Anda di halaman 1dari 5

TINDAKAN PENEBANGAN LIAR DI KAWASAN TAMAN NASIONAL BALURAN

SITUBONDO

Diajukan Oleh :

Dhafa Rizki Fadillah

NIM. 2008016114

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2023
KRONOLOGI
Kejaksaan Tinggi Jawa Timur, menyatakan kasus penebangan ilegal di kawasan Taman
Nasional (TN) Baluran, Situbondo, dengan tersangka H, sudah lengkap (27/8). Tim Penyidik
Pengawai Negeri Sipil (PPNS) Balai Gakkum KLHK Wilayah Jawa Bali Nusa Tenggara (Jabalnusra)
dalam waktu dekat ini akan menyerahkan tersangka beserta barang bukti kepada Jaksa Penuntut
Umum Kejaksaan Negeri Situbondo agar bisa segera disidangkan. Dan dengan adanya danya Aparat
PPNS dalam menanggulangi tindak pidana illegal logging di Balai gakkum KLHK wilaya jawa bali
nusa Tenggara memiliki upaya pertama, pencegahan yaitu memberikan himbauan kepada masyarakat,
mendirikan pos perederan pengangkutan hasil hutan, meningkatkan kuantitas dan kualitas personil
dan melakukan penyuluhan hukum yang tujuannya untuk meningkatkan kepedulian masyarakat
terhadap perlindungan hutan dari para perlaku tindak pidana illegal logging, melakukan kegiatan
patroli, melakukan razia dengan memeriksa surat-surat/dokumen yangberkaitan dengan pengangkutan
hasil hutan dikawasan hutan. Kami akan menumpas seluruh pelaku kejahatan perusakan hutan dan
mengembangkan untuk mendapatkan atro intelektual atau pemodal,” ujar Sustyo Iriyono, Direktur
Pencegahan dan Pengamanan Hutan, Ditjen Gakkuk KLHK.Dirjen Gakkum KLHK, Rasio Ridho
Sani, juga berjanji akan tegas menegakkan hukum melawan kejahatan kehutanan seperti kasus
perambahan dan penebangan ilegal di kawasan konservasi maupun kawasan hutan lainnya “Kita harus
melawan kejahatan seperti ini. Hukuman setinggi-tingginya men jadi peringatan bagi para pelaku
kejahatan lingkungan yang memperkaya diri dari hasil merusak hutan,” kata Rasio Ridho Sani
mengajak semua pihak.
Kasus ini terungkap berkat hasil patroli rutin Tim Polisi Kehutanan Taman Nasional Baluran
tanggal 1 Juli 2021. Tim mengamankan satu supir truk dengan barang bukti 30 batang kayu jati
gelondongan sedangkan tiga orang melarikan diri dan bukti selanjutnya bukti berupa truk colt diesel
Mitsubishi dengan kunci kontak dan ponsel Merk Oppo A12. Selanjutnya kasus ditangani oleh PPNS
BPPHLHK Wilayah Jabalnusra dan pada tanggal 2 Juli 2021 pelaku inisial H ditetapkan menjadi
tersangka dan mulai dilakukan penahanan di Rutan Polda Jawa Timur.

ANALISIS
dengan adanya Aparat PPNS dalam menanggulangitindak pidana illegal logging di Balai
gakkum KLHK wilaya jawa bali nusa Tenggara memiliki upaya pertama, pencegahan yaitu
memberikan himbauan kepada masyarakat, mendirikan pos perederan pengangkutan hasil hutan,
meningkatkan kuantitas dan kualitas personil dan melakukan penyuluhan hukum yang tujuannya
untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap perlindungan hutan dari para perlaku tindak
pidana illegal logging, melakukan kegiatan patroli, melakukan razia dengan memeriksa
suratsurat/dokumen yang berkaitan denganpengangkutan hasil hutan dikawasan hutan. Kedua,
penindakan yaitu menindak para pelaku saat tertangkap tangan dilapangan melakukan illegal logging
dengan menyita hasil penebangan liar yang dijadikan sebagai barang bukti, memberikan sanksi yang
tegas beradasarkan Pasal 78 ayat (1-5) Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 kehutanan jika terbukti
bersalah dan melakukan penahanan sementara di kantor PPNS selama 1 hari (1x24) jam. Dan ketiga,
dampak yaitu melakukan reboisasi atau penanaman kembali hutan, dan menerapkan sistem tebang
pilih dalam menebang pohon.

a. Subjek Hukum
Subjek hokum dalam kasus tersebut Ialah Tesangka dengan inisial H. Dapat dilihat bahwa subjek
hokum tersebut merupakan orang perorangan (natuurlijke person)

b. Objek Hukum
 30 batang kayu jati gelondongan
 Truck colt diesel Mitsubishi
 Ponsel Merk Oppo A12

c. Kualifikasi Hukum
Dapat dilihat pada fakta hokum yang telah termuat didalam poin sebelumnya bahwa pada tanggal 1
Juli 2021 menyatakan kasus penebangan ilegal di kawasan Taman Nasional (TN) Baluran, Situbondo,
dengan tersangka H, sudah lengkap (27/8). Tim Penyidik Pengawai Negeri Sipil (PPNS) Balai
Gakkum KLHK Wilayah Jawa Bali Nusa Tenggara (Jabalnusra) dalam waktu dekat ini akan
menyerahkan tersangka beserta barang bukti kepada Jaksa Penuntut Umum Kejaksaan Negeri
Situbondo agar bisa segera disidangkan. Dari hal tersebut jeals bahwa perbuatan yang dilakukan
pelaku tersebut telah memenuhi unsure-unsur yang termuat dalam pasal 83 ayat (1) Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2013 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan
menyatakan bahwa Orang perseorangan yang dengan sengaja memuat, membongkar, mengeluarkan,
mengangkut, menguasai, dan/atau memiliki hasil penebangan di kawasan hutan tanpa izin,
mengangkut, menguasai, atau memiliki hasil hutan kayu yang tidak dilengkapi secara bersama surat
keterangan sahnya hasil hutan, memanfaatkan hasil hutan kayu yang diduga berasal dari hasil
pembalakan liar dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5
(lima) tahun serta pidana denda paling sedikit Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah).

Dasar hokum dalam kasus ini seperti :


 Pasal 83 Ayat (1-4) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2013
 Pasal 12 Huruf d Undang-Undang No.18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Perusakan Hutan
 Pasal 78 ayat (1-5) Undang-Undang No. 41 Tahun 1999 kehutanan
 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia;
 No 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan
 Tentang Perlindungan Dan pengelolaan Lingkungan Hidup;
 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun2013
 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan;
 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020

d. Unsur Pasal
Unsur-Unsur dalam Pasal 83 ayat (1-4)
1. Perseorangan
2. Mengangkut, menguasai, dan/atau memiliki hasil penebangan yang tidak dilengkapi sah nya
hasil hutan
3. Memuat, membongkar, mengeluarkan, mengangkut, menguasai, dan memiliki hasil
penebangan di kawasan hutan tanpa izin
4. Memanfaatkan hasil hutan kayu yang berasal dari hasil pembalakan liar

e. Unsur objektif
unsur objektif adalah perbuatannya bersifat melawan hukum, tindakan yang dilarang atau
diharuskan oleh undang-undang/perundang-undangan dan terhadap pelanggarnya diancam pidana,
serta dilakukan dalam waktu, tempat dan keadaan tertentu. Dapat dilihat dari kasus posisi bahwa
unsur objektif dari kasus ini adalah 1 Juli 2021 Tersangka H melakukan tindakan penebangan
ilegal di kawasan Taman Nasional (TN) Baluran, Situbondo, dari kegiatan yang dia lakukan itu
melanggar pasal 83 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2013 Tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan menyatakan bahwa Orang perseorangan yang
dengan sengaja memuat, membongkar, mengeluarkan, mengangkut, menguasai, dan/atau
memiliki hasil penebangan di kawasan hutan tanpa izin, mengangkut, menguasai, atau memiliki
hasil hutan kayu yang tidak dilengkapi secara bersama surat keterangan sahnya hasil hutan,
memanfaatkan hasil hutan kayu yang diduga berasal dari hasil pembalakan liar dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun serta pidana denda
paling sedikit Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp2.500.000.000,00
(dua miliar lima ratus juta rupiah).

f. Unsur Subjektif
Unsur subjektif ini sendiri meliputi subjek dan adanya unsur kesalahan, jadi untuk
subjek disini berarti Tersangka H dan 3 rekannya yang kabur unsur kesalahan sendiri disini yang
di maksud adalah Tersangka H secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana ”Turut
serta melakukan perbuatan dengan sengaja memuat, membongkar, mengeluarkan, mengangkut,
menguasai dan/atau memiliki hasil penebangan dikawasan hutan tanpa izin, mengangkut, menguasai,
atau memiliki hasil hutan kayu yang tidak dilengkapi secara bersama surat keterangan sahnya hasil
hutan.

Anda mungkin juga menyukai