Anda di halaman 1dari 24

PEMBALAKAN LIAR

(ILLEGAL LOGGING)
Kelompok 6:
 
Juwita Mustika
201210070311001
Nofalia Pebriani
201210070311006
Ziaur Rohmah
201210070311035
Malina 201210070311042
Pembalakan Liar (illegal
logging)
Istilah illegal logging tampaknya
cenderung kepada masalah penebangan
liar atau tanpa izin, sedangkan
perambahan luput dari kategori illegal
logging. Akibatnya, kegiatan perambahan
dilakukan secara terbuka/ terang-terangan
tanpa takut sedikitpun dengan petugas,
sedangkan illegal logging dilakukan secara
sembunyi-sembunyi, baik pada waktu
siang hari ataupun pada malam hari.
Next..

Dalam istilah kehutanan, logging adalah


suatu aktivitas atau kegiatan penebangan
kayu di dalam kawasan hutan yang
dilakukan oleh seseorang, kelompok
ataupun atas nama perusahaan,
berdasarkan izin yang dikeluarkan oleh
pemerintah atau instansi yang berwenang
(kehutanan) sesuai dengan prosedur tata
cara penebangan yang diatur dalam
peraturan perundangan kehutanan.
undang-undang yang bisa diterapkan untuk
penanganan kejahatan kehutanan yaitu

 UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan


Atas UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
 UU Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan
dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian
Uang
 UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
 UU Nomor 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan.
Saat ini juga sedang dibahas RUU tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Pembalakan
Liar dan RUU tentang Intelijen Negara yang
intinya terkait dengan kejahatan kehutanan
Kepada pelanggar atau pelaku dapat
dikenakan sanksi hokum berdasarkan Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).
Dengan semikian illegal logging adalah
penebangan liar atau penebangan tanpa
izin yang termasuk kejahatan ekonomi dan
lingkungan karena menimbulkan kerugian
material bagi Negara serta kerusakan
lingkungan/ekosistem huatan dan dapat
dikenakan sanksi pidana dengan ancaman
kurungan paling lama 10-15 tahun dan
denda paling banyak Rp. 5-10 miliar (UU
No. 41 1999 tentang Kehutanan, Pasal 78).
Pentingnya suatu aturan hukum yang
khusus ini diperuntukkan bagi
pencegahan serta penanggulangan
terjadinya kejahatan illegal logging di
Indonesia. Apabila suatu saat ada pelaku
tindak kejahatan illegal logging bebas
oleh karena tidak adanya aturan yang
mengatur maka akan sangat berdampak
negatif bagi kehidupan di alam semesta
dan juga keseimbangan keadaan suatu
negara.
Data yang dikeluarkan Bank Dunia
menunjukkan bahwa sejak tahun 1985-
1997 Indonesia telah kehilangan hutan
sekitar 1,5 juta hektar setiap tahun dan
diperkirakan sekitar 20 juta hutan
produksi yang tersisa. Penebangan liar
berkaitan dengan meningkatnya
kebutuhan kayu di pasar internasional,
besarnya kapasitas terpasang industri
kayu dalam negeri, konsumsi lokal,
lemahnya penegakan hukum, dan
pemutihan kayu yang terjadi diluar
kawasan tebangan.
Berdasarkan hasil analisis FWI dan GFW
dalam kurun waktu 50 tahun, luas
tutupan hutan Indonesia mengalami
penurunan sekitar 40% dari total tutupan
hutan di seluruh Indonesia. Dan sebagian
besar, kerusakan hutan (deforestasi) di
Indonesia akibat dari sistem politik dan
ekonomi yang menganggap sumber daya
hutan sebagai sumber pendapatan dan
bisa dieksploitasi untuk kepentingan
politik serta keuntungan pribadi.
Menurut data Departemen Kehutanan tahun
2006, luas hutan yang rusak dan tidak dapat
berfungsi optimal telah mencapai 59,6 juta
hektar dari 120,35 juta hektar kawasan
hutan di Indonesia, dengan laju deforestasi
dalam lima tahun terakhir mencapai 2,83
juta hektar per tahun. Bila keadaan seperti
ini dipertahankan, dimana Sumatera dan
Kalimantan sudah kehilangan hutannya,
maka hutan di Sulawesi dan Papua akan
mengalami hal yang sama. Menurut analisis
World Bank, hutan di Sulawesi diperkirakan
akan hilang tahun 2010.
Faktor Pendukung dan Pelaku
Terjadinya Penebangan Liar
(Illegal Logging)

a.Faktor Pendukung

b. Pelaku Penebangan
liar
a. Faktor pendukung
• Lemahnya Supremasi Hukum
• Akibat Sistem HPH
• Permintaan log yang tidak dapat dipenuhi
• Keuntungan besar yang diperoleh dari
kegiatan penebangan liar
• Adanya jaringan perdagangan kayu illegal
• Kemiskinan dan pengangguran
• Masalah Sosial dan Ekonomi
• Kelembagaan
• Kesenjangan Ketersediaan Bahan Baku
b.Pelaku Penebangan
Liar
Pelaku utama yang terlibat dalam penebangan liar
adalah:
 Sebagian pemilik pabrik pengolahan kayu (industri
perkayuan), skala besar, sedang dan kecil : sebagai
pembeli kayu curian (penadah), termasuk sawmill
ilegal yang marak terdapat di sekitar lokasi hutan.
 Pemegang HPH yang mengambil kayu diluar ketentuan
jatah tebang dari blok tebangan yang sudah
direncanakan dan disetujui Departemen Kehutanan
melalui mekanisme Rencana Karya Perusahaan
(RKPH),Rencana Karya Lima Tahunan (RKL) dan
Rencana Karya Tahunan (RKT).
 Pengusaha yang hanya mencari keuntungan cepat,
dimana aspek legal tidak menjadi perhatian.
Pengusaha ini, baik domestik maupun mancanegara,
berkolusi dalam perdagangan dan ekspor kayu ilegal
lintas batas.
Next,,
 Unsur-unsur dari instansi penegak hukum yang tidak jujur,
yang mendukung dan melindungi mereka yang terlibat dalam
penebangan liar.
 Cukong yaitu pemilik modal yang membiayai kegiatan
penebangan liar dan yang memperoleh keuntungan besar dari
hasil penebangan liar.
 Sebagian masyarakat khususnya yang tinggal di sekitar
kawasan hutan maupun yang didatangkan, sebagai pelaku
penebangan liar (penebang, penyarad, pengangkut kayu
curian).
 Pengusaha asing : penyelundupan kayu hasil curian ke
Malaysia, Cina, dll.
 Pelaku lain yang mendukung terjadinya penebangan liar
termasuk:masyarakat miskin dan pengangguran yang mencari
penghasilan, kelompok masyarakat yang dirugikan dan
tertinggal, masyarakat yang kecewa dan tidak memiliki
pekerjaan, tokoh masyarakat, buruh angkut, dan distributor
kayu illegal.
Dampak dari
Pembalakan liar (Illegal
Logging)
a. Kepunahan berbagai varietas
hayati
b. Menimbulkan Bencana Alam
c. Menipisnya Cadangan Air
d. Merusak Lapisan Tanah
e. Penyebab Global Warming
f. Berkurangnya Pendapatan Negara
g. Dilihat dari aspek social
h. Dilihat dari aspek budaya
Solusi untuk Mengatasi
Pembalakan liar (Illegal
Logging)
a. Reboisasi atau penanaman kembali hutan yang
gundul.
b. Menerapkan sistem tebang pilih dalam
menebang pohon.
c. Manipulasi lingkungan serta pengendalian
hama dan penyakit juga bisa dilakukan untuk
memulihkan kembali hutan di Indonesia.
d. Penanaman hutan secara intensif menjadi
pilihan terbaik karena bisa diprediksi.
Sehingga, kebutuhan kayu bisa diperhitungkan
tanpa harus merusak habitat hutan alam yang
masih baik.
Next,,,
e. Menerapkan sanksi yang berat bagi
mereka yang melanggar ketentuan
mengenai pengelolaan hutan.
f. Upaya lain yang juga dapat dilakukan
adalah dengan mengoptimalkan pos-pos
tempat penarikan retribusi yang banyak
terdapat di pinggir-pinggir jalan luar kota.
g. Menelusuri terminal/tujuan akhir dari
pengangkutan kayu illegal, dan biasanya
tujuan itu adalah perusahaan atau industri
yang membutuhkan bahan baku dari kayu.
h. Penanggulangan illegal logging
dengan pendekatan ekonomi,
yaitu dengan menjalin kerjasama
dengan Bank Indonesia (BI) dan
Pusat Pelaporan dan Analisis
Transaksi Keuangan (PPATK) dan
Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK).
i. Komisi Pencegahan dan
Pemberantasan Pembalakan Liar
(KP3L), yaitu komisi yang
bertugas dan berwenang untuk
melakukan pencegahan dan
Kasus-kasus illegal logging di
Indoesia
1. Illegal logging di Kalimantan
Di kabupaten Ketapang misalnya, sasaran
penebangan liar adalah Taman Nasional
Gunung Palung. Sasaran penebangan adalah
pohon-pohon dengan jenis Kayu Ramin,
Meranti, Klansau, Mabang, Bedaru, dan jenis
Kayu Tengkawang yang termasuk jenis kayu
dilindungi. Bencana banjir yang menimpa
daerah tidak terlepas dari Illegal logging
yang di lakukan oleh Mayarakat. Selain itu
juga akan menyebabkan:
1.Tidak kurang 864.000 m3 logs setahun
keluar ke negeri jiran
2.Kerusakan hutan kalbar hampir seluas
165.000/thn(=23x luas lapangan bola/jam).
http://1.bp.blogspot.com/-
3.“Total loss” perekonomian negara di
rugikan + Rp. 220 Milyar(dari royalti PSDH.
DR & PBB).
4.Mengancam kelestarian fungsi
lingkungan/ekternalitas(Erosi,banjir
&sendimentasi),
5. Merusak mental, moral rakyat dan citra
kalbar dimata dunia internasional.
2. Illegal logging di Riau
Terekam sepanjang tahun 2013, hutan
alam masih terus ditebang oleh
korporasi berbasis tanaman industri
dan korporasi perkebunan kelapa
sawit. Dalam catatan ini, terlihat
bahwa deforestasi semakin meningkat
di tahun 2013. Sepanjang tahun 2012-
2013, total 252,172 hektar hutan alam
dihancurkan oleh korporasi berbasis
tanaman industri, dibanding tahun
sebelumnya deforestasi sebesar 188
ribu hektar.
Data Jikalahari menunjukkan tiga
tahun belakangan (2009-2012), Riau
http://www.museum.polri.go.id/lan
kehilangan tutupan hutan alam t
sebesar 565.197.8 hektar (0,5 juta
hekatre), dengan laju deforestasi 
pertahun sebesar 188 ribu hektar
 pertahun atau setara dengan
hilangnya 10 ribu kali lapangan futsal
per hari. Dan 73,5 persen kehancuran
itu terjadi pada Hutan Alam Gambut
yang seharusnya dilindungi. Kini sisa
hutan alam sekira 1,7 juta hektar atau
tinggal 19 persen dari luas daratan
Riau seluas 8,9 juta hektar.
Next,,
3. Illegal logging di Jawa
Kasus illegal logging di jawa adalah
Bojonegoro Hingga bulan September
2014, Perhutani Kesatuan Pemangku Hutan
(KPH) Bojonegoro, sedikitnya mendata
sebanyak 923 kasus illegal logging. Kasus
tersebut yang tidak diketahui
tersangkanya. Sementara 17 tersangka
berhasil diamankan, dengan jumlah
kehilangan sebanyak 813 pohon.
Kaur Humas Perhutani Bojonegoro,
Markum, mengatakan, akibat kejadian
tersebut pihaknya mengaku alami kerugian
material mencapai Rp 454.935.000. "Tahun
ini kasus illegal logging sudah berkurang,
pada tahun 2013 kami mengalami kerugian
sekitar Rp 769.530.000, dengan total
www.persadafm.net
pohon sebanyak 1.393pohon,"ujarnya.
Untuk mengurangi jumlah penebangan
pohon secara liar itu, pihaknya
menyampaikan akan meningkatkan
keamanan di seluruh BKPH dengan
menambah jumlah personil Polisi Hutan
yang kini berjumlah 542 orang serta
menggandeng elemen masyarakat agar
kasus illegal logging semakin berkurang.
4. Illegal logging di Sulawesi
Perambahan di Kawasan Suaka Margasatwa
Bakiriang adalah salah satu kasus yang
mencuat dan cukup mendapat perhatian
pers, khususnya surat kabar yang terbit di
Palu hingga akhir Agustus 2006 lalu.
Perambahan yang terjadi di Kawasan SM
Bakiriang melibatkan lebih dari 1000 kepala
keluarga, mencakup wilayah seluas lebih dari 
3000 hektar.  BKSDA Sul Teng mencatat
bahwa perambahan di kawasan Suaka
Margasatwa ini sudah dimulai sejak tahun
1997  yang hanya melibatkan 10 orang warga
yang berhasil merambah kawasan hingga 345
hektar.
Pada tahun 2000 penyerobotan mulai
http://www.museum.polri.go.id/lantai2_g dilakukan oleh PT KLS (Kurnia Luwuk Sejati)
a
yang melakukan penebangan kemudian
menanaminya dengan kelapa sawit. 
Dilanjutkan dengan persetujuan prinsip dari
Gubernur Sul Teng pada tahun 2003 kepada
Pertamina bagi eksplorasi hiydrokarbon. Atas
dasar persetujuan tersebut Pertamina
melakukan pengeboran pada salah satu titik
pengeboran yang  berada dalam kawasan
SM  Bakiriang.
5. Illegal logging di PN Padang
Pada tahun 2003, terdapat kasus atas nama
Thedy Anthoni, selaku Direktur Utama PT. ATN,
bersama-sama Zulkarnain selaku ketua KUD Mina
Awera Tua Pejat dan Parulian Samulanggai selaku
ketua KSU Simatorai Monga Siotan. Mereka diadili
oleh Pengadilan Negeri Padang karena melakukan
tindak pidana melawan hukum dan memperkaya
diri sendiri, dan/atau melakukan tindakan korupsi
yang merugikan Keuangan Negara atau
Perekonomian Masyarakat. Kerugian tersebut
timbul disebabkan karena telah memperpanjang
dan memperluas Izin Pemanfaatan Kayu (IPK)
yang diberikan oleh Bupati Kabupaten Kepulauan
Mentawai.
Atas putusan Pengadilan Tinggi DKI Jakarta Raya
tersebut, Jaksa Penuntut Umum mengajukan
www. news.okezone.com
proses Kasasi Hukum kepada Mahkamah Agung,
yang kemudian dalam amar keputusan hukumnya
MA Nomor: KMA/003/JK/I/2006 Tanggal 5 Januari
2006 menyatakan bahwa “Permohonan kasasi
Jaksa Penuntut Umum pada kejaksaaan Negeri
Jakarta Pusat dapat dikabulkan. Selanjutnya
membatalkan semua putusan Pengadilan Tinggi
DKI Jakarta Raya dan tetap membenarkan
putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, serta
membebankan keseluruhan biaya perkara di
semua tingkat peradilannya sejumlah Rp.2.500,-
kepada terdakwa”.
Kesimpulan
1. Permasalahan Illegal Logging sebenarnya merupakan sebuah permasalahan yang sangat
berdampak besar sehingga bila ditelusuri permasalahan mengenai Illegal Logging
seharusnya masuk pada kejahatan luar biasa seperti halnya pada kejahatan korupsi,
narkotika dan juga terorisme.
2. Factor-fakor penyebab terjadinya pembalakan liar (illegal logging) yaitu lemahnya
supremasi hukum, akibat sistem HPH, permintaan log yang tidak dapat dipenuhi,
keuntungan besar yang diperoleh dari kegiatan penebangan liar, adanya jaringan
perdagangan kayu illegal, kemiskinan dan pengangguran, lemahnya koordinasi, masalah
sosial dan ekonomi, kelembagaan, kesenjangan ketersediaan bahan baku, pelaku
penebangan liar.
3. Dampak dari pembalakan liar (illegal logging) yaitu terjadinya kepunahan berbagai
varietas hayati, menimbulkan bencana alam, menipisnya cadangan air merusak lapisan
tanah, penyebab global warming, berkurangnya pendapatan negara, aspek social dan
aspek budaya.
4. Solusi untuk mengatasi pembalakan liar (illegal logging) dengan cara melakukan
reboisasi, menerapkan sistem tebang pilih, manipulasi lingkungan, penanaman hutan
secara intensif, menerapkan sanksi yang berat bagi mereka yang melanggar,
mengoptimalkan pos-pos tempat penarikan retribusi yang banyak terdapat di pinggir-
pinggir jalan luar kota, menelusuri terminal/tujuan akhir dari pengangkutan kayu illegal,
penanggulangan illegal logging dengan pendekatan ekonomi, dan Komisi Pencegahan
dan Pemberantasan Pembalakan Liar (KP3L).
5. Contoh-contoh kasus pembalakan liar (illegal logging) di Indonesia diantaranya adalah:
illegal logging di Kalimantan, Papua, Riau, Jawa dan Jakarta serta Padang.
 

Anda mungkin juga menyukai