Elly Rahmawati
Email : rahmawatieli884@gmail.com
Abstrak
Menurut Soebekti dan R. Tjitrosoedibio, hukum agraria (Agrarisch dan Recht) adalah
keseluruhan dari ketentuan-ketentuan hukum, baik hukum perdata maupun hukum tata
negara (Staatsrecht) maupun hukum tata usaha negara ( Administratifrecht) yang mengatur
hubungan-hubungan antara orang termasuk badan hukum dengan bumi,air dan ruang angkasa
dalam seluruh wilayah negara dan mengatur pula wewenang-wewenang yang bersumber pada
hubungan-hubungan tersebut. Salah satu yang dibahas dalam hukum agrarian adalah soal
pertanahan yang dimana di Indonesia masih banyak sekali adanya kasus sengketa pertanahan
yang terjadi. Dan dalam penyelesaian sengketa tanah memiliki beberapa proses penyelesaian
yang dapat dilakukan antara lain, melalui pengadilan hingga mediasi.
Abstract
According to Soebekti and R. Tjitrosoedibio, agrarian law (Agrarisch and Recht) is the
totality of legal provisions, both civil law and constitutional law (Staatsrecht) as well as state
administrative law (Administrativerecht) which regulate relations between people, including
legal entities. with earth, water and space throughout the country's territory and also regulates
the authorities originating from these relations. One of the things discussed in agrarian law is
land issues, where in Indonesia there are still many cases of land disputes that occur. And in
resolving land disputes there are several settlement processes that can be carried out,
including through court and mediation.
PENDAHULUAN
Menurut Soebekti dan R. Tjitrosoedibio, hukum agraria (Agrarisch dan Recht) adalah
keseluruhan dari ketentuan-ketentuan hukum, baik hukum perdata maupun hukum tata
negara (Staatsrecht) maupun hukum tata usaha negara ( Administratifrecht) yang mengatur
hubungan-hubungan antara orang termasuk badan hukum dengan bumi,air dan ruang angkasa
dalam seluruh wilayah negara dan mengatur pula wewenang-wewenang yang bersumber pada
hubungan-hubungan tersebut.
Hukum agraria adalah cabang hukum yang mengatur hubungan hukum yang berkaitan
dengan tanah dan sumber daya alam yang terkait. Pembahasan hukum agraria mencakup
berbagai aspek, seperti kepemilikan tanah, pemanfaatan lahan, pertanahan, dan hak-hak yang
terkait dengan tanah. Pembahasan hukum agraria dapat melibatkan peraturan perundang-
undangan, kebijakan pemerintah, dan putusan pengadilan.
Berikut adalah beberapa aspek yang umumnya dibahas dalam hukum agraria:
1. Kepemilikan Tanah:
2. Pemanfaatan Lahan:
4. Konflik Tanah:
5. Kebijakan Agraria:
6. Pembangunan Berkelanjutan:
RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana peran hukum agrarian dalam menyelesaian kasus sengketa pertanahan di
Indonesia ?
PEMBAHASAN
Sengketa pertanahan adalah masalah yang seringkali muncul dalam hukum agraria, dan
penyelesaiannya melibatkan berbagai proses hukum. Sengketa pertanahan merujuk pada
konflik atau perselisihan yang timbul antara dua atau lebih pihak yang terkait dengan
kepemilikan, penggunaan, atau hak-hak lainnya terkait dengan suatu lahan atau properti.
Sengketa ini dapat melibatkan berbagai masalah, termasuk ketidakjelasan kepemilikan tanah,
perubahan fungsi lahan, batas-batas fisik atau hukum, gangguan pemanfaatan lahan, atau
konflik terkait dengan transaksi jual beli atau warisan.
Penting untuk dipahami bahwa sengketa pertanahan tidak terbatas pada konflik antara
individu atau perusahaan swasta. Kadang-kadang, pemerintah juga dapat terlibat dalam
sengketa pertanahan, terutama jika ada rencana pengembangan atau proyek infrastruktur yang
membutuhkan tanah dari pemilik tanah yang sudah ada.
Sengketa pertanahan dapat muncul karena beberapa alasan, antara lain:
1. Ketidakjelasan Kepemilikan: Perselisihan mengenai siapa yang sebenarnya memiliki
hak kepemilikan atas tanah tertentu.
2. Alih Fungsi Lahan: Konflik terkait dengan perubahan fungsi lahan, misalnya, ketika
lahan pertanian diubah menjadi lahan perumahan atau komersial.
3. Batas-Batas Tanah: Ketidaksepakatan atau ketidakjelasan mengenai batas-batas fisik
atau hukum dari suatu lahan.
4. Penggusuran atau Pemaksaan Hak: Konflik yang muncul ketika pemerintah atau
pihak swasta ingin mengambil alih tanah untuk kepentingan umum atau proyek
pembangunan tertentu.
5. Pembelian atau Penjualan Lahan: Perselisihan yang muncul selama proses pembelian
atau penjualan tanah, terutama jika ada masalah hukum atau ketidaksepakatan
mengenai syarat-syarat transaksi.
Penyelesaian sengketa pertanahan dapat melibatkan berbagai metode, termasuk negosiasi,
mediasi, arbitrase, atau proses hukum di pengadilan. Setiap metode memiliki kelebihan dan
kelemahan, dan pemilihan metode tergantung pada karakteristik sengketa dan preferensi
pihak yang bersengketa.
Penyelesaian sengketa pertanahan dengan merujuk pada hukum agraria melibatkan aplikasi
prinsip-prinsip dan ketentuan hukum yang mengatur tanah dan sumber daya alam. Berikut
adalah beberapa langkah atau aspek yang biasanya terlibat dalam penyelesaian sengketa
pertanahan dengan merujuk pada hukum agraria:
1. Negosiasi:
Pihak yang bersengketa dapat mencoba menyelesaikan sengketanya melalui negosiasi
langsung. Proses ini melibatkan perundingan antara pihak-pihak yang bersengketa
dengan harapan mencapai kesepakatan tanpa melibatkan pihak ketiga atau pengadilan.
2. Mediasi:
Mediasi adalah metode alternatif di mana seorang mediator netral membantu pihak-
pihak yang bersengketa mencapai kesepakatan. Dalam konteks hukum agraria,
mediator dapat memiliki pengetahuan khusus tentang peraturan dan ketentuan
pertanahan.
3. Arbitrase:
Jika negosiasi atau mediasi tidak berhasil, pihak-pihak yang bersengketa dapat
memilih untuk mengajukan sengketa mereka ke arbitrase. Arbitrator, atau panel
arbitrator, akan memberikan keputusan yang mengikat para pihak, seringkali dengan
proses yang lebih cepat dan kurang formal dibandingkan pengadilan.
4. Pengadilan Pertanahan:
Jika upaya penyelesaian melalui negosiasi, mediasi, atau arbitrase tidak berhasil,
pihak-pihak yang bersengketa dapat membawa kasus mereka ke pengadilan
pertanahan. Pengadilan pertanahan memiliki yurisdiksi khusus untuk menangani
sengketa yang berkaitan dengan tanah dan hukum agraria.
5. Bukti Kepemilikan:
Dalam proses penyelesaian sengketa pertanahan, penting untuk mengumpulkan dan
menyajikan bukti-bukti yang kuat terkait kepemilikan tanah. Dokumen-dokumen
seperti sertifikat tanah, akta-akta, atau kontrak-kontrak penting dalam membangun
argumen hukum.
6. Peraturan Reforma Agraria:
Beberapa negara memiliki aturan dan regulasi reforma agraria yang dapat
memberikan kerangka hukum untuk penyelesaian sengketa pertanahan, termasuk
redistribusi tanah dan peningkatan akses bagi masyarakat.
7. Pelibatan Pihak Ketiga:
Kadang-kadang, melibatkan pihak ketiga yang memiliki keahlian dalam hukum
agraria atau penyelesaian sengketa dapat membantu mencapai solusi yang adil dan
berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
https://repositori.uma.ac.id/bitstream/123456789/714/5/121803008_file%205.pdf
https://mh.uma.ac.id/pengertian-hukum-agraria/
https://fahum.umsu.ac.id/apa-itu-hukum-agraria/