara Republik Indonesia kebijakan dapat terbagi 2 (dua)

yaitu :

1. Kebijakan internal (manajerial), yaitu kebijakan yang mempunyai

kekuatan mengikat aparatur dalam organisasi pemerintah sendiri,

6
2. Kebijakan eksternal (publik), suatu kebijakan yang mengikat

masyarakat umum. Sehingga dengan kebijakan demikian kebijakan

harus tertulis.

Carl Friedrich sebagaiamana dikutip Winarno (2007:17)

berpendapat bahwa :

“Kebijakan adalah arah tindakan yang diususlkan oleh seseorang,


kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu, yang
memberikan hambatan-hambatan atau kesempatan-kesempatan dalam
rangka mencapai suatu tujuan dan merealisasikan suatu sasaran atau
maksud tertentu.

2. Pengawasan

Pengawasa secara umum adalah merupakan suatu tugas yang

dibebankan pada seorang, kelompok, lembaga, instansi dalam artian

mengamati dan mengawasi pelaksanaan suatu pekerjaan secara umum.

Muhadam Labolo (2007:264) mengatakan pengawasan adalah

suatu kegiatan pengontrolan terhadap implementasi perencanaan kerja,

perencanaan anggaran serta pelaksanaan kebijakan yang telah ditetapkan.

Dalam kenyataan saat ini, kegiatan fungsi pengawasan sering dijadikan

alat bagi pelaku pengawasan untuk mengintervensi seseorang atau institusi

terhadap sebuah kegiatan yang dilakukan. Kecendrungan ini sudah sangat

sering terjadi dan bukan rahasia umum lagi.

Taliziduhu Ndraha (2003:197) dalam buku Kybernologi Mary

Parker Follet dalam penutupan seri kuliah di London school of economics

(1923,11 H.Luther Gullick dan I. Urwick, Eds. Dalam Papers on the

Sciencs of Administrasion, 1937). Berbicara tentang control sebagai proses

7
tersebut berlangsung dibawah empat prinsip control yang juga adalah

prinsip organisasi, keempat prinsip itu adalah:

a. Koordinasi sebagai hubungan timbal balik semua fakta didalam suatu

suasi.

b. Koordinasi dengan kontak langsung antara manusia yang

berkepentingan.

c. Koordinasi pada tahap awal setiap kegiatan.

d. Koordinasi sebagai sebuah proses yang berjalan terus menerus.

Mc. Farland, mengemukakan defenisi pengawasan sebagai berikut:

“Pengawasan ialah di mana suatu proses pimpinan ingin


mengetahui apakah hasil pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh
bawahan nya sesuai dengan, perintah, tujuan, atau kebijakan yang telah
ditentukan” (Drs. Soewarno Handayaningrat 1988:143).

Menurut Stoner dkk, mengatakan pengawasan adalah

pengendalian manajemen adalah proses untuk memastikan bahwa aktifitas

sebenarnya sesuai dengan aktifitas yang direncanakan (Drs. Wilson

Bangun, 2008:164).

Koontz, O’Donnel dan Weihrich, menyatakan pengawasan adalah

pengendalian untuk mengukur dan mengoreksi prestasi kerja bawahan

guna memastikan bahwa tujuan organisasi disemua tingkat dan rencana

yang didesain untuk mencapainya, sedang dilaksanakan (Drs. Wilson

Bangun, 2008:164).

George R. Terry, menyatakan pengawasan adalah pengendalian

merupakan suatu proses dasar untuk mendapatkan sesuatu yang identic

dan apa saja yang dikendalikan (Drs. Wilson Bangun, 2008;164).

8
Siagian (1982:13) mengemukakan pengawasan yaitu proses

pengamatan dari pada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk

menjamin agar semua pekerjaan yang dilakukan berjalan sesuai dengan

renacana yang telah ditetapkan.

Menurut Manullang (2002:173), pengawasan adalah suatu proses

untuk menetapkan pekerjaan apa yang sudah dilakasanaakan , menilainya

dan mengoreksi bila perlu dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan

sesuai dengan rencana-rencana.

Selnjutnya, pengawasan menurut Pasaribu (2011:33) mengatakan

bahwa :

“Keseluruhan rangkaian, tindakan, kegiatan atau usaha yang


dilakukan oleh pimpinanatau atasan untuk mengawasi dan mengendalikan
bawahan serta organisasi atau unit organisasinya secara terus menerus
demi terciptanya tata tertip kelancaran pelaksanaan tugas atau pekerjaan
dan tercapainya hasil atau tujuan secara efektif dan efisien sesuai dengan
program atau rencana dan ketenruan yang berlaku”

Pengawasan ialah dimana suatu proses pimpinan ingin mengetahui

apakah hasil pelaksanaan pekrjaan yang dilakukan oleh bawahannya sesuai

dengan perintah, tujuan, atau kebijakan yang telah di tentukan.

(Drs.Soewarno Handayaningrat, 1988:143)

Menurut Stoner, dkk mengatakan pengawsan adalah pengendalian

manajemen adalah proses untuk memastikan bahwa aktifitas sebenarnya

sesuai dengan aktifitas yang direncanakan (Drs.Wilson Bangun, 2008:164)

Menurut Koontz, dkk menyatakan pengawasan adalah

pengendalian untuk mengukur dan mengoreksi potensi kerja bawahan

9
guna memastikan bahwa tujuan organisasi disemua tingkat dan rencana

yang di desainuntuk mencapainya sedang dilaksanaan. (Dr.Wilson Bangun,

2008:164)

George R, Terry, menyatakan pengawasan adalah pengendalian

merupakan suatu proses dasar untuk mendapatkan sesuatu yang identic

dan apa saja yang dikendalikan.(Dr.Wilson Bangun, 2008:164)

Dalam hal ini, tidak mudah untuk memberikan defenisi tentang

pengawasan, karena masing-masing memberikan defenisi tersendiri sesuai

dengan bidang yang dipelajari. Selanjutnya menurut Harahap (2001:233),

pengawasan merupakan suatu proses dimana pimpinan ingin mengetahui

bawahannya sesuai dengan rencana, perintah, tujuan, dan kebijakan yang

telah ditentukan. Jadi, pengawasan dilakukan untuk memastikan, apa yang

telah direncanakan sebelumnya sudah berjalan dengan baik atau tidak.

Pengawasan adalah suatu upaya yang sistematik utuk menetapkan

kinerja standar pada perencanaaan untuk merancang suatu system umpan

balik informas, untuk membandingkan kinerja actual dengan standar yang

telah ditentukan untuk menetapkan apakah telah terjadi suatu

penyimpangan tersebut, serta untuk mengambil tindakan perbaikan yang

diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan atau

pemerintahan telah digunakan seefektif dan seefisien mungkin guna

mencapai tujuan perusahaan atau pemerintahan.(Taliziduhu Ndraha,

2003:198).

10
Reksohadiprodjo (2008:63) mengemukakan bahwa Pengawasan

merupakan usaha memberikan petunjuk pada para pelaksana agar mereka

selalu bertindak sesuai dengan rencana.

Sarwono (2010:94) menyatakan bahwa Pengawasan adalah

kegiatan manajer yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana

sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau hasil yang dikehendaki.

Pengawasan adalah menentukan apa yang telah dicapai,

mengevaluasi dan menerapkan tindakan korektif, jika perlu memastikan

sesuai dengan rencana. (Muchsan dalam Siswanto Sunarno, 2005:97)

Muchsan berpendapat bahwa pengawasan adalah kegiatan untuk

menilai suatu pelaksanaan tugas secara de facto, sedangkan tujuan

pengawasan hanya terbatas pada pencocokkan apakah kegiatan yang

dilaksanakan telah sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan

sebelumnya (dalam hal ini berwujud suatu rencana/plan) (Muchsan,

1992:38 )

Bagir Manan memandang control sebagai sebuah fungsi sekaligus

hak, sehingga lazim disebut sebagai fungsi kontrol atau pengendalian

(Bagir Manan, 2000:1-2)

Pengawasan adalah segala kegiatan untuk mengetahui dan menilai

kenyataan yang sebenarnya tentang pelaksanaan tugas dan kegiatan,

apakah sesuai dengan yang semestinya atau tidak (Sujanto, 1987:63)

Pengawasan ialah suatu proses dimana pimpinan ingin mengetahui

apakah hasil pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh bawahannya

11
sesuai dengan rencana, perintah, tujuan atau kebijaksanaan yang telah

ditentukan. (Handayaningrat, 1985:143)

E. Konsep Operasional

Sebagai batasan pembahasan dalam mengkaji pembahasan dalam

penelitian ini, peneliti memberi batas pada pengertian di dalam indicator

penelitian di dalam konsep operasioanal. Dari beberapa teori pengawasan

menurut ahli, teori pengawasan menurut Sujamto yang paling tepat untuk

menganalisis pengawasan pemerintah dalam usaha bidang kehutanan kota

Batam menggunakan indikator-indikator sebagai ukuran pengawasannya.

Menurut Sujamto (1996:78) dalam bukunya aspek-aspek

pengawasan di Indonesia terdapat 4 aspek yang perlu di perhatikan di

dalam mengukur berhasil atau tidaknya pengawasan yang dilakukan.

1. Penentuan standar atau tolak ukur terhadap objek yang diawasi

a. Adanya aturan tentang Petunjuk Pelaksanaan Perizinan Usaha

Bidang Kehutanan yang harus di Implementasikan ke Masyarakat

oleh Dinas Kehutanan atau BAPEDAL Kota Batam.

b. Dinas Kehutanan atau BAPEDAL Kota Batam memberikan

informasi kepada objek yang diawasi tentang Petunjuk Pelaksanaan

Perizinan Usaha Bidang Kehutanan.

2. Pengamatan fakta di lapangan

a. Staf Dinas Kehutanan atau BAPEDAL Kota Batam memiliki

pengetahuan tentang objek yang di awasi.

b. Dinas Kehutan atau BAPEDAL Kota Batam melakukan patroli.

12
3. Perbandingan fakta hasil pengamatan dengan standar pengawasan

a. Dinas Kehutanan atau BAPEDAL Kota Batam menganalisa

laporan hasil pengawasan.

b. Dinas Kehutanan atau BAPEDAL Kota Batam berkoordinasi

dengan instansi lain.

4. Perumusan saran dan korektif

a. Dinas Kehutanan atau BAPEDAL Kota Batam memberikan

masukan

b. Dinas Kehutanan atau BAPEDAL Kota Batam memutuskan

tindakan pembongkaran.

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif.

Menurut Denzin dan Lincon (dalam Moleong: 5), “…Penelitian kualitatif

adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud

menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan

berbagai metode yang ada….”.

Dalam hal ini guna menganalisis data yang diperoleh secara

mendalam dan menyeluruh, dengan harapan dapat diketahui sejauh mana

tingkat evaluasi kebijakan pemerintah dalam menindaklanjuti penimbunan

kayu tanpa izin di Kelurahan Sembulang Kota Batam.

2. Lokasi Penelitian

13
Adapun lokasi penelitian adalah di Kelurahan Sembulang Kota Batam.

Lokasi ini diambil dengan pertimbangan lokasi yang merupakan daerah

yang banyak melakukan aktivitas penimbunan kayu tanpa izin.

3. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang

bersumber dari dinas-dinas atau kantor-kantor pemerintah setempat terkait

masalah serta masyarakat setempat yang diteliti serta data sekunder yang

bersumber dari internet dan sumber-sumber lain yang memungkinkan.

4. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data, penulisan menggunakan teknik:

a. Wawancara adalah teknik Tanya-jawab secara langsung kepada sumber

terkait penelitian dengan alat yang digunakan adalah wawancara yang

disusun terlebih dahulu dengan pertanyaan-pertanyaan tertentu terkait

objek kajian penelitian.

b. Observasi adalah untuk melihat secara langsung tentang fenomena atau

gejalaj-gejala yang berada didaerah penelitian yang berhubungan dengan

objek penelitian.

c. Dokumentasi adalah segala jenis dokumentasi yang berhubungan dengan

penelitian ini.

5. Informan

Moleong (2002:90), “…informan adalah orang yang dimanfaatkan

untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian

secara faktual….”

14
Adapun yang menjadi informan adalah:

a. Kasi Pengawasan dan Perlindungan Hutan Kota Batam,

b. Kasi Bina Usaha Kehutanan Kota Batam,

c.

G. Teknik Analisis Data

Teknik Analisa Data yang penyusun ambil melalui teknik deskriptif-

kualitatif. Menurut Bogdan dan Biklen (dalam Moleong:248) Analisis

Data Kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan

data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang

dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,

menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan

apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

15
DAFTAR PUSTAKA

Sumber buku:

Agustino. 2012. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: CV Alfabetha

Bangun, Willson. 2008. “Intisari Manajemen”. Bandung: Refika Aditama.

N. Dunn, W William. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Gadjah Mada

Press.

Pasaribu, Afrizal. 2011. Pengaruh Pengawasan Terhadap Disiplin Kerja Pegawai

Negeri Sipil Di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Sumatera Utara. Skripsi FISIP USU.

Saydam, Gouzali. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia (Human Resources

Management): Suatu Pendekatan Mikro (Dalam Tanya Jawab), Cetakan

Kedua, Jakarta: Penerbit Djambatan.

Labolo, Muhadam. 2007. “Memahami Ilmu Pemerintahan”, Jakarta: PT Raja

Grafindo

Ndraha, Taliziduhu. 2003. “Kybernology 1&2”, Jakarta: PT Rineka Cipta.

Lubis, Brahim. 1985. Pengendalian dan Pengawasan Proyek dalam Manajemen,

Jakarta: Ghalia Indonesia.

Manullang. 2002. Dasar-Dasar Manajemen, Yogyakarta: Universitas Gajah Mada

Press.

Handoko, T, Hani. 2003. Manajemen Edisi II, Yogyakarta: BPFE.

Kadarman, A.M, dan Udayana, Jusuf. 2001. Pengantar Ilmu Manajemen, Jakarta:

PT. Prehallindo.

16
Dwiyanto, Agus. 2008. Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia, Yogyakarta :

Gadjah Mada University Press.

Moleong, 2002. Metode Penelitian Kualitatif Bandung. Rosdakarya Offet.

Bandung.

________. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda

Karya.

Nugroho, Rian D. 2003. Kebijakan Publik Formulasi Implementasi dan

Formulasi. Jakarta: PT.Elex Media Komputindo.

Reksohadiprodjo Sukanto, Indriyo Gitosudarmo. 2008. Manajemen Produksi.

Yogyakarta: BPFE Yogyakarta

Subarsono, AG. 2013. Analisa Kebijakan Publik, Konsep, Teori dan Aplikasi.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suharto, Edi. 2012. Analisa Kebijakan Publik “Panduan Praktis Mengkaji

Masalah dan Kebijakan Sosial”, Bandung: Alfabeta.

Winarno, Budi. 2007. Kebijakan Publik, Teori dan Proses, Jakarta: Media

Pressindo.

Peraturan Perundang-Undangan :

Peraturan Walikota Batam Nomor: 23 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Pelaksanaan

Perizinan Usaha Bidang Kehutanan

UU Nomor: 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan

17

Anda mungkin juga menyukai