Anda di halaman 1dari 11

POKOK-POKOK

KEBIJAKAN PERTANAHAN
(AGRARIA)


Ahmad Ali Rohmatulloh
(2010010032)
01
KEBIJAKAN
PERTANAHAN
PENGERTIAN
Dalam pengertian konteks agraria, tanah berarti permukaan bumi paling luar berdimensi dua dengan
ukuran panjang dan lebar. Hukum tanah di sini bukan mengatur tanah dalam segala aspeknya,
melainkan hanya mengatur salah satu aspeknya saja yaitu aspek yuridisnya yang disebut dengan
hak-hak penguasaan atas tanah. Dalam hukum, tanah merupakan sesuatu yang nyata yaitu berupa
permukaan fisik bumi serta apa yang ada di atasnya buatan manusia yang disebut fixtures. Walaupun
demikian perhatian utamanya adalah bukan tanahnya itu, melainkan kepada aspek kepemilikan dan
penguasaan tanah serta perkembangannya. Objek perhatiannya adalah hak-hak dan kewajiban-
kewajiban berkenaan dengan tanah yang dimiliki dan dikuasai dalam berbagai bentuk hak
penguasaan atas tanah.
DASAR HUKUM
PENGATURAN
Penyusunan Kerangka Kebijakan Pertanahan Nasional (KKPN) dimulai pada tahun 2002 dalam
rangka pelaksanaan Program Pengembangan Kebijakan dan Manajemen Pertanahan.
Program tersebut dilakukan melalui kajian-kajian yang difokuskan pada 4 aspek, yaitu hukum
dan konflik pertanahan, administrasi pertanahan, penguasaan dan penggunaan tanah, serta
institusi pertanahan dan desentralisasi. Tujuan akhir dari kebijakan pertanahan nasional ini
adalah terwujudnya kondisi kemakmuran rakyat sebagaimana diamanatkan oleh Pasal 33 ayat
(3) UUDRI, UUPA dan TAP MPR IX/2001 sebagai akibat pengelolaan pertanahan dan
sumberdaya alam lainnya secara berkeadilan, transparan, partisipatif dan akuntabel.
POKOK-
POKOK
AGRARIA
02
POKOK-POKOK AGRARIA
Indonesia merupakan negara agraris yang mayoritas penduduknya bergantung pada sektor
pertanian, pengolahan lahan, dan pemanfaatan sumber daya alam. Lahan atau tanah menjadi
sangat penting dalam kacamata hukum karena berkaitan dengan hak kepemilikan, pengolahan
atau pemanfaatan tanah. Karena itulah diperlukan sebuah sistem yang mengatur bagaimana
masyarakat bisa memanfaatkan tanah dan sumber daya alam dengan sebaik-baiknya. Hal ini
penting dilakukan agar tidak timbul konflik kepentingan di masyarakat serta menjamin kepastian
hukum bagi masyarakat. Sistem dan dasar hukum pemanfaatan lahan telah diatur dalam UU No 5
Tahun 1960 atau disebut juga UU Agraria.
UU No. 5 TAHUN 1960
UU No 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria, yang mengatur mengenai tentang
hak-hak atas tanah, air, dan udara. Hal tersebut juga meliputi aturan dasar dan ketentuan penguasaan,
pemilikan, penggunaan atau pemanfaatan sumber daya agraria nasional di Indonesia, pendaftaran tanah,
ketentuan-ketentuan pidana dan ketentuan peralihan. UU No 5 Tahun 1960 adalah penegasan bahwa
penguasaan dan pemanfaatan atas tanah, air, dan udara harus dilakukan berdasarkan asas keadilan dan
kemakmuran bagi pembangunan masyarakat yang adil dan makmur. Hal tersebut sejalan dengan UUD
1945 Pasal 33 Ayat 3 yang berbunyi “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”.
UU No. 5 TAHUN 1960
Melalui peresmian UU No 5 tahun 1960, terdapat dasar hukum kuat yang mengatur tentang hal-hal
pemanfaatan tanah. Hak-hak atas tanah yang diatur pada UU No 5 meliputi hak milik tanah, hak guna
usaha, hak guna bangunan, hak pakai, hak sewa, hak pembukaan tanah, dan hak memungut hasil hutan.
Melalui aturan hak pemanfaatan tanah tersebut, seluruh tanah yang dimanfaatkan wajib memiliki sertifikat
sebagai bukti sah pemanfaatannya. Dalam proses pendaftaran pemanfaatan atas tanah, secara umum
harus melalui tiga proses. Proses tersebut meliputi pengukuran dan pembukuan tanah, pendaftaran hak-
hak, dan pemberian bukti hak yang biasanya berbentuk sertifikat sebagai bukti sah. Seluruh proses
pengurusan pemanfaatan tanah sebagian besar dilakukan terpusat di Badan Pertanahan Nasional (BPN).
DASAR DAN KETENTUAN POKOK
UU No. 5 TAHUN 1960
Berikut ini merupakan dasar dan ketentuan pokok yang melahirkan UU No 5 tahun 1960 :
 Kondisi masyarakat Indonesia dimana kontribusi perekonomian Indonesia yang berciri khas agraria meliputi
pemanfaatan bumi, air, dan udara sebagai anugerah Tuhan YME, perlu dijaga kelestariannya untuk
keentingan bersama dan membentuk masyarakat yang adil dan makmur.
 Hukum agraria yang sebelumnya berlaku, disusun dan dipengaruhi dari peninggalan hukum-hukum penjajah
yang tidak sesuai dengan pandangan bangsa dan bertentangan dengan kepentingan rakyat secara luas.
 Terdapatnya unsur dualisme pada undang-undang sebelum UU No 5, yang meliputi hukum adat dan hukum
agraria.
 Tidak adanya kepastian hukum bagi masyarakat luas.
TUJUAN UNDANG-UNDANG
POKOK-POKOK AGRARIA
Indonesia merupakan negara agraris yang mayoritas penduduknya bergantung pada sektor pertanian,
pengolahan lahan, dan pemanfaatan sumber daya alam. Lahan atau tanah menjadi sangat penting dalam
kacamata hukum karena berkaitan dengan hak kepemilikan, pengolahan atau pemanfaatan tanah. Karena
itulah diperlukan sebuah sistem yang mengatur bagaimana masyarakat bisa memanfaatkan tanah dan sumber
daya alam dengan sebaik-baiknya. Hal ini penting dilakukan agar tidak timbul konflik kepentingan di
masyarakat serta menjamin kepastian hukum bagi masyarakat. Sistem dan dasar hukum pemanfaatan lahan
telah diatur dalam UU No 5 Tahun 1960 atau disebut juga UU Agraria.
Sekian,
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai