Anda di halaman 1dari 18

Islam Dan Lingkungan Hidup

Dosen pengampu: Andika Saputra, S.PD.I.,MM


Kelompok 10

Risa sepria adelia


(2151040487)
Rico Ahmad Wijaya
(2151040484)
Sofia Mayang Sari
(2151040495)
Ridho Andriansyah
(2151040486)
Pembalakan Liar
Pembalakan liar atau lebih dikenal
dengan illegal logging adalah kegiatan
pemanenan pohon hutan,
pengangkutan, serta penjualan kayu
maupun hasil olahan kayu yang tidak
sah dan tidak memiliki izin dari otoritas
setempat.
Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya
Pembalakan Liar
Banyaknya praktik illegal logging di Indonesia bukan tanpa alasan, beberapa faktor yang
mendorong terjadinya praktik illegal logging Terdapat 5 hal penyebab Illegal logging,
yaitu:
 
1. Tingginya permintaan kebutuhan kayu yang berbanding terbalik dengan
persediaannya.
2. Kemiskinan merupakan faktor utama terjadinya pencurian kayu khususnya pada
masyarakat yang tinggal pada sekitar atau di dalam kawasan hutan tersebut.
3. Tidak adanya kesinambungan antara Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 1970 yang
mengatur tentang Hak Pengusahaan Hutan dengan Keputusan Menteri Kehutanan
dan Perkebunan No.309/Kpts-II/1999 yang mengatur tentang Sistem Silvikultur dan
Daur Tanaman Pokok dalam Pengelolaan Hutan Produksi.
4. Lemahnya penegakan dan pengawasan hukum bagi pelaku tindak pidana illegal
logging.
5. Tumpang tindih kebijakan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah.
Dampak Pembalakan Liar
Dampak illegal logging tidak dapat dianggap sebagai suatu hal ringan karena
kegiatan ini hanya akan menjadikan ekosistem semakin rusak. Kerugian yang
ditimbulkan dari kegiatan ini tidak hanya akan dirasakan oleh fauna di
dalamnya, tapi juga masyarakat yang tinggal di sekitarnya. Dampak
pembalakan liar dapat dilihat dari berbagai sisi, antara lain segi ekologis dan
ekonomi.

● Dampak Ekologis
Dampak pembalakan liar dari segi ekologis akan menimbulkan beberapa
masalah, seperti bencana alam.

● Dampak Ekonomi
Dampak pembalakan liar (illegal logging) dari segi ekonomi telah mengurangi
penerimaan devisa negara dan pendapatan negara.
Hukum Perundang Undangan Dalam
Pembalakan Liar
Kegiatan penebangan sudah diatur dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Perusakan Hutan. Menurut undang-undang tersebut, pembalakan liar
adalah semua kegiatan pemanfaatan hasil hutan kayu secara tidak sah
yang terorganisasi. Hal tersebut mengandung arti kegiatan ini bisa
dilakukan oleh suatu kelompok yang di dalamnya terdiri dari dua orang
atau lebih yang bertindak bersama melakukan pemanenan kayu sebagai
kegiatan perusakan hutan.

Menurut Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, hutan


secara fungsional mengandung arti sebagai suatu kesatuan lahan atau
wilayah yang karena keadaan bio-fisiknya dan/atau fungsi ekonomisnya
dan/atau fungsi sosialnya harus berwujud sebagai hutan.
💙💙💙💙
● Pasal 19 UU No 13 tahun 2013, Setiap orang yang berada di dalam atau di luar wilayah Indonesia dilarang:

1. Menyuruh, mengorganisasi, atau menggerakkan pembalakan liar dan/atau penggunaan kawasan hutan secara tidak
sah
2. ikut serta melakukan atau membantu terjadinya pembalakan liar dan/atau penggunaan kawasan hutan secara tidak
sah
3. Melakukan permufakatan jahat untuk melakukan pembalakan liar dan/ atau penggunaan kawasan hutan secara
tidak sah
4. Mendanai pembalakan liar dan/atau penggunaan kawasan hutan secara tidak sah secara langsung atau tidak
langsung
5. Menggunakan dana yang diduga berasal dari hasil pembalakan liar dan/atau penggunaan kawasan hutan secara
tidak sah
6. Mengubah status kayu hasil pembalakan liar dan/ atau hasil penggunaan kawasan hutan secara tidak sah, seolah-
olah menjadi kayu yang sah, atau hasil penggunaan kawasan hutan yang sah untuk dijual kepada pihak ketiga, baik di
dalam maupun di luar negeri
7. Memanfaatkan kayu hasil pembalakan liar dengan mengubah bentuk, ukuran, termasuk pemanfaatan limbahnya
8. Menempatkan, mentransfer, membayarkan, membelanjakan, menghibahkan, menyumbangkan, menitipkan,
membawa ke luar negeri, dan/atau menukarkan uang atau surat berharga lainnya serta harta kekayaan lainnya yang
diketahuinya atau patut diduga merupakan hasil pembalakan liar dan/atau hasil penggunaan kawasan hutan secara
tidak sah
9. Menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta yang diketahui atau patut diduga berasal dari hasil pembalakan
liar dan/atau hasil penggunaan kawasan hutan secara tidak sah sehingga seolah-olah menjadi harta kekayaan yang
sah.
💙💙💙💙

● Pasal 20 UU No 13 tahun 2013, Setiap orang dilarang mencegah,


merintangi, dan/atau menggagalkan secara langsung maupun
tidak langsung upaya pemberantasan pembalakan liar dan
penggunaan kawasan hutan secara tidak sah.

● Pasal 21 UU No 13 tahun 2013, Setiap orang dilarang


memanfaatkan kayu hasil pembalakan liar dan/atau
penggunaan kawasan hutan secara tidak sah yang berasal dari
hutan konservasi.
Cara Menanggulangi Pembalakan Liar

1. Melakukan penyuluhan kepada masyarakat


2. Melakukan reboisasi atau penanaman kembali
3. Perketat pengawasan dan pengendalian
4. Mempertegas peraturan perundang undangan
5. Memberi sanksi kepada pelaku
Perspektif Islam Terhadap Pembalakan Liar
Illegal Logging merupakan tindak pidana yang hukumannya tidak diatur di dalam al-
Quran maupun hadits, oleh karena itu Jarimah ini termasuk kedalam Jarimah ta’zir,
yang dimana hukumannya di tentukan oleh hakim atau ulul al-amri yang berada di
suatu wilayah tersebut dengan diputuskan di Pengadilan setempat. Apabila ditinjau
dari Hukum Pidana Islam, perbuatan Illegal Logging merupakan salah satu tindak
pidana (Jarimah) yang pelakunya dapat dikenai hukuman apabila sudah terpenuhi
unsur-unsurnya, yang dimana unsur-unsur tersebut adalah :

1. Unsur Formil (adanya nash atau undang-undang), unsur ini dalam hukum positif
disebut sebagai asas legalitas.

2. Unsur Materiil (adanya sifat melawan hukum), maksud dari unsur ini yaitu
adanya perbuatan seseorang yang melanggar hukum yang telah diatur sebelumnya.

3. Unsur Moril (pelakunya mukallaf), maksud dari unsur ini yaitu orang yang
melakukan perbuatan pidana tersebut adalah orang yang dapat dimintai
pertanggungjawaban mengenai perbuatannya.
Perburuan Liar
Perburuan liar adalah pengambilan
hewan dan tanaman liar secara ilegal
dan bertentangan dengan peraturan
konservasi serta manajemen
kehidupan liar.
Faktor Yang Menyebabkan Perburuan Liar
● Faktor Ekonomi
Ada beberapa faktor yang menjadikan perdagangan satwa liar semakin marak terjadi. Faktor
utama adalah ekonomi. Tak dipungkiri, jumlah masyarakat berpenghasilan rendah masih
cukup tinggi di Indonesia. Hal ini dimanfaatkan oleh orang-orang kota dengan
mempekerjakan warga di daerah pedalaman dekat hutan untuk melakukan perburuan liar
dengan iming-iming uang.

● Faktor Lingkungan
Faktor kedua ialah lingkungan. Indonesia adalah negara yang terdiri dari banyak pulau dan
setiap pulaunya memiliki kebudayaannya masing-masing. Kebudayaan ini juga
memengaruhi keberadaan satwa liar.

● Faktor Kurangnya Edukasi


Faktor ketiga adalah kurangnya edukasi. Khususnya di daerah pedalaman yang dekat
dengan hutan, edukasi mengenai satwa liar masih jarang dijumpai. Sistem pendidikan yang
masih minim menjadi kendala dalam pengenalan jenis-jenis satwa yang perlu dilindungi.
Dampak Perburuan Liar

1. Terjadinya kepunahan berbagai jenis


hewan
2. Keseimbangan ekosistem terganggu
3. Kurangnya konsumen tingkat tertentu
4. Penyempitan area hutan
5. Penyakit zoonosis
Hukum Perundang Undangan Dalam Perburuan
Perbuatan dan Sanksi Hukum terhadap Liar
Aktivitas Perburuan Undang-undang R.I. No.
tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya telah
secara jelas melarang aktivitas perburuan, pada Pasal 50 ayat (2), sebagai berikut :

Setiap orang dilarang untuk:


1. menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut,
dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup;
2. menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang
dilindungi dalam keadaan mati;
3. mengeluarkan satwa yang dilindungi dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain
di dalam atau di luar Indonesia;
4. memperniagakan, menyimpan atau memiliki kulit, tubuh atau bagian-bagian lain
satwa yang dilindungi atau barang-barang yang dibuat dari bagian-bagian satwa
tersebut atau mengeluarkannya dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di
dalam atau di luar Indonesia;
5. mengambil, merusak, memusnahkan, memperniagakan, menyimpan atau memiliki
telur dan/atau sarang satwa yang dilindungi.
💙💙💙💙

Pada pasal 40 ayat 2 :


“Barangsiapa dengan sengaja melakukan
pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dan ayat (2)
serta Pasal 33 ayat (3) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda
paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta
rupiah)”.
Cara Menanggulangi Perburuan Liar

Satwa langka merupakan binatang yang jumlahnya tinggal sedikit jumlahnya dan
perlu mendapat perlindungan, seperti jalak putih, cenderawasih. Salah satu
penyebab kelangkaan satwa adalah rusaknya lingkungan hidup atau habitat asli
mereka. Rusaknya lingkungan ini terjadi karena dari alam itu sendiri dan
perbuatan manusia.

1. Mengedukasi Masyarakat Mengenai Satwa Langka


2. Menetapkan Target Edukasi Masyarakat
3. Memberi Dukungan Terhadap Upaya Pelestarian
4. Membuat Papan Larangan dan Peringatan
5. Melaporkan Orang Yang Merusak Lingkungan
6. Melaporkan Orang Yang Berburu Satwa Langka
7. Menghindari Transaksi Satwa Langka
8. Membuat Penangkaran
Pandangan Islam Terhadap Perburuan Liar
Majelis Ulama Indonesia mengatakan dalam fatwanya bahwa perburuan dan perdagangan
hewan langka "tidak bermoral dan berdosa."

Fatwa ini, menurut organisasi konservasi WWF, merupakan yang pertama di dunia dan dukungan
agama atas perlindungan satwa merupakan suatu kemajuan yang positif.

MUI menyatakan aktivitas perburuan dan perdagangan itu "tidak etis, tidak bermoral, dan
berdosa".

Sekretaris Komisi Fatwa MUI, Asrorun Ni'am Sholeh, mengatakan kepada BBC Indonesia: "Ada
tanggung jawab moral keagamaan untuk memakmurkan bumi dan seisinya dengan aktivitas
positif.“

"Bahwa bumi dan seisinya yang diciptakan oleh Allah untuk dimanfaatkan semaksimal mungkin
tidak hanya untuk kepentingan ekonomi tetapi juga kepentingan sosial dan kelestarian
lingkungan."
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai