● Dampak Ekologis
Dampak pembalakan liar dari segi ekologis akan menimbulkan beberapa
masalah, seperti bencana alam.
● Dampak Ekonomi
Dampak pembalakan liar (illegal logging) dari segi ekonomi telah mengurangi
penerimaan devisa negara dan pendapatan negara.
Hukum Perundang Undangan Dalam
Pembalakan Liar
Kegiatan penebangan sudah diatur dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Perusakan Hutan. Menurut undang-undang tersebut, pembalakan liar
adalah semua kegiatan pemanfaatan hasil hutan kayu secara tidak sah
yang terorganisasi. Hal tersebut mengandung arti kegiatan ini bisa
dilakukan oleh suatu kelompok yang di dalamnya terdiri dari dua orang
atau lebih yang bertindak bersama melakukan pemanenan kayu sebagai
kegiatan perusakan hutan.
1. Menyuruh, mengorganisasi, atau menggerakkan pembalakan liar dan/atau penggunaan kawasan hutan secara tidak
sah
2. ikut serta melakukan atau membantu terjadinya pembalakan liar dan/atau penggunaan kawasan hutan secara tidak
sah
3. Melakukan permufakatan jahat untuk melakukan pembalakan liar dan/ atau penggunaan kawasan hutan secara
tidak sah
4. Mendanai pembalakan liar dan/atau penggunaan kawasan hutan secara tidak sah secara langsung atau tidak
langsung
5. Menggunakan dana yang diduga berasal dari hasil pembalakan liar dan/atau penggunaan kawasan hutan secara
tidak sah
6. Mengubah status kayu hasil pembalakan liar dan/ atau hasil penggunaan kawasan hutan secara tidak sah, seolah-
olah menjadi kayu yang sah, atau hasil penggunaan kawasan hutan yang sah untuk dijual kepada pihak ketiga, baik di
dalam maupun di luar negeri
7. Memanfaatkan kayu hasil pembalakan liar dengan mengubah bentuk, ukuran, termasuk pemanfaatan limbahnya
8. Menempatkan, mentransfer, membayarkan, membelanjakan, menghibahkan, menyumbangkan, menitipkan,
membawa ke luar negeri, dan/atau menukarkan uang atau surat berharga lainnya serta harta kekayaan lainnya yang
diketahuinya atau patut diduga merupakan hasil pembalakan liar dan/atau hasil penggunaan kawasan hutan secara
tidak sah
9. Menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta yang diketahui atau patut diduga berasal dari hasil pembalakan
liar dan/atau hasil penggunaan kawasan hutan secara tidak sah sehingga seolah-olah menjadi harta kekayaan yang
sah.
💙💙💙💙
1. Unsur Formil (adanya nash atau undang-undang), unsur ini dalam hukum positif
disebut sebagai asas legalitas.
2. Unsur Materiil (adanya sifat melawan hukum), maksud dari unsur ini yaitu
adanya perbuatan seseorang yang melanggar hukum yang telah diatur sebelumnya.
3. Unsur Moril (pelakunya mukallaf), maksud dari unsur ini yaitu orang yang
melakukan perbuatan pidana tersebut adalah orang yang dapat dimintai
pertanggungjawaban mengenai perbuatannya.
Perburuan Liar
Perburuan liar adalah pengambilan
hewan dan tanaman liar secara ilegal
dan bertentangan dengan peraturan
konservasi serta manajemen
kehidupan liar.
Faktor Yang Menyebabkan Perburuan Liar
● Faktor Ekonomi
Ada beberapa faktor yang menjadikan perdagangan satwa liar semakin marak terjadi. Faktor
utama adalah ekonomi. Tak dipungkiri, jumlah masyarakat berpenghasilan rendah masih
cukup tinggi di Indonesia. Hal ini dimanfaatkan oleh orang-orang kota dengan
mempekerjakan warga di daerah pedalaman dekat hutan untuk melakukan perburuan liar
dengan iming-iming uang.
● Faktor Lingkungan
Faktor kedua ialah lingkungan. Indonesia adalah negara yang terdiri dari banyak pulau dan
setiap pulaunya memiliki kebudayaannya masing-masing. Kebudayaan ini juga
memengaruhi keberadaan satwa liar.
Satwa langka merupakan binatang yang jumlahnya tinggal sedikit jumlahnya dan
perlu mendapat perlindungan, seperti jalak putih, cenderawasih. Salah satu
penyebab kelangkaan satwa adalah rusaknya lingkungan hidup atau habitat asli
mereka. Rusaknya lingkungan ini terjadi karena dari alam itu sendiri dan
perbuatan manusia.
Fatwa ini, menurut organisasi konservasi WWF, merupakan yang pertama di dunia dan dukungan
agama atas perlindungan satwa merupakan suatu kemajuan yang positif.
MUI menyatakan aktivitas perburuan dan perdagangan itu "tidak etis, tidak bermoral, dan
berdosa".
Sekretaris Komisi Fatwa MUI, Asrorun Ni'am Sholeh, mengatakan kepada BBC Indonesia: "Ada
tanggung jawab moral keagamaan untuk memakmurkan bumi dan seisinya dengan aktivitas
positif.“
"Bahwa bumi dan seisinya yang diciptakan oleh Allah untuk dimanfaatkan semaksimal mungkin
tidak hanya untuk kepentingan ekonomi tetapi juga kepentingan sosial dan kelestarian
lingkungan."
TERIMA KASIH