Anda di halaman 1dari 19

PENEGAKAN HUKUM TINDAK PIDANA

ILLEGAL LOGGING DI DESA BAYUR


KECAMATAN SEMPAJA UTARA

OLEH :
 
ANDI NUH PRANATA 16.11.1001.5401.005
HANNA ANTAFANI PUTRI 16.11.1001.5401.007
ELLUZAY 16.11.1001.5401.010
RAHARDIAN ZULKARNAIN 16.11.1001.5401.011
PAISAL SIDIK 16.11.1001.5401.016
ADITYA RAHMAT RIADI 16.11.1001.5401.017
RICO SENDI GUNAWAN 16.11.1001.5401.019
FIRLI 16.11.1001.5401.008
Latar Belakang

 Ideology penguasaan dan pemanfaatan sumber daya alam


tertuang dalam Pasal 33 Undang- Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, khususnya ayat (4) yang secara
tegas menentukan bahwa perekonomian Nasional di
selenggarakan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip
kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, Berwawasan
lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan
kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.Saat ini Indonesia
termasuk Negara dengan tingkat deforestasi tertinggi di dunia,
mencapai sekitar 680.000 hektar per tahun, yang mengakibatkan
Indonesia kehilangan keanekaragaman hayati yang cukup besar
dan menghasilkan emisi gas rumah kaca tertinggi ketiga di dunia.
Latar Belakang

 Deforestrasi mulai menjadi masalah serius pada tahun 1997.


Saat itu terdapat konsesi pembalakan hutan (illegal logging),
yang awalnya bertujuan untuk mengembangkan system produksi
kayu dan akhirnya terus melaju menuju degradasi hutan yang
serius. Akibatnya, negara dirugikan miliaran bahkan triliunan
rupiah. Selain itu, pembalakan liar (illegal logging) juga
berdampak pada aspek lingkungan yaitu berupa terjadinya
bencana banjir, erosi dan kekeringan yang mempengaruhi
sendi-sendi kehidupan masyarakat serta mengganggu
perekonomian negara, serta melemahkan supremasi hukum yang
mendorong terjadinya korupsi, konflik sosial dan penggunaan
sumber daya alam yang tidak efesien.
Latar Belakang

 Dalam Pasal 12 huruf (k) Undang-Undang


Nomor 18 Tahun 2013 Tentang Pencegahan
dan Pemberantasan Perusakan Hutan telah
secara tegas menyatakan bahwa setiap orang
dilarang menerima, membeli, menjual,
menerima tukar, menerima titipan dan atau
memiliki hasil hutan yang di ketahui berasal
dari pembalakan liar.
Rumusan Masalah

 Bagaimanakah penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana


illegal logging di wilayah hukum Desa Bayur berdasarkan Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 2013 Tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Perusakan Hutan ?
 Apa sajakah hambatan dalam penegakan hukum terhadap pelaku
tindak pidana illegal logging di wilayah hukum Desa Bayur
berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 Tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan ?
 Bagaimanakah upaya yang dilakukan dalam mengatasi hambatan
penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana illegal logging di
wilayah hukum Desa Bayur berdasarkan Undang-Undang Nomor 18
Tahun 2013 Tentang pencegahan dan pemberantasan perusakan hutan
?
Tujuan Penelitian

 Untuk mengetahui penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana


illegal logging di wilayah hukum Desa Bayur berdasarkan Undang-
Undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Perusakan Hutan
 Untuk mengetahui hambatan dalam penegakan hukum terhadap
pelaku tindak pidana Illegal Logging di wilayah hukum Desa Bayur
berdasarkan Undang- Undang Nomor 18 Tahun 2013 Tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan
 Untuk mengetahui upaya yang dilakukan dalam mengatasi hambatan
penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana Illegal Logging di
wilayah hukum Desa Bayur berdasarkan Undang- Undang Nomor 18
Tahun 2013 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan
Hutan.
Kegunaan Penelitian
 Secara akademisi hasil penelitian ini diharapkan
dapat menambah khasanah atau literatur hukum dan
bermanfaat sebagai titik tolak dalam penelitian lebih
lanjut tentang penegakan hukum terhadap pelaku
tindak pidana illegal logging.
 Dari hasil penelitian ini penulis berharap dapat
memberikan pengetahuan kepada masyarakat
mengenai penegakan hukum terhadap pelaku tindak
pidana illegal logging di wilayah hukum Desa
Bayur.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
 •Teori Tindak Pidana
 Istilah tindak pidana merupakan terjemahan dari “strafbaar feit”. Biasanya tindak pidana di sinonimkan
dengan delik, yang berasal dari bahasa latin yakni kata delictum. Delik menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah perbuatan yang dapat dikenakan hukuman karena merupakan pelanggaran terhadap
Undang-Undang tindak pidana. Dalam sistem hukum Indonesia, suatu perbuatan merupakan tindak pidana
atau perilaku melanggar hukum pidana hanyalah apabila suatu ketentuan pidana yang telah ada menentukan
bahwa perbuatan itu merupakan tindak pidana. Tindak pidana illegal logging termasuk delik biasa yaitu
terjadinya suatu perbuatan yang tidak perlu ada pengaduan, tetapi justru laporan atau karena kewajiban
aparat negara untuk melakukan tindakan
  Teori Penegakan Hukum
 Penegakan hukum (law enforcement) merupakan usaha untuk menegakkan norma-norma hukum dan
sekaligus nilai-nilai yang ada di belakang norma tersebut. Soerjono Soekanto menyatakan bahwa ada
beberapa faktor yang mempengaruhi penegakan hukum, yaitu:
 Faktor hukum;
 Faktor penegak hukum;
 Faktor sarana atau fasilitas ;
 Faktor masyarakat;
 Faktor kebudayaan,
 Kelima faktor tersebut saling berkaitan dengan eratnya, karena merupakan esensi dari penegakan hukum,
juga merupakan tolok ukur dari pada efektifitas hukum.
 
TINJAUAN PUSTAKA
B. Kerangka Konseptual
 Hukum adalah rangkaian kaidah atau norma yang mengatur tingkah laku
dan perbuatan manusia dalam hidup masyarakat.
 Penegakan hukum adalah tindakan untuk mencapai kebenaran dan keadilan.
 Tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang dan di ancam dengan pidana
oleh Undang-Undang.
 Illegal logging adalah kegiatan penebangan kayu yang tidak legal, tidak sah,
tidak resmi, tidak menurut hukum, atau melanggar hukum.
 Deforestasi adalah kegiatan penebangan kayu komersial dalam skala besar.
 Degradasi adalah kemunduran, kemerosotan, penurunan, dan sebagainya.
 Pencegahan perusakan hutan adalah segala upaya yang dilakukan untuk
menghilangkan kesempatan terjadinya perusakan hutan.
 Pemberantasan perusakan hutan adalah segala upaya yang dilakukan untuk
menindak secara hukum terhadap pelaku perusakan hutan baik langsung
tidak langsung, maupun yang terkait lainnya.
METODOLOGI
A. Metode Penilitian
 Undang-Undang adalah peraturan perundang-
undangan yang dibentuk oleh Dewan
Perwakilan Rakyat dengan persetujuan
bersama Presiden.18 
 Wilayah Hukum Desa Bayur adalah wilayah
kerja atau wewenang aparatur Negara
Republik Indonesia yang meliputi wilayah
Desa Bayur dan sekitarnya.
METODOLOGI
B. Jenis Penelitian
 Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum
sosiologis, yaitu melihat pengaruh berlakunya
hukum positif terhadap kehidupan masyaraka,
sehingga mampu mengungkap efektifitas
berlakunya hukum dalam masyarakat
METODOLOGI
C. Lokasi Penelitian
 Penelitian ini dilaksanakan di wilayah hukum
Desa Bayur, Sempaja Utara karena daerah ini
merupakan salah miliki potensi kegiatan illegal
logging yang tinggi serta di karenakan wilayah
ini masih memiliki banyak kawasan hutan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Data
 Dalam penelitian hukum ini analisis data yang
digunakan adalah analisis kualitatif yaitu data
tidak dianalisis dengan mengunakan statistik
ataupun sejenisnya, namun menguraikan
secara deskriptif dari data yang telah diperoleh
serta menarik kesimpulan secara deduktif.
HASIL DAN PEMBAHASAN
B. Melakukan Penyelidikan
 Penyelidik yang mengetahui atau mendapat
laporan atau pengaduan terkait terjadinya suatu
tindak pidana illegal logging wajib melakukan
penyelidikan atas perintah penyidik. Dalam hal
tertangkap tangan, penyelidik harus segera
melakukan tindakan dalam rangka
penyelidikan tanpa menunggu perintah
penyidik terlebih dahulu.
Hambatan dalam Penegakan Hukum Terhadap Pelaku
Tindak Pidana Illegal Logging di Wilayah Hukum Desa
Bayur.

 Luasnya Wilayah
 Faktor Masyarakat
 Minimnya Sarana dan Prasarana
 Meningkatnya Modus Operandi
 Lamanya Proses Lelang
 Keterlibatan Oknum Aparat
 Kurangnya Pengawasan yang Dilakukan oleh Aparat Penegak
Hukum
 Kurangnya Sumber Daya Manusia yang Dimiliki oleh Aparat
Penegak Hukum
Upaya yang Dilakukan dalam Mengatasi
Hambatan Penegakan Hukum
 Memberikan Kewenangan Kepada Setiap Polisi Sektor
untuk Melakukan Pantauan
 Melakukan Sosialisasi Perkecamatan
 Membentuk Tim Khusus Pemberantasan Illegal Logging
 Melakukan Peminjaman Kendaraan Khusus Upaya untuk
mengatasi kurangnya sarana dan prasarana
 Melakukan Patroli Rutin
 Memberi Pelatihan atau Pendidikan Tentang Batas Hutan
 Melakukan Razia
 Mengadakan Pendidikan Khusus bagi Penyidik
PENUTUP
A. Kesimpulan
 Penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana illegal logging di wilayah hukum Desa Bayur berdasarkan
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan
dilaksanakan oleh Kepolisian Resor Samarinda, Penyidik Pegawai Negeri Sipil Dinas Kehutanan Desa Bayur
dan Tentara Nasional Indonesia, Polisi Hutan, Kejaksaan Negeri Bangkinang serta Pengadilan Negeri
Bangkinang yang tergabung dalam suatu tim khusus untuk melakukan pencegahan dan pemberantasan pelaku
pembalakan liar (illegal logging). Hambatan dalam penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana illegal
logging di wilayah hukum Desa Bayur berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 Tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan diantaranya adalah tidak terjangkaunya pengawasan karena
luasnya wilayah, sarana dan prasarana yang kurang memadai, kekurangan personil, faktor masyarakat,
kurangnnya pengawasan yang dilakukan oleh aparat penegakan Hukum kurangnya koordinasi antara penegak
hukum, keterlibatan aparat penegak hukum, proses lelang yang memerlukan waktu lama, penetapan luas
kawasan hutan, meningkatnya modus operandi, serta kurangnya sumber daya manusia yang dimiliki aparat
penegak hukum. Upaya penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana illegal logging di wilayah Hukum
Desa Bayur berdasarkan Undang- Undang Nomor 18 Tahun 2013 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Perusakan Hutan diantaranya adalah memberikan kewenangan kepada setiap polisi sektor untuk melakukan
pantauan kegiatan illegal logging di setiap daerah yang menjadi kewenangannya, melakukan sosialisasi
perkecamatan, membentuk tim khusus pemberantasan illegal logging, melakukan peminjaman kendaraan
khusus, melakukan patroli rutin, memberi pelatihan atau pelajaran tentang batas hutan untuk semua instansi
penegak hukum , mempercepat proses lelang, menindak tegas oknum aparat yang terlibat dan melindungi
pelaku illegal logging , melakukan razia, dan mengadakan pendidikan khusus bagi penyidik.
PENUTUP
B. Saran
 Penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana illegal logging ini seharusnya sudah
berjalan maksimal karena Pemerintah Daerah Desa Bayur sendiri telah membentuk tim
khusus untuk melakukan pencegahan dan pemberantasan pelaku illegal logging. Dalam
mengatasi hambatan yang dihadapi penegak hukum terhadap pelaku tindak pidana illegal
logging, hendaknya aparat penegak hukum lebih memaksimalkan penindakan dilapangan
tanpa memilih-milih siapa yang melakukan kejahatan tersebut. Karena selama ini yang
selalu terlihat bahwa Pemerintah Daerah maupun aparat penegak hukum hanya fokus pada
persoalan pengangkutan kayu dari hasil pembalakan liar saja sedangkan para cukong atau
pemodal yang merupakan penggerak dari kejahatan tersebut dapat dikatakan jarang
tersentuh hukum Upaya untuk mengatasi hambatan penegakan hukum terhadap pelaku
tindak pidana illegal logging tersebut, hendaknya pemerintah lebih jeli lagi dalam
melakukan penyeleksian pengangkatan penyidik. Karena kuantitas dan kualitas dari
seorang penegak hukum sangat menentukan tegaknya keadilan dalam masyarakat.
Kemudian, setiap instansi penegak hukum diharapkan agar lebih berkoordinasi dengan
baik guna terlaksananya pemberantasan pelaku illegal logging dengan maksimal serta
memperhatikan dengan baik izin yang dimiliki oleh setiap pemilik sawmil guna mencegah
dan mengurangi terjadinya tindak pidana illegal logging tersebut.
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai