OLEH :
ANDI NUH PRANATA 16.11.1001.5401.005
HANNA ANTAFANI PUTRI 16.11.1001.5401.007
ELLUZAY 16.11.1001.5401.010
RAHARDIAN ZULKARNAIN 16.11.1001.5401.011
PAISAL SIDIK 16.11.1001.5401.016
ADITYA RAHMAT RIADI 16.11.1001.5401.017
RICO SENDI GUNAWAN 16.11.1001.5401.019
FIRLI 16.11.1001.5401.008
Latar Belakang
Luasnya Wilayah
Faktor Masyarakat
Minimnya Sarana dan Prasarana
Meningkatnya Modus Operandi
Lamanya Proses Lelang
Keterlibatan Oknum Aparat
Kurangnya Pengawasan yang Dilakukan oleh Aparat Penegak
Hukum
Kurangnya Sumber Daya Manusia yang Dimiliki oleh Aparat
Penegak Hukum
Upaya yang Dilakukan dalam Mengatasi
Hambatan Penegakan Hukum
Memberikan Kewenangan Kepada Setiap Polisi Sektor
untuk Melakukan Pantauan
Melakukan Sosialisasi Perkecamatan
Membentuk Tim Khusus Pemberantasan Illegal Logging
Melakukan Peminjaman Kendaraan Khusus Upaya untuk
mengatasi kurangnya sarana dan prasarana
Melakukan Patroli Rutin
Memberi Pelatihan atau Pendidikan Tentang Batas Hutan
Melakukan Razia
Mengadakan Pendidikan Khusus bagi Penyidik
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana illegal logging di wilayah hukum Desa Bayur berdasarkan
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan
dilaksanakan oleh Kepolisian Resor Samarinda, Penyidik Pegawai Negeri Sipil Dinas Kehutanan Desa Bayur
dan Tentara Nasional Indonesia, Polisi Hutan, Kejaksaan Negeri Bangkinang serta Pengadilan Negeri
Bangkinang yang tergabung dalam suatu tim khusus untuk melakukan pencegahan dan pemberantasan pelaku
pembalakan liar (illegal logging). Hambatan dalam penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana illegal
logging di wilayah hukum Desa Bayur berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 Tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan diantaranya adalah tidak terjangkaunya pengawasan karena
luasnya wilayah, sarana dan prasarana yang kurang memadai, kekurangan personil, faktor masyarakat,
kurangnnya pengawasan yang dilakukan oleh aparat penegakan Hukum kurangnya koordinasi antara penegak
hukum, keterlibatan aparat penegak hukum, proses lelang yang memerlukan waktu lama, penetapan luas
kawasan hutan, meningkatnya modus operandi, serta kurangnya sumber daya manusia yang dimiliki aparat
penegak hukum. Upaya penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana illegal logging di wilayah Hukum
Desa Bayur berdasarkan Undang- Undang Nomor 18 Tahun 2013 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Perusakan Hutan diantaranya adalah memberikan kewenangan kepada setiap polisi sektor untuk melakukan
pantauan kegiatan illegal logging di setiap daerah yang menjadi kewenangannya, melakukan sosialisasi
perkecamatan, membentuk tim khusus pemberantasan illegal logging, melakukan peminjaman kendaraan
khusus, melakukan patroli rutin, memberi pelatihan atau pelajaran tentang batas hutan untuk semua instansi
penegak hukum , mempercepat proses lelang, menindak tegas oknum aparat yang terlibat dan melindungi
pelaku illegal logging , melakukan razia, dan mengadakan pendidikan khusus bagi penyidik.
PENUTUP
B. Saran
Penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana illegal logging ini seharusnya sudah
berjalan maksimal karena Pemerintah Daerah Desa Bayur sendiri telah membentuk tim
khusus untuk melakukan pencegahan dan pemberantasan pelaku illegal logging. Dalam
mengatasi hambatan yang dihadapi penegak hukum terhadap pelaku tindak pidana illegal
logging, hendaknya aparat penegak hukum lebih memaksimalkan penindakan dilapangan
tanpa memilih-milih siapa yang melakukan kejahatan tersebut. Karena selama ini yang
selalu terlihat bahwa Pemerintah Daerah maupun aparat penegak hukum hanya fokus pada
persoalan pengangkutan kayu dari hasil pembalakan liar saja sedangkan para cukong atau
pemodal yang merupakan penggerak dari kejahatan tersebut dapat dikatakan jarang
tersentuh hukum Upaya untuk mengatasi hambatan penegakan hukum terhadap pelaku
tindak pidana illegal logging tersebut, hendaknya pemerintah lebih jeli lagi dalam
melakukan penyeleksian pengangkatan penyidik. Karena kuantitas dan kualitas dari
seorang penegak hukum sangat menentukan tegaknya keadilan dalam masyarakat.
Kemudian, setiap instansi penegak hukum diharapkan agar lebih berkoordinasi dengan
baik guna terlaksananya pemberantasan pelaku illegal logging dengan maksimal serta
memperhatikan dengan baik izin yang dimiliki oleh setiap pemilik sawmil guna mencegah
dan mengurangi terjadinya tindak pidana illegal logging tersebut.
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH