NIM : 20742010038
1. Dalam naskah akademik ruu pertanahan, ada perluasan makna dalam hak menguasai
negara yang awalnya berdasarkan uu pokok agraria bermakna kewenangan
melakukan penentuan, pengaturan dan penyelenggaraan diperluas menjadi
kewenangan untuk membuat kebijakan, pengaturan, pengurusan, pengelolaan dan
pengawasan.
2. Ruu ini menyoroti ketimpangan pemilikan tanah dan tanah yang ditelantarkan oleh
pemiliknya. Tanah selama ini dijadikan komoditas sehingga berakibat pada kenaikan
harga tanah dan ketimpangan dalam kepemilikan tanah. Ketimpangan dalam
kepemilikan tanah berpengaruh pada ketimpangan sumberdaya ekonomi dan
kemiskinan.
4. Ruu pertanahan mengatur perihal penghapusan hak atas tanah. Dalam naskah
akademik disebutkan setiap tanah yang dihapus haknya dikembalikan kepada negara.
Hak-hak keperdataan atas tanah tersebut diselesaikan secara musyawarah. Ketentuan
ini merupakan implikasi dari perluasan makna hak menguasai negara dan berlanjut
sebagai bagian dari reforma agraria.
5. Implikasi lainnya dari hak menguasai negara berupa komitmen dalam menjaga
ketaatan pada tata ruang sehingga memunculkan larangan terhadap alih fungsi lahan
yang bertentangan dengan rencana tata ruang.
6. Permasalahan konflik tanah yang terjadi selama ini memunculkan ide pembentukan
pengadilan khusus land reform seperti yang dimunculkan pada tahun 1964.
Memunculkan pengadilan tanah dianggap langkah efektif dalam proses pencapaian
keadilan dan kepastian hukum atas kepemilikan tanah.
7. Perluasan makna hak menguasai negara juga berdampak pada adanya ketentuan bagi
negara untuk mengambil alih tanah terlantar dan menggunakannya untuk tujuan
reforma agraria pada pasal 40 dan pasal 41 draft ruu. Rencana ini merupakan bentuk
“state capture” (pembajakan oleh negara) menjadikan negara berdiri di atas semua
kelompok dalam upaya mengelola tanah. Ini bertentangan dengan prinsip kepemilikan
tanah.
Ruu pertanahan tidak mengakomodir masyarakat adat yang selama ini berkonflik
dengan perusahaan karena pendudukan tanah adat secara sepihak. Kehadiran ruu
ini malah memberikan ruang pengakuan berdasarkan peraturan perundang-
undangan terhadap pemilik hak atas tanah yang berasal dari tanah masyarakat
adat sebelum uu ini belaku. Dengan kata lain ruu ini merubah status klaim
terhadap tanah adat secara sepihak dari status ilegal menjadi legal.
Negara memiliki kontrol terhadap tanah yang terlantar dan tanah masyarakat yang
apabila berdasarkan ketentuan tidak sesuai dengan rencana tata ruang. Potensi
dirugikannya masyarakat terbuka lebar apabila selama ini negara belum mampu
mengkomunikasikan secara maksimal rencana tata ruangnya ke masyarakat.
Tanah yang terlantar dan/atau bermasalah berpeluang berpindah hak ke negara
dan negara memiliki kewenangan untuk mengembangkan dan mengelola serta
menyebarluaskan tanah tersebut untuk reformasi agraria.
Satu hal yang harus menjadi konsen sebelum mengesahkan ruu ini adalah
peninjauan kembali implementasi uupa yang selama ini tidak konsisten
dijalankan dan terkesan memotong jalur administrasi yang telah dibuat rigid
selama ini.
Dampak apabilaruu disahkan
Masyarakat yang tidak mendapatkan informasi perihal rencana tata ruang akan
mudah menjadi sasaran atau korban dari tindakan penyerobotan tanah.
Ruu ini berpeluang menjadi ruu yang sarat akan nuansa bisnis melihat dari
keberpihakan pasal-pasal yang ada pada draft ruu.